PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dunia teknik sipil dan lingkungan tidak pernah lepas dari penggunaan bahan-bahan
teknik. Batu alam merupakan salah satu contoh dari bahan teknik alami karena batu alam
telah digunakan untuk membangun mulai dari bangunan kecil sampai bangunan megah di
seluruh penjuru dunia. Material batu alam dapat tercipta melalui berbagai proses geologis
seperti, pembekuan magma, proses sedimentasi dan perubahan batu yang sudah ada akibat
suhu dan tekanan yang tinggi. Wawasan mengenai batuan sangat penting bagi seorang
yang berada di Teknik Sipil karena dengan wawasan tersebut seorang konsultan dalam
memperkirakan bahan yang tepat unuk digunakan dalam proyek pembangunan.
2. Tujuan Penulisan
2.1 Memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah Bahan Bangunan 1.
2.2 Menambah pengetahuan tentang unsur bangunan yang bahan bakunya berasal
dari semen.
3. Rumusan Masalah
3.1 Apa yang dimaksud dengan unsur bangunan dari semen ?
3.2 Bagaimana proses pembuatan unsur bahan bangunan dari semen ?
3.3 Apa kegunaan unsur bahan bangunan dari semen ?
BAB 2
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Unsur bangunan dari semen merupakan unsur bangunan yang bahan utamanya terdiri
dari bahan perekat hidrolis, agregat atau bahan pengkurus, dan air dengan atau tanpa
bahan tambahan lain (additive), dan termasuk kedalam kelompok bahan bangunan beton.
Jenis-jenis bahan bangunan beton ditinjau dari berat volumenya, dapat dibagi menjadi
kelompok besar, yaitu :
bahan bangunan beton berat (heavy weight) mempunyai angka berat angka
Perkembangan industri beton di Indonesia makin meningkat pada waktu ini, terutama
di kota-kota besar, karena dengan unsur bangunan ini pembuatannya dapat dilakukan
lebih cepat dibanding dengan unsur-unsur bangunan keramik. Dibandingkan dengan unsur
bangunan yang lain, unsur bangunan beton memiliki sifat-sifat yang lebih baik, yaitu
harganya relative murah, tahan cuaca (tidak mudah berkarat), lebih mudah dibuat.
Salah satu kelemahan di dalam menggunakan unsur bangunan ini untuk konstruksi
tertentu ialah beratnya. Sedangkan sifat berat ini pada umumnya erat hubungannya dengan
sifat kekuatannya. Biasanya unsur yang berat, memiliki kekuatan yang lebih tinggi.
Penggunaan unsur-unsur bangunan beton yang tepat ternyata akan mengurangi biaya
pemeliharaan, sebaliknya bila penggunaannya tidak sesuai dengan sifat-sifat unsur itu
juga mengakibatkan pemborosan.Sebagai contoh, jangan menggunakan unsur bangunan
beton yang menggunakan agregat organik (wol kayu atau pecahan kayu, seperti YUMEN)
untuk kontruksi yang mudah terkena air, karena unsur semacam itu akan mudah rapuh.
1.2 Bahan Baku
Bahan baku yang terdapat dalam unsur bangunan antara lain, bahan perekat, agregat
(bahan pengkurus), dan air. Penggunaan bahan tambahan untuk beberapa hal dipakai juga,
antara lain pigmen, pembentuk busa, serta admixtures.
1.2.1
Bahan perekat
1.2.1.1 Gips Perekat
Pemakaian gips perekat ini, biasanya untuk pembuatan unsur bangunan yang
ringan serta yang tidak terkena air (untuk konstruksi dalam yang terlindung dari
air), antara lain untuk pembuatan gypsum board. Di Indonesia penggunaan gips
perekat untuk pembuatan bahan bangunan tidak dilakukan karena harga gips lebih
mahal dari semen Portland.
1.2.1.2 Kapur Padam
Untuk pembuatan yaitu bata kapur pasir ( silicat brick ) dan bata tanah
stabilisasi dan atau bata tras kapur.
1.2.1.3 Semen Portland
Jenis semen Portland yang dipakai umumnya adalah semen Portland jenis I
( type I) untuk tujuan umum, karena jenis ini adalah jenis yang termurah dibanding
jenis yang lain, serta banyak dibuat.
