Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Ibadah qurban sudah melewati sejarah yang sangat
panjang. Semenjak manusia generasi pertama qurban sudah
dikenal, yaitu pada masa Nabi Adam a.s. anak Nabi Adam
Qabil

dan

Habil

diperintahkan

oleh

Tuhan

untuk

mempersembajkan qurban dari hasil pertanian mereka, siapa


yang diterima qurbannya berhak mendapatkan pasangan dari
saudaranya sebagai istri. Namun ketika salah satu qurban
diterima dan yang lain tidak maka membawa sentimen pribadi
yang mengakibatkan terjadinya pertumpahan darah yang
pertama sekali di permukaan bumi ini. Sehubungan dengan ini
Allah berfirman :




27. Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera
Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika
keduanya mempersembahkan korban, Maka diterima dari
salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima
dari

yang

lain

(Qabil).

ia

berkata

(Qabil):

"Aku

pasti

membunuhmu!". berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya


menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa".(QS 5:27)

Perintah qurban berlanjut pada masa Nabi Ibrahim a.s.


Allah memerintahkannya

untuk menyembelih anak

yang

tercinta Ismail a.s. Karena ketaatannya yang mendalam


kepada Allah menunjukkan kasih sayang Nya pada Ibrahim
dengan mengganti anak yang akan disembelih itu dengan
seekor kambing.
Pada masa Nabi Muhammad SAW pun syariat qurban
tetap

dilestarikan.

emerintahkan

ibadah

Kepada

Nabi

qurban,

Muhammad

karena

Allah

Allah
telah

menganugerahkan nikmat yang banyak. Perintah ini terdapat


dalam firmn Allah sebagai berikut :


1. Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu
nikmat yang banyak.
2. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan
berkorbanlah.
3. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu
Dialah yang terputus.
Melalui sabdanya Nabi Muhammad memperkuat perintah
ini. Beliau mengatakan : orang-orang yang mampu berqurban
tetapi tidak melaksanakannya dilarang oleh Rasul mendekat ke
tempat shalatnya. Walaupun peringatan ini cukup keras,
namun secara hukum taklifi jumhur ulama menetapkan hukum
qurban sunnat muakkad. Hanafiyah berpendapat wajib. Akan
tetapi wajib bagi Hanafiyah sama kedudukannya dengan
sunnat muakkad bagi jumhur ulama 1.
1Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnh, Jilid III

Perbedaan pandangan ulama tentang kedudukan hukum


qurban secara hukum taklifi, nampaknya tidak mempengaruhi
antusias umat Islam melaksanakan qurban sepanjang sejarah.
Qurban tidiak hanya dilaksanakan di negara Islam atau yang
berpenduduk mayoritas muslim,akan tetapi juga di negaranegara yang penduduknya minoritas muslim.
Di

Indonesia

qurban

telah

dilaksanakan

semenjak

kedatangan Islam ke Nusantara. Sehingga syariat qurban


betul-betul

telah

menyatu

dengan

masyarakat.

Secara

terminologi tidak ada lagi masyarakat yang merasa asing


dengan istilah qurban, mulai dari anak-anak sampai kepada
orang dewasa, dari desa sampai ke kota. Malah lebih dari itu
kata-kata qurban telah menjadi bahasa Indonesia dengan
sebutan korban2.
Islam

menempatkan

qurban

sebagai

syariat

yang

universal. Ia berlaku di semua tempat dan di setiap akhir


zaman. Rahasia yang terkandung dalam syariat ini belum
pernah

mengalami

pemudaran.

Sebagai

syariat

yang

universal tidak ada umat islam yang membantahnya.


Walaupun qurban merupakan syariat yang universal,
namun dalam pelaksanaannya tidak terlepas dari pengaruh
budaya lokal. Dalam kacamata sosiologissulit menghindari

2Dalam pemakaian bahasa sehari-hari di Indonesia kata korban setidaknya


mempunyai tiga pengertian. Pertama berarti penyembelihan binatang
sebagai ibadah kepada Tuhan. Kedua, berarti menyumbangkan sesuatu
sebagai wujud solidaritas sesama manusia, seperti mengorbankan tenaga
atau harta, ketiga berarti menderita akibat ditimpa sesuatu.

terjadinya akulturasi budaya antara satu masyarakat dengan


masyarakat lain. Nampak hal ini tidak hanya berlaku pada
budaya

tetapi

juga

terlihat

pada

agama

ditingkat

implementasi. Untuk ibadah qurban pengaruh budaya lokal ini


terlihat pada beberapa bagian:
1. Seremonial pelaksanaan
2. Cara mengumpulkan uang untuk pembelian
3. Gotong royong mulai dari penyembelihan sampai
pendistribusian
4. Jeis binatang yang dismbelih
5. Pendistribusian daging qurban
Akulturasi budaya pada bagian-bagian yang disebutkan
tidak hanya level makro di tingkat bangsa tetap juga pada
level makro ditigkat suku bangsa. Di indonesia dikenal
berpuluh-puluh suku bangsa yang mayoritas beragama islam.
Satu sama lain memiliki budaya yang berbeda. Sehingga bila
diamati pelaksanaan ibadah qurban antara satu daerah
dengan daerah lain akan ditemukan spesifikasi masingmasing. Malah pada tingak yang lebih kecil (kelompok
masyarakat)

budayanya

juga

memiliki

spesifikasi.

Di

bukittinggi umpamanya, sebagai salah satu kota yang berada


di kawasan falsafah adat basandi syara, syara basandi
kitabullah, pelaksanaan qurban juga mempunyai spesifikasi
tertentu.
Bukittinggi sebagai kota yang berbasi religius memiliki
komitmen untuk melaksanakan ajaran islam secara maksimal.
Hal ini terlihat dai visi kota yang tertuang dalam rumusan :
TERWUJUDNYA

KESEJAHTERAAN

MASYARAKAT

MELALUI

POTENSI UNGGULAN DAERAH YANG DIJIWAI OLEH AGAMA DAN


ADAT, SYARA MANGATO ADAIK MAMAKAI.
Walaupun dalam pelaksanaan ajaran islam belum terlihat
secara maksimal dalam berbagai aspek kehidupan, namun
dalam bagian-bagian yang bersifat ritual dan seremonial cukup
terlihat. Qurban sebagai salah satu bentuk ritual kesilaman
sangat taat dilaksanakan di bukittinggi. Selama ini belum ada
Idul Adha sepi dari pelaksanaan ibadah qurban, malah
melebihi dari perkiraan dan membawa syiar Islam yang
menyemarakkan kota. Pada hari-hari pelaksanaan qurban
aktifitas (usaha) rutin masyarakat biasanya dikurangi dan
malah ada yang diberhentikan, demi pelaksanaan qurban.
Di Bukittinggi qurban dikelola oleh pengurus mesjid atau
mushola. Sulit ditemukan qurban yang dilaksanakan oleh
pribadi, keluarga atau kelompok masyarakat. Dari lebih kurang
40 buah mesjid yang ada di kota Bukittinggi tidak ada yang
tidak

menyelengarakan

qurban

ditambah

lagi

dengan

musholla yang tidak bergabung dengan mesjid.


Bila dilihat dari pendistribusian daging qurban, hampir
tidak ditemukan anggota masyarakat yang tidak mendapatkan
bagian daging qurban, bahkan ada yang memperoleh dua atau
tiga kupon qurban yang ditukar dengan daging.
Semangat kegotongroyongan atau kerjasama mewarnai
pelaksanaan qurban. Para kaum laki-laki secara sukarela
datang untuk menyelenggarakan qurban tanpa diberi atau
menerima upah. Sedangkan kaum perempuan membantu
menyiapkan konsumsi, baik konsumsi berat maupun ringan.
Anak-anak pun datang memberikan semangat dan mereka

memiliki semangat ingin tau yang sangat mendalam. Sehinga


mereka

merasa

rugi

apabila

tidak

menyaksikan

penyembelihan qurban.
Dari hasil observasi awal dapat dikatakn bahwa ibadah
qurban telah sangat menyatu dengan masyarakat Bukittinggi.
Dari data awal ini dapat diasumsikan bahwa pelaksanaan
qurban tersebut tentu tidak dapat dihindarkan dari budaya da
tradisi masyarakat setempat. Hanya saja sejauh mana budaya
dan tradisi tersebut berintegrasi dengan ritual qurban yang
secara hakiki merupakan syariat islam. Hal ini memerlukan
penelitian yang lebih mendalam, detail dan cermat sehingga
dapat mengungkap hal-hal yang selama ini tersembunyi dari
kacamata Islam.
Penelitian yang akan dilakukan ini memfokuskan pada
intregrasi budaya dan ritual dalam ibadah qurban kota
Bukittinggi. Untuk lebih jelasnya dirumuskan judul sebagai
berikut : PELAKSANAAN QURBAN DI KOTA BUKITTINGGI.
Intregrasi Budaya Lokal Terhadap Ritual Keagamaan. Dari judul
ini kemudian dirumuskan masalah atau pertanyaan peneliti.
B. Rumusan dan Batasan Masalah
Dari latar belakang pemikiran yang telah dikemukakan di
atas dapat dirumuskan masalah pokok sebagai berikut :
Sejauhmana terjadinya intregritasi antara budaya dan
ritual dalam pelaksanaan qurban di kota bukittinggi.
Dari masalah pokok ini dirumuskan batasan masalah sebagai
berikut.
1. Bagaimana potensi qurban di Kota Bukittinggi.

