Anda di halaman 1dari 27

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tumor Paru
2.1.1 Pengertian
Tumor adalah neoplasma pada jaringan yaitu pertumbuhan jaringan baru yang
abnormal. Paru merupakan organ elastis berbentuk kerucut dan letaknya didalam rongga
dada. Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak pada
umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan sehat sekitarnya secara
serempak sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus yang memisahkan jaringan
tumor dari jaringan sehat). Oleh karena bersimpai maka pada umumnya tumor jinak
mudah dikeluarkan dengan cara operasi (Robin dan Kumar, 1995). Menurut Brooker,
2001 pertumbuhan tumor dapat digolongkan sebagai ganas (malignant) atau jinak
(benign).
Tumor paru merupakan keganasan pada jaringan paru. Jenis tumor paru dibagi
untuk tujuan pengobatan, meliputi SCLC (Small Cell Lung Cancer) dan NSLC (Non
Small Cell Lung Cancer/Karsinoma Skuamosa, adenokarsinoma, karsinoma sel besar)
(Sylvia & Price, 2006).
2.1.2 Epidemiologi
Pada umumnya tumor paru terbagi atas tumor jinak (5 %) antara lain adenoma,
hamartoma dan tumor ganas (90%) adalah karsinoma bronkogenik. Karena pertimbangan
klinis maka yang dibahas adalah kanker paru atau karsinoma bronkogenik. Kanker paru
masih menjadi salah satu keganasan yang paling sering, berkisar 20% dari seluruh kasus
kanker pada laki-laki dengan risiko terkena 1 dari 13 orang dan 12% dari semua kasus
kanker pada perempuan dengan risiko terkena 1 dari 23 orang. Di Inggris rata-rata 40.000
kasus baru dilaporkan setiap tahun. Perkiraan insidensi kanker paru pada laki-laki tahun
2005 di Amerika Serikat adalah 92.305 dengan rata-rata 91.537 orang meninggal karena
kanker.
2.1.3 Etiologi
Seperti kanker pada umumnya, etiologi yang pasti dari kanker paru masih belum
diketahui, namun diperkirakan bahwa inhalasi jangka panjang dari bahan bahan
karsiogenik merupakan faktor utama, tanpa mengesampingkan kemungkinan peranan

predisposisi hubungan keluarga ataupun suku bangsa atau ras serta status imunologis
(Smeltzer, 2001). Ada beberapa faktor yang berperan dalam peningkatan insiden kanker
paru, antara lain:
a. Merokok.
Tak diragukan lagi merupakan faktor utama. Suatu hubungan statistik yang defenitif
telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh batang sehari) dari kanker
paru (karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai kecenderung sepuluh
kali lebih besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya orang perokok berat yang
sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaannya akan kembali ke pola resiko bukan
perokok dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan
dalam ter dari tembakau rokok yang jika dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan
tumor.
b. Iradiasi.
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di Schneeberg dan
penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal akibat kanker paru)
berkaitan dengan adanya bahan radioaktif dalam bentuk radon. Bahan ini diduga
merupakan agen etiologi operatif.
c. Kanker paru akibat kerja.
Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil nikel
(pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja pemecah hematite (paru
paru hematite) dan orang orang yang bekerja dengan asbestos dan dengan kromat
juga mengalami peningkatan insiden.
d. Polusi udara.
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi dari
pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui adanya karsinogen
dari industri dan uap diesel dalam atmosfer di kota (Thomson, 1997).
e.

Genetik.
Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru, yakni :
1) Proton oncogen.
2) Tumor suppressor gene.
3) Gene encoding enzyme.

f. Diet
Dari beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap
betakarotene, selenium, dan vit. A menyebabkan tingginya risiko terkena kanker paru
(Suyono, 2001)
.
2.1.4 Patofisiologi
Sebab-sebab keganasan tumor masih belum jelas, tetapi virus, faktor lingkungan,
faktor hormonal dan faktor genetik semuanya berkaitan dengan resiko terjadinya tumor.
Permulaan terjadinya tumor dimulai dengan adanya zat yang bersifat intiation yang
merangasang permulaan terjadinya perubahan sel. Diperlukan perangsangan yang lama
dan berkesinambungan untuk memicu timbulnya penyakit tumor.
Initiati agen biasanya bisa berupa unsur kimia, fisik atau biologis yang
berkemampuan bereaksi langsung dan merubah struktur dasar dari komponen genetik
(DNA). Keadaan selanjutnya diakibatkan keterpaparan yang lama ditandai dengan
berkembangnya neoplasma dengan terbentuknya tumor, hal ini berlangsung lama
mingguan sampai tahunan. Kanker paru bervariasi sesuai tipe sel daerah asal dan
kecepatan pertumbuhan. Empat tipe sel primer pada kanker paru adalah karsinoma
epidermoid (sel skuamosa), karsinoma sel kecil (sel oat), karsinoma sel besar (tak
terdeferensiasi) dan adenokarsinoma. Sel skuamosa dan karsinoma sel kecil umumnya
terbentuk di jalan napas utama bronkial. Karsinoma sel kecil umumnya terbentuk dijalan
napas utama bronkial. Karsinoma sel besar dan adenokarsinoma umumnya tumbuh
dicabang bronkus perifer dan alveoli. Karsuinoma sel besar dan karsinoma sel oat tumbuh
sangat cepat sehigga mempunyai progrosis buruk. Sedangkan pada sel skuamosa dan
adenokar. Paru merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut dan letaknya di dalam
rongga dada atau toraksinoma prognosis baik karena pertumbuhan sel ini lambat.
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia
hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya
pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila
lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang
pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus
vertebra. Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar.
Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di
bagian distal. Gejala gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu,
demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi.

Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya


metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur struktur
terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka (Sylvia
& Price, 2006).
2.1.5 Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik pada penderita tumor paru yaitu (Mansjoer, 2007).
a. Batuk yang terus menerus dan berkepanjangan
Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk mulai sebagai
batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang sampai titik dimana
dibentuk sputum yang kental dan purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder.
b. Napas pendek-pendek dan suara parau
c. Batuk berdarah dan berdahak/Hemoptisis
Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang mengalami
ulserasi.
d. Nyeri pada dada, ketika batuk dan menarik napas yang dalam
e. Hilang nafsu makan dan berat badan
2.1.6 Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan TNM : tumor, nodul dan metastase. Berikut ini tabel Sistem
Stadium TNM untuk kanker Paru: American Joint Committee on Cancer (Mansjoer,
2007).
Gambarn TNM
Tumor primer (T)
T0
Tx
TIS
T1
T2

T3

T4

Defenisi
Tidak terbukti adanya tumor primer
Kanker yang tersembunyi terlihat pada sitologi bilasan
bronkus tetapi tidak terlihat pada radiogram atau
bronkoskopi
Karsinoma in situ
Tumor dengan diameter 3 cm dikelilingi paru paru
atau pleura viseralis yang normal.
Tumor dengan diameter 3 cm atau dalam setiap ukuran
dimana sudah menyerang pleura viseralis atau
mengakibatkan atelektasis yang meluas ke hilus;
harus berjarak 2 cm distal dari karina.
Tumor dalam setiap ukuran dengan perluasan langsung
pada dinding dada, diafragma, pleura mediastinalis,
atau pericardium tanpa mengenai jantung, pembuluh
darah besar, trakea, esofagus, atau korpus vertebra;
atau dalam jarak 2 cm dari karina tetapi tidak melibat
karina.
Tumor dalam setiap ukuran yang sudah menyerang

mediastinum atau mengenai jantung, pembuluh darah


besar, trakea, esofagus, koepua vertebra, atau karina;
atau adanya efusi pleura yang maligna.
Kelenjar limfe regional (N)
N0

Tidak dapat terlihat metastasis pada kelenjar limfe


regional.
Metastasis pada peribronkial dan/ atau kelenjar
kelenjar hilus ipsilateral.
Metastasis pada mediastinal ipsi lateral atau kelenjar
limfe subkarina.
Metastasis pada mediastinal atau kelenjar kelenjar
limfe hilus kontralateral; kelenjar kelenjar limfe
skalenus atau supraklavikular ipsilateral atau
kontralateral.

N1
N2
N3

Metastasis jauh (M)


M0
M1
Kelompok stadium
Karsinoma tersembunyi

Tidak diketahui adanya metastasis jauh


Metastasis jauh terdapat pada tempat tertentu (seperti
otak).
TxN0M0

Stadium 0
Stadium I

TISN0M0
T1N0M0
T2N0M0

Stadium II

T1N1M0
T2N1M0

Stadium IIIa

T3N0M0
T3N0M0

Stadium IIIb

Setiap T N3M0
T4 setiap NM0

Stadium IV

Setiap T, setiap N,M1

Sputum mengandung sel sel ganas tetapi tidak dapat


dibuktikan adanya tumor primer atau metastasis.
Karsinoma in situ.
Tumor termasuk klasifikasi T1 atau T2 tanpa adanya
bukti metastasis pada kelenjar limfe regional atau
tempat yang jauh.
Tumor termasuk klasifikasi T1 atau T2 dan terdapat
bukti adanya metastasis pada kelenjar limfe
peribronkial atau hilus ipsilateral.
Tumor termasuk klasifikasi T3 dengan atau tanpa bukti
metastasis pada kelenjar limfe peribronkial atau hilus
ipsilateral; tidak ada metastasis jauh.
Setiap tumor dengan metastasis pada kelenjar limfe
hilus tau mediastinal kontralateral, atau pada kelenjar
limfe skalenus atau supraklavikular; atau setiap
tumor yang termasuk klasifikasi T4 dengan atau
tanpa metastasis kelenjar limfe regional; tidak ada
metastasis jauh.
Setiap tumor dengan metastsis jauh.

Klasifikasi menurut WHO untuk Neoplasma Pleura dan Paru paru (Mansjoer, 2007) :
a. Karsinoma Bronkogenik.
1) Karsinoma epidermoid (skuamosa).
Kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk
metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka panjang, secara khas mendahului
timbulnya tumor. Terletak sentral sekitar hilus, dan menonjol kedalam bronki
besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa centimeter dan cenderung
menyebar langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada dan mediastinum.
2) Karsinoma sel kecil (termasuk sel oat).

Biasanya terletak ditengah disekitar percabangan utama bronki.Tumor ini timbul


dari sel sel Kulchitsky, komponen normal dari epitel bronkus. Terbentuk dari sel
sel kecil dengan inti hiperkromatik pekat dan sitoplasma sedikit. Metastasis dini
ke mediastinum dan kelenjar limfe hilus, demikian pula dengan penyebaran
hematogen ke organ organ distal.
3) Adenokarsinoma (termasuk karsinoma sel alveolar).
Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat mengandung
mukus. Kebanyakan timbul di bagian perifer segmen bronkus dan kadang
kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut local pada paru paru dan fibrosis
interstisial kronik. Lesi seringkali meluas melalui pembuluh darah dan limfe pada
stadium dini, dan secara klinis tetap tidak menunjukkan gejala gejala sampai
terjadinya metastasis yang jauh.
4) Karsinoma sel besar.
5) Merupakan sel sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan
sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam macam. Sel sel ini cenderung
untuk timbul pada jaringan paru - paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran
ekstensif dan cepat ke tempat tempat yang jauh.
6) Gabungan adenokarsinoma dan epidermoid.
7) Lain lain.
a) Tumor karsinoid (adenoma bronkus).
b) Tumor kelenjar bronchial.
c) Tumor papilaris dari epitel permukaan.
d) Tumor campuran dan Karsinosarkom
e) Sarkoma
f) Tak terklasifikasi.
g) Mesotelioma.
h) Melanoma.
(Sylvia & Price, 2006)
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi.
1) Foto thorax posterior anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker
paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa

udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau
vertebra.
2) Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
b. Laboratorium.
1) Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
2) Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
3) Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru).
c. Histopatologi.
1) Bronkoskopi
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi
(besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
2) Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2
cm, sensitivitasnya mencapai 90 95 %.
3) Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara
torakoskopi.
4) Mediastinosopi.
Umtuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.
5) Torakotomi.
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam macam
prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
d. Pencitraan.
1) CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
2) MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.
2.1.8 Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :
a. Kuratif
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup pasien.