1.2.1.4 Semen Alumunium
Jenis semen ini, dipakai untuk pembuatan elemen bangunan yangperlu
pengerasan cepat ( 1 hari selesai ) tanpa perawatan yang khusus. Di Indonesia
pemakaian semen alumunium masih belum ada karena jenis ini masih di impor
dan dipakai hanya untuk pembuatan beton tahan api.
1.2.2
Agregat
Agregat sebagai bahan untuk pembuatan unsur bangunan beton merupakan
bahan utama terbesar pemakaiannya. Bahan ini didalam unsur bangunan berjumlah
kurang lebih 70% atau 80%, sehingga bahan ini penting sekali peranannya,
terhadap unsur yang dibuat.
Beberapa jenis agregat untuk pembuatan unsur bangunan adalah:
1.2.2.1 Kelompok agregat anorganik
a. Agregat anorganik alam : tanah, tanah yang bersifat tras atau pozzolan,
pasir dan batu alam, batu apung, dan serat asbes.
b. Agregat anorganik buatan : terak tanur tinggi, ALWA (Artificial Light
Weight Aggregate), fly ash dan sisa bakaran batu bara.
1.2.2.2 Kelompok agregat organic
a. Limbah atau pecahan kayu
b. Pulp kayu
1.2.3
Bahan tambahan
Bahan tambahan dalam pembuatan unsur beton, sama dengan bahan tambah untuk
beton yang biasa. Penggunaan bahan tambah kelompok Admixture ( accelelator, water
proofing agent, retarder dan lain-lain) biasanya jarang dilakukan, terutama untuk daerah
yang tropis. Yang paling banyak dipakai ialah jenis bahan tambah, pewarna ( pigmen )
bila unsur yang dibuat itu, perlu berwarna, misalnya untuk pembuatan ubin lantai.
2. Bentuk dan Macam Unsur Bangunan dari Semen
2.1 Unsur Bangunan Berbentuk Bata atau Blok
2.1.1Bata Tanah Stabilisasi
2.1.1.1 Bahan utama :
Tanah yang distabilisasi dengan PC atau kapur. Tanah yang baik mengandung lempung
(10-35)% sisanya tanah mengandung pasir.
2.1.1.2 Pembuatan :
1. Tanah dikeringkan lalu diayak dengan ayakan < 5mm.
2. Dicampur dengan PC/ kapur lalu diaduk kering.
Tanah : kapur = 3 : 1
Tanah : pasir : kapur = 1 : 2: 1/2
Tanah : pasir :kerikil : kapur = 3 : 2 : 1 : 1
Tanah : PC = 10 : 1
Tanah : pasir : PC = 8 : 2 : 1
Tanah : pasir :kerikil : PC = 9 : 3 : 6 : (2atau1)
2.1.1.3 Pemakaian :
Karena kurang tahan air apabila dipakai ditempat yang berair atu kaki tembok,
dilindungi dengan aduk rapat air/trasraam.
2.1.2 Bata Tras Kapur/ Batako
Sejenis dengan bata tanah stabilisasi, hanya tanahnya bersifat pozolan. Agar hasilnya
baik, kehalusan tras alam sebagai berikut :
a. Untuk bata pejal :
1. Butir halus < 0,3 mm (30 60) %, harus bersifat aktif.
2. Besar butir maksimal = 1/4 tebal bata atau maksimal 10 mm.
b. Untuk bata berlubang :
1. Butir halus < 0,3 mm (30 60) %
2. Besar butir maksimal 2/3 tebal dinding tertipis bata atau minimal tebal dinding 25
mm.
Komposisi :
1. Komposisi yang baik 1 kp : 4 6 tras alam = kuat tekan + 70 kg/cm2
2. Adukan lebih kurus 1 kp : 8 tras alam
= kuat tekan 15 25 kg/cm2
3. Sama seperti bata tanah stabilisasi dicetak dengan alat sederhana pres ungkit Cinva
Ram, dan dibawa ke tempat teduh dan dijaga agar tetap lembab.
4. Sifatnya tidak rapat air, penyerapan tinggi, dan susut muai besar sehingga harus
dipakai di tempat dimana perubahan basah kering tidak terlalu basah. Apabila trasnya
baik, tahan air kotor, kekuatan akan meningkat jika ditempatkan di tempat yang basah,
tetapi perlu dilindungi dengan aduk rapat air atau trasraam.
