Pendahuluan
Donald Trump, beberapa waktu belakangan ini menjadi sosok kontoversial
yang menjadi pembicaraan masyarakat internasional. Dalam kapasitasnya sebagai
kandidat calon Presiden Amerika Serikat beberapa waktu yang lalu, dalam masa
kampanyenya Donal Trump kerap mengeluarkan pernyataan yang sifatnya membawa
isu SARA, terutama isu anti-Islam. Pernyataan Donald Trump tersebut salah satunya
yang paling kontroversial ialah ucapannya saat kampanye yang menyerukan
pencegahan semua orang Muslim untuk memasuki wilayah Amerika Serikat. Hal ini
tentu saja mengejutkan umat muslim yang berada di Amerika Serikat maupun
masyarakat muslim dunia.
Pendapat dari Donald Trump ini
Presiden AS,
Barrack Obama yang menyatakan jika apa yang disampaikan oleh Trump terkait
Islamophobia
sebenarnya
tidak
mencerminkan
Amerika.
Barrack
Obama
advokasi muslim Amerika Serikat yang menyerukan agar Donald Trump melakukan
permintaan maaf atas pernyataannya terhadap Islam tersebut. Tidak berhenti sampai
disitu, pernyataan Trump yang anti-Islam memberi dampak pada pangsa pasar bisnis
miliknya. Trump Home yang merupakan perusahaan produk lampu, cermin, dan
perhiasan mahal akhirnya diboikot disejumlah Negara, terutama di Negara-negara
Timur Tengah, salah satunya Dubai yang memiliki induk swalayan bernama
Landmark yang menjadi pemasok utama di Negara Uni Emirat Arab, Kuwait, Arab
Saudi dan Qatar.2 Kampanye Trump yang anti-Islam juga mendapatkan respon dari
Persekutuan gereja-gereja di Indonesia (PGI). PGI mengganggap bahwa Donald
Trump telah melanggar Hak Asasi Manusia (HAM) karena menyerukan untuk
melarang umat Islam memasuki Amerika Serikat.
Sejumlah pemimpin dunia juga mengecam pernyataan Trump terkait Islamophobia,
Presiden Iran, Hassan Rouhani, mengecam komentar Trump dan menilai AS telah
menciptakan terorisme. Perdana Menteri Inggris, David Cameron, menyatakan
komentar Trump sebagai sikap memecah belah. Tidak membantu dan cukup salah,.
Namun Trump tetap membela dirinya, jika apa yang dikatakannya mengenai idenya
untuk melarang semua Muslim memasuki AS. Menurutnya, idenya itu tak beda
dengan kebijakan Presiden Franklin D. Roosevelt (FDR) yang mengawasi ketat
orang-orang di interniran usai serangan terhadap Pearl Harbor pada masa Perang
Dunia II.
Pernyataan yang dilontarkan Donald Trump seolah menggambarkan adanya
sekelompok masyarakat AS yang masih alergi terhadap Islam (Islamophobia),
sehingga terus menerus memusuhi Islam. Sekelompok orang seperti ini begitu vulgar
dalam menyebarkan politik kebencian kepada umat Islam. Islamophobia secara
factual masih terus hidup di Amerika Serikat.
2 Ibid
Pengertian Islamophobia
Sebelum merujuk kepada pembahasan mengenai kasus yang dibahas dalam tulisan
ini, penulis ingin menyamakan persepsi terhadap pengertian dari islamophobia.
Istilah islamophobia sendiri memiliki arti akan prasangka,diskriminasi atau
kesalahpahaman terhadap agama islam baik kepada pemeluknya maupun ideologi
dari agama islam. Islamophobia menjadi istilah yang mulai diperkenalkan secara luas
sebagai sebuah konsep pada tahun 1991 didalam Runnymede Trust Report sebagai
unfounded hostility towards Muslims, and therefore fear or dislike of all or most
Muslims.3 Prasangka tersebut akhirnya berakibat pada ketakutan-ketakutan akan
islam dan juga kebencian-kebencian terhadap agama islam. Kasus phobia terhadap
islam itu kemudian banyak mengakibatkan kerugian bagi pemeluk agama islam dan
bahkan negara-negara islam. Diskriminasi ini turut menjadi penyebab terjadinya
fragmentasi masyarakat antara pemeluk islam dengan non-islam, penduduk muslim
akan dipisahkan secara sosial, budaya, ekonomi dan kedudukannya didalam
konstruksi sosial. Islamophobia telah menjadi kontroversi diberbagai negara termasuk
Amerika Serikat.
