Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Teori


Selama pernapasan normal dan tenang, semua kontraksi otot pernapasan
terjadi selama inspirasi. Ekspirasi adalah proses yang hampir seluruhnya pasif
akibat sifat elastis daya lenting paru ( elactic recoil ) dan rangka dada. Jadi, dalam
keadaan istirahat, otot-otot pernapasan bekerja untuk menimbulkan inspirasi tapi
tidak untuk menimbulkan ekspirasi. Kerja inspirasi dapat dibagi menjadi tiga
bagian yaitu :
1. Yang dibutuhkan untuk pengembangan paru dalam melawan daya elastisitas paru
dan dada, yang disebut kerja komplians atau kerja elastis
2. Yang dibutuhkan untuk mengatasi viskositas paru dan struktur dinding dada, yang
disebut kerja resistensi jaringan
3. Yang dibutuhkan untuk mengatasi resistensi jalan napas terhadap pergerakan udara
ke dalam paru, yang disebut kerja resistensi jalan napas.

1.1.1

Volume Paru
Yang dimaksud dengan volume paru adalah volume udara yang mengisi

petak-petak ruangan udara didalam paru. Terdapat empat volume paru yaitu :
1. Tidal Volume (TV) / volume pasang surut adalah volume udara yang
diinpirasikan atau diekspirasi setiap kali bernapas normal. Besarnya
kira-kira 500 mililiter usia dewasa yang masih sehat atau normal.
Volume tidal dapat dihitung dengan cara orang coba bernapas kedalam
spirometer s/d 5 kali atau lebih, kemudiam diambil rata ratanya.
2. Inspiratory Reserve Volume (IRV) / volume cadangan inspirasi adalah
volume udara ekstra maksimal yang dapat diinspirasi atau dihisap lagi
setelah melakukan inspirasi normal pada pernapasan biasa. Besarnya
IRV pada usia dewasa muda yang normal dan sehat rata rata 3000 ml.

3. Ekspiratory Reserve Volume (ERV) / volume cadangan ekspirasi adalah


volume udara ekstra maksimal yang dapat diekspirasi atau dihembuskan
lagi setelah melakukan ekspirasi normal pada pernapasan biasa.
Besarnya ERV pada usia dewasa muda yang normal dan sehat adalah
rata rata 1100 ml.
4. Residual Volume (RV) / volume residu yaitu volume udara yang masih
tetap berada dalam paru setelah ekspirasi paling kuat, volume ini
besarnya pada usia dewasa muda yang sehat dan normal adalah kira-kira
1200 ml.
Tidak semua volume paru dapat diukur memakai spirometer dengan metode
biasa, sebagai contoh volume residu (RV) yang tidak dapat dikeluarkan dari paru
hanya dapat diukur dengan cara :
a. Metode terbuka : menggunakan spirometer terbuka dengan metode dilusi
b. Metode tertutup : menggunakan Douglas Bag
c. Menggunakan Body Plethysmograph

1.1.2

Kapasitas Paru
Kapasitas paru adalah penjumlahan dua volume paru atau lebih. Berikut ini

adalah beberapa macam kapasitas paru :


1. Inspiratory Capacity (IC) / kapasitas inspirasi sama dengan volume
tidal ditambah volume cadangan inspirasi (TV + IRV). Ini adalah
jumlah udara (kira-kira 3500 ml) yang dapat dihirup oleh seseorang
sebanyak-banyaknya setelah melakukan ekspirasi biasa pada pernapasan
normal.
2. Fungtional Residual Capacity (FRC) / kapasitas sisa fungsional adalah
sama dengan penjumlahan volume cadangan ekspirasi ditambah volume
residu (ERV + RV). Ini adalah jumlah udara yang tersisa dalam paru
pada akhir ekspirasi normal (kira-kira 2300 ml). Seperti yang diketahui
bahwa RV tidak dapat diukur dengan spirometer yang digunakan pada
praktikum, maka FRC yang merupakan penjumlahan RV + ERV juga
tidak dapat diukur pada pernapasan ini.
3. Vital Capacity (VC) / kapasitas vital sama dengan penjumlahan volume
cadangan inspirasi ditambah volume tidal dan ditambah volume
2

