Anda di halaman 1dari 11

BAB 2

PEMBAHASAN
2.1. Definisi Trauma Persalinan
Trauma janin adalah cedera janin memiliki tingkatan dari trauma ringan, seperti
memar atau bekas, forseps, sampai kerusakan berat, seperti fraktur (David T.Y.Liu, 2007)
Trauma kelahiran adalah kelahiran pada bayi baru lahir yang terjadi karena trauma
kelainan akibat tindakan, cara persalinan / gangguan yang diakibatkan oleh kelainan
fisiologik persalinan (Sarwono Prawirohardjo, 2009)
Trauma lahir adalah trauma mekanis yang disebabkan proses persalinan/kelahiran (dr.
Arief ZR, 2009 )
Cedera lahir adalah istilah cidera lahir merujuk pada cedera iskemik-hipoksik dan
mekanis baik yang bisa dihindari maupun tidak bisa dihindari, yang dialami oleh baayi
selama persalinan maupun pelahiran. Definisi ini tidak mencakup cedera yang di
sebabkan oleh amniosentesis, transfusi intrauterin, pengambilan sampel darah dari kulit
kepala, atau prosedur resusitasi. (Kausik Banarjee, dalam buku karya Tony Hollingworth,
2011)
Trauma persalian adalah kondisi ketika bayi mengalami trauma mekanik/luka yang di
sebabkan oleh proses persalinan/kelahiran. Beberapa trauma yang dapat dialami bayi,
meliputi :
1. Kaput suksedaneum, adalah pembengkakan pada suatu area di kepala karena
adanya timbunan getah bening di bawah lapisan aponerose di luar periostium,
cirinya: pembengkakan teraba lembut, berisi cairan limfe, edema melampaui sela
tulang tengkorak, batas tidak jelas, menghilang dalam waktu 2-3 hari tanpa
pengobatan.
2. Sefalhematoma, adalah pembengkakan pada kepala kerana adanya penumpukan
darah yang disebabkan oleh perdarahan yang terjadi dalam tengkorak. Cirinya:
pembengkakan agak keras berisi darah merah, edema tidak melampaui sela
3.
4.
5.
6.

tulang tengkorak, batas jelas, menghilang dalam waktu beberapa minggu.


Perdarahan intrakranial, yaitu pendarahan yang terjadi dalam tengkorak.
Fraktur klavikula
Fraktur humerus
Paralisis brakhial, yaitu kelumpuhan pada brakhialis.

(Rochmah K.M.,S.Pd. SKM, 2012)


3

2.2. Jenis-Jenis Trauma Persalinan (Tonny Hollingworth, 2011 : 19)


2.2.1. Perlukaan jaringan lunak
2.2.1.1. Caput Suksedaneum
a. Defenisi
Kaput

suksedaneum

merupakan

penumpukan

cairan

serosanguineous, subkutan dan ekstraperiosteal dengan batas yang


tidak jelas.Kelainan ini biasanya pada presentasi kepala, sesuai dengan
posisi bagian yang bersangkutan.Pada bagian tersebut terjadi edema
sebagai akibat pengeluaran serum dari pembuluh darah.( Sarwono
Prawirohardjo : 2009 )
b. Etiologi
Kaput suksedaneum terjadi karena adanya tekanan pada
kepalasa oleh jalan lahir. Keadaan ini bisa terjadi pada partus lama atau
persalinan dengan vacuum ekstraksi.( dr.Arief ZR:2009 )
c. Patofisiologi
Kelainan ini timbul karena tekanan yang keras pada kepala
ketika memasuki jalan lahir sehingga terjadi bendungan sirkulasi
kapiler dan limfe disertai pengeluaran cairan tubuh ke jaringan ekstra
vaskuler.Benjolan caput ini berisi cairan serum dan sering bercampur
dengan sedikit darah.
Menurut Sarwono Prawiraharjo dalam Ilmu Kebidanan
2002,proses perjalanan penyakit caput succedaneum adalah sebagi
berikut :
Pembengkakan yang terjadi pada kasus caput succadeneum
merupakan pembengkakan difus jaringan otak, yang dapat

melampaui sutura garis tengah.


