Anda di halaman 1dari 16

1

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Mood mungkin normal, meninggi, atau terdepresi. Orang normal

mengalami berbagai macam mood dan memiliki ekspresi afektif yang sama
luasnya; mereka merasa mengendalikan, kurang lebih, mood dan afeknya.
Gangguan mood adalah suatu kelompok kondisi klinis yang ditandai oleh
hilangnya perasaan kendali dan pengalaman subjektif adanya penderitaan berat.
Klinisi telah lama melaporkan bahwa pada beberapa pasien gejala utama
tampaknya adalah episode depresif, tetapi perjalanan gangguan diselingi oleh
episode gejala manik ringan (yaitu, episode hipomanik). Gangguan tersebut telah
dinamakan gangguan bipolar II.1
Epidemiologi gangguan bipolar II adalah tidak diketahui secara tepat pada
saat ini karena relatif baru dikenalinya gangguan ini.1
Walaupun klasifikasi gangguan bipolar II dengan gangguan mood
mengesankan hubungan erat dengan gangguan mood, beberapa peneliti telah
menghipotesiskan bahwa gangguan bipolar II adalah berhubungan dengan
gangguan kepribadian ambang. Tetapi, beberapa data menyatakan bahwa
gangguan bipolar II cenderung diturunkan sebagai gangguan bipolar II, jadi
menyatakan bahwa gangguan ini memiliki predisposisi genetik yang unik. 1
1.2.

Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menguraikan penjelasan

mengenai gangguan bipolar II, dimulai dari pembahasan definisi, epidemiologi,


etiologi, diagnosis, diagnosis banding, penatalaksanaan, dan prognosisnya.
Penyusunan makalah ini sekaligus untuk memenuhi persyaratan kegiatan Program
Pendidikan Profesi Dokter (P3D) di Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

1.3.

Manfaat
Adapun tujuan dari pembuatan makalah mengenai gangguan bipolar II

adalah sebagai berikut:


i.

Untuk mengetahui definisi, epidemiologi dan etiologi dari gangguan


bipolar II

ii.

Untuk mengetahui kriteria penegakkan diagnosis pada gangguan bipolar II

iii.

Untuk mengetahui macam-macam diagnosis banding dari gangguan


bipolar II

iv.

Untuk mengetahui cara pengobatan yang tepat bagi penderita gangguan


bipolar II sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter Indonesia

v.

Untuk mengetahui prognosis pada gangguan bipolar II

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Definisi
Gangguan bipolar menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental

Disorders-Text Revision edisi ke-4 (DSM-IV-TR) adalah gangguan mood yang


terdiri dari paling sedikit satu episode manik, hipomanik atau campuran yang
biasanya disertai dengan adanya riwayat episode depresi mayor.
Berdasarkan DSM-IV-TR klasifikasi gangguan bipolar adalah sebagai
berikut:2
a. Gangguan bipolar I. Ditandai oleh satu atau lebih episode manik atau
campuran yang biasanya disertai oleh episode-episode depresi mayor;
b. Gangguan bipolar II Gambaran utama ditandai oleh terjadinya satu atau
lebih episode depresi mayor yang disertai oleh paling sedikit satu episode
hipomanik;
c. Gangguan siklotimik. Ditandai paling sedikit dua tahun dari sejumlah
periode waktu gejala hipomanik yang tidak memenuhi kriteria episode
manik dan sejumlah periode gejala depresif yang tidak memenuhi kriteria
depresif mayor;
d. Gangguan bipolar yang tidak terinci Gangguan ini mencakup gambaran
bipolar yang tidak memenuhi kriteria di atas
Gangguan bipolar II, atau disebut episode depresif berat rekuren dengan
hipomania, adalah suatu kriteria diagnostik baru di dalam DSM-IV. Pasien dengan
gangguan sebelumnya diklasifikasikan sebagai menderita gangguan bipolar tidak
ditentukan (NOS).1
Makalah ini selanjutnya akan khusus membahas tentang gangguan bipolar II.
2.2.

