Anda di halaman 1dari 169

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Politeknik Negeri Malang

MODUL AJAR
PANDUAN PRAKTIKUM
SISTEM KOMUNIKASI BERGERAK
Modul ajar ini dibiayai dari dana DIPA
Nomor : 0622/023-04.2.01/15/2012 tanggal 9 Desember 2011
Politeknik Negeri Malang

Oleh :
Aisah, S.T., M.T.
NIP.197205181999032002
M. Junus, S.T., M.T.
NIP.197206191999031002

POLITEKNIK NEGERI MALANG


2012

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

HALAMAN PENGESAHAN
MODUL AJAR
1.

2.

3.

4.
5.

Judul Modul Ajar


Digunakan Pada MataKuliah
Semester
Penulis Utama
1. Nama Lengkap
2. NIP
3. Pangkat/golongan
4. Jabatan
5. Program Studi
6. Jurusan
Jumlah AnggotaTim Penulis
a. Nama Anggota 1
b. Nama Anggota 2
Bidang Ilmu
Sumber Dana

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

Panduan Praktikum Sistem Komunikasi Bergerak


Praktikum Sistem Komunikasi Bergerak
6 (Enam)
Aisah, S.T., M.T.
197205181999032002
Penata Tk.I/III-d
Lektor
Jaringan Telekomunikasi Digital
Teknik Elektro.
1 orang
M. Junus, S.T., M.T.
.....
Jaringan Telekomunikasi Digital
Modul ajar ini dibiayai dengan dana DIPA Nomor :
0622/023-04.2.01/15/2012 tanggal 9 Desember 2011
Politeknik Negeri Malang
Malang,

Oktober 2012

Menyetujui,
Ketua Jurusan Teknik Elektro,

Penulis Utama,

Supriatna Adhisuwignjo, ST., M.T.


NIP. 19710108199903 1 001

Aisah, S.T., M.T.


NIP. 19720518 199903 2 002

Mengetahui,
Direktur
Politeknik Negeri Malang

Ir. Tundung Subali Patma, MT


NIP. 19590424.1988031002

ii

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
1.1
1.2
1.3

1.4
1.5
1.6
1.7
1.8
1.9
BAB II
2.1
2.2
2.3

2.4
2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
BAB III
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
3.8
BAB IV
4.1
4.2

hal
iii
vi
vii

KONSEP KANAL SISTEM GSM/DCS


Capaian pembelajaran
Alat dan bahan
Teori dasar
1.3.1 Frekuensi Operasi GSM dan DCS
1.3.2 Kanal GSM dan DCS
Problem
Solusi
Hasil dan pembahasan
Kesimpulan
Referensi
Ringkasan
PERENCANAAN KAPASITAS USER MAKSIMUM SETIAP
BTS/RBS
Capaian pembelajaran
Alat dan bahan
Teori dasar
2.3.1 Traffic
2.3.2 Kanal
2.3.3 GOS
2.3.4 BTS/RBS
2.3.5 Jumlah kapsitas user setiap BTS/RBS
Problem
Solusi
Hasil dan pembahasan
Kesimpulan
Referensi
Ringkasan
PERENCANAAN SEL
Capaian pembelajaran
Alat dan bahan
Teori dasar
Problem
Solusi
Hasil dan pembahasan
Kesimpulan
Referensi
FORMAT DATA SHORT MESSAGE SERVICE (SMS) PROSES
PENGIRIMAN DAN PENERIMAAN
Capaian pembelajaran
Alat dan bahan
iii

1
1
2
2
2
3
3
3
3
3
3

4
4
4
4
5
5
5
6
6
7
7
7
7
7
8
8
8
18
18
18
19
19

20
20

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

4.3

4.4
4.5
4.6
4.7
4.8
BAB V
5.1
5.2
5.3
5.4
5.5
5.6

5.7
5.8
5.9
5.10
5.11
5.12
BAB VI
6.1
6.2
6.3

6.4
6.5
6.6
6.7
6.8
6.9
6.10
6.11

Teori dasar
4.3.1 SMSC
4.3.2 Pengertian SMS
4.3.3 Mekanisme SMS pada HP
4.3.4 Protokol SMS
4.3.5 Format PDU pengiriman SMS
Problem
Solusi
Hasil dan pembahasan
Kesimpulan
Referensi
KAJIAN PROSES AUTENTIKASI DAN KEAMANAN
JARINGAN GSM MELALUI CLONING SIM CARD
Capaian pembelajaran
Blok diagram sistem
Cara kerja sistem
Proses cloning SIM card
Alat dan bahan
Prosedur cloning SIM card
5.6.1 Tahap instalasi MAGIC SIM
5.6.2 Tahap Decode Procces (Find Ki)
5.6.3 Tahap Write SIM Card
5.6.4 Tahap Notebook Edit
5.6.5 Tahap SMS Edit
5.6.6 Tahap PIN Code Management
Problem
Solusi
Hasil dan pembahasan
Kesimpulan
Referensi
Ringkasan
PEMAHAMAN FITURE GSM MENGGUNAKAN GSM
TRAINER
Capaian pembelajaran
Alat dan bahan
Teori dasar
6.3.1 SIM card
6.3.2 Struktur SIM card
6.3.3 AT command
6.3.4 AT command dan hyperterminal
Prosedur praktikum
Tabel hasil praktikum
Problem
Solusi
Hasil dan pembahasan
Kesimpulan
Referensi
Ringkasan
iv

20
20
20
21
21
21
30
30
31
31
31

32
32
33
34
34
35
35
39
49
54
65
72
76
76
76
76
77
77

78
78
78
78
80
82
83
86
86
86
87
87
87
87
87

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

BAB VII
7.1
7.2
7.3

7.4
7.5
7.6
7.7
7.8
7.9
BAB VIII
8.1
8.2
8.3

8.4
8.5
8.6
8.7
8.8
BAB IX

APLIKASI MAP INFO UNTUK PLOT KOORDINAT BASE


TRANSCEIVER STATION (BTS)
Capaian pembelajaran
Alat dan bahan
Teori dasar
7.3.1 Map info
7.3.2 Graphical User Interface yang bersifat umum
7.3.3 Table structure
7.3.4 Grafik yang dintegrasikan dengan basis data
7.3.5 Basis Data atau Map Selection
7.3.6 Basis Data, Map atau Graph Analysis
7.3.7 Menampilkan Raster sebagai Background bagi Vector
7.3.8 Support untuk region yang luas dan object Polyline
7.3.9 Hot Views
7.3.10 SQL Selection
7.3.11 Geocoding
7.3.12 Windows Bitmap atau Metafile export
7.3.13 Import/Export Utilities
7.3.14 ODBC Table Support
7.3.15 Peta Digital
7.3.16 Skala
7.3.17 Sistem koordinat dan sistem proyeksi
7.3.18 Informasi tepi peta
7.3.19 Bentuk penyajian
7.3.20 Aturan penyimpanan
7.3.21 Google earth
7.3.22 Latitude dan longitude
7.3.23 Sistem informasi geografis
7.3.24 Antena sektoral
Prosedur praktikum
Problem
Solusi
Hasil dan pembahasan
Kesimpulan
Referensi
LINK BUDGET SISTEM CDMA
Capaian pembelajaran
Alat dan bahan
Dasar teori
8.3.1 Pemodelan untuk lingkungan di luar gedung
8.3.2 Faktor propagasi
8.3.3 Prosedur link budget
Problem
Solusi
Hasil dan pembahasan
Kesimpulan
Referensi
DESAIN PENERAPAN TEKNOLOGI TERBARU PADA
v

