SKIZOFRENIA HERBEFRENIK
(F20.1)
Oleh :
Kingkin Resmyta Pambudi
I1A010054
Pembimbing
dr. Yulizar Darwis, Sp.KJ,MM
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. LA
Usia
: 20 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
Pendidikan
: SMA
Agama
: Islam
Suku
: Banjar/Indonesia
Status
: Belum menikah
MRS
: 24 Maret 2014
sering
sakit
kepala
setelah
kecelakaan.
Kemudian
pasien
Pada hari minggu, tanggal 23 Maret 2014 pukul 03.00 WITA pasien
tiba-tiba menangis dan sering berbicara sendiri. Pasien menjadi mudah
menagis bila mengingat masalah yang terjadi dalam kehidupannya. Pasien
menyebutkan bahwa pasien merasa sakit hati pada pernyataan dokter dan
tidak ingin membebani orangtuanya yang banyak hutang. Pasien tidak tidur
sampai keesokan harinya. Pasien di rumah hanya menangis dan berbicara
terus menerus. Tidak ada pikiran dan usaha untuk menyakiti diri sendiri atau
orang lain. Pasien juga tidak mandi setelah kejadian itu. Pasien mau makan
dan minum apabila disuruh orangtuanya. Pasien tidak mengamuk maupun
merusak barang-barang.
Autoanamnesis :
Pasien datang dengan keluhan berbicara sendiri dan sering menangis.
Menurut pasien sejak SMA pasien memiliki sahabat bernama Tika dan Siti.
Pasien mngaku bahwa Tika dan Siti hanya dapat dilihat oleh orang tertentu.
Pasien mengatakan bahwa Tika dan Siti dikenalnya sejak SMA setelah ia
mengalami kesurupan. Tika sosok yang berambut panjang dan Siti merupakan
sosok Wanita cantik berjilbab. Tika dan Siti selalu memberitahukan kepada
pasien tentang kejadian yang akan datang, isi hati seseorang , dan juga
penyakit seseorang serta cara menyembuhkannya. Pasien sudah mencoba
bercerita kepada teman-temannya mengenai Tika dan Siti. Tetapi, tidak ada
satupun dari mereka yang percaya. Menurut pengakuannya pasien pernah
direkam oleh teman sekelasnya ketika berbicara dengan Tika dan Siti namun
hasil rekaman tersebut memperlihatkan bahwa pasien hanya berbicara sendiri.
Kepala Sekolah SMA pasien juga pernah mengatakan bahwa pasien gila dan
memanggilnya ke kantor kepala sekolah. Dari kejadian tersebut pasien
menjadi sakit hati dan sering merasa bahwa orang lain menghinanya serta
menjauhinya. Hingga sekarang pasien masih dapat melihat sosok Tika dan
Siti.
Pasien mengaku sering ditekan oleh orangtuanya baik secara mental
maupun fisik. Pasien dilarang keluar malam walau hanya untuk mengerjakan
tugas kuliah. Pasien juga sering dipukuli oleh ibunya jika tidak menurut.
Pada bulan Februari pasien mengaku mengalami kecelakaan lalu
lintas, terjatuh dari sepeda motor dan kepala sebelah kanannya terbentur.
Pasien merasa sering sakit kepala setelah itu. Lalu pasien memeriksakan
dirinya ke dokter dan dinyatakan mengalami gegar otak ringan dan disuruh
operasi oleh dokter. Pasien diberikan obat penahan nyeri oleh dokter, namun
tidak mengurangi keluhan. Pasien merasa sakit hati karena pernyataan dokter
tersebut. Kemudian pasien merahasiakan hal tersebut dari orangtuanya karena
pasien merasa orangtuanya banyak hutang.
Pada hari Sabtu sore 22 Maret 2014 pasien ribut dengan pacarnya.
Pasien menuduh pacarnya memiliki hubungan dengan wanita lain. Hal ini
diketahui oleh pasien dari bisikan Siti dan Tika. Puncak kekesalannya terjadi
pada hari Sabtu malam dan pasien ceritakan semua pada ayahnya.
E. RIWAYAT KELUARGA
Genogram :
Keterangan :
= Penderita
= Laki-laki
= Perempuan
/
= meninggal dunia
Hiperaktif
4. Pembicaraan
Koheren, lancar, menjawab jika ditanya tidak ada blocking
5. Sikap terhadap pemeriksa
Kooperatif
6. KontakPsikis
Kontak (+) wajar (-) tidak bisa dipertahankan
B. KEADAAN
AFEKTIF,
PERASAAN,
EKSPRESI
AFEKTIF,
: Hipothym
2. Ekspresiafektif
: Murung
3. Keserasian
: Serasi
4. Empati
5. Hidup Emosi
: Labil
6. Pengendalian
: Tidak terkendali
7. Dramatisasi
: Ada
: Waktu
Tempat
: Baik
: Baik
10
Orang
: Baik
3. Konsentrasi : kurang
4. Dayaingat : Jangka panjang
: Baik
Jangka pendek
: Baik
Segera
: Baik
D. GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi
A/V: (+/+)
E. PROSES PIKIR
1. Aruspikir :
: Relevan
F. PENGENDALIAN IMPULS
Tidak terganggu
G. DAYA NILAI
a. Daya norma sosial : Baik
11
: Baik
c. Penilaian realita
: Tidak baik
H. TILIKAN
T1
TD : 110/80 mmHg
N
: 84 x/menit
RR : 24 x/menit
T
Kepala
Mata
: 36,5 C
: palpebra tidak edema, konjungtiva tidak anemis,
sclera tidak ikterik.