Adanya edema dikepala terjadi akibat pembendungan sirkulasi
kapiler dan limfe disertai pengeluaran cairan tubuh. Benjolan
biasanya ditemukan didaerah presentasi lahir dan terletak

periosteum hingga dapat melampaui sutura.


d. Gejala :
Udema di kepala
Terasa lembut dan lunak pada perabaan
Udema melampaui tulang tengkorak
Batas yang tidak jelas
4

Benjolan akan menghilang sekitar 2-3 hari pengobatan (dr. Arief

ZR : 2009)
e. Penatalaksanaan
Perawatan bayi sama dengan perawatan bayi normal
Pengawasan keadaan umum
Berikan lingkungan yang baik, adanya ventilasi dan sinar matahari

yang cukup
Pemberian ASI yang adekuat, ajarkan ibu cara menetekkan dengan
tiduran untuk mengurangi anak jangan sering di angkat, agar

benjolan tidak meluas.


Pencegahan infeksi harus dilakukan untuk menghindari adanya
infeksi pada benjolan
Berikan konseling kepada orang tua tentang:
a) Keadaan trauma yang dialami oleh bayi
b) Jelaskan bahwa benjolan akan mengilang dengan sendirinya
setelah 2 sampai 3 minggu tanpa pengobatan
c) Perawatan bayi sehari-hari
d) Manfaat dan teknik pemberian ASI (dr. Arief ZR : 2009)

2.2.1.2. Cephalhematom
a. Defenisi
Adalah pembengkakan pada daerah kepala yang disebabkan
karena

adanya

penumpukan

darah

akibat

perdarahan

pada

subperiostinum.(dr. Arief : 2009)


b. Etiologi
Dapat disebabkan oleh beberapa kondisi seperti adanya tekanan
jalan lahir yang terlalu lama, mollage yang terlalu keras sehingga
selaput tengkorak robek, dan partus degan tindakan, misal : forceps,
vacuum ekstrasi (dr.Arief ZR : 2009)
c. Patofisiologi
5

Cephal hematoma terjadi akibat robeknya pembuluh darah


yang melintasi tulang kepala kejaringan periosteum.Robeknya
pembuluh darah ini dapat terjadi pada persalinan lama. Akibat
pembuluh darah ini timbul timbunan darah di daerah sub periosteal
yang dari luar terlihat berjalan.
Bagian kepala yang hemotema biasanya berwarna merah akibat
adanya penumpukan daerah yang pedarahan sub periosteum.( sarwono
prawirohardjo : 2009 )
d. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala yang muncul pada bayi dengan sefal heatoma
adalah sebagai berikut:

Kepala tampak bengkak dan berwarna merah


Tampak benjolan dengan batas yang tegas dan tidak melampaui

tulang tengkorak
Pada perabaan terasa mula-mula keras kemudian menjadi lunak
Benjolan tampak jelas 6 sampai 8 jamsetelah lahir
Benjolan akan menghilang dalam beberapa minggu (dr. Arief ZR :

2009)
e. Penatalaksanaan
Perawatan yang

dilakukan

hampir

sama

dengan

kaput

suksedaneum hanya saja jangan sering di angkat dari temapat tidur.