89
89
90
90
90
90
90
91
91
91
91
91
92
92
92
92
92
92
94
94
94
94
95
95
96
97
101
102
118
118
119
119
119
120
120
120
121
124
124
125
125
126
126
126

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

9.1
9.2
9.3

9.4
9.5
9.6
9.7
9.8
9.9
BAB X
10.1
10.2
10.3

10.4
10.5
10.6
10.7
10.8
10.9

SISTEM SELULER
Capaian pembelajaran
Alat dan bahan
Teori dasar
9.3.1 Flexi Multiradio Base Station (FMR BS)
9.3.2 Deskripsi Sistem FMR
9.3.3 Fitur utama FMR BS
9.3.4 Aplikasi
9.3.5 Arsitektur Jaringan WCDMA
9.3.6 Parameter kapasitas sistem HSDPA
9.3.7 Traffic sistem komunikasi bergerak
9.3.8 Coverage
9.3.9 Parameter kualitas layanan
Problem
Solusi
Hasil dan pembahasan
Kesimpulan
Referensi
Ringkasan
KAJIAN PRINSIP KERJA MOBILE PHONE JAMMER
SEBAGAI JAMMER SINYAL PONSEL
Capaian pembelajaran
Alat dan bahan
Dasar teori
10.3.1 Mobile phone jammer
10.3.2 Prosedur Operasi Mobile Phone Jammer TG-101H
10.3.3 Spektrum Analyzer 2.7 GHz
10.3.4 Drive Test
Problem
Solusi
Hasil dan pembahasan
Kesimpulan
Referensi
Ringkasan

vi

127
127
128
128
128
129
130
131
133
133
136
140
145
145
145
146
146
146

148
148
149
149
150
151
151
152
152
153
153
153
153

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

DAFTAR GAMBAR

Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar

3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
5.1
5.2
5.3
5.4
5.5
5.6
5.7
5.8
5.9
5.10
5.11
5.12

Gambar
Gambar

5.13
5.14

Gambar 5.15
Gambar 5.16
Gambar 5.17
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar

5.18
5.19
5.20
5.21
5.22
5.23
5.24
5.25
5.26
5.27
5.28
5.29
5.30

Omnidirectional sel dan sector sel


Perbatasan antara sel omnidirectional
Interferensi kanal sama (C/I)
Interferensi kanal yang berdekatan (C/A)
Pola sel 4/12
Pola sel 3/9
Format PDU untuk mengirim SMS ke SMSC
Format SCA
Format TPDU
Format PDU penerimaan SMS dari SMSC
Format TPDU
Blok Diagram Sistem
Blok diagram proses cloning SIM Card
Tampilan master magicsim_v225
Tampilan extracting files
Tampilan perintah pemilihan bahasa
Tampilan perintah instal software lanjutan ke-1
Tampilan perintah instal software lanjutan ke-2
Tampilan perintah instal software lanjutan ke-3
Tampilan proses loading instal software
Tampilan proses lanjutan instal software
Tampilan perintah instal USB-Serial SIM Reader Driver
Tampilan proses loading instal USB-Serial SIM Reader
Driver
Tampilan perintah instal PC/SC SIM Reader Driver
Tampilan perintah lanjutan instal PC/SC SIM reader
driver
Tampilan akhir proses instal PC/SC SIM reader driver
Tampilan software MagicSim
Tampilan SIM Card yang dimasukkan ke dalam SIM
Reader
Tampilan Menu Setup
Tampilan awal software
Tampilan terjadi error saat mengkoneksikan software
Tampilan Windows Explorer pada komputer
Tampilan Properties pada My Computer
Tampilan Properties pada My Computer
Tampilan Advanced system settings
Tampilan Device Manager
Tampilan Device Manager
Tampilan Ports (COM dan LPT)
Tampilan Prolifik USB-to-Serial Comm Port (COM43)
Tampilan Kecepatan Port USB pada Komputer
Tampilan Pengaturan dan Pilihan Kecepatan Port USB
pada (a) Software Magic SIM, (b) Komputer
vii

hal
9
10
13
14
15
16
21
22
24
29
29
32
35
35
36
36
36
37
37
37
38
38
38
38
39
39
39
39
40
40
40
41
41
41
42
42
42
43
43
44
44

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Gambar

5.31

Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar

5.32
5.33
5.34
5.35
5.36
5.37
5.38
5.39
5.40
5.41
5.42

Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar

5.43
5.44
5.45
5.46
5.47

Gambar
Gambar

5.48
5.49

Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar

5.50
5.51
5.52
5.53
5.54
5.55
5.56
5.57
5.58
5.59
5.60

Gambar
Gambar
Gambar
Gambar

5.61
5.62
5.63
5.64

Gambar
Gambar
Gambar
Gambar

5.65
5.66
5.67
5.68

Gambar

5.69

Gambar

5.70

Tampilan terjadi error saat menggunakan kecepatan


19200 bps
Tampilan menu Port Settings
Tampilan Advanced
Tampilan pemilihan COM Port Number yang sesuai
Tampilan hasil men-setting COM Port
Tampilan hasil akhir men-setting Port pada computer
Tampilan awal software
Tampilan pada menu Setup
Tampilan awal software
Tampilan nilai ICCID, IMSI dan SMSP dari SIM Card
Tampilan awal software untuk mengaktifkan menu Crack
Tampilan menu Crack untuk memilih jenis mode dalam
proses Crack Ki
Tampilan menu Crack untuk mendapatkan nilai Ki
Tampilan untuk menyimpan nilai Ki pada komputer
Tampilan untuk memasukkan password
Tampilan akhir decode procces
Super SIM 16 in 1 yang dimasukkan ke dalam SIM
Reader
Tampilan awal software
Tampilan nilai ICCID, IMSI dan SMSP dari Super SIM
16 in 1
Tampilan awal software untuk mengaktifkan menu Magic
Tampilan menu Magic
Tampilan Edit this record
Tampilan untuk Import nilai Ki
Tampilan untuk open nilai Ki
Tampilan untuk memasukkan password
Tampilan memasukkan password
Tampilan hasil import nilai Ki
Tampilan hasil Write SIM
Tampilan akhir proses Write SIM
Tampilan SIM Card yang dimasukkan ke dalam SIM
Reader
Tampilan awal software
Tampilan nilai ICCID, IMSI dan SMSP dari SIM Card
Tampilan awal software untuk mengaktifkan menu ADN
Tampilan phone number yang tersimpan di dalam SIM
Card
Tampilan Export Phone Book
Tampilan tempat menyimpan phone number ke computer
Tampilan proses menyimpan phone number ke komputer
Tampilan hasil proses menyimpan phone number ke
komputer
Tampilan phone number yang tersimpan di dalam SIM
Card
Tampilan Export Phone Book
viii