cadangan ekspirasi (IRV + TV + ERV). Ini adalah jumlah udara


maksimum yang dapat dihisap atau dikeluarkan seseorang dari paru,
setelah terlebih dahulu mengisi paru secara maksimum dan kemudian
mengeluarkan sebanyak-banyaknya (kira-kira 4600 ml). Ada 2 cara
untuk mengukur besarnya kapasitas vital, yaitu :
a. Cara One Stage :
Setelah menghembuskan napas biasa, orang coba menghisap
udara (inspirasi) semaksimal mungkin, kemudian langsung
menghembuskan napas (ekspirasi) semaksimal mungkin.
b. Cara Two Stage :
Setelah menghembuskan napas biasa, orang coba menghisap
udara (inspirasi) semaksimal mungkin, lalu menghembuskan
napas biasa (dengan rileks), disusul dengan bernapas tenang
beberapa kali, baru setelah itu menghembuskan napas (ekspirasi)
semaksimal mungkin.
4. Total Lung Capacity (TLC) / kapasitas paru total adalah volume
maksimum yang ada dalam paru dan merupakan penjumlahan dari
semua volume paru yang jumlahnya kira-kira 5800 ml (IRV + TV +
ERV + RV). Jumlah ini sama dengan kapasitas vital ditambah volume
residu (VC + RV).

Gambar 1 : volume-volume paru


Semua harga yang diperoleh dari percobaan ini masih berada dalam
keadaan ATPS (Ambient Temperature Pressure Saturated ) dan masih harus diubah
ke dalam keadaan BTPS (Body Temperature Pressure Saturated).

1.1.3

Ketentuan Rumus Perhitungan Praktikum


Dalam praktikum ini terdapat beberapa ketentuan dan rumus-rumus

perhitungan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Berikut beberapa ketentuan dan


rumus-rumus perhitungannya :
Merubah hasil-hasil yang diperoleh dalam praktikum ini dari kondisi ATPS
ke dalam kondisi BTPS menggunakan rumus Boyle-Gay Lussac :

P1 V1
P V2
2
T1
T2
Keterangan :
P1 = P barometer ruangan P uap air pada suhu ruangan
V1 = volume yang dicatat oleh spirometer (dalam ATPS)
T1 = 273 + temperatur ruangan dalam derajat celcius
P2 = P barometer ruangan P uap air pada suhu tubuh
V2 = Volume yang dicari (dalam BTPS)
T2 = 273 + temperatur tubuh dalam derajat celcius

Harga Standar Vital Capacity (VC) / Kapasitas Vital :


Pria

{27,63 (0,112 X umur dalam tahun )} X tinggi badan dalam cm

Wanita =

{21,78 (0,101 X umur dalam tahun)} X tinggi badan dalam cm

Harga Standar Kapasitas Pernapasan Maksimal (KPM) :


Pria = {86,5 (0,522 X umur dalam tahun)} X LPT dalam m2
Wanita = {71,3 (0,474 X umur dalam tahun)} X LPT dalam m2
4

LPT = Luas Permukaan Tubuh, ditentukan dengan menggunakan Nomogram Aub


du Bois yang berdasarkan berat dan tinggi badan.

Harga Normal FEV1 :


Harga normal FEV1 tergantung pada metoda dan negara mana yang dipakai
sebagai acuan. Kali ini ditampilkan 2 acuan yang dipakai, pertama acuan dari
Amerika Serikat atau negara barat, dan yang kedua acuan Indonesia yang
merupakan hasil penelitian bersama Universitas Airlangga yang di wakili oleh
Fakultas Kedokteran Unair dalam hal ini Laboratorium Ilmu Faal dan Ilmu
Kesehatan Masyarakat dengan Universitas Indonesia yang diwakili oleh Fakultas
Kedokteran UI antara lain oleh Laboratorium Penyakit Paru, Fakultas Kedokteran
Masyarakat oleh Laboratorium Biostatistik dan FETP (Field Epidemiology
Training Program).
Harga normal barat dan batasannya : FEV1 dengan harga relatifnya
yaitu perbandingan harga FEV1 dan FVC sebesar 83% dengan ketentuan bila harga
itu kurang dari 75% maka hasil tersebut menunjukan adanya kelainan obstruksi
(obstructive disease).
Harga normal Indonesia : FEV1 mempunyai 2 harga, pertama harga
absolut dengan satuan liter dan harga relatif dengan satuan persen. Untuk harga
absolut maka harganya ditentukan oleh rumus tertentu dimana FEV 1 tergantung
pada tinggi badan dan umur orang coba.