Epidemiologi

Jenis Kelamin

Pada pengamatan yang hampir universal, terlepas dari kultur atau negara,
terdapat prevalensi gangguan bipolar II lebih banyak pada wanita dibandingkan
laki-laki.
Usia
Onset untuk gangguan bipolar II terentang dari masa anak-anak
(seawalnya usia 5-6 tahun) sampai 50 tahun atau bahkan lebih lanjut pada kasus
yang jarang, dengan rata-rata usia adalah 30 tahun.
Status Perkawinan
Gangguan bipolar II lebih sering pada orang yang bercerai daripada orang
yang menikah.
2.3.

Etiologi
Gangguan bipolar tampaknya sering berjalan dalam keluarga dan

tampaknya merupakan bagian genetik untuk gangguan mood ini. Ada juga bukti
bahwa lingkungan dan gaya hidup masalah memiliki efek pada keparahan
gangguan ini. Peristiwa kehidupan yang penuh stres - atau alkohol atau
penyalahgunaan obat - dapat membuat gangguan bipolar lebih sulit untuk diobati.
Faktor Biokimia
Tiga zat kimia otak - noradrenalin (norepinefrin), serotonin, dan dopamine,
terlibat dalam kedua otak dan fungsi tubuh. Noradrenalin dan serotonin telah
secara konsisten dikaitkan dengan gangguan mood kejiwaan seperti depresi dan
gangguan bipolar. jalur saraf di dalam area otak yang mengatur kesenangan dan
reward emosional diatur oleh dopamine. Gangguan sirkuit yang berkomunikasi
menggunakan dopamin di area otak lainnya muncul terhubung ke psikosis dan
skizofrenia, gangguan mental parah yang ditandai dengan distorsi realitas dan pola
pikir logis dan perilaku.
Serotonin kimia otak terhubung ke banyak fungsi tubuh seperti tidur,
terjaga, makan, aktivitas seksual, impulsif, belajar, dan memori. Para peneliti

percaya bahwa fungsi normal dari sirkuit otak yang melibatkan serotonin sebagai
utusan kimia berkontribusi gangguan mood (depresi dan gangguan bipolar).
Faktor Genetik
Dalam studi di Johns Hopkins University, peneliti mewawancarai semua
kerabat tingkat pertama pasien dengan bipolar I dan gangguan bipolar II dan
menyimpulkan bahwa gangguan bipolar II adalah gangguan afektif yang paling
umum di kedua set keluarga. Para peneliti menemukan bahwa 40% dari 47
kerabat tingkat pertama dari bipolar II pasien juga memiliki gangguan bipolar II;
22% dari 219 keluarga tingkat pertama dari bipolar I pasien memiliki gangguan II
bipolar. Namun, di antara pasien dengan bipolar II, peneliti hanya menemukan
satu kerabat dengan gangguan bipolar I. Mereka menyimpulkan bahwa bipolar II
adalah diagnosis yang paling umum dari kerabat di kedua bipolar I dan bipolar II.
Faktor Lingkungan
Stresor lingkungan juga berperan dalam memicu episode bipolar pada
mereka yang secara genetik berpotensi. Misalnya, anak-anak yang tumbuh dalam
keluarga bipolar dapat hidup dengan orang tua yang tidak memiliki kontrol dari
mood atau emosi. Beberapa anak dapat hidup dengan kekerasan verbal atau
bahkan fisik konstan jika orang tua bipolar tidak berobat atau menggunakan
alkohol atau narkoba.
2.4.

Gambaran Klinis1
Terdapat dua pola gejala dasar pada gangguan bipolar II, satu untuk

depresi dan satu untuk hipomania.