44
45
45
45
46
46
46
47
47
47
48
48
48
49
49
49
50
50
50
51
51
51
52
52
52
53
53
53
54
54
54
55
55
55
56
56
56
57
57
57

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Gambar
Gambar

5.71
5.72

Gambar
Gambar

5.73
5.74

Gambar

5.75

Gambar
Gambar
Gambar
Gambar

5.76
5.77
5.78
5.79

Gambar

5.80

Gambar
Gambar
Gambar
Gambar

5.81
5.82
5.83
5.84

Gambar

5.85

Gambar

5.86

Gambar
Gambar
Gambar

5.87
5.88
5.89

Gambar

5.90

Gambar 5.91
Gambar 5.92
Gambar 5.93
Gambar 5.94
Gambar 5.95
Gambar 5.96
Gambar 5.97
Gambar 5.98
Gambar 5.99
Gambar 5.100
Gambar 5.101
Gambar 5.102
Gambar 5.103
Gambar 5.104
Gambar 5.105
Gambar 5.106

Tampilan proses menyimpan phone number ke computer


Tampilan hasil proses menyimpan phone number ke
komputer
Tampilan akhir proses import phone number
Super SIM 16 in 1 yang dimasukkan ke dalam SIM
Reader
Tampilan nilai ICCID, IMSI dan SMSP dari Super SIM
16 in 1
Tampilan awal software untuk mengaktifkan menu ADN
Tampilan Import Phone Book
Tampilan penawaran untuk Import Phone Book
Tampilan membuka phone number yang tersimpan di
dalam PC
Tampilan hasil proses Import Phone Number ke dalam
Super SIM 16 in 1
Tampilan layar phone number
Tampilan Import Phone Book
Tampilan penawaran untuk Import Phone Book
Tampilan membuka phone number yang tersimpan di
dalam PC
Tampilan hasil proses Import Phone Number ke dalam
Super SIM 16 in 1
Tampilan hasil proses Import Phone Number ke dalam
Super SIM 16 in 1
Tampilan Import Phone Book
Tampilan penawaran untuk Import Phone Book
Tampilan membuka phone number yang telah tersimpan
di PC
Tampilan hasil proses Import Phone Number ke dalam
Super SIM 16 in 1
Tampilan hasil export phone number
Tampilan edit this record
Tampilan proses Edit Name
Tampilan akhir proses Notebook Edit
Tampilan nilai ICCID, IMSI dan SMSP dari SIM Card
Tampilan awal software untuk mengaktifkan menu SMS
Tampilan SMS yang tersimpan di dalam SIM Card
Tampilan Export short Message
Tampilan tempat menyimpan SMS
Tampilan proses menyimpan short message ke komputer
Tampilan hasil proses menyimpan short message ke
komputer
Tampilan akhir proses export short message
Tampilan nilai ICCID, IMSI dan SMSP dari Super SIM
16 in 1
Tampilan awal software untuk mengaktifkan menu SMS
Tampilan layar pada menu SMS
Tampilan Import Phone Book
ix

58
58
58
58
59
59
59
60
60
60
61
61
61
62
62
62
63
63
63
64
64
64
65
65
65
66
66
66
67
67
67
68
68
68
69
69

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Gambar 5.107 Tampilan penawaran untuk Import Short Message


Gambar 5.108 Tampilan membuka short message yang telah tersimpan di
PC
Gambar 5.109 Tampilan hasil proses Import Short Message ke dalam
Super SIM 16 in 1
Gambar 5.110 Tampilan hasil Import Short Message
Gambar 5.111 Tampilan layar SMS
Gambar 5.112 Tampilan Edit this record
Gambar 5.113 Tampilan proses Edit SMS
Gambar 5.114 Tampilan hasil SMS Edit
Gambar 5.115 Tampilan akhir proses SMS Edit
Gambar 5.116 Tampilan nilai ICCID, IMSI dan SMSP dari SIM Card
Gambar 5.117 Tampilan awal software untuk mengaktifkan menu
Security
Gambar 5.118 Tampilan untuk mengaktifkan Disable PIN
Gambar 5.119 Tampilan proses Disable PIN berhasil
Gambar 5.120 Tampilan untuk mengaktifkan Enable PIN
Gambar 5.121 Tampilan proses memasukkan PIN
Gambar 5.122 Tampilan untuk memasukkan PIN
Gambar 5.123 Tampilan untuk memasukkan PIN ke-2
Gambar 5.124 Tampilan proses Enable PIN berhasil
Gambar 5.125 Tampilan untuk mengaktifkan Modify PIN
Gambar 5.126 Tampilan untuk memasukkan PIN
Gambar 5.127 Tampilan proses memasukkan PIN
Gambar 5.128 Tampilan proses Modify PIN berhasil
Gambar 5.129 Tampilan akhir proses PIN Code Management
Gambar 6.1 Format penomoran IMSI
Gambar 6.2 Format penomoran MSISDN
Gambar 6.3 SIM card
Gambar 6.4 Tampilan koneksi hyperterminal
Gambar 6.5 Tampilan konfigurasi hyperterminal
Gambar 6.6 Port setting
Gambar 6.7 Status connected
Gambar 7.1 Komponen dasar vektor
Gambar 7.2 Kumpulan thematic layer
Gambar 7.3 Contoh data raster
Gambar 7.4 Tampilan google earth
Gambar 7.5 Garis latitude dan longitude
Gambar 7.6 Pola radiasi antena sektoral
Gambar 7.7 Tampilan menu instalasi
Gambar 7.8 Tampilan instalasi
Gambar 7.9 Tampilan proses instalasi
Gambar 7.10 Tampilan proses instalasi
Gambar 7.11 Tampilan menu modify
Gambar 7.12 Tampilan menu feature
Gambar 7.13 Tampilan pengisian user name
Gambar 7.14 Tampilan generate serial number
Gambar 7.15 Tampilan destination folder
x

69
70
70
70
70
71
71
71
72
72
72
73
73
73
73
74
74
74
75
75
75
75
76
79
79
81
84
84
85
85
93
93
94
96
97
102
102
103
103
103
104
104
104
105
105

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar

7.16
7.17
7.18
7.19
7.20
7.21
7.22
7.23
7.24
7.25
7.26
7.27
7.28
7.29
7.30
7.31
7.32
7.33
7.34
7.35
7.36
7.37
7.38
7.39
7.40
7.41
7.42
7.43
7.44
9.1
9.2
9.3
9.4
9.5
10.1
10.2
10.3