CARA PEMERIKSAAN FEV1


1. Dibandingkan dengan FVC
FEV1
disebut normal bila 75 %
FVC
2. Dibandingkan dengan FEV1 Standar

FEV1
FEV1 standar

FEV1
FEV1 standar

3.

disebut normal bila 80 %

FVC

disebut normal bila 80 %

FVC standar

Harga Standar FEV1 :

FEV1 pria = -4,002 + (0,048 x Umur) + (0,039 x TB) + {(1,49 x C) (0,074 x C x Umur)}
FEV1 wanita = -2,39 + (0,017 x Umur) + (0,029 x TB) + {0,85 x C) (0,039 x C x Umur)}

Batasan :
Normal

: bila FEV1 hitung > 80 % harga standar

Obstruksi ringan

: bila FEV1 hitung < 80 % dan > 60 % harga normal

Obstruksi sedang

: bila FEV1 hitung <60 % dan > 40 % harga normal

Obstruksi berat

: bila FEV1 hitung < 40 %

Untuk harga relatif, pebandingan (ratio) FEV1 dengan FVC dalam satuan
persen hanya tergantung pada umur saja :
Ratio FEV1 / FVC pria = 96,63 (0,365 x Umur dalam tahun)
Ratio FEV1 / FVC wanita = 97,89 (0,318 x Umur dalam tahun)
Batasan :
Normal

: bila ratio hitung > 80 % harga standar


6

Obstruksi ringan

: bila ratio hitung < 80 % dan > 60 % harga normal

Obstruksi sedang

: bila ratio hitung <60 % dan > 40 % harga normal

Obstruksi berat

: bila ratio hitung < 40 % harga standar

Harga Normal FVC :


FVC pria = - 5,44 + (0,061 x Umur) + (0,048 x TB) + {(1,62 x C) (0,074 x C x Umur)}

FVC wanita = - 3,37 + (0,028 Umur) + (0,036 x TB) + {(1,00 x C) (0,0458 x C xUmur)}

Batasan :
Normal

: bila FVC hitung > 80 % harga standar

Obstruksi ringan

: bila FVC hitung < 80 % dan > 60 % harga normal

Obstruksi sedang

: bila FVC hitung <60 % dan > 40 % harga normal

Obstruksi berat

: bila FVC hitung < 40 % harga standar

Keterangan :
Umur : Dalam tahun
TB

: Tinggi badan dalam cm

: constanta,

C = 0, bila < 21 tahun dan


C = 1, bila umur 21 tahun

1.2

Permasalahan
Dalam praktikum ini terdapat beberapa permasalahan yang dimunculkan,
yaitu :
Pada Bagian Pengukuran Vital Capacity (VC) / Kapasitas Vital (KV) :
1. Berapakah presentase harga KV yang didapat dalam (BPTS) di banding dengan
harga standar ?
2. Normalkah paru dari orang coba tersebut ?

Pada Bagian Pengukuran Forced Vital Capacity (FVC) / Kapasitas Vital


Paksaan :
1. Udara dari bagian mana yang diekspirasikan pada detik pertama, kedua, dan
ketiga ?
2. Bagaimana kesan anda terhadap paru-paru orang coba ?
3. Diantara FEV1, FEV2, FEV3, manakah yang paling cocok untuk mendeteksi
kelainan paru secara epidemiologik dan manakah yang secara faal ?

Pada Bagian Pengukuran Kapasitas Pernapasan Maksimal (KPM) :


1. Hitunglah harga KPM standar dan bandingkan dengan hasil perhitungan dari
percobaan anda, normalkah harga tersebut ?

1.3

Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui pernapasan pada orang coba.
2. Memahami pengukuran Volume Paru, KPM, dan FEV
3. Mampu membandingkan hasil praktikum dengan teori, serta dapat memberi
alasan jika percobaan tidak sama dengan teori.

BAB II
METODE KERJA

2.1

Alat-Alat dan Bahan Praktikum

Jenis spirometer tertutup yang digunakan dalam percobaan ini :


o Spirometer Harvard
Timbangan dan pengukur tinggi badan
Barometer air raksa
Penjepit hidung dan mouth piece yang steril
Stopwatch
Autospirometer

Kertas spirogram

Gambar 2 : skema spirometer

2.2

Pengukuran Vital Capacity (VC) / Kapasitas Vital (KV)


Cara Kerja :
1. Letakkan sungkup

spirometer pada posisi paling rendah. Tutup hubungan

spirometer dengan udara luar dan isilah spirometer dengan oksigen murni.
Berikutnya hidupkan aliran listrik dan jalankan drum pencatat dengan kecepatan
yang paling rendah.
2. Pasang mouth piece pada pipa spirometer dan letakkan karet mouth piece di antara
gigi dan bibir, kemudian hidung dijepit dengan penjepit hidung sehingga orang

10

coba bernapas melalui mulut. Selama percobaan orang coba harus dalam posisi
berdiri.
3. Setelah orang coba terbiasa bernapas melalui mouth piece, maka bukalah hubungan
antara mulut dengan spirometer.
4. Perintahkan orang coba bernafas biasa ke dalam spirometer sebanyak kurang lebih
5 kali (untuk menghitung TV) setelah itu orang coba melakukan perhitungn KV
one stage dan two stages.
5. Rubahlah hasil-hasil yang diperoleh dalam kondisi ATPS ke BTPS dengan rumus
Boyle-Gay Lussac :
P1 V1
P V2
2
T1
T2