Thoraks
Mulut
Leher
12
I : datar
P : hepar/lien/massa tidak teraba
P : timpani
A : BU (+) normal
Ekstremitas Superior : akral hangat +/+, parese -/-, tremor -/Inferior : akral hangat +/+, parese -/-, tremor -/-
2. STATUS NEUROLOGIS
Pemeriksaan N I XII :
I (Olfactorius)
II (Opticus)
III (Oculomotorius) : PtPasienis (-/-), Gerakan Bola Mata D/S ke segala arah,
Pupil 3mm/3mm, Respon Cahaya Langsung D/S
(+/+), Respon Cahaya Konsensual D/S (+/+)
IV (Troklearis)
V (Trigeminus)
13
VI (Abdusens)
VII (Fasialis)
VIII (Vestibulocochlearis) : suara petikan jari (+/+), tes garpu tala (sde),
tes keseimbangan (sde)
IX (GlPasienofaringeus) & X (Vagus) : pergeseran uvula (-), reflek muntah
(+)
XI (Asesorius)
XII (HipoglPasienus)
: Tidak ada
Refleks Fisiologis
: Normal
Refleks patologis
: Tidak ada
14
Afek
: Hiporthym
Ekspresi afektif
: Murung
Empati
Keserasian
: Serasi
Konsentrasi
: Terganggu
Daya ingat
Intelegensi
Halusinasi A/V
: (+/+)
Arus pikir
: Spontan, lancar
Tilikan
: T1
Penilaian realita
: Tidak baik
15
2. Aksis II
: F60.0s
3. Aksis III
: None
4. Aksis IV
5. Aksis V
berat )
dan
aktivitas
psikomotor
normoaktif,
afek
hipotym,
16
VIII. PROGNOSIS
Diagnosis penyakit
: dubia ad bonam
Perjalanan penyakit
: dubia ad malam
Ciri kepribadian
: dubia ad malam
Stressor psikososial
: dubia ad bonam
: dubia ad malam
Pendidikan
: dubia ad bonam
Ekonomi
: dubia ad bonam
Lingkungan sosial
: dubia ad bonam
Organobiologi
: dubia ad bonam
Pengobatan psikiatrik
: dubia ad bonam
Ketaatan berobat
: dubia ad bonam
Kesimpulan
: dubia ad bonam
: Clorpromazine 3 x 100 mg
Psikoterapi
Religius
Rehabilitasi
X. DISKUSI
Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi
penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu
17
bersifat kronis atau deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang
tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.
Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan
karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar
(inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih dan
kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran
kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.
Adapun pedoman diagnostik skizofrenia, yaitu :
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan
biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau
kurang jelas) :
a.
- thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya
sama, namun kualitasnya berbeda ; atau
- thought insertion or withdrawal = isi yang asing dan luar masuk ke
dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu
dari luar dirinya (withdrawal); dan
- thought broadcasting= isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain
atau umum mengetahuinya;
18
c. Halusinasi auditorik:
Jenis suara halusinasi lain yang berasal dan salah satu bagian tubuh.
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas :
a. Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan
(over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus-menerus.
19
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal
behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak
berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan
penarikan diri secara sosial.
Berdasarkan hasil anamnesis (alloanamnesis dan autoanamnesis) serta
20
Afek
pasien
dangkal
(shallow)
dan
tidak
wajar
21
22
2.
3.
Gangguan endokrin
4.
5.
Hepatotoksik.
anti
psikotik
tipikal
merupakan
obat
yang
perlu
dipertimbangkan pada gangguan dengan gejala positif yang lebih menonjol. Pada
pasien ini gejala negatif lebih menonjol dibangding gejala positif, sehingga terapi
yang digunakan adalah anti-psikotik atipikal yaitu clozapine.
Disamping terapi medikamentosa, dianjurkan juga pemberian psikoterapi
berupa pemberian support pada pasien dan keluarga serta terapi religius dan
perilaku yang bertujuan untuk menguatkan daya tahan mental dan membantu
pemecahan masalah hidupnya.
Prognosis pada penderita ini dubia ad bonam karena dilihat dari diagnosa
penyakit, perjalanan penyakit, ciri kepribadian, usia saat menderita, pola keluarga,
aktivitas pekerjaan, lingkungan sosial, pengobatan psikiatri, dan ketaatan berobat.
23
DAFTAR PUSTAKA
24
25