Tampilan memulai instalasi


Tampilan proses instalasi
Tampilan proses instalasi selesai
Tampilan awal MapInfo
Tampilan peta digital
Tampilan peta digital
Tampilan toolbarmap
Tampilan input koordinat BTS
Tampilan hasil plot koordinat BTS
Tampilan label nama BTS
Hasil lokasi BTS kecamatan Lowokwaru
Tampilan jarak antar BTS
Hasil jarak antar BTS
Hasil jarak antar BTS
Tampilan jari-jari lingkaran
Hasil antena sektoral BTS
Hasil antena sektoral BTS lengkap
Hasil antena sektoral BTS dan legenda
Tampilan hasil google earth
Tampilan hasil google earth data lengkap
Hasil jarak antar BTS
Hasil jarak antar BTS kec. Lowokwaru
Hasil keseluruhan data koordinat lokasi BTS
Tampilan google map
Tampilan hasil import file google map
Hasil keseluruhan plot lokasi koordinat BTS
Hasil convert dari mapinfo ke google earth
Hasil convert dari MapInfo ke google earth
Hasil convert dari MapInfo ke google map
Arsitektur FMR BS
Single mode jaringan GSM/EDGE, WCDMA dan LTE
Arsitektur Jaringan WCDMA-HSDPA
Delay data sisi up link
Delay data sisi down link
Mobile phone jammer tipe TG-101H
Jaringan sistem selular tanpa mobile phone jammer
Perangkat mobile phone jammer diaktifkan di jaringan

xi

105
106
106
106
107
107
107
108
108
108
109
109
110
110
110
111
111
112
112
113
113
114
114
115
116
116
117
117
118
129
130
131
142
142
149
150
150

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

DAFTAR TABEL

Tabel

3.1

Tabel

4.1

Tabel

4.2

Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel

4.3
4.4
4.5
4.6
5.1
6.1
7.1

Pemetaan nomor RFC ke pola sel 3/9


Pengkodekan nomor SMSC ke kode PDU menggunakan
cara 1
Pengkodekan nomor SMSC ke kode PDU menggunakan
cara 2
Rumus jangka waktu validitas SMS
Konversi isi SMS menjadi 7 bit
Keterangan format PDU
Format PDU lengkap untuk penerimaan SMS
Alat dan bahan praktikum
Pengamatan praktikum
Perbedaan data vektor dan data raster

xii

hal
15
23
23
27
27
28
30
34
86
94

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan modul ajar ini dengan judul Panduan
Praktikum Sistem Komunikasi Bergerak.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
pihak yang telah dan sedang membantu penulis selama pembuatan modul ajar
hingga selesai.
Ir. Tundung Subali Patma, M.T selaku direktur Politeknik Negeri Malang.
Supriatna Adhisuwignjo, ST., M.T selaku ketua jurusan Teknik Elektro
M. Junus, S.T., M.T selaku partner dalam pembuatan modul ajar.
Koesmarijanto, S.T., M.T selaku koordinator modul ajar di Program Studi
Teknik Telekomunikasi dan Jaringan Telekomunikasi Digital.
Teman-teman sesama staf pengajar di Program Studi Teknik
Telekomunikasi dan Jaringan Telekomunikasi Digital.
Secara khusus, ucapan terima kasih penulis haturkan kepada orang tua dan
keluarga, yang selalu mendoakan dan memberi semangat sehingga penulis dapat
menyelesaikan modul ajar dengan baik.
Modul ajar ini membahas tentang panduan praktikum rangkaian listrik
yang berisi tentang capaian pembelajaran, alat dan bahan yang digunakan
praktikum, teori dasar, problem yang diselesaikan, solusi, hasil dan pembahasan,
kesimpulan, referensi dan ringkasan.
Tujuan pembuatan modul ajar ini untuk memberi suatu pedoman
praktikum sistem komunikasi bergerak kepada mahasiswa Program Studi Jaringan
Telekomunikasi Digital.
Penulis menyadari bahwa modul ajar ini masih ada kekurangannya, oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan saran, usul maupun kritik yang dapat
dipergunakan untuk perbaikan dalam penulisan ini dan bermanfaat bagi yang
membutuhkan.

Malang, Oktober 2012


Penulis

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama Lengkap
NIP
Bidang Ilmu
Pangkat/Golongan
Jabatan Fungsional
Jurusan/Program Studi
Perguruan Tinggi

: Aisah, S.T., M.T.


: 197205181999032002
: Jaringan Telekomunikasi Digital
: Penata Tk.I/III-d
: Lektor
: Teknik Elektro/Teknik Telekomunikasi
: Politeknik Negeri Malang

Dengan ini menyatakan bahwa:


1.

Naskah modul ajar bidang ilmu Jaringan Telekomunikasi Digital dengan


judul:
PANDUAN PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI BERGERAK

2.

Belum pernah diterbitkan dan bebas dari plagiarisme.


Bersedia menuntaskan naskah modul ajar sesuai waktu yang ditentukan.

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.


Malang, Oktober 2012
Disahkan oleh,
Ketua Jurusan Teknik Elektro,

Yang membuat,
Penulis Utama,

Supriatna Adhisuwignjo, S.T., M.T.


NIP.19710108 199903 1 001

Aisah, S.T., M.T.


NIP.19720518 199903 2 002

Mengetahui:
Direktur

Ir. Tundung Subali Patma, M.T.


NIP. 19590424 198803 1 002

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

BAB I
KONSEP KANAL SISTEM GSM/DCS

1.1

Capaian Pembelajaran
Capaian pembelajaran praktikum dengan pokok bahasan konsep kanal

sistem GSM/DCS, mahasiswa akan dapat:


1) Menjelaskan band frekuensi GSM/DCS, struktur kanal fisik, kanal logika,
traffic channel (TCH) dan control channel (CCH),
2) Menjelaskan struktur kanal fisik pada interface radio,
3) Menjelaskan kanal logika pada interface radio,
4) Mengorganisasikan traffic channel,
5) Menjelaskan fungsi control channel,
6) Menghitung jumlah kanal fisik pada sistem GSM/DCS.
Praktikum dengan pokok bahasan konsep kanal sistem GSM/DCS adalah
melakukan perencanaan dan perhitungan jumlah kanal fisik pada sistem
GSM/DCS serta dapat mengorganisasikan traffic channel (TCH) terhadap fungsi
control channel (CCH).
1.2

Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum konsep kanal

GSM/DCS, sebagai berikut:


1) Simulasi dari Siemens,
2) Konsep kanal GSM/DCS,
3) Band frekuensi GSM/DCS.
1.3

Dasar Teori

1.3.1 Frekuensi Operasi GSM dan DCS


Range frekuensi GSM/DCS PLMN dibagi menjadi dua sub band, yaitu:
1) Uplink (UL) adalah lintasan transmisi dari MS ke BTS,
2) Downlink (DL) adalah lintasan transmisi dari BTS ke MS.
Band frekuensi teknologi GSM dan DCS, adalah sebagai berikut:
1) EGSM 900

: UL (880 - 915) MHz dan DL (925 - 960) MHz,

2) DCS 1800

: UL (1710 - 1785) MHz dan DL (1805 - 1880) MHz.