b. Paliatif.
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
c. Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.
Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun
keluarga.
d. Supotif.
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian nutrisi,
tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi.
(Doenges, 2000)
Penatalaksanaan Medis
a. Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk
mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin
fungsi paru paru yang tidak terkena kanker.
1) Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya
karsinoma, untuk melakukan biopsy.
2) Pneumonektomi pengangkatan paru).
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat.
3) Lobektomi (pengangkatan lobus paru).
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau
bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.
4) Resesi segmental.
Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
5) Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan
yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru paru berbentuk
baji (potongan es).
6) Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan bahan fibrin dari pleura viscelaris)
b. Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bisa juga
sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi
efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus.

c. Kemoterafi.
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk menangani
pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta untuk melengkapi
bedah atau terapi radiasi.
2.1.9 Komplikasi
a. Hematorak
b. Pneumotorak
c. Empiema
d. Endokarditis
e. Abses paru
f. Atelektasis
g. Pyopneumothoraks
h. Pleura Efusi

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
1) Keadaan Umum: lemah, sesak yang disertai dengan nyeri dada.
2) Tanda-tanda Vital
3) Riwayat penyakit sebelumnya
Penyakit paru kronis sebelumnya yang telah mengakibatkan pembentukan jaringan
parut dan fibrosis pada jaringan paru.
4) Anamnesa dan observasi
a) Aktivitas/ istirahat.
Gejala

: Kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan rutin,

dispnea karena aktivitas.


Tanda

: Kelesuan( biasanya tahap lanjut).

b) Sirkulasi.
Gejala

: JVD (obstruksi vana kava).


Bunyi jantung : gesekan pericardial (menunjukkan efusi).
Takikardi/ disritmia.
Jari tabuh.

c) Integritas ego.
Gejala

: Perasaan takut, takut dilakukan pembedahan.


Menolak kondisi yang berat/ potensi keganasan.

Tanda

: Kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang ulang.

d) Eliminasi.
Gejala

: Diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil).

Peningkatan frekuensi/ jumlah urine (ketidakseimbangan

hormonal, tumor

epidermoid)
e) Makanan/ cairan.
Gejala

: Penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan masukan

makanan, kesulitan menelan, haus/ peningkatan masukan cairan.


Tanda

: Kurus, atau penampilan kurang berbobot (tahap lanjut)

Edema wajah/ leher, dada punggung (obstruksi vena kava), edema wajah/
periorbital (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
Glukosa dalam urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid).

f) Nyeri/ kenyamanan.
Gejala

: Nyeri dada (tidak biasanya ada pada tahap dini dan tidak selalu pada

tahap lanjut) dimana dapat/ tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi.
Nyeri bahu/ tangan (khususnya pada sel besar atau adenokarsinoma)
Nyeri abdomen hilang timbul.
g) Pernafasan.
Gejala

: Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan atau

produksi sputum, nafas pendek


Pekerja yang terpajan polutan, debu industri
Serak, paralysis pita suara.
Riwayat merokok: Perokok berat dan kronis
Tanda

: Dispnea, meningkat dengan kerja

Peningkatan fremitus taktil (menunjukkan konsolidasi)


Krekels/ mengi pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan aliran udara), krekels/
mengi menetap; pentimpangan trakea ( area yang mengalami lesi).
Hemoptisis.
h) Keamanan.
Tanda

: Demam mungkin ada (sel besar atau karsinoma)

Kemerahan, kulit pucat (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)


i) Seksualitas.
Tanda

: Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik, karsinoma sel

besar)
Amenorea/ impotent (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
j) Penyuluhan.
Gejala

: Faktor resiko keluarga, kanker(khususnya paru), tuberculosis

Kegagalan untuk membaik.


(Doenges, 2000).
5) Pemeriksaan Fisik
a) Sistem pernafasan

Sesak nafas, nyeri dada

Batuk produktif tak efektif

Suara nafas: mengi pada inspirasi

Serak, paralysis pita suara.

b) Sistem kardiovaskuler

tachycardia, disritmia

menunjukkan efusi (gesekan pericardial)

c) Sistem gastrointestinal

Anoreksia, disfagia, penurunan intake makanan, berat badan menurun.

d) Sistem urinarius

Peningkatan frekuensi/jumlah urine.

e) Sistem neurologis

Perasaan takut/takut hasil pembedahan

Kegelisahan

6) Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi jalan napas
(penumpukan secret berlebihan) ditandai dengan pasien mengeluh sesak, batuk
berdahak namun tidak dapat dikeluarkan, peningkatan frekuensi napas (RR>
20x/menit), terdapat penumpukan secret pada jalan napas, terdapat suara napas
tmbahan (ronchi).
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan kapiler alveoli ditandai
dengan pernafasan abnormal, pH darah arteri abnormal, warna kulit abnormal (pucat),
sianosis, nafas cuping hidung, takikardia.
3. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi ditandai dengan
pasien mengeluh sesak napas, RR >20x/menit, terdapat penggunaan otot bantu
pernapasan, napas cuping hidung, takikardi.
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi (tumor paru), ditandai dengan
pasien mengeluh nyeri, pasien mengeluh nyeri dengan skala 1-10, pasien tampak
gelisah, pasien tampak meringis kesakitan, TD meningkat (>120/80 mmHg), nadi
meningkat (>100x/mnt), pasien tampak memegangi bagian yang nyeri.
5. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme ditandai dengan suhu
abnormal (>37,50C), kulit kemerahan, kulit teraba hangat, frekuensi napas > 30
kali/menit, frekuensi nadi meningkat (>100x/menit).