Cairan tersebut akan hilang terabsorbsi dengan sendirnya dalam
beberapa waktu( dr. Arief ZR : 2009 )
f. Pemeriksaan Penunjang
Lakukan pemeriksaan radilogik apabila dicurigai terdapat
kelainan neurologis atau jika terdapat fraktur tulang tengkorak dan
penilaian faktor pembekuan. ( Kenneth J Leveno : 2009 )
Tabel Perbedaan Caput Succedaneum dan Cephal Hematoma
PERBEDAAN
TERJADI
KARENA
ISINYA
BATAS
PINGGIR
PERABAAN

CAPUT SUKSEDANEUM

SEFAL HEMATOMA

Odema

Perdarahan

Cairan getah bening

Darah

Melampaui batas tulang


tengkorak
Lembut

Tidak melampaui batas tulang


tengkorak
Teraba keras

HILANGNYA

Hilang dalam beberapa jam (2


3 hari)

Membutuhkan waktu lebih


lama, hilang dalam beberapa
minggu sampai beberapa bulan

2.2.2. Perlukaan pada susunan syaraf


2.2.2.1. Pleksus Brakialis
Jejas pleksus brakialis sering terjadi pada bayi makrosomik (Berat bayi
baru lahir lebih dari 400 gram) dan pada penarikan lateral dipaksakan pada
kepala dan leher selama persalinan bahu pada presentasi verteks atau bila
lengan diekstensikan berlebihan diatas kepala pada presentasi bokong serta
adanya penarikan berlebihan pada bahu. Trauma pleksus brakialis dapat
mengakibatkan paralisis Erb-Duchenne dan paralisis Klumpke.Bentuk
paralisis tersebut tergantung pada saraf servikalis yang mengalami trauma.
Pengobatan pada trauma pleksus brakialis terdiri atas imobilisasi
parsial dan penempatan posisi secara tepat untuk mencegah perkembangan
kontraktur
Tanda gejala : hilangnya refleks moro dan biseps (bayi tidak dapat abduksi
lengan dan supinasi lengan bawah). Posisi khasnya aduksi serta rotasi interna
lengan disertai pronasi lengan bawah (waiters tip). Terapi dengan imobilisasi
parsial serta pengaturan posisi yang tepat. Pada posisi lengan atas, lengan
diabduksi 90 derajat, disertai rotasi eksternal bahu dan supinasi penuh lengn
bawah dengan telapak tangan menghadap wajah. Imobilisasi secara berkala
dan diantara waktu makan. Paralisis lengan bawah dan tangan dibidai dalam
posisi netral dengan bantalan diletakakan di atas kepalan tangan. Jika paralisis
menetap selama 3-6bulan, segera rujuk ke dokter bedah saraf

2.2.3. Fraktur
2.2.3.1. Fraktur Klavikula
1. Definisi
Fraktur tulang klaviula merupakan trauma lahir pada tulang yang
tersering ditemukan dibandingkan dengan trauma tulang.Hal ini
biasanya terjadi akibat distorsia, seperti perlahiran bahu pada
perlahiran vertex atau lengan ekstensi pada perlahiran bokong.( Sharon
J Reeder : 2011 )
2. Etiologi
a. Distosia bahu
b. Berat lahir
c. Persalinan midforceps( Sharon J Reeder : 2011 )
3. Tanda dan gejala
a. Bayi tidak dapat menggerakkan lengan secara bebas
pada sisi yang mengalami gangguan.
b. Bayi rewel karena kesakitan.
c. Adanya krepitasi dan perubahan warna kulit di
tempat yang sakit/fraktur.
d. Tidak adanya refleks moro pada sisi yang sakit (dr.
Arief ZR : 2009)
4. Penatalaksanaan
a. Batasi pergerakan bayi
b. Immobilisasi lengan dan bahu pada sisi yang sakit
c. Rawat bayi dengan hati-hati
d. Berikan nutrisi yang adekuat (Pemberian ASI yang adekuat dengan
cara mengajarkan kepada ibu cara peberian ASI dengan posisi
tidur, dll)
e. Rujuk (dr.Arief ZR : 2009)
2.2.3.2. Fraktur tulang panjang
1. Definisi
Tidak adanya gerakan spontan lengan atau tungkai merupakan
tanda awal fraktur tulang panjang, diikuti oleh pembengkakan dan
8

nyeri pada pergerakan pasif. Fraktur tulang panjang dibagi menjadi 2,


yaitu :
a. Fraktur tulang humerus terjadi pada kesalahan teknik dalam
melahirkan lengan pada presentasi kepala atau pada sungsang
dengan menjungkit ke atas. Pada keadaan ini biasanya sisi yang
terkena tidak dapat digerakkan dan reflex moro sisi tersebut
menghilang.
b. Fraktur femur jarang terjadi dan biasanya disebabkan oleh
kesalahan teknik dalam menolong persalinan sungsang. (Sarwono
Prawirohardjo : 2009)