2.1.3 Bata Beton / Conblock
2.1.3.1 Bahan :
PC, agregat anorganik mineral (pasir dan kerikil) serta air.
2.1.3.2 Syarat agregat
Syarat agregat sama dengan syarat untuk beton biasa, hanya besar butir dan
gradasinya tersendiri, sebagai berikut :
a. Butir maksimal 10 mm untuk bata pejal dan 2/3 tebal dinding tertipis untuk bata
berlubang
b. FM 3,45 3,70 maksimal 4,25
Contoh data hasil analisis ayak (saringan)
Tertahan di
Lolos
Agregat alam
Agregat buatan
12,5 mm
Nihil
Nihil
10
05%
05%
4,8
20 30 %
16 28 %
2,4
10 23 %
21 29 %
1,2
10 20 %
16 24 %
0,6
10 20 %
11 19 %
0,3
10 20 %
6 14 %
0,15
5 15 %
39%
0,15
1,5 10 %
39%
Faktor air semen berkisar 0,4 0,5. Jika dicetak dengan getaran maka fas dengan agregat
padat 0,33 0,35. Agregat ringan 0,35 0,38.
2.1.3.3 Perbandingan campuran
a. Agregat alam :
1. Ps dan kerikil alam
2. Pecahan batu kapur
3. Pecahan terak tanur tinggi
= 1 PC : 8 12 agregat
= 1 PC : 7 12 agregat
= 1 PC : 8 12 agregat
b. Agregat ringan :
1.
2.
3.
4.
= 1 PC : 6 8 agregat
= 1 PC : 6 9 agregat
= 1 PC : 4 6 agregat
= 1 PC : 5 7 agregat
= 1 PC : 4 6 agregat / pasir
2.1.3.4 Pencampuran
Sama dengan untuk beton, atau pengaduk berputar / rotary blade mixer.Untuk agregat padat,
agregat dan semen diaduk kering, baru ditambah seluruh air pengaduk. Sedangkan untuk
agregat ringan agregat dulu, tambah 2/3 air, aduk, tambah air semua.
2.1.3.5 Pencetakan
Sebaiknya digetar dengan frekuensi 1500 rpm selama 30 detik.
2.1.3.6 Perawatan
Dalam cetakan 1 hari, setelah itu 21 hari atau 7 hari dengan tekanan uap rendah, atau
12 jam dengan tekanan 8 atm.
2.1.3.7 Pemakaian
Biasanya dipakai untuk dinding, balok, elemen prategang, lantai (paving block).
2.1.4
2.1.4.1 Bahan
Kapur padam/tohor 4%-10%, pasir dengan silika 85%, min.85% air sampai adukan
lembab dan pewarna maksimum 2 %.
2.1.4.2 Pembuatan
1. Kapur dan pasir digiling halus dalam ballmill 0,1mm.
2. Ditambah sedikit air, diaduk.
3. Dicetak dengan alat pres yang bertekanan 500-600 kg/cm2.
4. Setelah dicetak, dikeraskan dengan auto clave bertekanan tinggi (10 17 atm) selama
8 12 jam.
5. Autoclave didinginkan, bata langsung dapat dipakai dengan kuat tekan 380 350
kg/cm2 dan berat jenis > 1800 kg/m3.
2.1.5 Beton Gas (Celcon / Hebel)
Disebut juga beton busa / foamed concrete atau beton cell (cellular concrete) adalah
beton yang mengandung gelembung-gelembung udara halus yang tersebar merata.
2.1.5.1 Bahan
Kapur padam, pasir silika halus dan bubuk atau tepung alumunium 100 gr atau 300 gr
untuk setiap m3 beton dengan berat isi 0,32 atau 0,96 kg/dm3
2.1.5.2 Pembuatan
1. Kapur padam dan pasir silika dicampur.
2. Tambahkan tepung alumunium dalam keadaan kering.
3. Tambahkan air sampai menjadi bubur agak cair.
4. Masukkan ke cetakan baja 1/2 1/3 volume cetakan.
5. Adonan akan mengembang karena reaksi kapur dan alumunium menjadi H2.
Kemudian tunggu sampai cetakan penuh.
6. Masukkan ke dalam autoclave + 1700C dengan tekanan 8 14 atm selama 8 12 jam.
7. Setelah dingin, blok beton busa dipotong sesuai ukuran yang dibutuhkan.
Bahan dapat diganti kapur dengan PC dan pasir dicampur dengan fly ash.