Episode Depresif
Suatu mood depresi dan hilangnya minat atau kesenangan merupakan
gejala utama dari depresi. Pasien mungkin mengatakan bahwa mereka merasa
murung, putus asa, dalam kesedihan, atau tidak berguna. Bagi pasien mood
depresi sering kali memiliki kualitas yang terpisah yang membedakannya dari
emosi normal kesedihan atau dukacita.
Pasien sering kali menggambarkan gejala depresi sebagai suatu rasa nyeri
emosional yang menderita sekali. Pasien terdepresi kadang-kadang mengeluh

tidak dapat menangis, suatu gejala yang menghilang saat mereka membaik.
Hampir semua pasien terdepresi mengeluh adanya penurunan energi yang
menyebabkan kesulitan dalam menyelesaikan tugas, sekolah, dan pekerjan, dan
penurunan motivasi untuk mengambil proyek baru. Kira-kira 80 persen pasien
mengeluh sulit tidur, khususnya terbangun pada dini hari (insomnia terminal) dan
sering terbangun pada malam hari, selama mana mereka mungkin merenungkan
masalahnya. Banyak pasien mengalamu penurunan nafsu makan dan penurunan
berat badan. Tetapi beberapa pasien mengalami peningkatan nafsu makan dan
penambahan berat badan, dan tidur yang bertambah.
Penilaian Status Mental
Deskripsi Umum : Retardasi psikomotor menyeluruh merupakan gejala yang
paling umum, walaupun agitasi psikomotor juga sering ditemukan, khususnya
pada pasien lanjut usia. Secara klasik, seorang pasien depresi memiliki postur
yang membungkuk, tidak terdapat pergerakan spontan, dan pandangan mata yang
putus asa dan memalingkan pandangan.
Mood, afek, dan perasaan : Deppresi merupakan gejala penentu, walaupun kirakira setengah pasien menyangkal perasaan depresif dan tidak tampak terdepresi
secara khusus. Pasien sering dibawa karena penarikan sosial dan penurunan
aktivitas secara menyeluruh.
Bicara : Banyak pasien terdepresi menunjukan suatu kecepatan dan volume bicara
yang menurun, berespons terhadap pertanyaan dengan kata tunggal dan
menunjukkan respons yang melambat terhadap pertanyaan.
Gangguan persepsi : Bisa terdapat waham atau halusinasi, yang menandakan
episode depresif berat dengan ciri psikotik.
Pikiran : Pasien terdepresi biasanya memiliki pandangan negatif tentang dunia dan
dirinya sendiri.
Sensorium dan kognisi
Orientasi : pasien yang paling terdepresi berorientasi terhadap orang, tempat, dan
waktu walaupun beberapa pasien mungkin tidak memiliki cukup energi atau minat
untuk menjawab pertanyaan tentang hal tersebut.
Daya ingat : 50-70% mengalami pseudodemensia depresif

Pengendalian impuls : Kira-kira 10-15 persen pasien terdepresi melakukan bunuh


diri, dan dua pertiga memiliki gagasan bunuh diri.
Tilikan : Tilikan pasien terdepresi tentan gangguannya sering kali berlebihan
Reliabilitas : Semua informasi yang didapatkan dari pasien terdepresi terlalu
menonjolkan hal yang buruk dan menekan yang baik.
Episode Hipomanik
Suatu mood yang meningkat, meluap-luap, atau lekas marah merupakan
tanda dari episode manik dan episode hipomanik adalah suatu mood yang
derajatnya lebih ringan daripada episode manik. Mood yang meningkat berupa
euforik dan sering kali infeksius, kadang-kadang menyebabkan penyangkalan
transferensi-balik dari penyakit oleh klinisi yang tidak berpengalaman. Walaupun
orang yang tidak terlibat mungkin tidak mengetahui sifat mood pasien yang tidak
biasanya, mereka yang mengetahui pasien mengenalinya sebagai abnormal. Selain
itu, mood mungkin tersinggung, khususnya jika rencana pasien yang sangat
ambisius terancam. Seringkali, seorang pasien menunjukkan suatu perubahan
mood yang utama dari euforia awal pada perjalanan penyakit menjadi lekas marah
di kemudian waktu.
Penilaian Status Mental
Deskripsi Umum : Pasien hipomanik mungkin sangat bergairah, banyak bicara,
kadang-kadang menggelikan dan sering hiperaktif.
Mood, Afek, dan perasaan : Pasien hipomanik biasanya euforik tetapi dapat juga
lekas marah. Mereka juga memiliki toleransi frustasi yang rendah, yang dapat
menyebabkan perasaan kemarahan dan permusuhan. Pasien hipomanik mungkin
secara emosional adalah labil, beralih dari tertawa menjadi lekas marah menjadi
depresi di dalam beberapa menit atau jam.
Bicara : Pasien hipomanik mungkin tidak dapat disela saat mereka berbicara, dan
mereka sering kali rewel dan pengganggu bagi orang-orang di sekitarnya.
Kemampuan untuk berkonsentrasi menghilang, menyebabkan gagasan yang

