PENDAHULUAN
1.1
1.1.1
Volume Paru
Yang dimaksud dengan volume paru adalah volume udara yang mengisi
petak-petak ruangan udara didalam paru. Terdapat empat volume paru yaitu :
1. Tidal Volume (TV) / volume pasang surut adalah volume udara yang
diinpirasikan atau diekspirasi setiap kali bernapas normal. Besarnya
kira-kira 500 mililiter usia dewasa yang masih sehat atau normal.
Volume tidal dapat dihitung dengan cara orang coba bernapas kedalam
spirometer s/d 5 kali atau lebih, kemudiam diambil rata ratanya.
2. Inspiratory Reserve Volume (IRV) / volume cadangan inspirasi adalah
volume udara ekstra maksimal yang dapat diinspirasi atau dihisap lagi
setelah melakukan inspirasi normal pada pernapasan biasa. Besarnya
IRV pada usia dewasa muda yang normal dan sehat rata rata 3000 ml.
1.1.2
Kapasitas Paru
Kapasitas paru adalah penjumlahan dua volume paru atau lebih. Berikut ini
1.1.3
P1 V1
P V2
2
T1
T2
Keterangan :
P1 = P barometer ruangan P uap air pada suhu ruangan
V1 = volume yang dicatat oleh spirometer (dalam ATPS)
T1 = 273 + temperatur ruangan dalam derajat celcius
P2 = P barometer ruangan P uap air pada suhu tubuh
V2 = Volume yang dicari (dalam BTPS)
T2 = 273 + temperatur tubuh dalam derajat celcius
Wanita =
FEV1
FEV1 standar
FEV1
FEV1 standar
3.
FVC
FVC standar
FEV1 pria = -4,002 + (0,048 x Umur) + (0,039 x TB) + {(1,49 x C) (0,074 x C x Umur)}
FEV1 wanita = -2,39 + (0,017 x Umur) + (0,029 x TB) + {0,85 x C) (0,039 x C x Umur)}
Batasan :
Normal
Obstruksi ringan
Obstruksi sedang
Obstruksi berat
Untuk harga relatif, pebandingan (ratio) FEV1 dengan FVC dalam satuan
persen hanya tergantung pada umur saja :
Ratio FEV1 / FVC pria = 96,63 (0,365 x Umur dalam tahun)
Ratio FEV1 / FVC wanita = 97,89 (0,318 x Umur dalam tahun)
Batasan :
Normal
Obstruksi ringan
Obstruksi sedang
Obstruksi berat
FVC wanita = - 3,37 + (0,028 Umur) + (0,036 x TB) + {(1,00 x C) (0,0458 x C xUmur)}
Batasan :
Normal
Obstruksi ringan
Obstruksi sedang
Obstruksi berat
Keterangan :
Umur : Dalam tahun
TB
: constanta,
1.2
Permasalahan
Dalam praktikum ini terdapat beberapa permasalahan yang dimunculkan,
yaitu :
Pada Bagian Pengukuran Vital Capacity (VC) / Kapasitas Vital (KV) :
1. Berapakah presentase harga KV yang didapat dalam (BPTS) di banding dengan
harga standar ?
2. Normalkah paru dari orang coba tersebut ?
1.3
Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui pernapasan pada orang coba.
2. Memahami pengukuran Volume Paru, KPM, dan FEV
3. Mampu membandingkan hasil praktikum dengan teori, serta dapat memberi
alasan jika percobaan tidak sama dengan teori.
BAB II
METODE KERJA
2.1
Kertas spirogram
2.2
spirometer dengan udara luar dan isilah spirometer dengan oksigen murni.
Berikutnya hidupkan aliran listrik dan jalankan drum pencatat dengan kecepatan
yang paling rendah.
2. Pasang mouth piece pada pipa spirometer dan letakkan karet mouth piece di antara
gigi dan bibir, kemudian hidung dijepit dengan penjepit hidung sehingga orang
10
coba bernapas melalui mulut. Selama percobaan orang coba harus dalam posisi
berdiri.