2.1.5.3 Sifat
1. Ringan, susut muai kecil.
2. Kuat tekan 70 100 kg/cm3.
3. Daya serap air kecil meskipun berpori, karena seolah disekat oleh busa.
4. Mempunyai daya isolasi suara dan panas yang baik karena adanya pori-pori.
5. Mudah digergaji dan dipaku.
Gambar 1.1
Gambar 1.2
d. Untuk lapisan antara, dibuat dengan campuran, 1 semen abu-abu : 2/4 pasir halus,
dan digiling bersama ( kehalusan = tembus 80 mesh). Fungsi lapisan antara ini
untuk menambah kekuatan lentur ubin, dengan tebal 3-5 mm.
e. Untuk lapisan kaki, dibuat campuran, 1 semen abu-abu : 4/6 pasir dengan adukan
lembab.
2.2.1.2 Cara Pencetakan Ubin
a. Masukkan campuran lapisan kepala ke dalam cetakan, dan diratakan.
b. Kemudian diatas lapisan kepala ditaburi lapisan antara.
c. Kemudian ditaburi campuran lapisan kaki, dan ratakan. Selanjutnya cetakan
dipindahkan ke mesin kempa (press) untuk diberi tekanan.
d. Alat kempa yang menggunakan tenaga manusia, penekanan hanya kurang lebih 40-60
kg/cm2 . Oleh karena itu, ubin hasil industri dengan tenaga manusia kekuatannya
kurang tinggi. Bila dipakai mesin press yang digerakkan oleh mesin listrik, maka
penekanan bisa mencapai 100-200 kg/cm2.
e. Setelah ubin dipress / dikempa,kemudian dikeluarkan dan disimoan dalam ruangan
lembab selama 1 malam.
f. Selanjutnya ubin direndam dalam air ( untuk perawan dan pengaran ), selama3-7 hari,
kemudian dikeringkan.
2.2.1.3 Pemolesan Ubin.
Tujuan dari pemolesan ubin yaitu untuk mendapatkan permukaan yang halus dan
mengkilap.
1. Amplas kasar.
2. Amplas halus.
3. Digosok dengan timah hitam(lembaran) ditambah air.
4. Untuk mengkilap digosok dengan blok shellak
11
Gambar 1.3
2.3 Unsur Bangunan Bentuk Lembaran
2.3.1 Lembaran Semen Asbes
2.3.1.1 Bahan
Bahan yang dperlukan untuk pembuatan lembaran semen asbes adalah (80 90)% PC
dicampur (20 10)% serat asbes (3 5)mm. Umumnya dari jenis Chrysotile.
2.3.1.1 Pembuatan :
1. Serat asbes diuraikan dengan cara digilas.
2. Dicampur dengan PC dan air dalam jumlah banyak, diaduk.
3. Dari bak pencampur, bubur semen asbes dipindahkan ke bak yang memiliki silinder
dan saringan kawat kasa pada bagian atasnya.
4. Pada pemindahan itu silinder berputar sehingga lapisan semen asbes menempel pada
kawat kasa.
5. Kemudian lapisan itu berpindah ke kain felt melalui bejana penghisap untuk
dikeringkan dengan cara divakum (0,3 0,4 atm).
6. Kemudian lapisan ini membelit drum penggulung sampai ketebalan yang cukup.
Keliling drum 250 270 cm = pj lembaran dan lebar lembaran = pj drum = 120 cm.
12
7. Setelah itu lembaran dilepas dari drum penggulung, diterima plat datar sebagai
penopang untuk pengerasan selama satu malam. Hasil : plat rata.
8. Jika bergelombang, plat penopangnya yang bergelombang, kemudian ditekan dengan
plat gelombang juga.
9. Dirawat di tempat lembab 2 3 minggu.
2.3.1.2 Sifat
Rapat air dan tahan air. Untuk pipa air tahan tekanan hidrostatik 10 atm.
Untuk mengurangi jumlah asbes, diganti dengan pulp, tetapi tidak tahan air.
Gambar 1.4
2.3.2 Lembaran Serat Tumbuhan
2.3.2.1 Bahan
Serat sisal, majun, pulp 10 20 %, semen yang dicampur dengan tepung batu kapur
80 90%
2.3.2.2 Pembuatan
1. Serat dipotong 3-5cm, diaduk dengan perekat diberi sedikit air.
2. Ditempatkan pada cetakan dengan tebal 2x tebal cetakan (3mm) dipres dengan
tekanan rendah.