2. Bagaimana

pelaksanaan

qurban

di

Kota

Bukittinggi.
3. Bagaimana bentuk budaya lokal yang terintregrasi
dengan ritual qurban.
C. Tujuan penelitian
Sesuai dengan rumusan dan batasan masalah yang
telah dirumuskan di atas, maka ditetapkan tujuan penelitian
sebagai berikut :
1. Mengetahui potensi qurban di Kota Bukittinggi.
2. Mengetah4i
pelaksanaan
qurban
di
Kota
Bukittinggi
3. Mengetahui

budaya

lokal

yang

berintregrasi

dengan ritual qurban.


D. Sasaran dan Ruang Lingkup Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka yang
menjadi sasaran dalam penelitian ini adalah : Pengurus Mesjid,
panitia qurban, tokoh-tokoh agama dan masyarakat penerima
qurban.
Untuk sampai kepada sasaran tersebut, maka penelitian
ini mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menjelajahi pengurus mesjid, panitia qurban dan
tokoh-tokoh agama.
2. Mengobservasi pelaksanaan qurban
3. Menyeleksi aspek budaya dan aspek ritual dalam
pelaksanaan qurban.
4. Setelah ditemukan aspek budaya dan ritual lalu di
klarifikasi untuk kemudian dilihat faktor-faktor
yang mempengaruhi intregrasi tersebut.
E. Kegunaan penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah :

1. Untuk

membedakan

wilayah

budaya dalam ibadah qurban.


2. Untuk memelihara kemurnian
dalam ibadah qurban.
3. Sebagai informasi bagi

ritual

dan

ritual

wilayah

keagamaan

masyarakat dan peneliti

berikutnya mengenai fenomena ibadah qurban di kota


Bukittinggi.
F. Tinjauan Kepustakaan.
Hampir setiap kitab fikih berbicara tentang qurban, muali
dari kitab fiqih yang sangat sederhana sapai pada kitab fiqih
yang mendalam, baik yang berbahasa indonesia maupun yang
berbahasa Arab, baik kitab klasik maupun

kitab

kontenporer. Kajian qurban biasanya dibahas dalam topik atau


bab Udhhiyah

yang berarti penyembelihan. Kajian-kajian

qurban dalam kitab fikih ini lebih bersifat normatif, karena


demikian pendekatan yang dilakukan.
Adapun kajian qurban yang bersifat fenomenologis masih
sangat

terbatas.

Ada

beberapa

penelitian

yang

sidah

dipublikasikan, anatara lain : yang dilakukan oleh Arfan Dedi,


IAIN Raden Intan Lampung dengan judul : Pandangan tokoh
agama masyarakat kelurahan sukarame terhadap penjualan
kulit hewan qurban, tahun 2006.3 Penelitian semantik juga
pernah dilakukan oleh Raditio Djadjoeri dengan topik Korban,
istilah Bahasa Ibrani.4

3 http://Library.gunadarma.ac,id/
4 http://www.mail-archive.com?urangawak@yahoogroups.com/

Dari beberapa penelitian qurban yang dilakukan belum


ditemukan peneliti yang mencoba melihat integrasi budaya
lokal dengan ritual keagamaan. Hal ini menjadi penting, karena
mempengaruhi kemurnian ajaran dan keterbukaan ajaran
dalam merespon budaya yang berkembang di masyarakat.
G. Metodologi Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan
(field

research)

yang

berupaya

untuk

menelusuri

pelaksanaan qurban di Kota Bukittinggi. Oleh karena itu,


jenis penelitian nin adalah penelitian lapangan yang
dilakukan
pendekatan

dengan
yang

metode

kualitatif.

Sedangkan

adalah

pendekatan

digunakan

sosiologis fenomenologis.
Kelebihan metode ini adalah, Pertama, metode
kualitatif diarahkan pada latar belakang secara holistik,
tidak mengisolasi objek ke dalam variabel atau hipotesis,
tetapi perlu memandang sebagai bagian dari suatu
keutuhan,

Kedua,

metode

ini

menyajikan

secara

langsung hakekat hubungan anatara peneliti dengan


objek peneliti, Ketiga, metode ini lebih peka dan lebih
dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman
pengaruh bersama dan peka terhadap pola-pola nilai
yang dihadapi5.
2. Lokasi Penelitian

5Lexy J.Moleong,Metode penelitian kualitatif, Remaja Rosda Karyan


Bandung, 1997

Penelitian ini dilaksanakan di lingkungan budaya


masyarakat

yang

secara

geografis

disebut

kota

Bukittinggi. Sumber data dalam penelitian ini adalah


seluruh komponen yang terkait dengan pelaksanaan
qurban di kota Bukittinggi.
Dalam wilayah pemerintahan Kota Bukittinggi,
terdapat lima wilayah adat yang dikenal dengan istilah
Kurai Limo Jorong dengan lima Mesjid Jami (mesjid besar
di setiap jorong). Oleh karena itu, Langkah pertama;
penetapan lokasi didasarkan kepada pembagian wilayah
adat. Dalam wilayah ini terdapat lokasi didasarkan
kepada pembagian wilayah adat. Dalam wilayah ini
terdapat

kelompok

masyarakat

dan

institusi

keagamaannya seperti mesjid dan surau-surau kaum.


Langkah kedua, pada aspek-aspek tertentu pembagian
lokasi

didasarkan

pada

pembagian

wilayah

pemerintahan yang terdiri dari tiga kecamatan yaitu :


Kecamatan Mandiangin Koto Selayan (MKS), Kecamatan
Guguk Panjang (GGP) dan Kecamatan Aur Birugo Tigo
Baleh (ABTB). Langkah ketiga, pendefenisian lokasi.
Secara geografis yang dimaksud dengan kota Bukittinggi
sebuah kota yang berada di sebuaj kawasan yang
berbatasan dengan :
a. Sebelah utara kecamatan Tilantang
b. Sebelah selatan kecamatan Banuhampu
c. Sebelah barat kecamatan kecamatan IV Koto
d. Sebelah timur kecamatan IV Angkat
3. Instumen Penelitian
Dalam penelitian ini penelitilah yang menjadi
instrumen utama. Maksudnya, pengumpulan data itu
10

tergantung kepada peneliti sebagai alat pengumpul data,


seperti

yang

dikemukakan

oleh

Moleong. 6

Bahwa

instrumen dalam penelitian kualitatif merujuk kepada diri


sebagai alat pengumpul data. Dalam pengumpulan data
peneliti menggunakan tape recorder sebagai alat rekam
dan kartu data (data card) untuk catatan lapangan.
Di samping itu peneliti juga menggunakan daftar
pertanyaan

sebagai

instrumen

penelitian,

gunanya

adalah untuk menghimpun data yang bersifat umum


dalam ruang lingkup yang lebih luas.
4. Data, Teknik Pengumpulan dan Analisa Data
Data dalam penelitain ini semua informasi yang
diperlukan untuk menjawab permasalahan yang terkait
dengan integrasi budaya lokal dengan ritual qurban di
kota Bukittinggi. Oleh sebab itu, dibutuhkan berbagai
teknik yang dapat digunakan dalam menginfentarisasi
seluruh

data

yang

dibutuhkan.