3. Setelah orang coba terbiasa bernapas melalui mouth piece, maka bukalah hubungan
antara mulut dengan spirometer.
4. Perintahkan orang coba bernafas biasa ke dalam spirometer sebanyak kurang lebih
5 kali (untuk menghitung TV) setelah itu orang coba melakukan perhitungn KV
one stage dan two stages.
5. Rubahlah hasil-hasil yang diperoleh dalam kondisi ATPS ke BTPS dengan rumus
Boyle-Gay Lussac :
P1 V1
P V2
2
T1
T2
2.3
Cara Kerja : Perintahkan orang coba untuk menghirup udara dari spirometer
semaksimal mungkin, tahan sebentar kemudian hembuskan udara pernapasan
11
2.4
(liter/menit).
BAB III
HASIL PRAKTIKUM
12
3.1
: Grady Christian
Usia
: 20 th
Berat badan
: 86 kg
Tinggi badan
: 177 cm
LPT
2
: 2.02 m
: 768.8 mmHg
Suhu ruangan
: 28
: 370 C
280 C
: 46,6 mmHg
P1 = 768.8 28
= 740.8 mmHg
T1 = 273 + 28 = 301 K
P2 = 768.8 46,6
= 722.2 mmHg
T2 = 273 + 37 = 310 K
13
3.2
301
310
V2 3.83 L
Jadi VC 3,83 L O 2 (BTPS)
= 105 mm
= 60 mm
abcd e
TV
5
38 31 33 30 34
5
33.2 mm
P1 V1
P V2
2
T1
T2
740,8 5,94 722,2 V2
301
310
V2 6,27 L
Jadi VC 6,27 L O 2 (BTPS)
Harga Standar Vital Capacity (VC) / Kapasitas Vital (KV)
Pria
15
3.3
= 94 mm
= 94 mm x 30 ml = 2820 ml O2 = 2,82 L O2 (ATPS) V1
P1 V1
P V2
2
T1
T2
740,8 2,82 722,2 V2
301
310
V2 2,98 L
Jadi FEV1 2,98 L O 2 (BTPS)
FVC
= 128 mm
= 128 mm x 30 ml O2 = 3840 ml O2 = 3,84 L O2 (ATPS) V1
16
P1 V1
P V2
2
T1
T2
740,8 3,84 722,2 V2
301
310
P1V 1
T1
V2 4,05 L
Jadi FVC 4,05 L O 2 (BTPS)
= 4,276 L
FEV1
100 %
FVC
FEV1
100 %
FEV1 standar
2,98
100 %
4,05
FEV1
FVC
FEV1 standar
2,98
100 %
3,861
77,18 % (normal)
100 %
FVC standar
2,98
4,05
3,861
100 %
4,276
81,1 %
(normal)
3.
didapatkan persentase-
karena terjadi perbedaan yang sangat besar. Namun pada pemeriksaan fisik orang coba
didapatkan kondisi fisik terutama dari sistem pernapasannya terlihat normal. Sehingga
kemungkinan besar hasil autospirogram lah yang menunjukkan nilai keakuratan
sebenarnya. Tapi juga tidak menutup kemungkinan terjadi obstruksi dan restriksi pada
orang coba, oleh karena itu pada praktikum ini terdapat beberapa faktor kesalahan yang
nantinya akan dijelaskan pada Bab Pembahasan.