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

1.3.2 Kanal GSM dan DCS


Radio frequency channels (RFC) adalah kanal frekuensi radio dalam
teknologi GSM dan DCS. Interface radio pada GSM900 dan DCS1800 secara
tepat didesain dengan prinsip yang sama. Kedua sub band UL dan DL dibagi
menjadi prosedur akses carrier dalam frekuensi yang disebut frequency division
multiple access (FDMA).

Volume traffic mempengaruhi bahwa setiap sel

menggunakan satu atau lebih jumlah RFC, untuk menghindari interferensi kanal
yang sama, maka dijaga jarak antara BTS yang menggunakan nomor RFC yang
sama pada cluster yang berbeda. jarak tersebut sebagai jarak frekuensi reuse
(Siemens 3.3). Bandwidth 1 RFC = 200 kHz (FDMA/prosedur akses carrier
menggunakan range atau perbedaan frekuensi), 1 RFC = 8TS/kanal (prosedur
akses menggunakan TDMA), beberapa MS dapat mengakses satu RFC pada saat
yang sama.
1) Kanal dalam GSM dan DCS
a. Kanal fisik
Kanal fisik berfungsi sebagai:

Traffic channel (TCH) digunakan untuk transmisi informasi suara


dan data.

Control channel (CCH) digunakan untuk transmisi informasi


pensinyalan dan kontrol.

b. Kanal Logika
Pengertian kanal logika adalah isi pesan dalam kanal fisik yang
ditransmisikan oleh TCH and CCH.
2) Struktur bit kanal
Struktur bit kanal tergantung pada kanal fisik sebagai TCH atau CCH,
yaitu:
a. TCH mempunyai struktur bit sebagai berikut: 3 tail bit (TB), 58
kode bits, 26 training sequence, 58 coded bits, 3 TB, dan 8,25
guard periode (GP).
b. CCH mempunyai struktur bit sebagai berikut: 3TB, 58 kode bits,
26 training sequence, 58 coded bits, 3 TB, dan 8,25 GP.

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

1.4

Problem
1) Hitung jumlah kanal fisik teknologi GSM dan DCS,
2) Jelaskan definisi kanal fisik dan kanal logika,
3) Sebutkan jenis-jenis kanal logika dan jelaskan masing-masing fungsinya.

1.5

Solusi
Solusi adalah menyelesaikan permasalahan dalam problem konsep kanal

sistem GSM dan DCS.


1.6

Hasil dan Pembahasan


Hasil solusi problem kemudian dibahas untuk dianalisis berdasarkan

capaian pembelajaran pokok bahasan konsep kanal sistem GSM dan DCS.
1.7

Kesimpulan
Kesimpulan adalah menyimpulkan hasil perhitungan konsep kanal sistem

GSM dan DCS berdasarkan analisis hasil dan pembahasan, dan kesimpulan
mengacu pada capaian pembelajaran.
1.8

Referensi
Referensi adalah rujukan dan tinjauan teori yang digunakan untuk

menyelesaikan perhitungan konsep kanal sistem GSM dan DCS.


1.9

Ringkasan
1) Range frekuensi untuk teknologi GSM dan DCS dibagi menjadi dua band
frekuensi, yaitu:
Uplink (UL) adalah arah transmisi dari MS ke BTS,
Downlink (DL) adalah arah transmisi dari BTS ke MS,
2) Bandwidth (BW) UL dan DL dibagi satu RFC (dengan BW 200 kHz =
8TS),
3) Koneksi fisik, kanal logika untuk transmisi informasi kontrol atau traffic
dikombinasikan untuk membentuk multiframe yang mendefinisikan
sampel yang ditransmisikan dalam urutan waktu yang spesifik.

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

BAB II
PERENCANAAN KAPASITAS USER MAKSIMUM
SETIAP BTS/RBS
2.1

Capaian Pembelajaran
Capaian pembelajaran praktikum dengan pokok bahasan perencanaan

kapasitas user maksimum setiap BTS/RBS, mahasiswa akan dapat:


1) Mendefinisikan dan menjelaskan tentang traffic,
2) Mendefinisikan dan menjelaskan tentang GOS,
3) Merencanakan dan menghitung jumlah/kapasitas user maksimum dalam
satu BTS/RBS.
Praktikum dengan pokok bahasan perencanaan kapasitas user maksimum
setiap BTS/RBS adalah melakukan perencanaan dan perhitungan jumlah/kapasitas
user maksimum dalam satu BTS/RBS.

2.2

Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum perencanaan kapasitas

user maksimum setiap BTS/RBS, sebagai berikut:


1) Parameter-parameter tentang traffic,
2) Parameter-parameter tentang GOS,
3) Formula perhitungan jumlah/kapasitas user maksimum dalam satu
BTS/RBS.
4) Personal computer (PC).
2.3

Dasar Teori

2.3.1 Traffic
Traffic

berhubungan

terhadap

penggunaan

kanal

dan

biasanya

didefinisikan sebagai holding time pertime unit (atau jumlah dari panggilan jam
per jam) untuk satu sampai beberapa rangkaian (trunks atau kanal).
a. Traffic Subscruber :

Asubs

nh
3600

(2.1)

Keterangan: n = jumlah panggilan,


h = durasi panggilan (detik).

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

b. Traffic system/traffic cell (Acell)


Nilai traffic sel diperoleh dari tabel Erlang B yang berhubungan
dengan jumlah traffic channel (TCH) dan GOS.
2.3.2 Channel (N) atau Kanal
Jumlah kanal (RFC/TRU/TRX) yang digunakan tergantung traffic setiap
BTS/RBS.
2.3.3 Grade of Service (GOS)
Jumlah TCH yang diperoleh dan jumlah setiap kemacetan dimana dapat
diterima (oleh keduanya yaitu customer dan provider)
2.3.4 BTS/RBS
Base Transceiver Station (BTS) meliputi semua peralatan radio dan
interface transmisi yang diperlukan dalam satu sel. Radio Base Station (RBS)
adalah nama untuk suatu BTS dari Ericsson. RBS Ericsson berhubungan dengan
peralatan yang diperlukan pada site lebih dari satu sel. Setiap BTS beroperasi pada
satu sampai beberapa pasang frekuensi. Satu frekuensi digunakan untuk
mentransmisikan sinyal ke MS. Dengan alasan ini, sekurangnya satu transmitter
dan satu receiver diperlukan.
Hardware BTS/RBS, terdiri dari:
1) Distribution Switch Unit (DXU)
DXU melakukan tugas sebagai berikut:
a. Menyediakan interface ke BSC,
b. Memanajemen link resources dan menghubungkan traffic time slot
dari link BSC ke TRU,
c. Mengontrol pensinyalan ke BSC dan melakukan konsentrasi,
d. Mengekstrak sinkronisasi informasi dari link dan membangkitkan
referensi sebuah timing (pewaktuan) untuk RBS,
Sebagai tambahan, DXU mempunyai database yang menyimpan
informasi tentang instalasi hardware.
2) Transceiver Unit (TRU)
Satu TRU meliputi fungsinya yang diperlukan untuk menangani satu
carrier radio

(misalnya, time slots dalam frame TDMA).