6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak


adekuatnya asupan akibat iritasi gastrointestinal ditandai dengan pasien mengeluh
mual muntah, penurunan BB >20%, kadar albumin serum < 3,4 g/dl, terjadi
penurunan intake makanan, nafsu makan menurun, kelemahan.
7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan suplai O2 ke jaringan, ditandai
dengan terjadi kelelahan, kelemahan, peningkatan nadi dan tekanan darah saat
beraktivitas.
8. Ansietas berhubungan dengan
9. PK: ANEMIA
10. PK: INFEKSI

C. INTERVENSI
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi jalan
napas (penumpukan secret berlebihan) ditandai dengan pasien mengeluh sesak,
batuk berdahak namun tidak dapat dikeluarkan, peningkatan frekuensi napas
(RR> 20x/menit), terdapat penumpukan secret pada jalan napas, terdapat suara
napas tmbahan (ronchi).
Setelah

Tujuan
diberikan

Intervensi
asuhan NIC Label >> Airway management

keperawatan selamaxjam
diharapkan

bersihan

jalan

1. Auskultasi bunyi napas tambahan, seperti ronchi,


wheezing.

nafas pasien kembali efektif,

Rasional: adanya bunyi ronchi menandakan terdapat

dengan kriteria hasil:

penumpukan sekret atau sekret berlebihan di jalan

NOC Label >> Respiratory

napas.

status: airway patency


-

Frekuensi

2. Berikan posisi yang nyaman untuk mengurangi dispnea.

pernapasan

Rasional: posisi memaksimalkan ekspansi paru dan

dalam batas normal (16-

menurunkan upaya pernapasan. Ventilasi maksimal

20 kali/menit)

membuka area atelektasis dan meningkatkan gerakan

Pasien

mampu

mengeluarkan

sputum

secara efektif
-

Tidak
sputum

ada

sekret ke jalan napas besar untuk dikeluarkan.


3. Ajarkan dan anjurkan pasien untuk melakukan teknik
batuk efektif.

akumulasi

Rasional:

teknik

batuk

efektif

dapat

membersihkan jalan napas pasien dari sekret.

membantu

Irama

pernapasan

4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan asupan cairan

normal

(terutama air hangat) melalui oral.

Kedalaman pernapasan

Rasional: mengoptimalkan keseimbangan cairan dan

normal

membantu mengencerkan sekret sehingga mudah


dikeluarkan.
5. Kolaborasi pemberian bronkodilator.
Rasional: bronkodilator dapat mendilatasi bronkus dan
mengencerkan sekret sehingga sekret yang menumpuk
di area tersebut lebih mudah dikeluarkan.
6. Kolaborasi pemberian oksigen.
Rasional: meringankan kerja paru untuk memnuhi
kebutuhan oksigen serta mengoptimalkan kebutuhan
oksigen dalam tubuh.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan kapiler alveoli


ditandai dengan pernafasan abnormal, pH darah arteri abnormal, warna kulit
abnormal (pucat), sianosis, nafas cuping hidung, takikardia.
Setelah

Tujuan
diberikan

Intervensi
asuhan NIC Label >> Acid Base Management

keperawatan selama ... x

1. Monitor kadar pH darah melalui hasil AGD

jam diharapkan pertukaran

Rasional:

gas pasien adekuat dengan

memudahkan menetukan terapi atau mengevaluasi

kriteria hasil:

keefektifan terapi yang telah diberikan

NOC Label >> Respiratory


status
-

RR

dalam

batas

proses

penyakit,

2. Monitor tanda-tanda gagal napas


tepat dan cepat pada pasien
3. Pertahankan bersihan jalan napas

Kedalaman

Rasional: bersihan jalan napas mempengaruhi intake

pernapasan normal

oksigen dari luar tubuh ke dalam tubuh

Tidak

tampak

penggunaan otot bantu


pernapasan
-

Mengevaluasi

Rasional: dapat memberikan tindakan penanganan yang


normal (30-50x/mnt)

untuk

4. Sarankan waktu istirahat yang adekuat


Rasional: untuk mengurangi kerja pernapasan
5. Monitor status neurologis

Tidak tampak retraksi

Rasional: Gelisah, mudah terangsang, bingung, dan

dinding dad

somnolen dapat menunjukkan hipoksemia/penurunan

Tidak ada sianosis

oksigenasi serebral.

Tidak ada dispnea

Tidak ada kelemahan

kunjungan

Tidak ada akumulasi

Rasional: agar pasien dapat beristirahat secara adekuat

sputum

untuk mebantu mengurangi kerja pernapasan.

6. Kontrak

dengan

pengunjung

untuk

membatasi

NOC Label >> Respiratory

NIC Label >> Airway Management

status: Gas Exchange

7. Monitor status pernapasan dan status oksigenasi pasien

PaO2 normal (80-100

Rasional: Manifestasi distress pernafasan tergantung

mmHg)

pada indikasi derajat keterlibatan paru dan status

PaCO2 normal (35-45

kesehatan umum.

mmHg)

8. Berikan posisi semifowler pada pasien

PH normal (7,35-7,45)

Rasional: Posisi kepala yang lebih tinggi memungkinkan

SatO2

upaya nafas lebih dalam dan lebih kuat. Tindakan ini

normal (95-

100%)

meningkatkan

Tidak ada sianosis

pengeluaran secret untuk memperbaiki ventilasi.