19
+ 92 + 80
= 667 mm
301
310
V2 21,13 L O 2 /12 detik
Jadi KPM 21,13 L O 2 /12 detik (BTPS)
KPM = TV maksimal (selama 12 detik) x 60/12 KPM selama 1 menit
= 21,13 x 5
= 105,65 L O2/menit
Harga Standar KPM
Pria = (86,5 - (0,522 x 20)) x 2,02
= 153,64 L/menit
Perbandingan Dengan Harga Standar
KPM
100 %
KPM standar
105,65
100 %
153,64
68,76 %
(obstruksi ringan)
20
21
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1
ini dilakukan dengan tiga cara yakni cara One Stage Ekspirasi (OSE), One Stage
Inspirasi (OSI), dan Two Stage. Dari hasil ketiga cara tersebut, yang dipakai
sebagai acuan nilai Vital Capacity (VC) / kapasitas vital ialah nilai yang terbaik
yakni berasal dari cara Two Stage yang menunjukkan nilai VC sebesar 6,27L
dengan VC standar sebesar 4,494L. Dari hasil yang didapat tersebut, kita dapat
membandingkan kapasitas vital dengan kapasitas vital standarnya untuk
memperoleh presentase yang menunjukkan kondisi paru-paru atau sistem respirasi
dari orang coba, hasil presentasenya menunjukkan nilai sebesar 139,5 %. Hasil
presentase tersebut menunjukkan bahwa kondisi paru-paru orang coba normal.
Dari hasil percobaan menggunakan Autospirometer pun didapatkan hasil
persentase perbandingan antara kapasitas vital orang coba dengan kapasitas vital
standarnya yakni 83 % dan hasil ini pun sama-sama menunjukkan dan
membuktikan bahwa kondisi paru-paru dan sistem respirasi orang coba
kemungkinan sangat besar dalam kondisi normal.
4.1.2
2,98L dan FEV1 standar pada orang coba didapatkan hasil sebanyak 3,861L.
Kemudian dari hasil tersebut dibandingkan antara FEV 1 dengan FEV1 standar yang
menunjukkan presentase sebesar 77,18 %. Hasil presentase tersebut menunjukkan
bahwa paru-paru orang coba normal, namun hasil tersebut tidak bisa dijadikan
patokan sebagai cara mendiagnosis orang coba. Pada hasil pengukuran FVC
didapatkan nilai sebesar 4,05 liter O2 dan FVC standar sebesar 4,276 liter O2
kemudian persentase perbandingan antara FVC orang coba dengan FVC standarnya
didapatkan sebesar 94 % dimana hasil ini menunjukkan nilai normal. Begitu pula
22
4.1.3
4.2
24
Detik pertama (FEV1) : rongga hidung atau mulut, faring, trakea, dan laring
Detik kedua (FEV2) : bronkus dan cabang-cabangnya sampai dengan bronkus
terminalis
Detik ketiga (FEV3) : bronkus respiratorius sampai alveoli
5. Diantara FEV1, FEV2, dan FEV3 manakah yang lebih cocok untuk mendeteksi
kelainan paru secara epidemiologic dan manakah yang secara faali?
Jawaban :
FEV1 merupakan cara yang tepat untuk mendeteksi kelainan paru sebab
pada saat itu semua otot respirasi bekerja secara maksimal sehingga dapat
terdeteksi bagian otot mana yang tidak bekerja secara maksimal sehingga dapat
didiagnosa orang coba mengalami kelainan paru atau tidak.
Detik pertama (FEV1) : rongga hidung atau mulut, faring, trakea, dan laring
Detik kedua (FEV2) : bronkus dan cabang-cabangnya sampai dengan bronkus
terminalis
Detik ketiga (FEV3) : bronkus respiratorius sampai alveoli
25
26
4.3
Faktor Kesalahan
Dalam praktikum ini tidak pasti membuktikan dan mendiagnosis orang coba dalam
keadaan sehat atau mengalami gangguan pada sistem pernapasannya. Ketidakakuratan dari
hasil praktikum ini ditentukan dari beberapa faktor seperti :
-
Kondisi dari orang coba tersebut apakah fit atau tidak baik fisik maupun mentalnya
Sehingga hasil praktikum ini tidak dapat dijadikan patokan pasti buat diagnosis si
orang coba, apakah paru-paru dan atau sistem pernapasan orang coba tersebut
dalam kondisi normal atau ada kelainan tertentu
27
DAFTAR PUSTAKA
28