Justru

itu

dalam

penelitian ini digunakan beberapa teknik pengumpulan


data, yaitu: Kuesioner, Observasi, Indepth Interviewing,
dan FGD (fokus grup discussion).
Teknik kuesioner digunakan untuk memperoleh
data yang terkait dengan masyarakat penerima qurban
sebagai salah satu variabel penelitian. Teknik observasi
dilakukan guna mengumpulkan data yang terkait dengan
pelaksanaan

qurban.

Sementara,

teknik

Indepth

interviewing dilakukan dalam rangka mengidentifikasi


dan mengklarifikasi temuan hasil observasi, di samping
6Ibid.

11

mengumpulkan

data

guna

mengelaborasi

integrasi

budaya dan ritual keagamaan.


Selanjutnya, teknik FGD digunakan dalam rangka
menjustifikasi

semua

data

guna

menyusun

bentuk

integrasi budaya dan ritual keagamaan dalam qurban.


Untuk lebih jelas, data dan teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2 di bawah
ini.
Tabel 1
Data, Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

N
O

TEKNIK
DATA

Pelaksanaan
qurban di kota
Bukittingg
Bentuk budaya
lokal dalam
pelaksanaan
ibadah qurban
Persepsi tokoh
agama terhadap
integrasi budaya
lokal terhadap
ibadah qurban.

SUMBER DATA
Pengurus mesjid,
panitia qurban,
masyarakat
penerima qurban

PENGUMPULA
N DATA
Observasi,
Wawancara,
Indepth
Interviewing

Pengurus mesjid,
panitian qurban,
masyarakat

Observasi,
Indepth
Interviewing

Ulama, muballigh

Wawancara,
Indepth
Interviewing,
FGD

Data kuantitatif dari hasil survai akan dianalisis dengan


statik sederhana, yaitu persentase, mengacu kepada analisis

12

data yang dikemukakan Awasilah (2002), maka data kualitatif


dianalisis dengan langkah-langkah: (1)- model menulis memo
pada saat penelitian berlangsung, (2) Mengkoding data, (3)
Mencari tema dan Kategori, (4) Mendiskusikan data, dan (5)
Menarik kesimpulan.
H. Sistematika Penulisan Laporan
Penelitian ini disusun berdasarkan sistematika sebagai
berikut:\
Bab I, Pendahuluan yang memuat: Latar Belakang
Permasalahan,

Rumusan

dan

Batasan

Masalah,

Tujuan

Penelitian, Sasaran dan Ruang Lingkup, Kegunaan Penelitian,


Tinjauan

Kepustakaan,

Penulisan Laporan.
Bab II, Landasan

Metodologi
Teori

Penelitian,

yang

memuat:

Sistematika
Pengertian

Qurban , Qurban Menurut Pandang Fiqih dan Sejarah Qurban.


Bab III, Hasil Penelitian yang memuat: Potensu Qurban di
Kota Bukittinggi, Pelaksanaan Ibadah Qurban, Integrasi Budaya
Lokal terhadap Ibadah Qurban.
Bab IV Penutup yang memuat tentang kesimpulan dan
saran-saran.

13

BAB II
LANDASAN TEORI

14

BAB III
HASIL PENELITIAN
A. Potensi Qurban di Kota Bukittinggi
Berbicara tentang potensi qurban di Kota Bukittinggi
tentu banyak aspek yang dapat dilihat. Dalam hal ini
setidaknya

ada

tiga

aspek

penting

yang

dapat

menggambarkan potensi tersebut, yaitu:


1. Berapa jumlah orang yang ikut berqurban
2. Berapa jumlah hewan yang diqurbankan
3. Berapa jumlah uang yang dihimpun untuk membeli
hewan qurban
Untuk

meliha

potensi

tersebut

penulis

melakukan

penelitian pada tiga Kecamatan yang ada di Kota Bukittinggi,


yaitu Kecamatan Mandiangin Koto Selayan, Kecamatan Gugu
Panjang

dan

Kecamatan

Aur

Birugo

Tigo

Baleh.

Untuk

mengatahui secara lebih detail penulisan memaparkannya


dalam uraian berikut.
1. Kecamatan Mandiangin Koto Selayan
Potensi qurban di Kecamatan Mandiangin Koto Selayan
(selanjutnya disebut MKS) dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2
POTENSI QURBAN
DI KECAMATAN MANDIANGIN KOTO SELAYAN (MKS)
TAHUN 2006-2007

Sapi
N
o

Mesjid/Mushal
la/dll

Mesjid Jami

20
06
7

20
07
10
15

Kambin
g
20 20
06 07
1

Harga/orang (Rp)
2006

2007

850.00

950.00

4
5
6
7
8

9
1
0
1
1
1
2
1
3
1
4
1
5
1

GanSala Anak
air
Mesjid Syukra
Ipu
Mandiangin
Mesjid alWustha
Gantiang
Mesjid Baitul
Jalal
Mesjid alFurqan Sarojo
Mesjid jami
Mandiangin
Mesjid alFalah Tembok
Mesjid
muslimin
pintu kabun
Mesjid jihad
talao
Mesjid nurul
hda panganak
Mesjid ihsan
inkorba
Mesjid jami
gunjo koto
salayan
Mesjid
darussalam
guguk bulek
Mesjid nurul
wathan gulai
bancah
Mesjid
baburrahman
luhak anyia
Mesjid

850.00
0

900.00
0

13

15

850.00
0

900.00
0

14

15

10

10

12

13

15

850.00
0
850.00
0
850.00
0
850.00
0
700.00
0

900.00
0
900.00
0
900.00
0
900.00
0
900.00
0

14

14

10

10

700.00
0
750.00
0
850.00
0
850.00
0

925.00
0
900.00
0
950.00
0
950.00
0

11

850.00
0

950.00
0

12

13

850.00
0

950.00
0

11

11

800.00
0

825.00
0

18

17

850.00

950.00

16

6
1
7
1
8
1
9
2
0
2
1

tabligiyah
garegeh
Mesjid al
akkabah
langkuang
Mesjid nurul
iman
panganak
Mushalla alasmaul husna
panganak
Mushalla alfirdaus koto
bawah
STAIN bkt
Jumlah

750.00
0

900.00
0

850.00
0

950.00
0

850.00
0

950.00
0

850.00
0

950.00
0

850.000

18
2

14

17

17.300.
000

18
6
Sumber: Data Primer

18.400.
000

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa Kecamatan MKS


qurban dilaksanakan di 21 tempat. Dari sekian banyak tempat
tersebut pada umumnya dilakukan di mesjid yaitu 18 mesjid, 2
mushalla, 1 lembaga pendidikan. Dalam hal ini seluruh mesjid
di Kecamatan MKS melaksanakan penyelengaraan qurban.
Sedangkan di mushalla dan di lembaga pendidikan sangat
sedikit. Hal ini aganya karena pada umumnya masyarakat
ingin mewujudkan kebersamaan yang lebih luas melalui
mesjid.
Adapun jumblah hewan qurban yang disembelih di
Kecamatan MKS sebagaimana tergambar dalam tabel di atas,
pada tahun 2006 sapi 186 ekor, kambing 14 ekor. Sedangkan
pada tahun 2007 sapi 182 ekor dan kambing 17 ekor. Secara
kuantitatif dibandingkan tahun 2006 dengan 2007 jumlah sapi
17

menurun dengan selisih 4 ekor, sedangkan jumlah kambing


meningkat dengan selisih 3 ekor. Tidak diketahui secara pasti
penyebab perbedaan ini.
Kalau diperhatikan jumlah sapi dan kambing yang
diqurbankan dapat diperkirakan jumlah peserta qurban. Pada
tahun 2006 dengan jumlah sapi 186 ekor berarti jumlah
peserta 1302 orang, dengan perbandingan 1:7 (1 sapi untuk 7
orang). Jumlah ini ditambahkan dengan 1 yang berqurban 14
ekor kambing. Jadi peserta qurban di Kecamatan Mandiangin
Koto Aelayan tahun 2006 berjumlah 1316 orang. Sedangkan
tahun 2007 berjumlah 1291 orang, untuk 182 ekor sapi dan 17
ekor kambing.
Adapun iyuran qurban per-orang di MKSD tahun 2006
mulai dari yang terendah Rp. 700.000 dan yang tertinggi Rp.
850.000 dengan jumlah rata-rata Rp. 823.810,-. Dengan
demikian potensi dana yang dapat dihimpun untuk membeli
hewan tahun 2006 adalah 1316 peserta dikalikan Rp. 823.810
sama dengan Rp. 1.08.133.333,- . Sedangkan

pada tahun

2007 yang terendah Rp.825.000 dean yang tertinggi Rp.