Tidak ada penurunan


kesadaran

inspirasi

maksimal,

meningkatkan

9. Lakukan fisioterapi dada


Rasional: Memudahkan pengenceran dan pembuangan
secret.
10. Menghilangkan sekret dengan suction, jika diperlukan
Rasional: Merangsang batuk atau pembersihan jalan
nafas secara mekanik pada pasien yang tidak mampu
melakukan karena batuk tak efektif.
11. Atur intake cairan
Rasional: Cairan dalam jumlah yang adekuat mampu
membantu pengenceran sekret sehingga lebih mudah
dikeluarkan.
12. Auskultasi bunyi napas dan adanya suara napas
tambahan (ronchi, wheezing, krekels, dll)
Rasional: adanya area redup yang menandakan adanya
penurunan atau hilangnya ventilasi akibat penumpukkan
eksudat.
13. Kolaborasi pemberian nebulizer, jika diperlukan
Rasional: nebulizer dapat membantu meningkatkan
kelembaban udara pernapasan sehingga membantu

mengencerkan sekret sehingga dapat lebih mudah


dikeluarkan
14. Kolaborasi pemberian oksigen, jika diperlukan
Rasional: Tujuan terapi oksigen adalah mempertahankan
PaO2 diatas 60 mmHg. Oksigen diberikan dengan
metode yang memberikan pengiriman tepat dalam
toleransi pasien.
NIC Label >> Oxigen Therapy
15. Jaga kebersihan mulut, hidung, dan trakea, jika
diperlukan
Rasional: bersihan jalan napas yang adekuat dapat
memaksimalkan intake oksigen yang dapat diserap oleh
tubuh.
16. Monitor volume aliran oksigen dan jenis canul yang
digunakan
Rasional: volume aliran oksigen harus diberikan sesuai
indikasi untuk pasien anak (1-5 liter/menit).
17. Monitor keefektifan terapi oksigen yang telah diberikan
Rasional:

untuk

membantu

menentukan

terapi

berikutnya
18. Monitor tanda-tanda keracunan oksigen dan atelektasis
Rasional: oksigen yang berlebihan dalam tubuh sangat
berbahaya karena oksigen dapat mengikat air dan dapat
menyebabkan dehidrasi.
19. Konsultasikan dengan tenaga kesehatan lain mengenai
penggunaan oksigen tambahan selama aktifitas dan/atau
tidur
Rasional: membantu pasien memenuhi kebutuhan
oksigen saat istirahat.
NIC Label >> Respiratory Monitoring
20. Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan usaha napas
pasien
Rasional: Kecepatan biasanya meningkat. Dipsnea dan
terjadi peningkatan kerja nafas. Pernafasan dangkal.

Ekspansi dada terbatas yang berhubungan dengan


atelektasis dan atau nyeri dada pleuritik.
21. Catat pergerakkan dinding dada, lihat kesimetrisan
dinding dada, penggunaan otot-otot bantu pernapasan,
dan retraksi otot supraklavikular dan intercostal
Rasional:

penggunaan

otot

bantu

pernapasan

mengindikasikan adanya disstress pernapasan.


22. Monitor pola napas pasien (takipnea, hiperventilasi,
pernapasan Kussmaul, Cheyne-Stokes)
Rasional: Adanya takipnea, hiperventilasi, pernapasan
Kussmaul,

Cheyne-Stokes

mengindikasikan

perburukkan kondisi pasien


23. Perkusi dada anterior dan posterior dari apeks sampai
basis bilateral
Rasional: Suara perkusi pekak menunjukkan area paru
yang terdapat eksudat
24. Monitor hasil foto thoraks
Rasional: pada pneumonia biasanya tampak konsolidasi
dan infiltrat pada lobus paru.
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi (tumor paru), ditandai
dengan pasien mengeluh nyeri, pasien mengeluh nyeri dengan skala 1-10, pasien
tampak gelisah, pasien tampak meringis kesakitan, TD meningkat (>120/80
mmHg), nadi meningkat (>100x/mnt), pasien tampak memegangi bagian yang
nyeri.
Setelah

Tujuan
diberikan

Intervensi
asuhan NIC Label>>Pain management

keperawatan selama..x

a. Lakukan pengkajian yang komprehensif terhadap nyeri,

jam diharapkan nyeri dapat

meliputi lokasi, karasteristik, onset/durasi, frekuensi,

berkurang,

kualitas, intensitas nyeri, serta faktor-faktor yang dapat

dengan

kriteria

hasil:

memicu nyeri.

NOC Label>> Pain level:

Rasional: pengkajian berguna untuk mengidentifikasi

Pasien tidak melaporkan

nyeri yang dialami pasien meliputi lokasi, karasteristik,

adanya nyeri (skala 5 =

durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri serta faktor-

none)
-

faktor yang dapat memicu nyeri pasien sehinggga dapat

Pasien

tidak

merintih

ataupun menangis (skala


5 = none)
-

menunjukkan

tidak

Rasional: dengan mengetahui rasa tidak nyaman pasien

ekspresi

secara non verbal maka dapat membantu mengetahui

terhadap

nyeri

(skala 5 = none)
-

Pasien

tidak

tampak

terhadap respon pasien terhadap nyeri.

