Anda di halaman 1dari 8

Donald Trump; Islamophobia dan Manusia Antarbudaya

Fitri Mandiri Hatta


NPM: 210210120160032

Pendahuluan
Donald Trump, beberapa waktu belakangan ini menjadi sosok kontoversial
yang menjadi pembicaraan masyarakat internasional. Dalam kapasitasnya sebagai
kandidat calon Presiden Amerika Serikat beberapa waktu yang lalu, dalam masa
kampanyenya Donal Trump kerap mengeluarkan pernyataan yang sifatnya membawa
isu SARA, terutama isu anti-Islam. Pernyataan Donald Trump tersebut salah satunya
yang paling kontroversial ialah ucapannya saat kampanye yang menyerukan
pencegahan semua orang Muslim untuk memasuki wilayah Amerika Serikat. Hal ini
tentu saja mengejutkan umat muslim yang berada di Amerika Serikat maupun
masyarakat muslim dunia.
Pendapat dari Donald Trump ini

menuai banyak kecaman, berbagai

tanggapan balik pun bermunculan, salah satunya tanggapan dari

Presiden AS,

Barrack Obama yang menyatakan jika apa yang disampaikan oleh Trump terkait
Islamophobia

sebenarnya

tidak

mencerminkan

Amerika.

Barrack

Obama

mengingatkan masyarakat jika muslim Amerika adalah bagian dari masyarakat


Amerika. Kemudian muncul petisi online yang berisi penolakan terhadap calon
presiden Amerika Serikat tersebut. Bahkan jumlah yang menolak lewat petisi online
itu mencapai angka 200.000. Seorang anggota parlemen Inggris, Jack Dromey,
menyindir Trump sebagai pemecah belah umat manusia, di tengah persatuan umat
manusia bersatu pada memerangi ISIS1. Lalu datang pula seruan dari Kelompok
1Slamet Muliono. Donald Trump dan Islamophobia. http://fokusislam.com/1758donald-trump-dan-islamophobia.html. diakses 29 Desember 2016.

advokasi muslim Amerika Serikat yang menyerukan agar Donald Trump melakukan
permintaan maaf atas pernyataannya terhadap Islam tersebut. Tidak berhenti sampai
disitu, pernyataan Trump yang anti-Islam memberi dampak pada pangsa pasar bisnis
miliknya. Trump Home yang merupakan perusahaan produk lampu, cermin, dan
perhiasan mahal akhirnya diboikot disejumlah Negara, terutama di Negara-negara
Timur Tengah, salah satunya Dubai yang memiliki induk swalayan bernama
Landmark yang menjadi pemasok utama di Negara Uni Emirat Arab, Kuwait, Arab
Saudi dan Qatar.2 Kampanye Trump yang anti-Islam juga mendapatkan respon dari
Persekutuan gereja-gereja di Indonesia (PGI). PGI mengganggap bahwa Donald
Trump telah melanggar Hak Asasi Manusia (HAM) karena menyerukan untuk
melarang umat Islam memasuki Amerika Serikat.
Sejumlah pemimpin dunia juga mengecam pernyataan Trump terkait Islamophobia,
Presiden Iran, Hassan Rouhani, mengecam komentar Trump dan menilai AS telah
menciptakan terorisme. Perdana Menteri Inggris, David Cameron, menyatakan
komentar Trump sebagai sikap memecah belah. Tidak membantu dan cukup salah,.
Namun Trump tetap membela dirinya, jika apa yang dikatakannya mengenai idenya
untuk melarang semua Muslim memasuki AS. Menurutnya, idenya itu tak beda
dengan kebijakan Presiden Franklin D. Roosevelt (FDR) yang mengawasi ketat
orang-orang di interniran usai serangan terhadap Pearl Harbor pada masa Perang
Dunia II.
Pernyataan yang dilontarkan Donald Trump seolah menggambarkan adanya
sekelompok masyarakat AS yang masih alergi terhadap Islam (Islamophobia),
sehingga terus menerus memusuhi Islam. Sekelompok orang seperti ini begitu vulgar
dalam menyebarkan politik kebencian kepada umat Islam. Islamophobia secara
factual masih terus hidup di Amerika Serikat.