950.000,-

dengan

jumlah

rata

Rp.920.000.

Dengan demikian potensi qurban tahun 2007 adalah


1319x Rp. 920.000 = Rp. 1.187.720.000,- Walaupun secara
kuantitafi jumlah sapi berkurang dari tahun 2006 ke tahun
2007, namun jumlah dana yang terhimpun meningkat. Hal ini
disebabkan karena iyuran perorangan meningkat.
2. Kecamatan Guguk Panjang
Potensi
qurban
di
kecamatan

Guguk

Panjang

(selanjutnya disebut GGP) dapat di lihat pada tabel berikut:


Tabel 3

18

POTENSI QURBAN
DI KECAMATAN GUGUK PANJANG (GGP)
TAHUN 2006-2007
N
O
1
2
3
4
5
6

7
8
9
10
11
12
13

Mesjid/Mushall
a/dll.
Mesjid agung
tengah sawah
Mesjid ihsan
banto laweh
Mesjid nur iman
lapau batu
(bukik- apik)
Mesjid al-abrar
kompel RSAM
Mesjid mubarak
stasiun
Mesjid
darussalam
gurun panjang
Mesjid al
ikhwan
panorama
Mesjid raya
pasar atas
Mesjid asysyifa yarsi
Mesjid nurul
haq kampung
cina
Mesjid jami
tarok
Mesjid darul
ikhlas jalan
pemuda
Mesjid
baiturrahman

Sapi
Kambing
200 200 200 200
7

2006

2007

6
25

7
24

825.000 900.000

13

13

800.000 900.000

700.000 900.000

800.000 900.000

11

800.000 900.000

15

14

750.000 800.000

10

700.000 800.000

800.000 850.000

800.000 900.000

800.000 900.000

850.000 900.000

800.000 900.000

10

11

800.000 1.000.0
00

19

Harga/orang (Rp)

14
15
16

bukik apik
Mesjid nurul
yakin bukik
cangang
Mushalla suaru
gonjong
Persatuan
pedang pasar
atas
Jumlah

13

10

950.000 950.000

950.000

134 141 4

12.000.
000

14.350.
000

8
-

Sumber : Data Primer


Dari

tabel

di

atas

dapat

dilihat

bahwa

qurban

dilaksanakan di 16 tempat. Dari sekian banyak tempat


tersebut pada umumnya dilakukan di mesjid yaitu 14 mesjid, 1
mushalla dan 1 lembaga perkumpulan. Dalam hal ini seluruh
mesjid di Kecamatan GGP melaksanakan penyelenggaraan
qurban. Sedangkan di mushalla dan di lembaga lainnya sangat
sedikit. Hal ini agaknya karena pada umumnya masyarakat
ingin mewujudkan kebersamaan yang lebih luas melalui mesjid
sebagaimana di tempat-tempat lain.
Adapun jumlah hewan qurban yang disembelih di
Kecamatan GGP sebagaimana tergambar dalam tabel di atas,
pada tahun 2006 sapi 139 ekor, kambing 14 ekor. Sedangkan
pada tahun 2007 sapi 141 ekor dan kambing 6 ekor. Secara
kuantitatif dibandingkan tahun 2006 dengan 2007 jumlah sapi
meningkat dengan selisi 3 ekor, begitu juga jumlah kambing
meningkat dengan selisih 3 ekor.
Kalau diperhatikan jumlah sapi dan kambing yang
diqurbankan dapat diperkirakan jumlah peserta qurban. Pada
tahun 2006 dengan jumlah sapi 139 ekor berarti jumlah
peserta 973 ekor, dengan perbandingan 1:7 (1 ekor sapi untuk
20

7 orang). Jumlah ini ditambahkan dengan 4 orang yang


berqurban 4 ekor kambing. Jadi peserta qurban di Kecamatan
GGP tahun 2006 berjumlah 977 orang. Sedangkan tahun 2007
berjumlah 993 orang, untuk 141 ekor sapi dan 6 ekor kambing.
Secara kuantitatif baik sapi maupun kambing jumlahnya
meningkat dari tahun 2006 ke tahun 2007.
Adapun iyuran qurban per-orang di GGP tahun 2006
mulai dari yang terendah Rp. 700.000
Rp,

950.000

800.000,-.

perorang

Dengan

dengan

demikian

dan yang tertinggi

jumlah

potensi

rata-rata

dana yang

Rp,
dapat

dihimpun

untuk membeli hewan tahun 2006 adalah 977

peserta

dikalikan

Rp.

800.000

sarna

dengan

Rp.

781.600.000,- Sedangkan pada tahun 2007 yang terendah


Rp.

850.000

rata

Rp.

dan tertinggi

896.875.

tahoo2007
890,596,875.00,-

Rp.

Dengan

adalah

993

Dibanding

1.000.000,- denganjumlah

demikian
x

Rp.

dengan

potensi

896.875

qurban
=

Rp.

tahun 2006 potensi

dana yang terhimpun pada tahun tahun 2007 meningkat.


Hal

ini disebabkan

karena

iyuran

peserta meningkatnya

iyuran peserta.
3. Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh
Potensi qurban di Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh
(selanjutnya disebut ABTB) dapat di lihat pada tabel berikut:
Tabel 4
POTENSI QURBAN
DI KECAMATAN AUR BORUGO TIGO BALEH (ABTB)
TAHUN 2006-2007

21

No

3
4
5

9
10
11

Mesjid/
Mushalla/D
ll
Mesjid
nuruliman
rakik tigo
baleh
Mesjid
baitus
salam
komp.
Kodim
Mesjid jami
aur tigo
baleh
Mesjid jami
aur kuning
Mesjid jami
birugo
Mesjid albarkah
belakang
balok
Mesjid
ijtihad ateh
tambuo aur
kuning
Mesjid alhanif komp.
Kodim
Mushalla
baiturrahma
n
Mesjid
aqabah
Mesjid nurul
ikhlas aur

Sapi

Kambing

Harga (Rp)/Orang

200
6

200
7

200
6

200
7

2006

2007

850.00

950.000

900.00 sp
1.200.000
kb

900.00
sp
1.000.00
0 kb

900.000

1.000.000

12

900.000

950.000

17

17

900.00

950.000

900.00

975.000

850.00

900.000

850.00

900.000

800.00

900.000

800.00

900.000

10

800.00

900.000

22

kuning
Mesjid darul
falah aur
kuning
Mesjid jami
tarok
Mushalla
istiqamah
kubu
tanjuang

12
13

14

Jumlah

900.000

900.000

900.000

1.000.000

850.000

900.000

95

90

12.100.
000

13.025.0
00

Sumber : Data Primer


Dari tabel
dilaksanakan
tersebut

di

di

atas

dapat

dilihat

bahwa

qurban

14 tempat. Dari sekian

banyak

tempat

pada .umumnya

dilakukan

mesjid, 1 mushalla, Dalam

hal

di mesjid yaitu 13

ini seluruh mesjid di

Kecamatan ABTB melaksanakan penyelenggaraan qurban,


Sedangkan

di mushalla dan di lembaga

lainnya

sangat

sedikit. Hal ini agaknya karena pada umumnya masyarakat


ingin mewujudkan

kebersamaan

yang lebih luas melalui

mesjid sebagaimana di tempat-tempat lain.


Adapun
disembelih

jumlah
di

hewan

qurban

Kecamatan

.yang

ABTB sebagaimana

tergambar dalam tabel di atas, pada tahun 2006 sapi 95


ekor, kambing 7 ekor. Sedangan pada tahun 2007 sapi
90 ekor dan kambing 8 ekor. Secara kuantitatif dibanding
tahun
dengan

2006
selisih

dengan:
5

2007

jumlah

ekor, sedangkan

dengan selisih 1 ekor.

23

sapi

menurun

kambing meningkat

Kalau
yang

diperhatikan

sapi

dan

Pada tabun 2006 dengan jumlah

berarti jumlah

kambing

dapat diperkirakan jumlah

diqurbankan

qurban.

jumlah.

peserta

peserta

sapi 95 ekor

665 orang, dengan

perbandingan

1:7 (I ekor sapi untuk 7 orang). Jumlah ini ditambah dengan


7 orang

yang

berqurban

qurban

di Kecamatan

7 ekor

kambing,

Jadi

peserta

GGP tahun 2006 berjumlah 772

orang. Sedangkan tahun 2007 berjumlah 638 orang, untuk


90 ekor sapi dan 8 ekor kambing.
Adapun iyuran qurban per-orang di ABTB tahun 2006
mulai dari yang terendah Rp. 800.000 dan yang tertinggi
Rp.