meloncat-loncat (flight of ideas), kata yang campur aduk (word salad), dan
neologisme.
Gangguan persepsi : tidak ditemukan adanya waham pada pasien hipomanik.
Pikiran : isi pikiran pasien hipomanik termasuk tema kepercayaan diri dan
kebesaran diri.
Pengendalian impuls : kira kira 75 persen pasien hipomanik senang menyerang
atau mengancam.
Pertimbangan dan tilikan : Gangguan pertimbangan merupakan tanda sari pasien
hipomanik. Pasien hipomanik juga memiliki sedikit tilikan tentang gangguannya.
Realibilitas : Pasien hipomanik terkenal tidak dapat dipercaya dalam
informasinya.
2.5.

Diagnosis
Kriteria diagnosis bipolar II berdasarkan DSM-IV (Diagnostic and

Statistical Manual of Mental Disorder ed.4)1, yaitu:


A. Adanya (atau riwayat) satu atau lebih episode depresif berat.
B. Adanya (atau riwayat) sekurangnya satu episode hipomanik.
C. Tidak pernah ada episode manik.
D. Gejala mood dalam kriteria A dan B tidak lebih baik diterangkan oleh
gangguan skizoafektif, dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia,
gangguan skizofreniform, gangguan delusional, atau gangguan psikotik
YTT.
E. Gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain
Sebutkan episode sekarang atau paling akhir:
Hipomanik: jika sekarang (atau terakhir) dalam episode hipomanik
Depresi: jika sekarang (atau terakhir) dalam episode depresif
Sebutkan (untuk episode depresif berat sekarang atau paling akhir hanya jika
ini merupakan jenis episode mood yang paling akhir):
Penentu keparahan/psikotik/remisi
Kronik

Dengan ciri katatonik


Dengan ciri melankolik
Dengan ciri atipikal
Dengan ciri pascapersalinan
Sebutkan:
Penentu perjalanan longitudinal (dengan atau tanpa pemulihan
interepisode)
Dengan pola musiman
Dengan perputaran cepat
2.6.

Terapi
Pengobatan gangguan bipolar II pada depresi menggunakan antidepresan

dan pada pasien hipomanik menggunakan profilaksis lithium untuk mencegah


adanya episode manik.
2.6.1 Obat Anti-Mania3
Obat acuan: Lithium carbonate
Mania akut : Haloperidol (Haldol. Searle. Govotil) ; Carbamazepine (Tegterol,
Barngetol) ; Valproic acid (Depakene) ; Divalproex Na (Depakote)
Profilaksis Mania : Lithium Carbonate
Mekanisme kerja : Lithium carbonate merupakan obat pilihan utama untuk
meredakan sindrom mania akut atau profilaksis terhadap srangan sindom mania
yang kambuhan pada gangguan afektif bipolar. Efek anti mania dari lithium
disebabkan kemampuannya mengurangi dopamine receptor supersensitivity,
meningkatkan cholinergic muscarinic activity, dan menghambat cyclic AMP dan
phospoinositides.
Profil efek samping :
Efek samping lithium berhubungan erat dengan dosis dan kondisi fisik pasien.
Gejala efek samping yang dini pada pengobatan jangka lama :
-