5 = none)

Rasional: membantu pasien dalam menginterpretasikan

RR dalam batas normal

nyerinya.
Rasional: peningakatan tekanan darah, respirasi rate,

Nadi dalam batas normal

dan denyut

(60-100x/mnt) (skala 5

peningkatan nyeri yang dirasakan.

nadi umumnya

menandakan adanya

e. Kontrol faktor lingkungan yang dapat menyebabkan

Tekanan darah dalam

ketidaknyamanan, seperti suhu ruangan, pencahayaan,

batas

kebisingan.

normal
(skala

(120/80
5

normal)

Rasional: membantu memodifikasi dan menghindari


faktor-faktor

NOC Label >> Pain control


Pasien dapat mengontrol
nyerinya

dengan

menggunakan

teknik

yang

dapat

meningkatkan

ketidaknyamanan pasien.
f. Ajarkan

prinsip-prinsip

manajemen

nyeri

non

farmakologi, (mis: teknik terapi musik, distraksi, guided


imagery, masase dll).

manajemen nyeri non

Rasional: membantu mengurangi nyeri yang dirasakan

farmakologis (skala 5 =

pasien, serta membantu pasien untuk mengontrol

consistently

nyerinya.

demonstrated)
-

d. Kaji tanda-tanda vital pasien.

normal)

mmHg)

pengalaman nyeri dan menyampaikan penerimaan

berkeringat dingin (skala

= normal)
-

tingkat dan perkembangan nyeri pasien.


c. Gunakan strategi komunikasi terapeutik dalam mengkaji

(16-20 x/mnt) (skala 5 =


-

b. Observasi tanda-tanda non verbal atau isyarat dari


ketidaknyamanan.

Pasien
wajah

menentukan intervensi yang tepat.

Pasien

g. Kolaborasi dalam pemberian analgetik sesuai indikasi.


dapat

menggunakan analgesik
sesuai indikasi (skala 5
=

consistently

demonstrated)

Rasional:

membantu

dirasakan pasien.

mengurangi

nyeri

yang

Pasien melaporkan nyeri


terkontrol (skala 5 =
consistently
demonstrated)

4. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme ditandai dengan


suhu abnormal (>37,50C), kulit kemerahan, kulit teraba hangat, frekuensi napas
> 30 kali/menit, frekuensi nadi meningkat (>100x/menit).
Setelah

Tujuan
diberikan

Intervensi
asuhan NIC Label >> Fever treatment

keperawatan selama...x...jam
diharapkan

hipertermi

1. Pantau tanda-tanda vital pasien terutama suhu tubuh


setiap sebelum dan setelah medikasi.

teratasi, dengan kriteria hasil :

Rasional: mengetahui intervensi yang sesuai dan

NOC

efektifitas intervensi yang diberikan.

Label>>

Thermoregulation
-

Suhu

2. Pantau warna dan temperatur kulit pasien.

tubuh

pasien

dalam batas normal,

HR teraba dan dalam

melalui oral.

batas

Rasional: Pasien dengan hipertermi akan memproduksi

normal,

60-

100x/menit

keringat yang berlebih yang dapat mengakibatkan tubuh

Tidak terjadi dehidrasi

kehilangan cairan yang banyak, sehingga dengan

(asupan cairan pasien

memberikan minum peroral dapat menggantikan cairan

terpenuhi,

yang hilang serta menurunkan suhu tubuh.

yaitu

1200-1500 ml/hari)
-

menunjukkan derajat keparahan dari hipertermi.


3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake cairan

36,5-37,5 0C
-

Rasional: perubahan temperatur dan warna kulit dapat

Tidak

terjadi

perubahan warna kulit

4. Anjurkan keluarga untuk memberikan water tepid


sponge pada pasien.
Rasional:

water

tepid

sponge

dapat

membantu

menurunkan suhu tubuh dengan cara memvasodilatasi


pembuluh darah dan pori-pori kulit.
5. Kolaborasi pemberian cairan melalui intravena.
Rasional: pemberian cairan melalui intravena dapat
membantu mengganti kehilangan cairan tubuh yang
banyak melalui keringat selama hipertermi.

6. Kolaborasi pemberian antipiretik.


Rasional: pemberian antipiretik dapat menurunkan suhu
tubuh.
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
tidak adekuatnya asupan akibat iritasi gastrointestinal ditandai dengan pasien
mengeluh mual muntah, penurunan BB >20%, kadar albumin serum < 3,4 g/dl,
terjadi penurunan intake makanan, nafsu makan menurun, kelemahan.
Setelah

Tujuan
diberikan

Intervensi
asuhan NIC Label >> Terapi nutrisi:

keperawatan x jam

a. Kaji status nutrisi pasien

diharapkan pemenuhan nutrisi

Rasional: pengkajian penting untuk mengetahui status

adekuat, dengan kriteria hasil:

nutrisi pasien dapat menentukan intervensi yang tepat.

a. Status nutrisi:
-

Masukan nutrisi adekuat

kebutuhan kalori harian.

(skala 5 = No deviation

Rasional: dengan mengetahui masukan makanan atau

from normal range)

cairan dapat mengetahui apakah kebutuhan kalori harian

Masukan makanan dalam

sudah terpenuhi atau belum.

batas normal (skala 5 =

mempertimbangkan aspek agama dan budaya pasien.

range)

Rasional: memenuhi kebutuhan nutrisi pasien dengan


tetap memperhatikan aspek agama dan budaya pasien

nutrisi:

sehingga

Masukan kalori dalam

ditentukan.

batas normal (skala 5=


-

c. Tentukan jenis makanan yang cocok dengan tetap

No deviation from normal


b. Status nutrisi : masukan
-

b. Monitor masukan makanan atau cairan dan hitung

pasien

bersedia

mengikuti

diet

yang

d. Anjurkan untuk menggunakan suplemen nutrisi sesuai

Totally adequate)

indikasi.

Nutrisi dalam makanan

Rasional: dapat membantu meningkatkan status nutrisi

cukup mengandung

selain dari diet yang ditentukan..

protein, lemak,

e. Jaga kebersihan mulut, ajarkan oral higiene pada

karbohidrat, serat,

pasien/keluarga.

vitamin, mineral, ion,

Rasional:

kalsium, sodium (skala 5=

meningkatkan nafsu makan.

