BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Mood mungkin normal, meninggi, atau terdepresi. Orang normal
mengalami berbagai macam mood dan memiliki ekspresi afektif yang sama
luasnya; mereka merasa mengendalikan, kurang lebih, mood dan afeknya.
Gangguan mood adalah suatu kelompok kondisi klinis yang ditandai oleh
hilangnya perasaan kendali dan pengalaman subjektif adanya penderitaan berat.
Klinisi telah lama melaporkan bahwa pada beberapa pasien gejala utama
tampaknya adalah episode depresif, tetapi perjalanan gangguan diselingi oleh
episode gejala manik ringan (yaitu, episode hipomanik). Gangguan tersebut telah
dinamakan gangguan bipolar II.1
Epidemiologi gangguan bipolar II adalah tidak diketahui secara tepat pada
saat ini karena relatif baru dikenalinya gangguan ini.1
Walaupun klasifikasi gangguan bipolar II dengan gangguan mood
mengesankan hubungan erat dengan gangguan mood, beberapa peneliti telah
menghipotesiskan bahwa gangguan bipolar II adalah berhubungan dengan
gangguan kepribadian ambang. Tetapi, beberapa data menyatakan bahwa
gangguan bipolar II cenderung diturunkan sebagai gangguan bipolar II, jadi
menyatakan bahwa gangguan ini memiliki predisposisi genetik yang unik. 1
1.2.
Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menguraikan penjelasan
1.3.
Manfaat
Adapun tujuan dari pembuatan makalah mengenai gangguan bipolar II
ii.
iii.
iv.
v.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Definisi
Gangguan bipolar menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Epidemiologi
Jenis Kelamin
Pada pengamatan yang hampir universal, terlepas dari kultur atau negara,
terdapat prevalensi gangguan bipolar II lebih banyak pada wanita dibandingkan
laki-laki.
Usia
Onset untuk gangguan bipolar II terentang dari masa anak-anak
(seawalnya usia 5-6 tahun) sampai 50 tahun atau bahkan lebih lanjut pada kasus
yang jarang, dengan rata-rata usia adalah 30 tahun.
Status Perkawinan
Gangguan bipolar II lebih sering pada orang yang bercerai daripada orang
yang menikah.
2.3.
Etiologi
Gangguan bipolar tampaknya sering berjalan dalam keluarga dan
tampaknya merupakan bagian genetik untuk gangguan mood ini. Ada juga bukti
bahwa lingkungan dan gaya hidup masalah memiliki efek pada keparahan
gangguan ini. Peristiwa kehidupan yang penuh stres - atau alkohol atau
penyalahgunaan obat - dapat membuat gangguan bipolar lebih sulit untuk diobati.
Faktor Biokimia
Tiga zat kimia otak - noradrenalin (norepinefrin), serotonin, dan dopamine,
terlibat dalam kedua otak dan fungsi tubuh. Noradrenalin dan serotonin telah
secara konsisten dikaitkan dengan gangguan mood kejiwaan seperti depresi dan
gangguan bipolar. jalur saraf di dalam area otak yang mengatur kesenangan dan
reward emosional diatur oleh dopamine. Gangguan sirkuit yang berkomunikasi
menggunakan dopamin di area otak lainnya muncul terhubung ke psikosis dan
skizofrenia, gangguan mental parah yang ditandai dengan distorsi realitas dan pola
pikir logis dan perilaku.
Serotonin kimia otak terhubung ke banyak fungsi tubuh seperti tidur,
terjaga, makan, aktivitas seksual, impulsif, belajar, dan memori. Para peneliti
percaya bahwa fungsi normal dari sirkuit otak yang melibatkan serotonin sebagai
utusan kimia berkontribusi gangguan mood (depresi dan gangguan bipolar).
Faktor Genetik
Dalam studi di Johns Hopkins University, peneliti mewawancarai semua
kerabat tingkat pertama pasien dengan bipolar I dan gangguan bipolar II dan
menyimpulkan bahwa gangguan bipolar II adalah gangguan afektif yang paling
umum di kedua set keluarga. Para peneliti menemukan bahwa 40% dari 47
kerabat tingkat pertama dari bipolar II pasien juga memiliki gangguan bipolar II;
22% dari 219 keluarga tingkat pertama dari bipolar I pasien memiliki gangguan II
bipolar. Namun, di antara pasien dengan bipolar II, peneliti hanya menemukan
satu kerabat dengan gangguan bipolar I. Mereka menyimpulkan bahwa bipolar II
adalah diagnosis yang paling umum dari kerabat di kedua bipolar I dan bipolar II.
Faktor Lingkungan
Stresor lingkungan juga berperan dalam memicu episode bipolar pada
mereka yang secara genetik berpotensi. Misalnya, anak-anak yang tumbuh dalam
keluarga bipolar dapat hidup dengan orang tua yang tidak memiliki kontrol dari
mood atau emosi. Beberapa anak dapat hidup dengan kekerasan verbal atau
bahkan fisik konstan jika orang tua bipolar tidak berobat atau menggunakan
alkohol atau narkoba.
2.4.
Gambaran Klinis1
Terdapat dua pola gejala dasar pada gangguan bipolar II, satu untuk
tidak dapat menangis, suatu gejala yang menghilang saat mereka membaik.