Mulut kering, haus, gastrointestinal distress (mual, muntah, diare, feces


lunak), kelemahan otot, poliuria, tremor halus (fine tremor, lebih nyata
pada pasien usia lanjut dan penggunaan bersamaan dengan neuroleptika
dan antidepresan)

10

Tidak ada efek sedasi dan gangguan ekstrapiramidal

Efek samping lain : hypothyroidism, peningkatan berat badan, perubahan fungsi


thyrod, oedema pada tungkai, metallic taste, leukositosis gangguan daya ingat dan
konsentrasi pikiran.
Cara Penggunaan
-

Pada mania akut diberikan : Haloperidol (im) + Tab Lithium Carbonate.


Haloperidol (im) untuk mengatasi hiperaktivitas, impulsivitas, iritabilitas,
dengan onset of action yang cepat. Efek anti mania lithium baru muncul

setelah penggunaan 7-10 hari.


Pada Gangguan Afektif Bipolar (manic-depressive disorder) dengan
serangan-serangan episodic mania/depresi : Lithium Carbonate sebagai
obat

profilaxis

terhadap

serangan

sindrom

mania/depresi,

dapat

mengurangi frekuensi, berat, dan lamanya suatu kekambuhan.


Bila oleh karena sesuatu hal (efek samping yang tidak mampu ditolerir
dengan baik, atau kondisi fisik yang kontra indikatif) tidak memungkinkan
penggunaan obat lithium carbonate dapat menggunakan obat alternative :
carbamazepine, valproic acid, divalproex Na, yang terbukti juga ampuh
untuk meredakan sindroma mania akut dan profilaxis dengan serangan

sindrom mania/ depresi pada gangguan afektif bipolar.


Pada penggunaan untuk sindrom mania akut, setelah gejala-gejala mereda,
lithium carbonate harus diteruskan sampai lebih dari 6 bulan, dihentikan

secara gradual (tapering off) bila memang tidak ada indikasi lagi.
Pada Gangguan afektif bipolar dan unipolar, penggunaan harus diteruskan
sampai beberapa tahun, sesuai dengan indikasi profilaksis serangan
Sindorm Mania/ Depresi. Penggunaan jangka panjang ini sebaiknya dalam
dosis minimum.

11

Gambar 2.1 Algoritma penatalaksanaan mania akut 4

12

2.6.2 Obat Anti Depresi3


Obat acuan : Amitiptyline
Penggolongan :
-

Obat anti depresi trisiklik : tricyclic antidepressants (TCA). Contoh :

amitriptyline, Imipramine, Clomipramine, Tianeptine, Opipramol


Obat antidepresi tetrasiklik/ Contoh : Maprotiline, mianserin, amoxapine
Obat anti depresi MAOI Reversible. Contoh : Moclobemide
Obat anti depresi atypical. Contoh : Trazodone, tianeptine, mirtazapine
Obat anti depresi SSRI. Contoh : Seraline, Paroxetine, Fluvoxamine,
Fluoxetine, Citalopram.

Mekanisme

kerja

Menghambat

reuptake

aminergic

neurotransmitter,

menghambat penghancuran oleh enzim Monamine Oxidase, sehingga terjadi


peningkatan jumlah aminergic neurotransmitter pada sinaps neuron di SSP.
Profil Efek Samping :
-

Sedasi ( rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor

menurun, kemampuan kognitif menurun, dll)


Efek antikolinergik (mulut kering, retensi urin, pengelihatan kabur,

konstipasi, sinus takikardia, dll)


Efek anti adrenergic alfa (perubahan EKG, hipotensi)
Efek neurotoksis (tremor halus, gelisah, agitasi, insomnia)

Mengingat profil efek sampingnya, untuk penggunaan pada sindrom depresi


ringan dan sedang yang datang berobat jalan pada fasilitas pelayanan
kesehatan umum, pemilihan obat anti depresi sebaiknya mengikuti urutan :
Step 1 : Golongan SSRI
Step 2 : Golongan trisiklik
Step 3 : Golongan tetrasiklik, golongan atypical, golongan MAOI.