2.3

Pengukuran Forced Vital Capacity (FVC) / Kapasitas Vital Paksaan


FVC adalah kapasitas vital yang diperoleh dengan usaha semaksimal
mungkin dengan bantuan kontraksi sekuat-kuatnya dari otot-otot pernapasan utama
dan otot-otot pernapasan tambahan. Jumlah udara yang dihembuskan secara
maksimal pada kapasitas vital paksaan ini dapat diukur pada saat detik pertama
(FEV1), kedua (FEV2), dan ketiga (FEV3).

Cara Kerja : Perintahkan orang coba untuk menghirup udara dari spirometer
semaksimal mungkin, tahan sebentar kemudian hembuskan udara pernapasan
11

kedalam spirometer dengan sekuat-kuatnya, sementara itu drum pencatat diputar


dengan kecepatan paling tinggi (20 mm/detik). Di sini dapat diukur jumlah udara
yang dihembuskan secara maksimal pada detik pertama (FEV1), detik kedua
(FEV2), dan detik ketiga (FEV3) yang dibandingkan dengan jumlah udara yang
dikeluarkan pada kapasitas vital paksaan.

2.4

Pengukuran Kapasitas Pernapasan Maksimal (KPM)


KPM adalah jumlah udara yang dapat dihisap atau dihembuskan secara
maksimal selama satu menit. Bila ada hambatan dari jalan napas, maka harga KPM
ini akan turun.
KPM harus dibedakan dengan :
1. Menit Volume : yaitu jumlah udara yang dihisap ataupun dikeluarkan dalam
waktu satu menit = TV x frekuensi napas/menit
2. Alveolar Ventilation : yaitu jumlah udara yang mengadakan pertukaran gas
dengan kapiler alveoli dalam waktu satu menit = (TV dead space) x frekuensi
napas/menit
Cara Kerja :
Karena dalam praktikum ini alat yang tersedia adalah spirometer Harvard,
maka hanya dijelaskan cara kerja menggunakan Spirometer Harvard.
1) Perintahkan orang coba bernapas secepat-cepatnya dan semaksimal mungkin dari
dan ke dalam spirometer, sementara itu drum pencatat diputar dengan kecepatan
sedang (10 mm/detik) selama 12 detik.
2) Besarnya amplitudo pada setiap kali napas diukur, demikian pula banyaknya
frekuensi napas yang terjadi selama 12 detik tersebut.
3) Besarnya kapasitas pernapasan maksimal = Volume tidal maksimal tiap kali
bernapas x frekuensi pernapasan selama 12 detik x 60/12

(liter/menit).

BAB III
HASIL PRAKTIKUM

12

3.1

Data Hasil Praktikum


Di bawah ini merupakan data hasil praktikum yang di lakukan pada hari
Selasa, 20 November 2012 di Laboratorium Faal gedung A lantai 2 yang mencatat
data orang coba pada test Pengukuran Volume Paru, KPM dan FEV.
Data orang coba
Nama

: Grady Christian

Usia

: 20 th

Berat badan

: 86 kg

Tinggi badan

: 177 cm

LPT

2
: 2.02 m

Tekanan barometer ruangan

: 768.8 mmHg

Suhu ruangan

: 28

Suhu tubuh orang coba

: 370 C

280 C

Tekanan uap air pada suhu ruangan : 28 mmHg


Tekanan uap air pada suhu tubuh

: 46,6 mmHg

P1 = 768.8 28
= 740.8 mmHg
T1 = 273 + 28 = 301 K
P2 = 768.8 46,6
= 722.2 mmHg
T2 = 273 + 37 = 310 K

13

3.2

Pengukuran Vital Capacity (VC) / Kapasitas Vital (KV)


Cara One Stage :
1. OSI
Pada OSI didapatkan tinggi puncak inspirasi(+) ke puncak ekspirasi (-)
adalah 121 mm
2. OSE
Pada OSE didapatkan pula tinggi puncak ekspirasi (-) ke puncak inspirasi
(+) adalah 121 mm
Karena nilai OSI dan OSE sama maka perhitungannya adalah
sebagai berikut :
VC = 121 mm x 30 ml = 3630 ml O2 = 3.63 L O2 (ATPS) V1
P1 V1
P V2
2
T1
T2
740.8 3.63 722.2 V2

301
310
V2 3.83 L
Jadi VC 3,83 L O 2 (BTPS)

