Pendahuluan
Sebagai pendidik mungkin sering kita membayangkan bahwa rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang kita buat dapat terimplementasi dengan
baik. Ketika datang di kelas, peserta didik sudah siap tersenyum, bersemangat
menunggu kehadiran kita. Peserta didik menunjukkan tangan-tangannya dan
berebut untuk menyampaikan idenya bahwa materi pelajaran hari ini sangat
berguna karena berkaitan dengan masalah sehari-hari, seperti masalah banjir,
masalah pencemaran, atau mungkin masalah korupsi. Mereka juga tidak ada yang
duduk gelisah atau pandangannya menerawang. Mereka memperhatikan setiap
kata dan memenuhi anjuran-anjuran yang diperintahkan. Mereka belajar
melakukan kegiatan-kegiatan menyelidiki, mencoba-coba membuat ilustrasi,
mengamati, dan menyelesaikan soal-soal matematika tanpa terbeban. Ketika
kesulitan dia berani bertanya pada temannya atau bergerak mendekati sang
pendidik berdiskusi dan memberikan ide-ide penyelesaiannya. Di akhir pelajaran
mereka juga senang, dan mengacungkan tangan mencoba membuat rangkuman
serta merefleksikan pembelajaran hari ini. Ketika tugas rumah diberikan mereka
tidak malas atau berteriak huh mencari alasan menunda tugas itu. Situasi itu
yang kita harapkan selama mengajar, tetapi apa kenyataannya?
Peserta didik sering menampakkan situasi yang berlawanan. Pendidik
matematika ibarat tamu yang tak diundang, datang kadang tidak sepenuhnya
diperhatikan. Peserta didik tidak aktif atau belajar melakukan aktivitas-aktivitas
dengan setengah hati. Peserta didik enggan bekerjasama, berkelompok,
melaksanakan, dan berupaya dengan keras menyelesaikan soal atau tugas-tugas.
1
Makalah disajikan pada Diskusi Panel dan Workshop Program Studi S2 Pendidikan Matematika
Pascasarjana Universitas Mahasaraswati Denpasar, 18 Januari 2014 di Ruang Widyasabha
Kampus II Unmas Denpasar
Perencanaan
Pelaksanaan di
kelas
Performa
Peserta didik
Keyakinan
Pendidik
Program
Pendidikan
Pendidik
Norma sosial
penagajaran
Keyakinan terhadap
Matematika
Praktek Pengajaran
Matematika
Pengalaman awal
dari Keluarga
Kehidupan
Pendidik di luar
kelas
Kehidupan peserta
didik di luar kelas
Ciri-ciri
Kepribadian
Pendidik
Menunjukkan pengaruh kuat
Menunjukkan pengaruh
moderat
Menunjukkan pengaruh
rendah
Keyakinan terhadap
pengajaran matematika
Keyakinan terhadap
pembelajaran
matematika
Instrumentalis:
Menfokuskan isi dengan Ketuntasan keterampilan,
Matematika sebagai suatu penekanan pada kinerja
penerimaan yang pasif
seperangkat alat dari
terhadap pengetahuan
fakta-fakta, aturan-aturan,
dan keterampilanketerampilan
Platonis: Matematika
Menfokuskan isi dengan Konstruksi aktif dari
sebagai suatu bodi statis
menekankan pada
pemahaman
yang absolut dan
pemahaman
pengetahuan yang pasti
dan abstrak.
Pemecahan
masalah: Menfokuskan pada
Eksplorasi otonom dari
Matematika
sebagai pebelajar
keinginan/minat sendiri.
sesuatu yang dinamis dan
hasil kreasi manusia
Bagaimana pendidik memandang matematika akan berdampak pada
praktek pembelajarannya. Dengan demikian upaya perbaikan dengan berbagai
cara perlu menyadarkan pendidik terhadap pandangan atau keyakinannya terhadap
matematika tersebut.
Hasil penelitian Anderson, et.al (2005) terhadap 20 pendidik yang
kategorinya pendidik kontemporer dan 23 pendidik tradisional mendapatkan fakta
bahwa 95% pendidik kontemporer menyakini bahwa peserta didik dapat belajar
banyak konsep matematika dengan belajar sendiri dan memecahkan masalah yang
tidak familiar dan masalah-masalah yang open-ended. Selain itu mereka meyakini
bahwa hal yang esensial adalah peserta didik harus mengeksplorasi caranya
sendiri sebelum menggunakan metode yang diajarkan pendidik. Pendidik yang
termasuk tradisional tidak meyakini itu atau 0% yang mengatakan itu. Sebaliknya
mereka 100% menyakini bahwa peserta didik belajar algoritma sebelum
mengerjakan soal aplikasi dan masalah yang tidak familiar. Dalam pengajaran
87% pendidik tradisional memberikan latihan-latihan untuk mempraktekkan
keterampilannya sedang pendidik kontemporer 45%. Kemudian 35% pendidik
tradisional yang mendorong peserta didik menggunakan prosedur dan metode
sendiri untuk memecahkan masalah sedangkan pendidik kontemporer 80%. Data
ini menunjukan adanya hubungan antara keyakinan dan praktek. Pendidik yang
cenderung meyakini matematika sebagai seperangkat alat yang berisi fakta-fakta,
aturan-aturan, maupun keterampilan-keterampilan, akan mengarahkan
pembelajaran yang cenderung berpusat pada pendidik bukan peserta didik.
7
Penutup
Permasalahan yang terkait pembelajaran matematika sangat kompleks dan
dapat bersumber dari berbagai komponen. Komponen yang mempengaruhi
terutama dari peserta didik, pendidik, kurikulum, materi, dan strategi/model
pembelajaran. Komponen peserta didik, kurikulum, dan materi umumnya bersifat
tetap/ditetapkan yang tidak memungkinkan dimanipulasi. Komponen yang dapat
mengatasi berbagai masalah tersebut perpangkal dari pendidik yang memainkan
strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran yang dipentingkan bukan sekedar
strategi yang terbaru, tetapi strategi yang paling efektif dan efisien untuk
membekali pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi peserta didik.
Cara utama mengatasi berbagai masalah tersebut adalah meningkatkan
keyakinan, pemahaman, pengetahuan, dan keterampilan pendidik terhadap
matematika dan aspek-aspek pedagogis lainnya. Upaya tersebut dapat dilakukan
dengan melanjutkan studi S2 yang linear dengan jenjang S1-nya.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Judy., White, Paul., Sulivan, Peter. 2005. Using a Schematic Model to
Represent Influences on, and Relationships Between,Teachers' ProblemSolving Beliefs and Practices. Mathematics Education Research Journal.
Vol. 17, No. 2, 9-38