2 Ibid

Pengertian Islamophobia
Sebelum merujuk kepada pembahasan mengenai kasus yang dibahas dalam tulisan
ini, penulis ingin menyamakan persepsi terhadap pengertian dari islamophobia.
Istilah islamophobia sendiri memiliki arti akan prasangka,diskriminasi atau
kesalahpahaman terhadap agama islam baik kepada pemeluknya maupun ideologi
dari agama islam. Islamophobia menjadi istilah yang mulai diperkenalkan secara luas
sebagai sebuah konsep pada tahun 1991 didalam Runnymede Trust Report sebagai
unfounded hostility towards Muslims, and therefore fear or dislike of all or most
Muslims.3 Prasangka tersebut akhirnya berakibat pada ketakutan-ketakutan akan
islam dan juga kebencian-kebencian terhadap agama islam. Kasus phobia terhadap
islam itu kemudian banyak mengakibatkan kerugian bagi pemeluk agama islam dan
bahkan negara-negara islam. Diskriminasi ini turut menjadi penyebab terjadinya
fragmentasi masyarakat antara pemeluk islam dengan non-islam, penduduk muslim
akan dipisahkan secara sosial, budaya, ekonomi dan kedudukannya didalam
konstruksi sosial. Islamophobia telah menjadi kontroversi diberbagai negara termasuk
Amerika Serikat.

Pengertian Manusia Antar Budaya


Menurut Gudy Kunst dan Kim, Manusia Antar Budaya adalah orang yang telah
mencapai tingkat dalam proses antar budaya yang kognisi, afeksi dan perilakunya
tidak terbatas tetapi terus berkembang melewati parameter-parameter psikologi suatu
budaya. Sedangkan Menurut Deddy Mulyana, manusia antar budaya dapat disebut
orang-orang yang dapat mengatasi masalah-masalah budaya secara efektif, baik
dalam konteks nasional ataupun terlebih lagi dalam konteks internasional.
3 Crg.berkeley.edu/content/islamophobia/defining-islamophobia

ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Donald Trump, Islamophobia, dan Manusia Antarbudaya
Salah satu pemicu konflik yang terjadi antar bangsa ialah kesalahpahaman antara
individu-individu yang berlainan budaya. Telah banyak tontoh dalam sejarah dimana
perbedaan budaya yang tidak dikelola dengan baik hanya akan menjurus pada konflik
dan perpecahan. Semisal konflik Sunni dan Syiah, kegagalan multikultur di Jerman,
bahkan di Negara sendiri,yakni minoritas kehidupan etnis Cina di Indonesia pada
masa kepemimpinan Presiden Soeharto. Figur seorang pemimpin dalam memberi
pengaruh atas keberhasilan hidup berdampingan dalam perbedaan budaya sangatlah
penting dan signifikan.
Kesalahpahaman yang menjadi sumber konflik yang lazim terjadi adalah
karena adanya faktor stereotip antar bangsa maupun agama. Sebagai contoh, bahkan
dalam satu bangsa, masyarakat dalam suatu golongan tertentu memberikan stereotip
bagai masyarakat yang berasal dari suku yang berbeda. Misalnya stereotip bahwa
orang dari suku Batak adalah orang yang kasar dank eras, kemudian stereotip orang
Jawa yang penuh basa-basi dan lembek, kemudian orang Padang yang distereotipkan
sebagai orang yang pelit.
Dalam kasus Donald Trump, apa yang dikatakan olehnya terkait
Islamophobia, merupakan salah satu bentuk stereotip dan telah mengarah kearah
diskriminasi terhadap suatu agama. Pemikiran Trump terkait islam yang selalu identik
dengan terorisme dan akan sangat membahayakan ketahanan nasional negara
Amerika Serikat. Stereotip ini berasaldari pengalaman masa lalu, bahwa pelakupelaku pengeboman atau terorisme sudah pasti beragama Islam. Apalagi dengan
kejadian teror bom di kota Paris yang pelakunya langsung mengarah ke suatu
kelompok yang dikenal sebagai kelompok ISIS. Kelompok ISIS ini telah dikenal
4