Totally adequate)
c. Status nutrisi : hitung

menjaga

kebersihan

mulut

dapat

f. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah


kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk

biokimia

memenuhi kebutuhan nutrisi.

Serum albumin dalam

Rasional: untuk menentukan jumlah kalori dan jenis

batas normal (3,4-4,8

nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan pasien.

gr/dl) (skala 5= No

NIC Label >> Penanganan berat badan:

deviation from normal

a. Timbang berat badan pasien secara teratur.

range)

Rasional: dengan memantau berat badan pasien dengan


teratur dapat mengetahui kenaikan ataupun penurunan
status gizi.
b. Diskusikan dengan keluarga pasien hal-hal yang
menyebabkan penurunan berat badan.
Rasional: membantu memilih alternative pemenuhan
nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan dan penyebab
penurunan berat badan.
c. Pantau konsumsi kalori harian.
Rasional: membantu mengetahui masukan kalori harian
pasien disesuaikan dengan kebutuhan kalori sesuai usia.
d. Pantau hasil laboratorium, seperti kadar serum albumin,
dan elektrolit.
Rasional: kadar albumin dan elektrolit yang normal
menunjukkan status nutrisi baik. Sajikan makanan
dengan menarik.
e. Tentukan makanan kesukaan, rasa, dan temperatur
makanan.
Rasional: meningkatkan nafsu makan dengan intake dan
kualitas yang maksimal.
f. Anjurkan

penggunaan

suplemen

penambah

nafsu

makan.
Rasional: dapat membantu meningkatkan nafsu makan
pasien sehingga dapat meningkatkan masukan nutrisi.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan suplai O 2 ke jaringan,
ditandai dengan terjadi kelelahan, kelemahan, peningkatan nadi dan tekanan
darah saat beraktivitas.
Tujuan

Intervensi

Setelah

diberikan

asuhan NIC Label >> Activity theraphy

keperawatan selama...xjam
diharapkan

pasien

mampu

1. Bantu pasien dalam memilih aktivitas yang sesuai


dengan kemampuan fisik, psikologi, dan sosial yang

mentoleransi aktivitas, dengan

dimiliki.

kriteria hasil:

Rasional: aktivitas yang sesuai dengan kemampuan

NOC

Label

>>

Activity

tolerance
-

2. Bantu pasien untuk fokus terhadap satu aktivitas yang

Saturasi oksigen dalam

bisa dilakukan.

rentang normal (>90%)

Rasional: fokus terhadap satu aktivitas membantu pasien

Tidak terjadi perubahan

untuk dapat menyelesaikan aktivitas tersebut dengan

dalam warna kulit

baik.

Pasien mampu berbicara


sambil

melakukan

aktivitas fisik
NOC Label >> Fatigue level
-

Tidak terjadi penurunan


motivasi beraktivitas

dapat lebih mudah dilakukan oleh pasien.

3. Bantu pasien dalam sebuah jadwal untuk membuat


periode aktivitas dari yang jarang dilakukan sampai
yang rutin dilakukan.
Rasional: menjadwalkan aktivitas membantu pasien
meningkatkan kemampuan beraktivitas.
4. Instuksikan pasien dan keluarga dalam membuat aturan

Tidak mengalami sakit

aktivitas fisik, sosial, spiritual, dan kognitif dalam

kepala saat beraktivitas

menyeimbangkan fungsi kesehatan.

NOC Label >> Self care

Rasional: untuk membantu menyeimbangkan fungsi

status

kesehatan pasien sehubungan dengan aktivitas yang

Pasien mampu mandi,


berpakaian, makan dan
toileting secara mandiri

berkaitan.
5. Anjurkan pasien untuk beristirahat dan bantu dalam
aktivitas yang ringan sesuai kebutuhan.
Rasional:

NOC Label >> Vital Sign

membantu

pasien

Suhu tubuh 36,5-37,50C

NIC Label >> Energy management

Respiratory rate 16-20 x

6. Kaji keterbatasan fisik pasien.

per menit

Rasional: untuk mengetahui seberapa besar keterbatasan

Tekanan darah 120/80

pasien dalam beraktivitas.

mmHg
-

menggunakan

oksigen secara efektif dalam beraktivitas.

dalam

Nadi 60-100 x per menit

7. Kaji penyebab kelemahan.


Rasional: untuk memudahkan mengetahui intervensi
yang tepat.
8. Berikan intake makanan yang adekuat.

Rasional: intake makanan yang cukup memberikan


energi yang cukup bagi pasien.
9. Awasi adanya perubahan TTV dan saturasi oksigen.
Rasional: penurunan TTV dan saturasi oksigen dapat
menunjukkan penurunan kemampuan beraktivitas.
NIC Label >> Self care assistance
10. Kaji kemampuan pasien dalam melakukan perawatan
diri.
Rasional: mengetahui batasan aktivitas yang dapat
dilakukan pasien.
11. Kaji kebutuhan pasien dalam perawatan diri seperti:
kebutuhan kebersihan diri, pakaian, makanan, dan
kebutuhan toileting.
Rasional: mengetahui kebutuhan perawatan diri yang
dapat dan tidak dapat pasien lakukan sendiri.
12. Ajarkan pada keluarga agar membantu pasien bila
pasien memang benar-benar tidak mampu melakukan
aktivitas secara mandiri.
Rasional: membantu kemandirian diri pasien.
NIC Label >> Monitoring vital sign
13. Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status respirasi.
Rasional:

penurunan

TTV

dapat

menunjukkan

penurunan kemampuan pasien dalam beraktivitas.