Hampir semua pasien terdepresi mengeluh adanya penurunan energi yang
menyebabkan kesulitan dalam menyelesaikan tugas, sekolah, dan pekerjan, dan
penurunan motivasi untuk mengambil proyek baru. Kira-kira 80 persen pasien
mengeluh sulit tidur, khususnya terbangun pada dini hari (insomnia terminal) dan
sering terbangun pada malam hari, selama mana mereka mungkin merenungkan
masalahnya. Banyak pasien mengalamu penurunan nafsu makan dan penurunan
berat badan. Tetapi beberapa pasien mengalami peningkatan nafsu makan dan
penambahan berat badan, dan tidur yang bertambah.
Penilaian Status Mental
Deskripsi Umum : Retardasi psikomotor menyeluruh merupakan gejala yang
paling umum, walaupun agitasi psikomotor juga sering ditemukan, khususnya
pada pasien lanjut usia. Secara klasik, seorang pasien depresi memiliki postur
yang membungkuk, tidak terdapat pergerakan spontan, dan pandangan mata yang
putus asa dan memalingkan pandangan.
Mood, afek, dan perasaan : Deppresi merupakan gejala penentu, walaupun kirakira setengah pasien menyangkal perasaan depresif dan tidak tampak terdepresi
secara khusus. Pasien sering dibawa karena penarikan sosial dan penurunan
aktivitas secara menyeluruh.
Bicara : Banyak pasien terdepresi menunjukan suatu kecepatan dan volume bicara
yang menurun, berespons terhadap pertanyaan dengan kata tunggal dan
menunjukkan respons yang melambat terhadap pertanyaan.
Gangguan persepsi : Bisa terdapat waham atau halusinasi, yang menandakan
episode depresif berat dengan ciri psikotik.
Pikiran : Pasien terdepresi biasanya memiliki pandangan negatif tentang dunia dan
dirinya sendiri.
Sensorium dan kognisi
Orientasi : pasien yang paling terdepresi berorientasi terhadap orang, tempat, dan
waktu walaupun beberapa pasien mungkin tidak memiliki cukup energi atau minat
untuk menjawab pertanyaan tentang hal tersebut.
Daya ingat : 50-70% mengalami pseudodemensia depresif
meloncat-loncat (flight of ideas), kata yang campur aduk (word salad), dan
neologisme.
Gangguan persepsi : tidak ditemukan adanya waham pada pasien hipomanik.
Pikiran : isi pikiran pasien hipomanik termasuk tema kepercayaan diri dan
kebesaran diri.
Pengendalian impuls : kira kira 75 persen pasien hipomanik senang menyerang
atau mengancam.
Pertimbangan dan tilikan : Gangguan pertimbangan merupakan tanda sari pasien
hipomanik. Pasien hipomanik juga memiliki sedikit tilikan tentang gangguannya.
Realibilitas : Pasien hipomanik terkenal tidak dapat dipercaya dalam
informasinya.
2.5.
Diagnosis
Kriteria diagnosis bipolar II berdasarkan DSM-IV (Diagnostic and
Terapi
Pengobatan gangguan bipolar II pada depresi menggunakan antidepresan
10
profilaxis
terhadap
serangan
sindrom
mania/depresi,
dapat
secara gradual (tapering off) bila memang tidak ada indikasi lagi.
Pada Gangguan afektif bipolar dan unipolar, penggunaan harus diteruskan
sampai beberapa tahun, sesuai dengan indikasi profilaksis serangan
Sindorm Mania/ Depresi. Penggunaan jangka panjang ini sebaiknya dalam
dosis minimum.
11
12
Mekanisme
kerja
Menghambat
reuptake
aminergic
neurotransmitter,
13
14
2.7.
Prognosis
Perjalanan penyakit dan prognosis gangguan bipolar II baru saja diteliti;
tetapi, data pendahuluan menyatakan bahwa keadaan ini adalah diagnosis yang
stabil, seperti yang ditunjukkan oleh tingginya kemungkinan bahwa pasien dengan
gangguan bipolar II akan tetapi memiliki diagnosis yang sama lima tahun
kemudian. Data menyatakan bahwa gangguan bipolar II adalah suatu penyakit
yang kronis yang memerlukan strategi pengobatan jangka panjang.1
BAB 3
KESIMPULAN
15
Gangguan bipolar adalah adalah gangguan mood yang terdiri dari paling
sedikit satu episode manik, hipomanik atau campuran yang biasanya disertai
dengan adanya riwayat episode depresi mayor. Bipolar II adalah gejala utama
dengan adanya episode depresif, tetapi perjalanan penyakit diselingi oleh episode
gejala manik ringan (yaitu, episode hipomanik). Epidemiologi gangguan bipolar II
adalah tidak diketahui secara tepat pada saat ini karena relatif baru dikenalinya
gangguan ini, tetapi hampir setiap orang dapat mengembangkan gangguan bipolar
II. Gangguan bipolar II dapat ditegakkan melalui DSM-IV (Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorder ed.4). (KAPLAN)
Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada pasien dengan bipolar II,
terdiri dari psikoterapi dan farmakoterapi. Farmakoterapi yang digunakan adalah
antidepresan untuk pengobatan episode depresi pasien, tetapi penggunaan obat
untuk pengobatan bipolar I sama dengan pengobatan bipolar II masih dalam
penelitian. Data menyatakan bahwa gangguan bipolar II adalah suatu penyakit
yang kronis yang memerlukan strategi pengobatan jangka panjang. (KAPLAN)
DAFTAR PUSTAKA
16
1.
Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Sinopsis Psikiatri Jilid 1. Tangerang:
Binarupa Aksara Publisher; 2010, hal: 791-872.
2.
3.
Maslim, R.: Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari
PPDGJ III, Jakarta, 2001, hal: 60-62.
4.
5.