sebagai pejuang Islam yang sangat militan. Kemudian kenangan buruk warga
Amerika Serikat terkait peristiwa WTC 11 September 2001 yang didalangi oleh AlQaeda yang menimbulkan 3000 korban jiwa menjadi luka yang sangat dalam bagi AS
dan juga mencemarkan nama baik Islam di mata Amerika Serikat.
Berangkat dari posisinya sebagai kandidat calon Presiden AS yang sedang
melakukan kampanye untuk meraih suara pemilih, Donald Trump dengan stereotip
dan prasangka berlebihan yang ditujukan kepada umat Islam mencoba untuk
membangkitkan memori warga Amerika Serikat dan masyarakat dunia, mengenai
keterkaitan agama Islam sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari terorisme yang
akan

membahayakan

ketahanan

negara

Amerika

Serikat.

Donald

Trump

memanfaatkan para pemilih yang pembenci Islam untuk memperoleh dukungan


suara. Pernyataan-pernyataan Donald Trump seolah sekaligus merupakan bentuk
kekhawatiran yang mendalam di tengah perkembangan Islam yang sudah merambah
di beberapa negara, khususnya negara-negara Eropa dan Amerika. Ditambah dengan
banyaknya pengungsi dari negara, seperti Suriah, sudah membanjiri negara-negara
tersebut. Kekhawatiran adanya Islamisasi lewat para imigran ini akan berpengaruh
pada perubahan kuantitas pemeluk Islam di AS.
Melalui sudut pandang etika dan moral, tidak seharusnya seorang calon
presiden menanam kebencian pada masyarakatnya. Sebagai seorang negarawan,
calon pemimpin seharusnya memperjuangkan kepentingan yang lebih besar daripada
memaksakan sudut pandangnya sendiri yang sempit dalam memandang dinamika
perbedaan agama dan budaya. Seorang pemimpin seharusnya memberikan porsi yang
sama terhadap siapapun tanpa membedakan agama dan etnisnya. Sikap Trump sangat
disayangkan, karena telah mendiskreditkan agama dengan budaya tertentu, terlebih
ketika tindakan tersebut dikemukakan di ruang public. Hal tersebut justru dapat
menjadi pemicu terjadinya konflik antar agama dan meningktkan kebencian terhadap
umat Islam.
Penting bagi calon pemimpin suatu bangsa untuk memiliki pemahaman antar
5