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

TRU

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

bertanggung jawab untuk transmisi radio, penerimaan radio, penguatan


daya/power dan pemrosesan sinyal.
TRU berisi sebuah frekuensi radio test loop antara transmiter dan receiver.
Fasilitas pengujian TRU dengan pembangkitan sinyal dan looping the
back. TRU dihubungkan dengan sebuah bus untuk memungkinkan
frekuensi hopping. Beberapa produk RBS dapat berisi sampai 6 TRU.
3) Combining and Distribution Unit (CDU)
CDU adalah interface antara TRU dan sistem antena dua arah. Tugas CDU
adalah untuk menggabungkan sinyal yang ditransmisikan dari berbagai
transceiver dan untuk mendistribusikan sinyal yang diterima oleh receiver.
Semua sinyal di filter sebelum ditransmisikan dan sesudah diterima di
filter oleh bandpass. Perbedaan tipe CDU, terdiri dari:
a. Tanpa combiners,
b. Dengan hybrid combiners,
c. Dengan filter combiner untuk mendukung konfigurasi yang besar,
d. CDU dengan filter duplex memungkinkan untuk transmit dan
receive menggunakan antena yang sama.
4) Power Supply Unit (PSU)
PSU menyearahkan tegangan power supply ke +24 VDC terutama untuk
operasi RBS.
5) Energy Control Unit (ECU)
ECU mengontrol dan supervises peralatan daya/power dan menyesuaikan
kondisi lingkungan dalam cabinet.
2.3.5 Jumlah/kapasitas User Maksimum setiap BTS/RBS
Formula yang digunakan untuk perhitungan jumlah/kapasitas user
maksimum setiap BTS/RBS, adalah:
Jumlah/kapasitas user maksimum

2.4

Acell
Asubscriber

(2.2)

Problem
Hitung jumlah/kapasitas user maksimum setiap BTS/RBS, dengan

spesifikasi data yang diambil dari jam sibuk, antara lain:

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

a. n = 2, h = 60 second, T = 3600, TRU = 2, CCH = 1, and GOS 2%


b. n = 2, h = 60 second, T = 3600, TRU = 4, CCH = 1, and GOS 2%
2.5

Solusi
Solusi adalah menyelesaikan permasalahan dalam problem perencanaan

kapasitas user maksimum setiap BTS/RBS


2.6

Hasil dan Pembahasan


Hasil solusi problem kemudian dibahas untuk dianalisis berdasarkan

capaian pembelajaran pokok bahasan perencanaan kapasitas user maksimum


setiap BTS/RBS.
2.7

Kesimpulan
Kesimpulan adalah menyimpulkan hasil perencanaan kapasitas user

maksimum setiap BTS/RBS berdasarkan analisis hasil dan pembahasan, dan


kesimpulan mengacu pada capaian pembelajaran.
2.8

Referensi
Referensi adalah rujukan dan tinjauan teori yang digunakan untuk

menyelesaikan perencanaan kapasitas user maksimum setiap BTS/RBS.


2.9

Ringkasan
1) Traffic adalah waktu holding per unit,
2) GOS adalah panggilan yang gagal terhadap traffic yang ditawarkan,
3) jumlah/kapasitas user maksimum dalam satu BTS/RBS tergantu padaAcell
(traffic sel) dan Asubscriber (traffic user).
.

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

BAB III
PERENCANAAN SEL
3.1

Capaian Pembelajaran
Setelah mengikuti mata kuliah dengan pokok bahasan perencanaan sel,

mahasiswa dapat:
1. Memilih site untuk penempatan peralatan radio seluler,
2. Memilih peralatan radio seluler,
3. Melakukan konfigurasi peralatan seluler,
4. Melakukan perencanaan untuk mendirikan BTS baru,
5. Melakukan optimasi BTS pada jaringan seluler.
Praktikum dengan pokok bahasan perencanaan sel adalah melakukan
perencanaan untuk mendirikan BTS baru, memilih lokasi penempatan peralatan
radio

seluler,

memilih

peralatan

radio

seluler

dan

dapat

melakukan

konfigurasinya. Sedangkan pada BTS yang sudah ada dapat melakukan optimasi
terhadap kelayakan kualitas pelayanan dan performansi suatu jaringan seluler
terutama pada perangkat BTS, yaitu kapasitas kanal dan radius sel.
3.2

Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum perencanaan sel, adalah

sebagai berikut:
1. Tahapan perencanaan sel,
2. Personal Computer,
3. Tabel Erlang B,
4. Test mobile system (TEMS).
3.3

Dasar Teori
Sel
Sebuah sel dapat didefinisikan sebagai daerah cakupan radio dari satu

sistem antena BTS. Sel adalah blok area terkecil dalam jaringan mobile dan
merupakan alasan mengapa jaringan selular sering dirujuk sebagai jaringan
selular. Dan biasanya, sel diwakili secara grafis dalam bentuk segi enam
(hexagonal). Ada dua jenis utama dari sel, yaitu:
a. Omni directional sel

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Sebuah sel omni-directional (atau omnicell) dilayani oleh BTS dengan


antena yang mentransmisikan secara merata ke segala arah (360 ).
b. Sektor sel
Sebuah

sektor

sel

adalah

cakupan

wilayah

dari

antena,

yang

mentransmisikan dalam arah tertentu saja. Misalnya, arah dengan 120 atau 180
setara dengan sebuah sel omni-directional. Satu BTS sektoral dapat melayani
lebih dari satu, seperti site dua sektoral dan site tiga sektoral. Gambar 3.1 adalah
omnidirectional sel dan directional sel.

BTS

BTS

Omnidirectional sel

sektor sel

Gambar 3.1 Omnidirectional sel dan sector sel


Sumber: Ericcson

Biasanya, omi-directional sel digunakan untuk mendapatkan cakupan area


yang luas, sedangkan sel sektor yang digunakan untuk mendapatkan kapasitas
kanal lebih besar. Perbatasan antara wilayah cakupan dari dua sel adalah
himpunan titik-titik di mana kekuatan sinyal dari kedua antena adalah sama. Pada
kenyataannya, lingkungan akan menentukan garis ini, tetapi untuk kesederhanaan,
itu direpresentasikan sebagai garis lurus. Jika enam BTS yang ditempatkan di
sekitar sebuah BTS asli, cakupan wilayah sel menggunakan bentuk heksagonal,
yang ditunjukkan dalam Gambar 3.2.