sebagai pejuang Islam yang sangat militan. Kemudian kenangan buruk warga
Amerika Serikat terkait peristiwa WTC 11 September 2001 yang didalangi oleh AlQaeda yang menimbulkan 3000 korban jiwa menjadi luka yang sangat dalam bagi AS
dan juga mencemarkan nama baik Islam di mata Amerika Serikat.
Berangkat dari posisinya sebagai kandidat calon Presiden AS yang sedang
melakukan kampanye untuk meraih suara pemilih, Donald Trump dengan stereotip
dan prasangka berlebihan yang ditujukan kepada umat Islam mencoba untuk
membangkitkan memori warga Amerika Serikat dan masyarakat dunia, mengenai
keterkaitan agama Islam sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari terorisme yang
akan
membahayakan
ketahanan
negara
Amerika
Serikat.
Donald
Trump
budaya dan menjadi manusia antar budaya. Karena dengan kekuasaan dan
pengaruhnya dapat membantu mengatasi konflik antarbudaya dan bukan sebaliknya
justru menimbulkan kebencian dan mempertajam perbedaan yang ada. Menurut
Walsh, Menjadi manusia antarbudaya tidak selalu berbanding lurus dengan seberapa
banyak manusia itu tahu melainkan seberapa dalam dan luas intelektualitas yang ia
miliki dan bagaimana kemampuannya untuk menghubungkannya dengan masalahmasalah penting yang universal. Menjadi manusia antarbudaya tidak menghilangkan
perbedaan budaya, alih-alih, ia berusahan memelihara apapun yang paling valid dan
bernilai dalam setiap budaya Menurut Walsh, ciri-ciri manusia antarbudaya adalah,
bahwa ia mampu menghormati semua budaya, memahami apa yang orang-orang dari
budaya lain pikirkan, rasakan dan percaya, dan menghargai perbedaan-perbedaan
budaya4 (Deddy dan Jalaluddin, 2014).
Donald Trump dengan segalapernyataannya yang anti-Islam tentunya bukan figure
yang dapat dijadikan acuan bagi perbaikan dan perkembangan hidup berdampingan
dengan damai diantara masyarakat yang berbeda budaya dan agama. Donal Trump
bukanlah role model manusia antar budaya. Manusia antar budaya atau Individu yang
memahami konteks kehidupan multikultur seharusnya mampu meminimalisir konflik
dan mengurangi stereotip, sehingga dapat hidup berdampingan dengan bangsa
lainyang berbeda kultur dan kepercayaan.
Namun secara mengejutkan, Donald Trump memenangkan Pemilihan
presiden Amerika Serikat ke-45 dengan perolehan 290 suara elektrolal dan akan
dilantik pada tanggal 20 Januari 2017. Masyarakat dunia mengalami kebingungan,
mengapa orang seperti Donald Trump dapat terpilih dibalik dengan kontroversi yang
dibuatnya tersebut. Mungkin itulah dampak yang ditimbulkan akibat adanya
Islamophobia. Orang-orang menjadi benci terhadap islam, sedangkan Trump dengan
4 Mulyana, Deddy dan Jalaluddin Rahmat. Komunikasi Antar Budaya: Panduan
Komunikasi Antar Orang-orang yang Berbeda Budaya. Bandung. PT. Remaja Rosda
Karya. 2014.
Daftar Pustaka
Slamet Muliono. Donald Trump dan Islamophobia. http://fokusislam.com/1758donald-trump-dan-islamophobia.html. diakses 29 Desember 2016. diakses 29
Desember 2016