3. Dirawat.
4. Dipotong-potong tepinya agar rata.
2.3.2.3 Sifat
13
Tidak tahan air, tidak tahan api ( maksimum 300oC), dapat dipaku
2.3.3 Pulp Cement Board
2.3.3.1 Bahan
Bahan yang diperlukan dalam pembuatan Pulp Cement Board yaitu Pulp (bubur kayu)
dan PC.
2.3.3.2 Pembuatan
Proses pembuatannya sama dengan semen asbes.
2.3.3.3 Sifat
Sifatnya tidak tahan air, tidak tahan api.
2.3.4 Papan Semen Kayu Dan Papan Wool Kayu
Papan semen kayu ( yumen, wood cement board) dibuat dari pecahan kayu/ wood chip
dengan perekat PC ,sedangkan papan wool kayu (wood wool cement board) dibuat dari kayu
yang diserut halus/ wood wool.
2.3.4.1 Bahan
Bahan yang diperlukan yaitu 80% kayu dan 20% perekat PC dicampur fly ash atau
tepung batu kapur.
2.3.4.2 Pembuatan
1. Kayu direndam air kapur dikeringkan.
2. Diaduk dengan perekat, dicetak dengan ketebalan antara 1-5cm.
3. Dirawat
2.3.4.3 Sifat
Penyusutan tebal dengan beban 3 kg/cm2 lebih kecil 20%dari tebal asli.
14
2.3.4.4 Pemakaian
Semua lembaran dapat dipakai untuk dinding, plafond, atap (khusus asbes) dan
konstruksi yang tidak memikul beban.
2.4 Unsur Bangunan Bentuk Pipa, Tiang
2.4.1 Pipa Beton Dan Saluran Air
2.4.1.1 Bahan:
1 PC : 4-5 agregat dengan maksimum butir 1/4 tebal dinding beton yang dibuat
2.4.1.2 Pencetakan
2.4.1.2.1 Cara tumbukan
1. Adukan dengan fas 0,4 diisi sedikit demi sedikit secara berlapis-lapis kedalam
cetakan dari plat baja.
2. Tiap lapis ditumbuk dan dipadatkan, ratakan permukaannya
3. Buka cetakan dirawat ditempat lembab.
4. Agar lebih tahan air bagian dalam dilapisi pasta semen
Biasanya dipakai untuk saluran air, termasuk kedalam jenis pipa tanpa tulangan.
2.4.1.2.2
Cara getaran
1. Adukan yang agak encer (slump + 50 mm) diisi ke dalam cetakan yang bergetar,
selama 30 detik setiap lapis pengisian. Penggetaran dengan pin vibrator, penggetar
tempel atau meja penggetar. Jika digetarkan setelah setelah penuh maksimum 60 detik.
2. Selanjutnya sama dengan tumbukan, pemakaian sama.
2.4.1.2.3
Cara Packerhead
15
1. Adukan dengan slump + 50 mm diisikan ke dalam cetakan pipa yang dipasang diatas
meja Packerhead = piringan baja yang diberi batang putar ditengahnya, berputar 1.500
rpm dan dapat turun naik.
2. Cara pengisian adukan: piringan baja diturunkan ke alas. Sambil diputar, beton diisi.
Piringan ditarik ke atas lambat-lambat, sementara itu adukan melekat ke dinding
cetakan akibat putaran. Setelah beton naik sampai ujung pipa, putaran dihentikan.
Ujungnya diratakan.
3. Dikeraskan dengan uap tekanan rendah selama 12 jam
2.4.2 Tiang Dan Balok
2.4.2.1 Proses Pembuatan
Cara pembuatan tiang dan balok hampir sama dengan pembuatan pipa dan saluran air.
2.4.2.1.1 Tiang dan balok penampang persegi.
1. Tulangan dipasang pada cetakan.
2. Dicetak dengan cara digetar.
3. Selanjutnya sama seperti di atas
Jika tulangan pratekan, ditarik dulu sampai setengah kuat tarik maksimum, baru diisi beton
2.4.2.1.2
16
Gambar 1.3
Gambar 1.4
17
DAFTAR PUSTAKA
18
19