2. Etiologi
Fraktur tulang panjang umumnya terjadi karena kesalahan
teknik dalam menonlong kelahiran letak sungsang dengan tangan
menjungkit ke atas. (Sarwono Prawirohardjo : 2009)
3. Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekekuatan
dan gaya pegas untuk menahan tekanan (Apley, A. Graham, 1993).
Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat
diserap

tulang,

maka

terjadilah

trauma

pada

tulang

yang

mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang (Carpnito,


Lynda Juall, 1995).Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh
darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang
membungkus tulang rusak.Perdarahan terjadi karena kerusakan
tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang.Jaringan
tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah.Jaringan yang
mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang
ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan
infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari
proses penyembuhan tulang nantinya ( sarwono prawirohardjo : 2009 )
9

4. Gejala
a. Berkurangnya gerakan tangan yang sakit
b. Adanya gerakan asimetris serta ditemukannya deformitas dan
krepitasi pada tulang
c. Pembengkakan pada bagian yang terkena
c. Terjadinya nyeri pada gerakan pasif (Sarwono Prawirohardjo :
2009)
5. Penatalaksaan
a. Imobilisasi 2 4 minggu
b. Pada fraktur femur dapat dilakukan traksi tungkai walaupun fraktur
hanya terjadi unilateral(Sarwono Prawirohardjo : 2009)

6. Pemeriksaan Diagnostik
Konsultasi dokter bedah tulang dan pemeriksaan radiologi
untuk

membedakan

fraktur

dengan

arthritis

septic(Sarwono

Prawirohardjo : 2009)
2.2.4 Perdarahan Intrakranial-Intraventrikular
Pendarahan intrakranial dapat terjadi karena trauma atau asfiksia, dan
sesekali oleh diatesis perdarahan primer. Faktor-faktor predisposisinya antara
lain disproporsi sefalopelvi, pelahiran presentasi bokong serta pelahiran di
bantu alat, defisiensi vit K, trombositopeni isoimun,
Pendarahan intraventrikular pada bayi prematur dapat terjadi tanpa
trauma yang jelas. Sekitar dua pertiga bayi prematur lahir dengan berat di
bawah 750 g (N : 2500-4000 g) bisa menderita keadaan ini. Perdarahan terjadi
di matriks germinal subependimal. Pembuluh darah yang kurang matang betul
di daerah periventikular yang kaya akan pembuluh ndarah ini rentantercederai
oleh berbagai macam tekanan, yang bersamaan dengan pasokan vaskularisasi
yang buruk, membuat bayi prematur rentan mengalami PIV.
Tanda gejala yang sering muncul : penurunan atau tidak ada reflek
moro, tonus otot yang buruk, letargi, apnea, dan pucat.
Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis dan manifestasi kinis.
Scanning ultrasound pada kranium dalah standar pencitraan yang di gunakan
untuk memastkan diagnosis. Neonatus yang di curigai menderita pendarahan
10

intrakranial menjalani pemeriksaan magnatic resonance imaging (MRI) atau


computerised tomography (CT) otak.
Insiden perdarahan intrakranial akibat trauma dapat ditrurunkan
dengan tatalaksana proaktif disproporsi sefalopelvik serta pelahiran dengtan
operasi. Insiden PIV pada neonatus prematur dapat diturunkan dengan
pemberiaan steroid antenatal dan ventilasi yang memadai. Semua bayi harus
mendapat vit K untuk mencegah perdarahan akibat defisiensi vit K.

