Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A; Definisi

Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering


terjadi pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada
frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit
abnormal atau otomatis (Dharma, 2009). Aritmia dapat timbul karena adanya
gangguan suplay darah dan oksigen pada otot jantung akibat penyempitan
pada arteri koroner. Hal ini dapat membuat pacemaker dan jaringan konduksi
jantung terganggu sehingga berakibat pada munculnya gangguan irama
jantung (Kabo, 2008).
Beberapa tipe gangguan jantung yang paling mengganggu tidak terjadi
sebagai akibat dari otot jantung yang abnormal tetapi karena irama jantung
yang abnormal. Sebagai contoh, kadang-kadang denyut atrium tidak
terkoordinasi dengan denyut dari ventrikel, sehingga atrium tidak lagi
berfungsi sebagai pendahulu bagi ventrikel.
Gangguan irama jantung terbagi dalam dua kelompok besar, yaitu bradiaritmia dan taki-aritmia. Bradi-aritmia atau bradikardi terjadi karena
kegagalan pembentukan impuls di nodal SA dan kondisi listrik yang tidak
normal ke ventrikel. Sedang taki-aritmia atau takikardi adalah gangguan
automaticity, triggered activity, dan re-rentry (Dharma, 2009).
Beberapa sifat system konduksi jantung dan istilah-istilah yang penting
untuk pemahaman aritmia :
1; Periode refrakter

Dari awal depolarisasi hingga awal repolarisasi sel-sel miokard


tidak dapat menjawab stimulus baru yang kuat sekalipun. Periode ini
disebut periode refrakter mutlak. Fase selanjutnya hingga hamper akhir
repolarisasi, sel-sel miokard dapat menjawab stimulus yang lebih kuat.
Fase ini disebut fase refrakter relative.
2; Blok

Blok adalah perlambatan atau penghentian penghantaran impuls.


3; Pemacu ektopik atau focus ektopik

Merupakan suatu pemacu atau focus di luar sinus. Kompleks QRS


yang dipacu dari sinus disebut kompleks sinus. Kompleks QRS yang
dipacu dari focus ektopik disebut kompleks ektopik, yang bias kompleks
atrial, kompleks penghubung AV atau kompleks ventricular.
4; Konduksi tersembunyi

Hal ini terutama berhubungan dengan simpul AV yaitu suatu


impuls yang melaluinya tak berhasil menembusnya hingga ujung yang
lain, tetapi perubahan-perubahan akibat konduksi ini tetap terjadi, yaitu
terutama mengenai periode refrakter.
5; Konduksi aberan.

Konduksi aberan ialah konduksi yang menyimpang dari jalur


normal. Hal ini disebabkan terutama karena perbedaan periode refrakter
berbagai bagian jalur konduksi.
Konduksi aberan biasa terjadi di atria maupun ventrikel, tetapi
yang terpenting ialah konduksi ventricular aberan, yang ditandai dengan

kompleks QRS yang melebar dan konfigurasi yang berbeda. Konduksi


atrial aberan ditandai dengan P yang melebar dan konfigurasi yang
berbeda.
6; Re-entri.

Re-entri ialah suatu keadaan dimana suatu impuls yang sudah


keluar dari suatu jalur konduksi, melalui suatu jalan lingkar masuk
kembali ke jalur semula. Dengan demikian bagian miokard yang
bersangkutan mengalami depolarisasi berulang.
7; Mekanisme lolos

Suatu kompleks lolos ialah kompleks ektopik yang timbul karena


terlambatnya impuls yang datang dari arah atas. Kompleks lolos paling
sering timbul di daerah penghubung AV dan ventrikel, jarang di atria. Jelas
bahwa mekanisme lolos ialah suatu mekanisme penyelamatan system
konduksi jantung agar jantung tetap berdenyut meskipun ada gangguan
datangnya impuls dari atas.

B; Etiologi

Penyebab dari aritmia jantung biasanya satu atau gabungan dari


kelainan berikut ini dalam sistem irama-konduksi jantung :
1; Irama abnormal dari pacu jantung.
2; Pergeseran pacu jantung dari nodus sinus ke bagian lain dari jantung.
3; Blok pada tempat-tempat yang berbeda sewaktu menghantarkan impuls

melalui jantung.

4; Jalur hantaran impuls yang abnormal melalui jantung.


5; Pembentukan yang spontan dari impuls abnormal pada hamper semua

bagian jantung.
Beberapa kondisi atau penyakit yang dapat menyebabkan aritmia adalah :
1; Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard

(miokarditis karena infeksi).


2; Gangguan sirkulasi koroner (atherosclerosis koroner atau spasme arteri

koroner), misalnya iskemia miokard, infark miokard.


3; Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin, dan obat-obat

anti aritmia lainnya.


4; Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia).
5; Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi

kerja dan irama jantung.


6; Gangguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
7; Gangguan metabolic (asidosis, alkalosis).
8; Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme).

Hipotiroidisme

menyebabkan

bradikardia

parah,

disamping

keletiahan, konstipasi, penambahan berat badan dan sensitivitas terhadap


dingin. Tanda-tanda yang terkait mencakup kulit yang dingin, kering,
tebal, rambut yang kering, tipis, wajah bengkak, edema periorbital, kuku
tebal, rapuh dan kebingungan yang menyebabkan stupor.
9; Gangguan irama jantung akibat gagal jantung.
10; Gangguan irama jantung karena karmiopati atau tumor jantung.
11; Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis system

konduksi jantung).