14. Monitor vital sign sebelum, selama, dan sesudah
beraktivitas.
Rasional: mengetahui aktivitas yang dilakukan apakah
berat atau tidak terhadap pasien.
7. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan ditandai
dengan pasien tampak gelisah dan khawatir terhadap kondisi kesehatannya.
Setelah

Tujuan
dilakukan

Intervensi
asuhan NIC Label>> Anxiety Reduction

keperawatan selama 1x 30
menit, diharapkan kecemasan

a. Observasi adanya tanda tanda cemas/ansietas baik


secara verbal maupun nonverbal.

klien terhadap penyakit klien

Rasional : pengungkapan kecemasan secara langsung

dapat

tentang kecemasan dari klien, dapat menandakan level

berkurang

dengan

kriteria hasil :

cemas klien.

Anxiety Level

b. Bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi yang dapat

Mengatakan

menstimulus kecemasan.

secara

verbal tentang tidak ada

Rasional

kecemasan (5 = none)

menanggulangi kecemasan pasien.

Mengatakan

secara

pasien

dapat

mengatasi

dan

verbal tentang tidak ada

derita.

ketakutan (5 = none)

Rasional : menambah wawasan klien tentang penyakit

Tidak ada kepanikan (5 =

klien dapat meningkatkan pengertian klien tentang

none)

penyakitnya, sehingga dapat mengurangi kecemasan


klien.

Mampu

mengurangi

d. Ajarkan klien teknik relaxasi, seperti menarik nafas


dalam.

penyebab cemas (5 =

Rasional : dapat memberi efek ketenangan pada klien.

Consistently

e. Kolaborasi pemberian medikasi berupa obat penenang.

demonstrated)

agar

c. Jelaskan segala sesuatu mengenai penyakit yang klien

Anxiety Self Control

Rasional : untuk menurunkan ansietas klien yang terjadi

Mengontrol respon cemas

secara berlebihan.

8. PK: ANEMIA
Setelah

Tujuan
diberikan

Intervensi
asuhan Mandiri:

keperawatan selama 1x 15
menit,

perawat

meminimalkan

dapat

Rasional: memantau gejala anemia klien penting

komplikasi

dilakukan agar tidak terjadi komplikasi yang lebih

anemia yang terjadi, dengan


kriteria hasil:
-

lanjut.
2

TTV

dalam

nadi:

60-100

Pantau tanda-tanda vital klien.


Rasional: perubahan

tanda

vital

menunujukkan

perubahan pada kondisi klien.

batas normal (TD: 120/80


mmHg,

Pantau tanda dan gejala anemia yg terjadi.

Anjurkan

klien

mengkonsumsi

makanan

yang

x/menit, suhu: 36-37,5C,

mengandung banyak zat besi dan vit B12.

RR: 16-20 x/menit).

Rasional: konsumsi makanan yang mengandung vitamin

Konjungtiva

B12 dan asam volat dapat menstimulasi pemebntukan

berwarna merah muda.


-

Hemoglobin.

Hb klien dalam
batas

normal

(12-16

Minimalkan prosedur yg bisa menyebabkan perdarahan.


Rasional: prosedur yang menyebabkan perdarahan dapat
memperparah kondisi klien yang mengalami anemia.

g/dL).
-

bibir Kolaborasi

Mukosa

1. Kolaborasi pemberian tranfusi darah sesuai indikasi.

berwarna merah muda.


-

Klien
mengalami

lemas

tidak

Rasional: transfusi darah diperlukan jika kondisi anemia

dan

klien buruk untuk menambah jumlah darah dalam tubuh

lesu.

9. PK: INFEKSI
Tujuan
dilakukan

Setelah

keperawatan

Intervensi
asuhan NIC Label >> Infection protection

selamax

1. Pantau tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal.

jam, diharapkan komplikasi

Rasional: membantu dalam memberikan intervensi

infeksi

pneumonia

secara cepat dan tepat jika infeksi terjadi.

tidak terjadi, dengan kriteria

2. Pantau hasil laboratorium terutama WBC.

akibat

hasil:

Rasional: dapat sebagai indikator ada tidaknya infeksi

NOC Label >> Infection

dan menentukan sensitivitas pada obat tertentu.

severity
-

3. Pertahankan teknik aseptik selama perawatan.

Sputum purulen tidak

Rasional: teknik aseptik selama perawatan dapat

ada

meminimalkan komplikasi dari infeksi.

Suhu

pasien

4. Batasi jumlah pengunjung yang masuk ke ruang

dalam batas normal

perawatan pasien dan jauhi area perawatan pasien dari

(36,5-37,50C

tanaman maupun bunga segar.

WBC

tubuh

dalam

batas

normal 4-11 x 103/uL

Rasional:

pembatasan

jumlah

pengunjung

perlu

dilakukan agar pasien dapat beristirahat. Tanaman dan


bunga segar dapat membawa bakteri maupun virus
sehingga perlu dijauhkan dari pasien yang sangat rentan
terhadap infeksi.
5. Kolaborasi

pemberian

sensitivitas bakteri.

antibiotik

sesuai

dengan

Rasional:

Antibiotik

dapat

membantu

membunuh

mikroorganisme penyebab infeksi.

DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, E Marilynn dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Volume I . Bandung: Yayasan Ikatan
Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran.
Mansjoer, Arief. Dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta: EGC
Sylvia & Price. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Dochterman, Joanne M., Gloria N. Bulecheck. 2004. Nursing Interventions Classifications
(NIC) Fourth Edition. Missouri: Mosby Elsevier.
Moorhed, Sue, Marion Jhonson, Meridean L. Mass, dan Elizabeth Swanson. 2008. Nursing
Outcomes Classifications (NOC) Fourth Edition. Missouri: Mosby Elsevier.
NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta: EGC.

Smeltzer, C. Suzanne. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8
Volume 3. Jakarta: EGC.
Wilson, Susan and Thompson, June (1990), Respiratory Disorders, Mosby Year Book,
Toronto.

Anda mungkin juga menyukai