budaya dan menjadi manusia antar budaya. Karena dengan kekuasaan dan
pengaruhnya dapat membantu mengatasi konflik antarbudaya dan bukan sebaliknya
justru menimbulkan kebencian dan mempertajam perbedaan yang ada. Menurut
Walsh, Menjadi manusia antarbudaya tidak selalu berbanding lurus dengan seberapa
banyak manusia itu tahu melainkan seberapa dalam dan luas intelektualitas yang ia
miliki dan bagaimana kemampuannya untuk menghubungkannya dengan masalahmasalah penting yang universal. Menjadi manusia antarbudaya tidak menghilangkan
perbedaan budaya, alih-alih, ia berusahan memelihara apapun yang paling valid dan
bernilai dalam setiap budaya Menurut Walsh, ciri-ciri manusia antarbudaya adalah,
bahwa ia mampu menghormati semua budaya, memahami apa yang orang-orang dari
budaya lain pikirkan, rasakan dan percaya, dan menghargai perbedaan-perbedaan
budaya4 (Deddy dan Jalaluddin, 2014).
Donald Trump dengan segalapernyataannya yang anti-Islam tentunya bukan figure
yang dapat dijadikan acuan bagi perbaikan dan perkembangan hidup berdampingan
dengan damai diantara masyarakat yang berbeda budaya dan agama. Donal Trump
bukanlah role model manusia antar budaya. Manusia antar budaya atau Individu yang
memahami konteks kehidupan multikultur seharusnya mampu meminimalisir konflik
dan mengurangi stereotip, sehingga dapat hidup berdampingan dengan bangsa
lainyang berbeda kultur dan kepercayaan.
Namun secara mengejutkan, Donald Trump memenangkan Pemilihan
presiden Amerika Serikat ke-45 dengan perolehan 290 suara elektrolal dan akan
dilantik pada tanggal 20 Januari 2017. Masyarakat dunia mengalami kebingungan,
mengapa orang seperti Donald Trump dapat terpilih dibalik dengan kontroversi yang
dibuatnya tersebut. Mungkin itulah dampak yang ditimbulkan akibat adanya
Islamophobia. Orang-orang menjadi benci terhadap islam, sedangkan Trump dengan
4 Mulyana, Deddy dan Jalaluddin Rahmat. Komunikasi Antar Budaya: Panduan
Komunikasi Antar Orang-orang yang Berbeda Budaya. Bandung. PT. Remaja Rosda
Karya. 2014.

cerdiknya memanfaatkan kebencian itu untuk dijual pada kampanyenya. Rakyat AS


yang sudah terkena Islamophobia akan sangat setuju dengan ide kampanye Trump
agar AS dapat bersih dari kaum Muslim yang mereka anggap sebagai teroris. Hal ini
sesuai dengan sejumlah temuan yang menyatakan bahwa Islamophobia di Amerika
meningkat signifikan selamamasa kampanye Trump.
Fenomena kebencian terhadap Islam bukanlah asumsi tetapi merupakan
kenyataan empirik dan ada di masyarakat Barat. Meski masyarakat AS sudah rasional
dan bisa berpikir jernih, tetapi masih ada saja sekelompok masyarakat yang masih
menyebarkan politik kebencian terhadap Islam.
Jika ada dua bangsa yang ada dalam permusuhan atau bahkan peperangan,
maka permusuhan atau peperangan itu biasanya digelorakan atau diputuskan oleh
para pemimpin bangsa tersebut. Apakah anda berpikir, jika Donald Trump menjadi
Presiden Amerika Serikat, maka seluruh Amerika Serikat memusuhi Islam? Tidak.
Para pemimpin bangsa tersebut itulah yang memusuhinya. Rakyat biasa negara
tersebut pada umumnya mendambakan perdamaian dan kesejahteraan.

Daftar Pustaka

Mulyana, Deddy dan Jalaluddin Rahmat. Komunikasi Antar Budaya: Panduan


Komunikasi Antar Orang-orang yang Berbeda Budaya. Bandung. PT. Remaja
Rosda Karya. 2014.

Slamet Muliono. Donald Trump dan Islamophobia. http://fokusislam.com/1758donald-trump-dan-islamophobia.html. diakses 29 Desember 2016. diakses 29
Desember 2016

Crg.berkeley.edu/content/islamophobia/defining-islamophobia. diakses 29 Desember


2016
Muhiswarrahmadan. Donald Trump, Islamophobia, dan Manusia Antarbudaya.
https://muhiswarramadhan.wordpress.com/2016/04/11/donald-trumpislamophobia-dan-manusia-antarbudaya/. diakses 29 Desember 2016

Yuni Arisandy. CAIR: "islamophobia" di AS meningkat terkait kampanye Trump.


http://www.antaranews.com/berita/594328/cair-islamophobia-di-asmeningkat-terkait-kampanye-trump. diakses 29 Desember 2016

Anda mungkin juga menyukai