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Gambar 3.2 Perbatasan antara sel omnidirectional


Sumber: Ericsson
Langkah 1: Traffic dan Analisis Cakupan
Perencanaan sel dimulai dengan traffic dan analisis cakupan. Analisis
harus menghasilkan informasi tentang daerah geografis dan kapasitas yang
diharapkan (beban traffic). Jenis-jenis data yang dikumpulkan adalah:
a. Biaya,
b. Kapasitas,
c. Cakupan,
d. Garde of service (GOS),
e. Frekuensi yang tersedia,
f. Kualitas suara,
g. Kemampuan pertumbuhan sistem.
Dasar untuk perencanaan sel adalah permintaan traffic, yaitu berapa
banyak pelanggan menggunakan jaringan dan berapa banyak traffic yang
dihasilkan. Erlang (E) adalah satuan pengukuran intensitas traffic. Hal ini dapat
menghitung dengan rumus sebagai berikut:
A

n .T
Erlang
3600

(3.1)

Dengan: A = traffic yang ditawarkan dari satu pengguna atau lebih pada sistem,
n = Jumlah panggilan per jam,
T = waktu panggilan rata-rata dalam detik.
Distribusi geografis permintaan traffic dapat dihitung dengan data
demografis pengguna, seperti:
a. Distribusi populasi,
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

10

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

b. Distribusi pengguna mobil,


c. Disribusi tingkat penghasilan,
d. Data pengguna tanah,
e. Statistik pengguna telepon,
f. Faktor-faktor lain, seperti biaya langganan/biaya panggilan dan harga MS.
Perhitungan Jumlah BTS yang diperlukan
Untuk menentukan jumlah BTS dan tata letak adalah jumlah pelanggan
dan GOS harus diketahui. GOS adalah prosentase panggilan padat diperbolehkan
dan mendefinisikan kualitas layanan.
Langkah 2: Perencanaan Sel Nominal
Perencanaan sel nominal dapat dihasilkan dari data yang dikumpulkan
berupa traffic dan analisis cakupan. Perencanaan sel nominal adalah representasi
grafis dari jaringan dan tampak seperti pola sel pada peta. Perencanan sel nominal
adalah perencanaan sel pertama dan membentuk dasar untuk perencanaan lebih
lanjut. Perencanaan harus diperhitungkan sifat propagasi radio dari lingkungan
yang sebenarnya. Perencanaan tersebut membutuhkan teknik pengukuran dan
tambahan analisis menggunakan alat komputer untuk studi propagasi radio. Alat
perencanaan ericsson, test mobile system (TEMS) menyediakan suatu prediksi,
yaitu:
a. Prediksi cakupan,
b. Sintesa cakupan komposit,
c. Prediksi interferensi co-channel.
TEMS adalah suatu paket perangkat lunak yang dirancang untuk
menyederhanakan proses perencanaan dan mengoptimalkan jaringan selular. Hal
ini didasarkan pada ASSET oleh Airtouch.
Dengan TEMS cell planner, traffic dapat menyebar ke seluruh di peta
untuk menentukan perencanaan kapasitas. Traffic dapat ditampilkan dengan
menggunakan warna yang berbeda untuk jumlah yang berbeda untuk Erlang/km2
atau pengguna dapat menyorot sel yang tidak memenuhi GOS tertentu. Data hasil
tes diimpor dari MS dan ditampilkan pada peta. TEMS cell planner dapat juga
mengimpor file survei radio, yang dapat digunakan untuk menyempurnakan
model prediksi untuk daerah di mana jaringan yang akan direncanakan. Data juga
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

11

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

dapat diimpor dari dan diekspor ke OSS. Misalnya, jika ada keraguan tentang
risiko dispersi waktu di site tertentu, langkah-langkah berikut dapat diambil:
a. Lokasi site dapat diubah,
b. Site dapat diukur dengan tanggapan dispersi waktu,
c. Site dapat dianalisis dengan rasio carrier-to-reflection (C/R) menggunakan
alat predictional.
Propagasi Radio
Bentuk sel heksagonal untuk menyederhanakan model pola radio coverage
karena propagasi radio sangat tergantung pada faktor-faktor medan dan lainnya.
Masalah path loss, shadowing (bayangan) dan multipath fading dari semua efek
cakupan dari suatu daerah. Sebagai contoh, dispersi waktu adalah masalah yang
disebabkan oleh penerimaan sinyal radio, yang dipantulkan obyek benda dari
jauh. Carrier to reflection (C/R) didefinisikan sebagai rasio antara sinyal langsung
(C) dan sinyal dipantulkan (R). permasalahan alignment waktu jarak maksimum
antara MS dan BTS adalah 35 km. Ini adalah radius maksimum sel GSM. Di
daerah dimana cakupan besar dengan kapasitas kecil diperlukan, adalah
memungkinkan untuk mengalokasikan dua slot waktu TDMA berturut-turut untuk
panggilan satu pelanggan. Ini memungkinkan jarak maksimum dari BTS adalah
70 km.
Pengulangan Frekuensi (Frequency Reuse)
Jaringan selular modern direncanakan menggunakan teknik pengulangan
frekuensi. Dalam jaringan selular, jumlah panggilan yang dapat mendukung
jaringan dibatasi oleh jumlah frekuensi radio yang dialokasikan untuk jaringan
tersebut.

Namun,

jaringan

selular

dapat

mengatasi

kendala

ini

dan

memaksimalkan jumlah pelanggan yang dapat melayani dengan menggunakan


pengulangan frekuensi. Pengulangan frekuensi berarti bahwa dua saluran radio
dalam jaringan yang sama dapat menggunakan frekuensi yang sama persis,
asalkan ada jarak geografis yang cukup (jarak frekuensi reuse) di antara mereka
sehingga tidak akan tejadi interferensi satu sama lain. Perencanaan penggunaan
frekuensi sangat ketat, untuk memperbesar potensi kapasitas jaringan.
Berdasarkan perhitungan traffic, pola sel dan perencanaan pengulangan
frekuensi menggunakan untuk jaringan awal untuk permintaan masa depan.
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

12

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Interferensi kanal sama (co-channel interference-C/I)


Jaringan selular lebih sering dibatasi oleh masalah yang disebabkan oleh
gangguan daripada masalah kekuatan sinyal. Interferensi kanal yang sama
disebabkan oleh digunakan frekuensi dekat dengan frekuensi yang sama persis.
Interferensi (I) adalah frekuensi penginterferensi dan carrier (C) adalah frekuensi
carrier.
Spesifikasi GSM merekomendasikan bahwa carrier-to-interference (C/I)
dengan rasio lebih besar dari 9 decibles (dB). Rasio (C/I) dipengaruhi oleh faktorfaktor berikut:
a. Lokasi MS,
b. Geografi lokal dan jenis scatering lokal,
c. Jenis antena BTS, elevasi dan posisi site.