1.000.000

806.667,-.
dihimpun
peserta

perorang

Dengan
untuk

dengan

demikian

membeli

dikalikan

jumlah

potensi

rata-rata

dana

yang

Rp.
dapat

hewan .tahun 2006 adalah 665

Rp.

806.667

sarna

dengan

Rp.

536.433.555,- Sedangkan pada tahun 2007 yang terendah


Rp. 900.000 dan tertinggi Rp. 1.200.000,- dengan jumlah
rata

Rp, 868.333,-.

Dengan

demikian

potensi

qurban

tahun 2001 adalah 638 x Rp. 868.333 = Rp. 553.996.454,Dibanding dengan tahun 2006 potensi dana yang tcrhimpun
pada tahun
karena

tahun

2007

meningkat

iyuran peserta meningkat

Hal ini disebabkan


sebagaimana

di dua

kecamatan sebelumnya.
Apabila direkap data potensi qurban di Bukittinggi, dan
dibandingkan

tahun 2006 dan 2007, maka gambarannya

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5
24

No

1
2
3

POTENSI QURBAN DI KOTA BUKITTINGGI


TAHUN 2006-2007
Total Harga/orang
(Rp)
Kecamatan
200 200
2006 2007
2006
2007
6
7
Mandiangin
17.300.00 18.400.0
186 182 14
17
Koto Salayan
0
00
Guguk
12.000.00 14.350.0
139 141 4
6
Panjang
0
00
Aur Birugo
12.125.0
95
88
7
8
12.100.00
Tigo Baleh
00

Jumlah

420

411

25

31

41.4000.
000

45.775.0
00

Sumber: Data Primer


Dari tabel di atas dapat ,diperhatikan bahwa jumlah
hewan qurban relatif stabil. Jumlah sapi walaupun terjadi
penurunan,

namun tidak signifikan. Dari 420 ekor pada,

tahun

2006

hanya

selisih

turun
9

menjadi

ekor.

Begitu

411

ekor tahun

2007,

juga kambing,

walaupun

terjadi kanaikan tetapi juga tidak signifikan. Dari 25 ekor


tahun 2006 naik menjadi 31 ekor tahun 2007, hanya selisih
6 ekor.Ada pun
terhimpun

jumlah

pada

tabun

peserta
2006

dan

dana

qurban

yang

dan 2007 dapat diperhati

dalam tabel berikut:

NO
1
2
3
4

Tabel 6
JUMLAH PESERTA DAN BIAYA QURBAN
TAHUN 2006-2007
Uraian
Tahun 2007
Tahun 2008
Rata-rata/orang
811.765
879.902
Peserta
2965
2908
Tempat
51
51
Total uang
2.406.883.000 2.558.755.00
qurban
25

Sumber: Data Primer

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa peserta hampir


rnencapai 3000 orang pada tahun 2006, begitu juga pada
tahun 2007. Sedangkan

dana yang terhimpun

mencapai

Rp. 2.4 milyar lebih pada tahun 2006 dan Rp. 2.5 milyar
lebih

pada

tahun

2007.

Angka-angka

ini

menunjukkan

potensi qurban di kota Bukittinggi sangat besar. Sehinga


dari data di lapangan hampir tidak ditemukan orang yang
tidak

memperoleh

daging

qurban

di saat Idul

malah di Talao (mesjid Jihad) kecamatan

Qurban,

MKS orang non

muslim pun mendapat bagian daging qurban.


B. Pelaksanaan qurban di Kota Bukittinggi
Pelaksanaan qurban di Bukittingi dibagi kepada empat
tahap.

Pertama

persiapan

tahap perencanaan,

dan ketiga

"H". Keempat

tahap

Setelah melalui

tahap

pelaksanaan

penyeJesaian

observasi

kedua
dan

pada

tahap
hari

pelaporan.

tahap-tahap pelaksaan tersebut

dapat dijelaskan sebagai berikut:


1. Tahap Perencanaan
Pelaksanaan qurban biasanya dilaksanakan di mesjid,
mushalla atau surau, perkumpulan-perkumpulan dan lain-lain
sebagainya.
tempat-tempat

Setiap

tahun masyarakat yang tergabung di

tersebut

26

merencanakan

pelaksanaan

qurban, namun ada juga yang melaksanakan qurban secara


pribadi tapi jarang sekali.
Perencanaan

qurban ada yang jauh

bulan Zulhijjah, malah semenjak bulan


direncanakan.

Namun

qurban tersebut
biasanya

ada

juga

dekat waktu

sesudah

bulan

bari sebelum

Muharram

yang

menjelang

Ramadhan

sudah

merencanakan
bulan Zulhijjah,

atau mulai bulan

Syawal.
Pekerjaan
perencanaan
Pembentukan
musyawarah

pertama

yang

qurban adalah
panitia
dan

dilakukan

dalarn

membentuk panitia qurban,

ini ada yang dilakukan

ada pula

yang

dilakukan

secara
dengan

penunjukan langsung dan malah ada pula pengurus mesjid


yang langsung menjadi panitia qurban. Kepanitiaan

ada

yang disusun dengan struktur yang lengkap sampai seksiseksinya

dan ada pula yang sederhana

saja yang terdiri

dari Ketua, Sekretaris dan Bendahara.


Setalah kepanitiaan
uang

untuk

pengumpulan

terbentuk

membeli

binatang

mengumpul

qurban.7

Dalam

uang ini panitia atau pengurus mesjid ada

yang membuat tabungan qurban


bulan dengan

mereka

menggunakan

yang dikumpul

setiap

kartu atau buku tabungan.

Biasanya cara semacam ini berlangsung selama satu tahun


atau sebelas bulan. Selain itu ada juga peserta qurban yang
menabung

sendiri

di

tempat-tempat

atau

lembaga

7 Ada sebagian masyarakat yang beranggapan bahwa yang diqurbankan itu adalah
uang, karena yang menjadi ukuran bagi mereu adalah jwnJah uang qurban yang diserahkan kepada
panitia

27

keuangan tertentu seperti di Bank. BMT. Koperasi dan lain


sebagainya
peserta

kemudian setelah uang

qurban

tersebut

menyerahkanya

terkumpul

sekaligus

kepada

panitia menjelang pembelian hewan qurban.


Jumlah

uang

untuk

membeli

binatang

qurban

cendrung meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan


karena

meningkatnya

harga

hewan

qurban

tersebut.

Terkadang-kadang yang mengkondisikan kenaikan


tersebut adalah .panitia qurban. Sehingga ketika
jumlah

harga
diketahui

iyuran qurban pedagang biasanya mematok harga

binatang qurban tersebut.


Pengumpulan uang qurban biasanya dikelompokkan
sesuai dengan

jumlah personil untuk pembelian satu ekor

sapi, yaitu tujuh orang. Setelah kelompok pertama telah


cukup,

peserta

berikutnya

masuk

ke kelompok dua,

demikianlah seterusnya hingga pada akhimya semua orang


yang akan ikut berqurban sudah terkumpul di lingkungan
tempatnya berada.
2. Tahap Persiapan
Tahap

persiapan

perencanaan

yang

yang
sudah

dimaksud

adalah

mendekati pelaksanaan atau

penyembelihan hewan qurban. Pada

sebagian

sebagian tempat

qurban

panitia

pelakasanaan

barn dilakukan

tahap

mesjid

atau

pembentukan

pada tahap persiapan ini, namun

telah agak dirinci pembagian tugas sesuai dengan fungsinya


masing-masing.
Setelah

panitia

terbentuk

28

di

antara

mereka

ada

yang bertugas untuk membeli hewan qurban. Oleh karena


itu pekerjaan selanjutnya adalah membeli hewan tersebut.
Pembelian
minggu

hewan qurban

atau sepuluh

biasanya

dilaksanakan

hari sebelum pelaksanaan

satu
qurban

dan langsung datang pada hari pembelian tersebut. Tetapi


ada

pula pembelian

sebelumnya,
pagi

hewan

tersebut

seminggu

namu hewan tersebut baru datang pada

hari

menjelang

pelaksaan

qurban.

Hal

ini

disebabkan tidak adanya tempat untuk menempatkan hewan


qurban atau tidak ada yang akan memelihara.
Hewan qurban dibeli dengan harga yang bervariasi
dan juga disesuaikan
dikumpul.