2.3. Etiologi
Menurut A.H. Markum dkk (1991 : 266) Etiologi trauma persalinan secara umum :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Makrosomia(Berat bayi baru lahir lebih dari 4000 gram)


Mal presentasi (bagian terendah janin yang tidak sesuai)
Presentasi ganda (bagian terendah janin lebih dari 1 bagian)
Disproporsi sephalo pelvik (ketidak sesuaian panggul dan kepala janin)
Kelahiran dan tindakan (proses persalinan yang tidak spontan tapi dengan
menggunakan alat)
Persalinan lama (persalinan yang lebih dari 24 jam)
Persalinan presipitatus (persalinan dimana gejala Kala I tidak dirasakan sakit dan
berakhir dengan lahirnya bayi.
Bayi kurang bulan (bayi lahir dengan usia kehamilan 22 26 minggu)
Distosia bahu (kemacetan bahu)

11

2.5. Pemeriksaan Penunjang


Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis dan manifestasi kinis. Scanning
ultrasound pada kranium dalah standar pencitraan yang di gunakan untuk memastkan
diagnosis. Neonatus yang di curigai menderita pendarahan intrakranial menjalani
pemeriksaan magnatic resonance imaging (MRI) atau computerised tomography (CT)
otak. Pemeriksaan X-Ray tengkorak dilakukan bila dicurigai adanya fraktur (mendekati
hampir 5% dari seluruh cephal hematom). Dan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai
kadar bilirubin, hematokrit, dan hemoglobin.(Alpers, ann.2006).
2.6. Penatalaksanan
Penatalaksanaan umum pada pasien dengan trauma persalianan :
a) Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan :
1. Manajemen jalan nafas :Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw
trust bila perlu, Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi
2. Berikan oksigen sesuai indikasi
3. Pantau tanda dan gejala peningkatan TIK, Kaji perubahan tanda-tanda vital,
Kaji respon pupil, Catat gejala dan tanda-tanda: muntah, lethargi, gelisah,
nafas keras, gerakan tak bertujuan.
4. Bayi dengan caput succedaneum diberi ASI langsung dari ibu tanpa makanan
tambahan apapun, maka dari itu perlu diperhatikan penatalaksanaan
pemberian ASI yang adekuat dan teratur
5. Hematoma masif terkadang menyebabkan pendarahan yang cukup parah
sehingga membutuhkan transfusi
6. Semua bayi harus mendapat vit K untuk mencegah perdarahan akibat
defisiensi vit K.
7. Terapi dengan imobilisasi parsial serta pengaturan posisi yang tepat
8. Fraktur Clavikula dapat ditangani dengan mengikat lengan bayi ke batang
tubuh untuk membatasi gerakan bayi.
12

9. Fraktur corpus humeri biasanya ditangani dengan pemasangan bidai, lengan


dengan diikatkan ke dada. Penyembuhan terjadi dalam waktu 2-4 minggu.
10. Pada fraktur femur, traksi suspensi kedua ekstermitas bawah akan memberikan
hasil yang baik, meskipun frakturnya bersifat unilateral. Pemyembuhan
biasanya disertai pembentukan tulang kalus yang berlebihan.
b) Prosedur tindakan keperawatan trauma persalinan (David T.Y.Liu. 2007)
1. Informasikan orang tua akan kondisi bayi
2. Rawat trauma jika memungkinkan
3. Diskusikan secara mendalam tentang penyebab dan konsekuensi trauma. Bila
perlu ajukan permohonan maaf jika penyebab jejas iatrogenik (misalnya insisi
kulit mengenai bayi pada seksio sesaria)
4. Selidiki sepenuhnya jika penyebab tidak jelas dan informasikan kepada orang
tua arah peneylidikan dan keputusan selanjutnya
5. Dekumentasikan setiap tindakan keperawatan yang dilakukan

13

Anda mungkin juga menyukai