Cara Two Stage :


IRV
ERV

= 105 mm
= 60 mm
abcd e
TV
5

38 31 33 30 34
5

33.2 mm

VC = TV + IRV + ERV = 33.2 + 105 + 60 = 198,2 mm


VC = 198,2 x 30 ml = 5946 ml = 5,94 L O2 (ATPS) V1
14

P1 V1
P V2
2
T1
T2
740,8 5,94 722,2 V2

301
310
V2 6,27 L
Jadi VC 6,27 L O 2 (BTPS)
Harga Standar Vital Capacity (VC) / Kapasitas Vital (KV)
Pria

= {27,63 - (0,112 x umur dalam tahun)} x tinggi badan dalam cm


= {27,63 (0,112 x 20)} x 177
= (27,63 - 2,24) x 177
= 4494 ml
= 4,494 L

Perbandingan Dengan Harga Standar

Cara One Stage :


Karena nilai OSI dan OSE sama maka perbandingan dengan harga standar
dalam satu hitungan yaitu :
3,84
100 % 85.4 % (kondisi normal)
4,494
Cara Two Stage :
6,27
100 % 139.5 % (kondisi normal)
4,494
Karena hasil terbaik didapat pada cara two stage maka hasil two stage
sebesar 139,5 % ini kita jadikan acuan pada pengukuran Vital Capacity (VC) secara
manual.

15

Perbandingan Dengan Hasil Autospirogram


Dari hasil autospirometer disamping didapatkan persentase Vital Capacity (VC)
ialah sebesar 83 % dimana persentase ini masih dalam batasan normal dalam nilai VC.
Sehingga dari hasil perhitungan spirometer secara manual yang didapatkan persentase VC
sebesar 139,5 % dan dengan perhitungan melalui autospirometer yang didapatkan
persentase VC sebesar 83 % maka dapat disimpulkan bahwa Vital Capacity (VC) orang
coba berada pada kondisi normal sehingga tidak menunjukkan adanya kelainan pada
sistem respirasi orang coba baik itu restriksi maupun obstruksi. Namun nilai hasil inipun
harus dicocokkan dengan kondisi orang coba waktu pemeriksaan apakah dalam kondisi
normal atau tidak. Dan faktor kesalahan pun juga harus diperhatikan karena faktor
kesalahan ini bisa mempengaruhi hasil praktikum ini dan faktor kesalahan itu nantinya
akan dijelaskan pada Bab Pembahasan.

3.3

Pengukuran FVC dan FEV


FEV1

= 94 mm
= 94 mm x 30 ml = 2820 ml O2 = 2,82 L O2 (ATPS) V1

P1 V1
P V2
2
T1
T2
740,8 2,82 722,2 V2

301
310
V2 2,98 L
Jadi FEV1 2,98 L O 2 (BTPS)

FVC

= 128 mm
= 128 mm x 30 ml O2 = 3840 ml O2 = 3,84 L O2 (ATPS) V1

16

P1 V1
P V2
2
T1
T2
740,8 3,84 722,2 V2

301
310

P1V 1
T1

V2 4,05 L
Jadi FVC 4,05 L O 2 (BTPS)

Harga Standar FEV1


Pria

= - 4,002 +(0,048 x 20)+ (0,039 x 177) + (1,49 x 0)- (0,07 x 0 x 20)


= 3,861 L

Ratio / Harga Relatif (FEV1 / FVC)


Pria = 96,63 (0,365 x 20)
= 89,33
= 0,89 0,90

(dalam kondisi normal)

Harga Standar FVC


Pria = - 5,44 + (0,061 x 20) + (0,048 x 177) + ((1,62 x 0) - (0,074 x 0 x20))
= - 5,44 + 1,22 + 8,496
17

= 4,276 L

Cara Pemeriksaan FEV1


1. Dibandingk an dengan FVC

2. Dibandingk an dengan FEV1 standar

FEV1
100 %
FVC

FEV1
100 %
FEV1 standar

2,98
100 %
4,05

73.6 % (obstruksi ringan)

FEV1

FVC

FEV1 standar

2,98
100 %
3,861

77,18 % (normal)

100 %

FVC standar

2,98

4,05
3,861

100 %

4,276

81,1 %

(normal)

3.