Walaupun

dengan jumlah

iyuran qurban yang

harga bervariasi, namun

harga rata-

rata pembelian lebih rendah dari total iyuran tujuh orang.


Umpamanya bila iyuran Rp.900.000 orang,
kelompok

(7

orang)

Rp.6.300.000,-/kelompok.
membeli

sapi

digunakan

untuk

konsumsi

panitia

jumlah

maka satu
uangnya

Dari total ini biasanya panitia

seharga

Rp

biaya-biaya,

6.100.000/ekor. Sisanya
seperti:

waktu pembelian,

transportasi

dan

biaya pengangkutan,

penggembalaan dan lain-lain.


Hewan qurban yang datang lebih awal seperti sepuluh
hari menjelang hari H, dipelihara atau digembalakan oleh
pengembala. Hewan qurban digembalakan oleh beberapa
orang apabila jumlahnya

melebihi tiga ekor sapi, karena

biasanya satu orang hanya mampu menggembalakan tiga


ekor. Orang-orang yang menggembalakan ini mendapat upah
dari

panitia,

Upah ini

berfariasi, berkisar sekitar dari

29

Rp.5.000,- sampai dengan


para

pengembala

Rp.10.000,- per-ekor per-hari. Dan

tersebut

tetap

menerima

pembagian

daging qurban walaupun mereka sudah menerima upah,


dan malah

ada yang mendapat

bagian-bagian

khusus

seperti kaki atau kepala hewan qurban.


Untuk

menata

mempersiapkan

pembagian

daging qurban

kupon-kupon qurban.

Di banyak

panitia
tempat

kupon-kupon tersebut di kelompokkan kepada dua. Pertama


kupon peserta kurban, kedua kupon umum. Kupon peserta
dan kupon umum tersebut dibedakan
tertentu
Hal

seperti

biru dan merah

ini tergantung

dengan

atau hijau

dan

warna
merah.

kapada panitia yang menetapkannya,

tidak ada ketentuan yang mengikat.


Jumlah

kupon

yang disediakan

tergantung

kepada

banyaknya hewan yang akan diqurbankan, Biasanya untuk


sesekor sapi ukuran standar dibuat sekitar seratus kupon,
sehinga bila ada sepuluh ekor sapi di sebuah mesjid, maka
akan disediakan seribu kupon. Kupon-kupon

tersebut, baik

untuk peserta maupun umum telah selesai dibagi- bagikan


kcpada masyarakat paling lambat
pclaksanaan

satu hari sebelum hari

qurban. Untuk membagikan kupon ini panitia

berjalan keliling

k.ampung

mendatangi

rurnah- rumah

penduduk melalui RT. RW. masuk gang keluar gang8. Kupon


tersebut diberikan langsung kepada yang
Apabila

yang akan menerima

kupon

dititipkan

pada

bersangkutan.

kupon tidak. ada di rumah

tetangganya. Biasanya

kupon

8Dalam hal ini terlibat langsung membagi-bagikan kupon tersebut bersama-sama dengan panitia pada
tanggal 18 Desember 2007.

30

merata

dibagikan

setiap rumah penduduk dan malah bila

dalam satu rumah terdapat dua atau tiga kepala keluarga


masing-masing

diberi

satu kupon.

Dalam

dibedakan antara penduduk asli, pendatang


rumah

kontrakan. Malah

ada

yang

hal

ini tidak

dan penghuni

mebagikan

kupon

di lingkungan

tempat

pada tetangga yang non muslim.


Kupon tidak

saja dibagikan

berqurban, akan tetapi juga ke luar


walaupun

jumlahnya

yang mendapatkan

sangat

kupon

Iingkungan

terbatas.

tersebut

Orang-orang

di luar lingkungan qurban ini

biasanya memiliki hubungan khusus, baik peserta qurban,


panitia atau yang lainnya. Sebelum pelaksanaan qurban
panitia mempersiapkan tempat, sarana fasilitas dan peralatan
yang

dibutuhkan

untuk

pelaksanaan

penyembelihan disediakan tidak

qurban.

begitu jauh

dari

Tempat
mesjid

atau mushalla, malah ada yang dilakukan di pekarangan


mesjid. Biasanya
mengalirkan

tanah dilobangi

beberapa

buah untuk

darah binatang yang disembelih. Akan tetapi

bila tempat tesebut

berbentuk

semencoran

yang sudah

permanen tidak dilobangi dan darah dibiarkan mengalir di


alas

lantai

semen

tersebut,

Di

samping tempat

penyembelihan juga disediakan tempat mengerjakan daging


hewan yang telah disembelih, Tempat ini dilindungi
tenda-tenda,

dengan

ada yang disewa dan ada pula yang dibuat

dengan membeli tenda plastik.9 Kelengkapan peralatan dan


kebutuhan penyelengaraan

qurban yang disediakan panitia

9 Observasi langsung tanggal 19 Desemer 2007.

31

juga

meliputi:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Pisau
Kampak
Kantong plastik
Tikar
Plastik alas tumpukan daging
Tali
Batu asah
Gerobak
Timbangan 10

3. Tahap Pelaksanaa hari H


Pada
Bukittinggi

umumnya

pemotongan

hewan

qurban

di

dilaksanakan pada hari nahar atau tanggal 10

zulhiijah, akan tetapi bila hari nahar tersebut jatuh pada hari
jum' at pemotongan dilaksanakan pada hari tasyriq. Ada juga
yang melaksanakan pada hari tasyri pertama,

kedua

atau

ketiga dengan alasan bahwa pada hari nahar orang serentak


memotong sehingga daging qurban melimpah.
Pada pagi hari nahar orang serentak melaksanakan
shatat

Idul Adha.

Di setiap tempat pemotong dilakukan

setelah Orang selesai

melaksanakan

shalat. Biasanya

pelaksanaan tersebut paling tidak satu jam setelah shalat


Id, karena setelah selesai shalat biasa orang pulang

dulu

sarapan pagi dan mempersiapkan diri untuk melaksanakan


qurban.
Panitia

sebagai

menyelenggarakan

orang

yang

diberi

amanah

qurban hadir terlebih dahulu sebelum

pekerja lainnya datang

ke tempat qurban. Kehari panitia

10 Observasi tanggal 20 Desember 2007

32

ini

biasanya

sekitar

jam 10.00

kelengkapan dan kesiapan

WIB.

Panitia

mencek

pelaksanaan qurban,

temasuk

mencek. Hewan-hewan yang yang akan diqurbankan apakah


sudah diantar

oleh

para

pengembalanya

Pengembala biasanya sudah mempersiapkan

atau belum,
hewan-hewan

tersebut. Mengiringi kedatangan panitia ke lokasi qurban


secara bersama-sama
mngerjakan

masyarakat pun berdatangan untuk

daging qurban secara bergotong

semangat yang tinggi, baik laki-laki maupun

royong dan
perempuan,

balk pemuda maupun dewasa dan malah masyarakat yang


lanjut usia dan anak-anak

pun

berdatangan menyaksikan

dan memberikan semangat.


Setelah

diperhatikan

perserta

qurban

agak

ramai

datang dan tukang sembelih serta tukang ikat telah datang


pula, panitia memanggil

peserta sesuai dengan

urutan

kelompoknya yang dimulai dari kelompok satu, Apabila


peserta kelompok tersebut telah hadir semua barulah kaki
hewan qurban diikat dan ditidurkan untuk disembelih.
Di waktu pemanggilan anggota kelompok ada sebagian
keeil anggota

kelompok

yang tidak hadir. Ketidakhadiran

mereka ada yang telah diberi tahu sebelumnya dan ada


pula yang tidak memberi

tahu. Bagi yang memberitahu

tidak akan menghalangi penyembelihan.


satu anggota tidak memberitahu
ditunggu

beberapa saat.

bersangkutan

tidak

Namun bila salah

ketidakhadirannya

Setelah

ditunggu

biasa

lalu yang

datang juga maka penyembelihan

diteruskan. Demikianlah pemanggilan

dilakukan

secara

berurutan dan bergantian hingga selesai penyembelihan.


33

Setiap selesai
bersama-sama
memegang

penyernbelihan satu ekor, masyarakat

menguliti, ada yang

kulit

memegang

dan menggunakan

kaki,

pisau sedikit demi

sedikit melepas kulit binatang tersebut. Akan tetapi karna


pada umumnya masyarakat tidak profesional dalam menguliti
banyak

daging-daging tipis yang menempel pada kulit dan

kulitpun ada yang robek.