C; Tanda dan Gejala

Bradikardia
Bradikardi bisa terjadi karena stimulasi vagal, intoksikasi digitalis,
peningkatan tekanan intrakanial, atau infark miokard (MI).
1; Frekuensi

: 40 sampai 60 denyut per menit

2; Gelombang P

: Mendahului setiap kompleks QRS; interval PR normal.

3; Kompleks QRS : Biasanya normal


4; Hantaran

: Biasanya normal.

5; Irama

: Reguler

Bila frekuensi jantung yang lambat mengakibatkan

perubahan

hemodinamika yang bermakna, sehingga menimbulkan sinkop (pingsan),


angina, atau disritmia ektopik, maka penatalaksanaan ditujukan untuk
meningkatkan frekuensi jantung.

a; Junctional

Rhythm

merupakan

salah

satu

bentuk

irama

dari

supraventrikular yang fokusnya berasal dari AV node, (normal fokus irama


berada pada SA node)

b; Dapat muncul sebagai automatic tachycardia atau sebagai escape rhythm


bila irama dari SA node tertekan atau lebih lambat dibandingan dengan
irama junctional
c; Normalnya heart rate pada Junctional Rhythm berada pada 40 - 60 bpm,
bila > 60 bpm dikatakan Accelerated Junctional Rhythm.
d; Gambaran EKG menunjukan laju QRS antara 40 -60 permenit dengan
irama biasanya teratur , gelombag biasanya terlihat negative disadapan II ,
III, aVF . Gelombang P bisa mendahului atau tumpang tindih dengan QRS
e; Penyebab Junctional Rhythm :
1; Atlet
2; Sinus Bradikardi yang berat
3; SA Block atau Sinus Arrest
4; AV Block derajat 2 atau 3
5; Penggunaan Obat

f; Karakteristik EKG Junctional Rhythm :

Irama reguler, dimana gelombang P dapat muncul :

Inverted sebelum kompleks QRS dengan interval PR memendek

Gelombang P tersembunyi di dalam kompleks QRS

Gelombang P muncul sesudah QRS

1; Gelombang QRS sempit, kecuali ada bundle branch block atau


konduksi aberan
2; Rate berada pada 40-60 bpm, bila > 60 bpm dikatakan
Accelerated Junctional Rhythm
3; Bisa terdapat AV disosiasi, berupa default atau usurpasi

D; Manifestasi Klinis
1; Perubahan TD (hipertensi atau hipotensi); nadi mungkin tidak teratur,

defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun;
kulit pucat, cyanosis, berkeringat; edema; haluaran urin menurun bila
curah jantung menurun berat.
2; Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi,

perubahan pupil.
3; Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat

antiangina, gelisah.
4; Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan, bunyi

nafas tambahan (krekels, ronchi, mengi) mungkin ada menunjukkan


komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau
fenomena tromboembolitik pulmonal, hemoptisis.
5; Demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, odema

(trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan.

E; Pemeriksaan Penunjang
1; EKG: Menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi.

Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek ketidak-seimbangan elektrolit


dan obat jantung.
2; Monitor holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk

menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien


aktif (di rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi
pacu jantung/efek obat antidisritmia.
3; Foto

dada : Dapat menunjukkan pembesaran bayangan jantung

sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katup.

4; Scan pencitraan miokardia : Dapat menunjukkan area iskemik/kerusakan

miokard yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu


gerakan
5; Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium

dapat menyebabkan disritmia.


6; Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat

jalanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, guinidin.


7; Pemeriksaan tyroid : Peningkatan atau penurunan kadar tyroid serum

dapat menyebabkan meningkatkan disritmia.


8; Laju sedimentasi : Peninggian dapat menunjukkan proses inflamasi akut

contoh endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.

F; Penatalaksanaan Medis
1; Terapi Medis

Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :


a; Anti artimia kelas I : sodium channel blocker

Kelas I A :
1; Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan

untuk mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau flutter.


2; Procainamide untuk ventrikel ekstra sistole atrial fibrilasi dan

aritmia yang menyertai anestesi.


3; Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang

Kelas I B :
1; Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard, ventrikel

takikardia.

10

2; Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT.

Kelas I C :
1; Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi.
a; Anti aritmia kelas 2 (beta adrenergik blokade).

Atenolol, metoprolol, propanolol : indikasi aritmia jantung, angina


pektoris dan hipertensi.
b; Anti aritmia kelas 3 (prolong repolarisation)

Amiodarone, indikasi VT, SVT berulang.


c; Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker)

Verapamil, indikasi supraventrikular aritmia.


2; Terapi mekanis
1; Kardioversi : Mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan

disritmia yang memiliki kompleks GRS, biasanya merupakan prosedur


elektif.
2; Defibrilasi : Kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan

gawat darurat.
3; Defibrilator kardioverter implantabel : suatu alat untuk mendeteksi dan

mengakhiri episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa atau


pada pasien yang resiko mengalami fibrilasi ventrikel.
4; Terapi pacemaker : Alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus

listrik berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung.

Anda mungkin juga menyukai