Perbandingan Dengan Hasil Autospirogram


Dari hasil autospirometer didapatkan persentase Forced Vital Capacity (FVC) ialah
sebesar 86% dimana persentase ini masih dalam batasan normal dalam nilai FVC
sedangkan dari hasil perhitungan spirometer secara manual

didapatkan persentase-

persentase perhitungannya adalah dalam kondisi normal-obstruksi ringan. Perbedaan


persentase antara perhitungan secara manual dengan auto ini menunjukkan bahwa
kemungkinan besar hasil percobaan pada tahapan ini yaitu FEV dan FVC tidak akurat
sehingga hasil antara keduanya pun berbeda terlalu jauh. Kemungkinan terjadi kesalahan
pada tata kerja dari masing-masing percobaan yang menimbulkan perbedaan yang terlalu
jauh. Sehingga kondisi FVC dan FEV pada orang coba ini tidak dapat kita simpulkan
18

karena terjadi perbedaan yang sangat besar. Namun pada pemeriksaan fisik orang coba
didapatkan kondisi fisik terutama dari sistem pernapasannya terlihat normal. Sehingga
kemungkinan besar hasil autospirogram lah yang menunjukkan nilai keakuratan
sebenarnya. Tapi juga tidak menutup kemungkinan terjadi obstruksi dan restriksi pada
orang coba, oleh karena itu pada praktikum ini terdapat beberapa faktor kesalahan yang
nantinya akan dijelaskan pada Bab Pembahasan.

19

3.4 Pengukuran Kapasitas Pernapasan Maksimal (KPM)


Dalam perhitungan ini digunakan KPM yang diukur selama 12 detik dan
didapatkan sebanyak 9 gelombang dengan amplitudo antara lain :
TV maksimal = 70 mm + 64 mm + 66 mm + 70 mm + 76 mm + 69 mm + 80 mm

+ 92 + 80

42+37+ 41+ 38+46+54 +50+50+ 42


9

= 667 mm

TV maks = 667 mm x 30 ml O2 = 20010 ml O2 = 20,01 L O2/12 detik (ATPS) V1


P1 V1
P V2
2
T1
T2
740,8 20,01 722,2 V2

301
310
V2 21,13 L O 2 /12 detik
Jadi KPM 21,13 L O 2 /12 detik (BTPS)
KPM = TV maksimal (selama 12 detik) x 60/12 KPM selama 1 menit
= 21,13 x 5
= 105,65 L O2/menit
Harga Standar KPM
Pria = (86,5 - (0,522 x 20)) x 2,02
= 153,64 L/menit
Perbandingan Dengan Harga Standar
KPM
100 %
KPM standar

105,65
100 %
153,64

68,76 %

(obstruksi ringan)
20

Perbandingan Dengan Hasil Autospirogram


Dari hasil autospirometer disamping didapatkan persentase Kapasitas Pernapasan
Maksimal (KPM) ialah sebesar 51 % dimana persentase ini tergolong dalam keadaan tidak
normal dari nilai KPM yaitu menunjukkan adanya obstruksi sedangkan dari hasil
perhitungan spirometer secara manual didapatkan persentase KPM sebesar 68,76 %
dimana nilai ini juga tergolong tidak normal dan menunjukkan adanya obstruksi ringan.
Sehingga kondisi KPM pada orang coba ini dapat kita simpulkan terjadi obstruksi. Namun
pada pemeriksaan fisik orang coba saat percobaan tidak terlihat adanya kelainan pada
sistem respirasinya. Sehingga hasil ini tidak harus kita jadikan patokan guna mendiagnosis
orang coba tersebut karena dalam praktikum ini terdapat beberapa faktor kesalahan yang
nantinya bisa memengaruhi hasil praktikum ini. Faktor kesalahan ini akan dijelaskan lebih
lanjut pada bab selanjutnya yaitu pada Bab Pembahasan.

21

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1

Diskusi Hasil Praktikum


4.1.1

Hasil Praktikum Vital Capasity (VC) / Kapasitas Vital (KV)


Dalam percobaan pengukuran Vital Capacity (VC) / Kapasitas Vital (KV)

ini dilakukan dengan tiga cara yakni cara One Stage Ekspirasi (OSE), One Stage
Inspirasi (OSI), dan Two Stage. Dari hasil ketiga cara tersebut, yang dipakai
sebagai acuan nilai Vital Capacity (VC) / kapasitas vital ialah nilai yang terbaik
yakni berasal dari cara Two Stage yang menunjukkan nilai VC sebesar 6,27L
dengan VC standar sebesar 4,494L. Dari hasil yang didapat tersebut, kita dapat
membandingkan kapasitas vital dengan kapasitas vital standarnya untuk
memperoleh presentase yang menunjukkan kondisi paru-paru atau sistem respirasi
dari orang coba, hasil presentasenya menunjukkan nilai sebesar 139,5 %. Hasil
presentase tersebut menunjukkan bahwa kondisi paru-paru orang coba normal.
Dari hasil percobaan menggunakan Autospirometer pun didapatkan hasil
persentase perbandingan antara kapasitas vital orang coba dengan kapasitas vital
standarnya yakni 83 % dan hasil ini pun sama-sama menunjukkan dan
membuktikan bahwa kondisi paru-paru dan sistem respirasi orang coba
kemungkinan sangat besar dalam kondisi normal.