Orang yang menyembelih
atau

dua

orang.

Mereka

penyembelihan dengan
yang ditunjuk

biasanya ditentukan

secara

memakai

bergantian
pisau

menyembelih tersebut

satu

melakukan

khusus. Orang

biasanya

dari orang-

orang yang diangap lebih mengetahui agama yang dipanggil


dengan

ustadz.

Di

saat

menyembelih

penyembelih

membaca:
Di saat

ini pula para peserta

qurbannya secara bersama-sama

qurban menyaksikian

sambil membaca takbir,

tahlil dan tahmid secara bersama-sama dan suara jahar


Daging hewan yang disembelih pertama
diambil

beberapa

sebagai

konsumsi

bagian
bagi

oleh ibu-ibu

untuk

masyarakat

biasanya
dimasak

yang

ikut

melaksanakan qurban Di beberapa tempat tanpa kecuali


semua yang ikut bekerja makan siang bersama, Kebersamaan
ini semakin

memperkuat rasa silaturrahmi dan kegotong-

royongan, karena tidak membedakan

peserta qurban, orang

yang menerima dan orang yang berkerja.


Dalam rapat-rapat panitia sebelumnya

34

para ibu-ibu

telab

dianjurkan

membawa snack dan nasi untuk makan

orang yang bekerja melaksanakan qurban,

Pada waktu

pelaksanaan qurban itu mereka membawa berbagai makan


untuk

snack, seperti pisang, roti, dan berbagai macam kue

beserta nasi. Dari pembawaan

mereka biasa jumlah snack

dan makanan melebihi dari cukup.


Setelah semuanya hewan qurban selesai disembelih dan
dikuliti

dagingnya dipotong-potong untuk dibagi-bagi dan

dimasukkan

ke

dalam

kantong

plastik

dengan

memperhitungkan yang telah disediakan dilebihkan beberapa


kantong untuk mengantisipasi

kekurangan bilamana masih

ada orang yang belum mendapat bagian.


Tidak saja daging yang dibagi-bagi dan dimasukkan
ke dalam kantong plastik tetapi juga isi perut seperti hati,
limpa,

usus,

lambung

dan

lainya

yang

bisa

dimakan,

Sedangkan tulang-tulang yang bisa dikonsumsi pada sebagian


tempat

tidak

dibagi-bagi tetapi

dibiarkan

saja

orang

mengambil secara bebas. Namun di beberapa tempat yang


lain tulang-tulang yang bisa dikonsusi tersebut dibagi secara
merata.
Kepala

hewan

diperuntukkan

qurban

bagi

yang

di beberapa

orang-orang tertentu, begitu juga

kakinya. o rang yang mendapat

bagian ini biasanya tukang

sembelih atau yang lain. Dan ada juga


kakinya peserta

ternpat

yang rnengambil

qurban. Akan tetapi dibeberapa tempat lain

bagian-bagian badan yang khusus ini tidak ditentukan untuk


orang

tertentu.

Siapa

pun

35

boleh

mendapatkan

bagian

tersebut.11
Adapun kulit hewan qurban tidak

dibagi-bagi, tetapi

dijual. Dari basil penjualan kulit ini pada umumnya digabung


yang kemudian digunakan untuk

dengan uang sisa qurban


biaya-biaya,termasuk
penyelenggaraan

upah

qurban.

orang-orang
Yang

diberi

tertentu
upah

dalam

biasanya

pengembala dan orang yang menyembelih.


Setelah

shalat zhuhur

dan

makan siang menejelang

shalat ashar daging-daging yang telah dimasukkan ke dalam


kantong plastik

dibagikan kepada yang telah mendapatkan

kupon. Pembagian tersebut dilakukan

dengan mengambil

kupon yang ada di tangan orang yang akan menerima dan


menukarkan dengan daging sesuai dengan jumlah kupon yang
dimilikinya. Pada ummnnya yang datang mengambil bagian itu
adalah orang yang memiliki kuponnya sendiri. Tetapi ada juga
masyarakat yang menitipkan kuponnya kepada
untuk pengambilan dagingnya.

orang

lain

Sehingga satu orang yang

datang ada yang membawa lima sampai enam kupon.


Di saat mulai pembagian daging biasanya

terjadi

desak-desakan dan hampir tidak ditemukan budaya antri di


setiap tempat qurban. Hal ini disebabkan karena peristiwa
ini

hanya

masyarakat

terjadi

satu

kali

dalam

setabun

sehingga

tidak terlatih antri. Begitu juga panitia atau

pengurus mesjid tidak fokus dalam mengailtisipasi desakan


tersebut.
11 Observasi Rio Satrio di Masjid Tabligiyah Garegeh tanggal 20 Desember
2007

36

Setelah daging dibagi-bagikan orang yang menerima


membawanya pulang ke rumah masing-masing. Dengan rasa
senang dan puas mereka membawa daging tersebut sambil
membaca alhamdulillah, Akan tetapi
yang

segelintir

kurang merasa puas dengan cara

orang

pembagian

ada
dan

keadilan dalam membaginya. Di antara mereka ada yang


berkomentar bahwa bagiannya sedikit atau mereka mendapat
daging-daging yang tidak bagus dan banyak tulangnya.
Di saat pengerjaan qurban,

di samping banyak orang

yang bermaksud untuk beramal secara tulus ikhlas, namun


ditemukan juga orang yang berkerja dengan disertai beberapa
kecurangan. Di antara mereka ada yang menyembunyikan
sebagian daging walaipun jumlah nya relatif sedikit, ada pula
yang memberikan daging kepada orang-orang terdekatnya
tanpa diketahui panitia. Selain kecurangan yang ditemukan
banyak pemuda yang tidak melaksanakan shalat di saat aktu
shalat datang.
4. Tahap Penyelesaian dan Pelaporan
Tahap penyelesaian dan pelaporan merupakan bagian
akhir dari pelaksanaan qurban. Tahap ini berawal semenjak
selesainya pelaksanaan qurban pada hari "H"

dan berakhir

dengan

pembubaran

panitia.

selesainya
Pada

membereskan

lapora,n

keuangan

tahap-tahap
te.mpat,

dan

penyelesa.ian

mengembalikan

peralatan

panitia
yang

dipinjam

atau mengantinya bila hilang, membayar hutang

atau

bon-bon

selama

37

pelaksanaan,

mencuci

dan

membersihkan bekas-bekas darah dan daging.


.

Selanjutnya

panitia

biasanya

mengadakan

rapat

menghitung pamasukan dan pengeluaran uang sampai dibuat


sebuah laporan keuangan. Laporan keuangan ini yang dibuat
dengan bagus dengen sistim akuntansi. Akani tetapi ada pula
yang dilaporkan secara sederhana, Tidak ditemukan satu
mesjid pun yang panitianya

qurbannya tidak memberikan

laporan.
Semua

laporan

tersebut

diumumkan

kepada

masyarakat Ada yang diumumkan di saat shalat Jum'at, ada


pula

yang

ditulis

yang di- printout


Laporan

di papan

pengumuman

dan ada pula

dan ditempel di tempat pengumuman.

tersebut

dibuat

sebagai

suatu pertanggung -

jawaban panitia kepada masyarakat,

khusus dalam bidang

keuangan. Dalam pertanggung - jawaban keuangan qurban ini


dari observasi yang dilakukan tidak ditemukan kecurangan
atau penyimpangan apalagi penggelapan. Hal ini agaknya
disebabkan karena masyarakat
qurban

berkeyakinan bahwa ritual

ini sangat sakral, bila terjadi korupsi akan

cepat

mendapat hukuman dari Allah SWT. Oleh karena ini kejujuran


sangat mendominasi.

C. Intregrasi Budaya Lokal ke Dalam Ibadah Qurban


Sebagai sebuah ibadah yang eksis di tengah masyarakat
sepanjang sejarah pelaksanaan qurban tentu tidak bisa lepas
dari tradisi dan budaya yang mengitarinya. Tidak terkecuali di
Bukittinggi hal ini terjadi dan memiliki spesifikasi tersendiri,

38

walaupun dalam banyak hal sama dengan daerah lain.