13

Gambar 2.2 Algoritma Terapi Gangguan Bipolar I episode depresif4


2.6.3 Terapi Non Medikamentosa5

Perawatan di rumah sakit dapat dipertimbangkan pada kasus tertentu.


Indikasi rawat inap :
Pasien mengancam orang di lingkungan sekitarnya
Ada resiko percobaan bunuh diri atau pembunuhan
-Perburukan gejala dengan cepat
-Pasien kurang/tidak mampu menjalani aktivitas sehari-hari
Tidak adanya dukungan social maupun tempat perlindungan bagi pasien

14

-Riwayat gejala depresi maupun episode manic yang berulang.

Terapi psikososial : terapi kognitif, terapi interpersonal, terapi perilaku,

terapi berorientasi psikoanalitik dan terapi keluarga


Psikoedukasi

2.7.

Prognosis
Perjalanan penyakit dan prognosis gangguan bipolar II baru saja diteliti;

tetapi, data pendahuluan menyatakan bahwa keadaan ini adalah diagnosis yang
stabil, seperti yang ditunjukkan oleh tingginya kemungkinan bahwa pasien dengan
gangguan bipolar II akan tetapi memiliki diagnosis yang sama lima tahun
kemudian. Data menyatakan bahwa gangguan bipolar II adalah suatu penyakit
yang kronis yang memerlukan strategi pengobatan jangka panjang.1

BAB 3
KESIMPULAN

15

Gangguan bipolar adalah adalah gangguan mood yang terdiri dari paling
sedikit satu episode manik, hipomanik atau campuran yang biasanya disertai
dengan adanya riwayat episode depresi mayor. Bipolar II adalah gejala utama
dengan adanya episode depresif, tetapi perjalanan penyakit diselingi oleh episode
gejala manik ringan (yaitu, episode hipomanik). Epidemiologi gangguan bipolar II
adalah tidak diketahui secara tepat pada saat ini karena relatif baru dikenalinya
gangguan ini, tetapi hampir setiap orang dapat mengembangkan gangguan bipolar
II. Gangguan bipolar II dapat ditegakkan melalui DSM-IV (Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorder ed.4). (KAPLAN)
Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada pasien dengan bipolar II,
terdiri dari psikoterapi dan farmakoterapi. Farmakoterapi yang digunakan adalah
antidepresan untuk pengobatan episode depresi pasien, tetapi penggunaan obat
untuk pengobatan bipolar I sama dengan pengobatan bipolar II masih dalam
penelitian. Data menyatakan bahwa gangguan bipolar II adalah suatu penyakit
yang kronis yang memerlukan strategi pengobatan jangka panjang. (KAPLAN)

DAFTAR PUSTAKA

16

1.

Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Sinopsis Psikiatri Jilid 1. Tangerang:
Binarupa Aksara Publisher; 2010, hal: 791-872.

2.

Maslim, R.: Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi


Ketiga, Jakarta, 2002, hal: 23-35.

3.

Maslim, R.: Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari
PPDGJ III, Jakarta, 2001, hal: 60-62.

4.

Goldberg, Joseph MD. 2016. Bipolar Disorder Causes. WebMD


Medical Reference. Available from: http://www.webmd.com/bipolardisorder/guide/bipolar-disorder-causes

5.

Moore, D. 2004. Handbook of Medical Psychiatry. WebMD


Medical Reference. Available from: http://www.webmd.com/bipolardisorder/guide/bipolar-2-disorder#4

Anda mungkin juga menyukai