4.1.2

Hasil Praktikum FEV dan FVC


Dalam praktikum ini didapatkan FEV1 pada orang coba adalah sebesar

2,98L dan FEV1 standar pada orang coba didapatkan hasil sebanyak 3,861L.
Kemudian dari hasil tersebut dibandingkan antara FEV 1 dengan FEV1 standar yang
menunjukkan presentase sebesar 77,18 %. Hasil presentase tersebut menunjukkan
bahwa paru-paru orang coba normal, namun hasil tersebut tidak bisa dijadikan
patokan sebagai cara mendiagnosis orang coba. Pada hasil pengukuran FVC
didapatkan nilai sebesar 4,05 liter O2 dan FVC standar sebesar 4,276 liter O2
kemudian persentase perbandingan antara FVC orang coba dengan FVC standarnya
didapatkan sebesar 94 % dimana hasil ini menunjukkan nilai normal. Begitu pula
22

pada hasil pengukuran FVC dengan Autospirometer didapatkan pula persentase


perbandingan antara FVC orang coba dengan FVC standarnya sebesar 86 %. Hal
ini dapat dibuktikan dengan hasil FVC baik secara manual maupun dengan
autospirometer yang menunjukkan persentase tinggi yang menyatakan tidak terjadi
kelainan pada sistem respirasi orang coba. Perbedaan hasil ini dikarenakan terdapat
beberapa faktor kesalahan yang memengaruhi hasil praktikum ini.

4.1.3

Hasil Praktikun Kapasitas Pernapasan Maksimal (KPM)


Dalam praktikum ini didapatkan Kapasitas Pernapasan Maksimal orang

coba sebesar 105,65 liter O2 dan Kapasitas Pernapasan Maksimal standarnya


didapatkan sebesar 153,64 liter O2. Dari hasil tersebut didapatkan persentase
perbandingan antara KPM orang coba dengan KPM standarnya ialah sebesar 68,76
% dimana hasil ini menunjukkan bahwa terjadi obstruksi pada orang coba.
Begitupun hasil percobaan KPM dengan Autospirometer didapatkan
persentase perbandingan antara KPM orang coba dengan KPM standarnya sebesar
51 % yang juga berarti menunjukkan bahwa terjadi obstruksi pada orang coba.
Namun hasil ini tidak bisa kita jadikan patokan secara pasti yang
mendiagnosis si orang coba mengalami obstruksi pada sistem pernapasannya. Hasil
ini dapat kita tolak karena dalam kenyataannya saat pemeriksaan fisik, si orang
coba terlihat normal dan tanpa kelainan apapun pada sistem respirasinya. Untuk itu
kita harus merujuk faktor kesalahan apa saja yang bisa menjadikan hasil praktikum
ini tidak akurat.

4.2

Diskusi Jawaban Pertanyaan


23

Diskusi Jawaban Pertanyaan Vital Capacity (VC) / Kapasitas Vital (KV)


1. Berapa persenkah harga KV yang didapat (dalam BPTS) dibanding dengan harga
standart ?
Jawaban :
3,84
100 % 85.4 % (kondisi normal)
4,494

2. Normalkah paru dari orang coba tersebut ?


Jawaban :
Dari hasil praktikum pada orang coba menunjukkan bahwa kondisi paruparu atau sistem respirasinya dalam keadaan normal. Hal tersebut tercermin dari
hasil presentase perbandingan antara kapasitas vital dengan kapasitas vital standar
yang menunjukkan nilai sebesar > 80 %, dimana hasil persentase perbandingan KV
orang coba dengan KV standarnya ialah sebesar 85,4 % yang termasuk kategori
normal.

Diskusi Jawaban Pertanyaan Forced Vital Capacity (FVC) dan FEV


3. Udara dari bagian mana yang diekspirasikan pada detik pertama, kedua dan ketiga?
Jawaban :
Udara ekspirasi adalah kombinasi dari udara ruang rugi dan udara alveolus,
oleh karena itu komposisi nya secara keseluruhan ditentukan oleh jumlah udara
ekspirasi yang merupakan udara ruang rugi dan jumlah udara alveolus. bagian
pertama udara yang dikeluarkan adalah udara yang berasal dari ruang rugi,
merupakan udara yang lembab yang khas. Pada detik kedua secara progresif
semakin banyak udara alveolus yang bercampur dengan udara ruang rugi sampai
semua udara ruang rugi akhirnya dikeluarkan. Udara pada detik ketiga udara yang
dikeluarkan adalah udara yang berasal dari alveolus.