Berdasarkan observasi selama pelaksanaan qurban ditemukan
beberapa budaya lokal yang berintegritasi dengan ibadah
qurban. Berikut ini dapat diikuti penjelasannya
1. Menjual dan mewakafkan hasil penjualan kulit
hewan qurban
Hampir semua mesjid atau kelompok-kelompok
orang yang berqurban di kota Bukittinggi menjual kulit
binatang qurban. Kulit tersebut dijual dengan harga
berkisar antara
lembar.12

Hasil

dengan

sisa

Rp.90.000

sampai Rp. 100.000 per

penjualan

ini

pembelian

biasanya

hewan

digunakan untuk

membayar

timbul

proses qurban.

selama

tersebut

secara

khusus

digabung

qurban

dan

berbagai biaya yang


Ada

dijadikan

juga

sebagai

kulit
imbalan

penyembelihan dan pengerjaan qurban yang dilakukan


oleh orang yang Profesional. Selain itu kulit yang dijual
ada yang dipisahkan uangnya lalu dibagikan kembali
kepada fakir miskin.
Tidak

ditemukan

kulit

yang

dibagi-bagi

bersamaan dengan daging qurban. Hal ini disebabkan


karena panitia menganggap pembagian semacam itu
tidak

bermanfaat

bagi

dikonsumsi pengerjaanya
bisa

melakukannya.

masyarakat.

bila

mau

sulit dan tidak semua orang

Oleh

karena

itu

kulit

tidak

12 Harga ini menurut yang di informasikan oleh pengurus Mesjid Nurul


Wathan Gulai Bancah

39

dibagikan, tetapi dijual.


Bila
Islam,

dihubungkan

maka

dengan

menjual kulit

ketentuan

hukum

qurban hanya dibolehkan

oleh Abu Hanifah, namun uangnya disedekahkan. Jadi,


apa yang telah mentradisi
menjual

di masyarakat

kulit qurban tidak semuanya

dalam

dapat ditolerir.

Bila basil penjualan disedekahkan hukumnya boleh, akan


tetapi bila basil penjualan

dijadikan upah atau biaya-

biaya penyelenggaraan qurban hukumnya tidak boleh.


2. Membagi daging qurban untuk non muslim
Di salah
tepatnya

di

satu
mesjid

mesjid
Jihad

di kota
Talao,

membagikan daging qurban kepada


muslim

panitia

qurban

orang-orang non

yang ada di sekitar itu dan hal ini sudah

betlangsung
tersebut

Bukittinggi,

beberapa tahun. Biasanya non mslim

berasal

dari

suku

Nias. 13

dimaksudkan untuk memperkuat

Pembagian

ini

silaturhami sesama

manusia dan ingin memperlihatkan bahwa ajaran Islam


itu tidak hanya untuk orang Islam saja, tapi rahmat lil
alamin. Manfaat
non

ini memang dapat

dirasakan

oleh

muslim tersebut sebagai bukti kerukunan hidup

antar umat beragama,

sehingga

masyarakat

tetapi

mempertahankannya.
Tradisi
non

membagikan

muslim,

(mubah)

oleh

daging

qurban

kepada

dalam hal ini kafir zimmi, dibolehkan


para

ulama.

Imam

Malik

13 Observasi Rika Suryani di Mesjid Jihad Talao, tanggal 20 Desember 2007

40

membolehkannya namun hukumnya makruh.


3. Berqurban untuk orang yang sudah meninggal
Salah

satu

kebiasaan

di,

masyarakat

Bukittinggi

adalah berqurban untuk orang yang sudah

meninggal

dunia.

berbuat

baik,

Hal

ini

dilakukan

mengenang jasa,

dalam

rangka

mengirim

pahala

atau memuliakan orang yang sudah meninggal Orang


yang dimaksud

adaIah orang tua, anak atau saudara.

Bagi orang yang mampu biasanya


dia belum berqurban

kurang afdhal bila

untuk orang-orang

samping tujuan-tujuan

di

atas

ada juga

terhadap orang yang sudang meninggal


dia dia memang

tersebut. Di

sudah berencana

qurban

itu karena

untuk berqurban

tapi belum sempat dilaksanakan. Untuk ini biasanya


biaya diambil dari harta almarhum tersebut.
Tidak ditemukan dalil khusus yang menjelaskankan qurban untuk
orang yang sudah

meninggal

dunia. Namun dalil umum menggambarkan

bahwa Nabi SAW berqurban untuk dirinya dan umatnya. Di antara umatnya
tentu ada yang telah meninggal. Dalam hal ini yang berqurban adalah orang
yang hidup, namun pahalanya dihadiahkan untuk orang yang telah meniggal,
terutama keluarga atau karib kerabat.
4. Mengorek leher hewan qurban dengan pisau agar cepat mati

Tidak semua hewan qurban setelah disembelih langsung


mati. Ada di antaranya yang agak lama baru mati. Oleh karena itu
untuk mempercepat kematian hewan tersebut ada yang mengorek
lehemya dengan pisau atau memutus urat nadinya dan malah ada

41

yang menyiram dengan air. Terkadang-kadang cara pengorekan itu


dilakukan dengan menggerakkan pisau berulang-ulang. Maksud
tukang sembelih itu agar hewan tersebut tidak terlalu lama menderita
kesakitan. Akan tetapi bagi orang yang melihat justru mengorek-ngorek
itu akan semakin menambah penderitaaan hewan tersebut.
Nabi Saw menyuruh
sabdanya:

42

membaikkan

sembelihan,

sebagaimana

5. Gotong Royong

Bila

amati

semangat

selama

pelaksanaan

qurban

kegotong - royongan sangat t inggi di Kota

Bukittinggi. Hal ini terlihat dari .keterlibatan

semua

komponen masyarakat, mulai dari anak-anak, pemuda,


orang dewasa dan Ianjut usiapun ikut walaupun mereka
lebih

banyak

berbagai

memberikan

motivasi.

unsur dan personil ini

imbalan uang atau

yang

tidak mengharapkan

lainnya. Mereka betuI-betul

karna ingin berpartisipasi


bergotong - royong.

Keterlibatan

untuk bekerjasama

Biasanya

pembagian melebihkan bagian pada

panitia
pekerja

atau

di

saat

karena

melihat

keseriusan mereka bekerja, namun hal tersebut bukan sebagai


upahnya.
Gotong
pelaksanan

royong

qurban.

merupakan

Hal

tradisi

yang

baik

dalam

ini merupakan salah satu bagian yang

hendak dicapai dalam dalam syari'at qurban. Oleh karena itu semangat
kegotongroyongan ini perlu dipupuk dan dilestarikan.
6. Makan Bersama
Sebagai
masyarakat
mengantarkan

wujud

kegotong

royongan

dan

kebersamaan

biasanya menyumbang nasi, sambal dan snack dan


ke tempat

pelaksanaan

qurban. Snack dinikmati

pada tengah hari menjelang zuhur dan nasi dinikmamati sesudah


shalat zuhur. Di sini masyarakat

makan siang bersama tanpa

memandang perbedaan strata sosial.


Makan siang dilaksanakan di teras mesjid atau tempat lain
yang telah disediakan panitia. Semua duduk bersama, makan

43

bersama dan malah ada yang makan bersama dengan satu wadah
yang diistilahkan dengan "makan bajamba". Para ibu-ibu menyiapkan
dan melayani segala sesuatu y ang beruhubungan
siang

dengan makan

tersebut. Setelah kaum bapak selesai, maka kaum ibu

mengiringinya dengan makan siang bersama pula.d i sini betul-betul


terlihat partisipasi masyarakat, baik laki-Iaki mapun perempuan,
anak- anak, pemuda atau pun orang dewasa.
Makan bersama merupakan cara rnenikmati daging qurban
bersama-sama

antara peserta

dengan orang

yang

berhak

menerimanya. Dalam hukum Islam memakan daging qurban yang


telah dimasak ini dibolehkan.
7. Mengambil Lidah binatang qurban
Ada kepercayaan segelintir masyarakat bahwa lidah hewan
qurban memiliki khasiat

tertentu,

sehingga

mereka mengambil

lidah tersebut di saat penyembelihan. Khasiat tesebut adalah untuk


melancarkan berbicara bagi anak-anak balita yang terlambat pandai
bicara.. Biasanya yang diambil adalah Wljung lidah hewan qurban
dan yang lebih bagus adalah lidah kambing,
memberikan

Caranya dengan

Iidah tersebut kepada anak setelah dibakar, digulai

atau digoreng. Karena keyakinan ini memang ada kelihatan pengaruh


terhadap kelancaran bicara anak tersebut

44

45

Anda mungkin juga menyukai