24

Detik pertama (FEV1) : rongga hidung atau mulut, faring, trakea, dan laring
Detik kedua (FEV2) : bronkus dan cabang-cabangnya sampai dengan bronkus
terminalis
Detik ketiga (FEV3) : bronkus respiratorius sampai alveoli

4. Bagaimana kesan anda terhadap paru-paru orang coba?


Jawaban :
Paru-paru dan sistem pernapasan pada bagian FEV dan FVC ini
menyatakan orang coba mengalami obstruksi ringan (merujuk pada hasil presentase
perbandingan FEV1 dengan FEV1 standar yang menunjukkan hasil sebesar 63 %)
dan normal (merujuk pada hasil presentase perbandingan FVC dengan FVC standar
yang menunjukkan hasil sebesar 99 %), namun hasil tersebut bisa tidak akurat
karena proses maupun mekanisme pelaksanaan praktikum juga memengaruhi hasil
tersebut dan juga ada beberapa faktor kesalahan yang nantinya bisa memengaruhi
keakuratan hasil praktikum. Selain itu kondisi orang coba tidak menunjukkan
terjadi kelainan pada paru-paru dan sistem pernapasan orang coba tersebut.

5. Diantara FEV1, FEV2, dan FEV3 manakah yang lebih cocok untuk mendeteksi
kelainan paru secara epidemiologic dan manakah yang secara faali?
Jawaban :
FEV1 merupakan cara yang tepat untuk mendeteksi kelainan paru sebab
pada saat itu semua otot respirasi bekerja secara maksimal sehingga dapat
terdeteksi bagian otot mana yang tidak bekerja secara maksimal sehingga dapat
didiagnosa orang coba mengalami kelainan paru atau tidak.
Detik pertama (FEV1) : rongga hidung atau mulut, faring, trakea, dan laring
Detik kedua (FEV2) : bronkus dan cabang-cabangnya sampai dengan bronkus
terminalis
Detik ketiga (FEV3) : bronkus respiratorius sampai alveoli

25

Jadi jika secara faali kecendurungan untuk kecocokannya menggunakan


FEV1 sedangkan untuk secara epidemiologinya beberapa sumber ada yang
mengatakan FEV1 dan adapula yang mengatakan FEV3. Namun cukup dengan
melihat FEV 1 saja kemungkinan besar sudah diketahui kelainan faal dan atau
epidemiologinya.

Diskusi Jawaban Pertanyaan Kapasitas Pernapasan Maksimal (KPM)


6. Hitunglah KPM standar dan bandingkan dengan hasil perhitungan dari percobaan
anda, normalkah harga tersebut ?
Jawaban :
Perbandingan KPM hitung dengan KPM Standart
105,65
100 % 68,76 % obstruksi ringan
153,64
Dalam batasan yang ada, paru-paru dan sistem pernapasan orang coba pada
termasuk ke dalam kategori obstruksi ringan.

26

4.3

Faktor Kesalahan
Dalam praktikum ini tidak pasti membuktikan dan mendiagnosis orang coba dalam

keadaan sehat atau mengalami gangguan pada sistem pernapasannya. Ketidakakuratan dari
hasil praktikum ini ditentukan dari beberapa faktor seperti :
-

Kondisi dari orang coba tersebut apakah fit atau tidak baik fisik maupun mentalnya

Peralatan praktikumnya juga bisa berpengaruh, apakah terjadi kebocoran udara


atau tidak

Dari pembimbing orang coba selama praktikum. Misalnya dalam pemberian


perintah dan aba-aba dalam melakukan kerja dalam praktikum ini yang kurang
tepat sehingga apa yang dilakukan orang coba nanti tidak sesuai prosedur
praktikum yang ada yang nantinya akan memengaruhi keakuratan hasil praktikum

Sehingga hasil praktikum ini tidak dapat dijadikan patokan pasti buat diagnosis si
orang coba, apakah paru-paru dan atau sistem pernapasan orang coba tersebut
dalam kondisi normal atau ada kelainan tertentu

27

DAFTAR PUSTAKA

Ganong, W.F.2008.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 22.EGC: Jakarta


Guyton, Arthur C. MD dan J.E Hall.1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi
9.EGC : Jakarta
Guyton, Arthur C. MD dan Hall.2007.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran
edisi 11.EGC: Jakarta
Ward, J. and Robert Clarke.2009.At a Glance Fisiologi.EMS: Jakarta

28

Anda mungkin juga menyukai