Gambar 3.3 Interferensi kanal sama (C/I)


Sumber: Ericsson
Channel to Adjacent (C/A) atau Interferensi Kanal yang Berdekatan
Interferensi kanal yang berdekatan (A), yaitu frekuensi bergeser 200kHz
dari frekuensi kanal pembawa (C), harus dihindari dalam sel yang sama dan sel
tetangga. Frekuensi yang berdekatan dengan frekuensi carrier dapat menyebabkan
masalah interferensi dan kualitas. Spesifikasi GSM menyatakan bahwa rasio
carrier-to-adjacent (C/A) harus lebih besar dari-9dB. Ericsson menganjurkan agar
lebih tinggi dari 3 dB digunakan sebagai kriteria perencanaan. Gambar 3.4 adalah
interferensi kanal yang berdekatan.
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

13

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Gambar 3.4 Interferensi kanal yang berdekatan (C/A)


Sumber: Ericsson
Dengan perencanaan pengulangan frekuensi (frequency reuse) sesuai
dengan pola sel, baik interferensi co-channel atau interferensi kanal yang
berdekatan akan menimbulkan masalah, asalkan sel mempunyai sifat propagasi
gelombang radio yang homogen. Namun, dalam kenyataannya sel bervariasi
dalam ukuran tergantung pada jumlah traffic yang dilayani. Walaupun,
perencanaan sel secara riil harus diverifikasi dengan cara prediksi atau
pengukuran radio untuk memastikan bahwa gangguan (interferensi) tidak menjadi
masalah. Namun demikian, perencanaan sel berdasarkan bentuk segi enam,
perencanaan sel nominal, memberikan gambaran yang baik dari perencanaan
sistem.
cluster
Kelompok frekuensi (sel) yang ditempatkan bersama-sama membentuk
pola sel tertentu yang dikontrol oleh satu BSC disebut cluster. Cluster adalah
kelompok sel di mana semua frekuensi yang tersedia telah digunakan sekali dan
hanya sekali. Karena frekuensi yang sama dapat digunakan dalam cluster
tetangga, interferensi dapat menjadi masalah. Oleh karena itu, jarak reuse
frekuensi harus dijaga seluas mungkin. Namun, untuk memaksimalkan kapasitas
kanal, jarak pengulangan frekuensi harus dijaga serendah mungkin. Pola sel
pengulangan frekuensi untuk GSM adalah 4/12 dan pola 3/9. Pola sel 4/12 berarti
bahwa terdapat empat BTS, setiap site BTS mengcover tiga sektor sehingga
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

14

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

mendukung dua belas kelompok frekuensi. Pola 4/12 sel umum digunakan oleh
operator jaringan GSM/DCS. Gambar 3.5 adalah pola sel cluster 4/12.

Gambar 3.5 Pola sel 4/12


Sumber: Ericsson
Tabel 3.1 adalah contoh sebuah operator jaringan memperoleh 24 kanal
frekuensi (1-24) yang dibuat menjadi pola sel 3/9:
Tabel 3.1 Pemetaan nomor RFC ke pola sel 3/9
Frequency
Group

No.RFC

A1

B1

C1

A2

B2

C2

A3

B3

C3

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

Dalam pola sel 3/9 terdapat 3 BTS yang meng-cover 9 sel, dimana setiap
BTS meng-cover 3 sel. Namun ketika dibandingkan dengan pola sel 4/12, sektor
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

15

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

sel A1 dan sektor sel C3 adalah tetangga dan menggunakan frekuensi yang
berdekatan (nomer RFC 10 dan 9). Oleh karena itu, interferensi C/A akan
meningkat. Dalam hal ini, operator menggunakan frekuensi hopping yang
memerlukan perencanaan dengan benar, sehingga dapat mengurangi interferensi
kanal yang berdekatan. Gambar 3.6 adalah pola sel cluster 3/9.

A1

A1

A3

C1

C3

B3

A1

A3

C3

B1

C2

A3

C3

C2

B3

C3

C3

C2

A1

B2

A3

C1

A2

C1

A2

B1

C2

A1

B2

C1

A2

A3

C1

A2

A2

C2

Gambar 3.6 Pola sel 3/9


Sumber: Ericsson
Dalam jaringan yang sebenarnya alokasi kanal, pemetaan sel seperti dalam
Tabel 3.2 adalah kondisi perencanaan dengan jumlah RFC setiap sektor adalah
seragam, namun dalam kenyataan setiap sektor terdapat jumlah RFC lebih sedikit
atau lebih banyak tergantung traffic dan persebaran jumlah pengguna telepon
mobile. Sehingga dalam hal ini, kanal RFC dapat diambil dari beban traffic sel
rendah dan pindah ke salah satu beban traffic yang tinggi. Perubahan pemetaan
nomor RFC dilakukan dengan tetap memastikan bahwa interferensi dibuat paling
minimal.
Langkah 3: Survei
Pada langkah 2 perencanaan sel nominal telah selesai dan cakupan dasar
dan prediksi interferensi diperoleh data, maka survei lokasi dan pengukuran radio
dapat dilakukan. Survei lokasi yang dilakukan untuk semua lokasi site yang
diusulkan. Parameter-parameter berikut ini harus diperiksa untuk setiap site.
a) Lokasi yang sebenarnya,
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

16

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

b) Ruang untuk peralatan dan termasuk antena,


c) Tempat kabel,
d) Fasilitas daya,
e) Kontrak dengan pemilik tanah untuk penempatan site.
Pengukuran Radio
Pengukuran radio dilakukan untuk menyesuaikan parameter yang
digunakan dalam perencanaan dan kondisi kenyataan. Artinya, penyesuaian dibuat
untuk memenuhi iklim site spesifik dan kebutuhan peralatan. Sebagai contoh,
parameter yang digunakan pada iklim dingin akan berbeda dengan parameter
digunakan pada iklim tropis. Sebuah pemancar pengujian dipasang pada
kendaraan, dan kekuatan sinyal diukur saat mengemudi di sekitar area site. Hasil
dari pengukuran tersebut dapat dibandingkan dengan hasil nilai-nilai perencanaan
dengan simulasi yang sama dari pemancar. Parameter perencanaan kemudian
dapat disesuaikan agar sesuai dengan pengukuran yang sebenarnya.
Langkah 4: Desain Sistem
Setelah parameter perencanaan telah disesuaikan dengan pengukuran yang
sebenarnya, dimensi BSC, HLR dan MSC/VLR dapat disesuaikan dan
perencanaan sel akhir dihasilkan. Berikutnya adalah instalasi sistem. Cakupan
baru dan prediksi interferensi dilakukan pada tahap ini, sehingga dokumen cell
data record (CDD) mengandung parameter untuk setiap sel.
Langkah 5 dan 6: Implementasi Sistem dan Tuning
Setelah sistem telah di-instal, kemudian dipantau terus menerus untuk
menentukan seberapa kualitas sistem memenuhi permintaan layanan. Penalaan
sistem, meliputi:
a) Memeriksa bahwa perencanaan sel akhir telah berhasil dilaksanakan,
b) Mengevaluasi keluhan pelanggan,
c) Memeriksa

parameter

dan

mengambil

pengukuran

lainnya,

jika

diperlukan.

Test Mobile System (TEMS)


TEMS adalah alat pengujian yang digunakan untuk membaca dan
mengontrol informasi yang dikirim melalui antarmuka udara antara BTS dan MS.
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

17

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Hal ini dapat digunakan untuk pengukuran cakupan radio. Selain itu, TEMS dapat
digunakan untuk pengukuran lapangan dan pengolahan setelah pengukuran.
TEMS terdiri dari MS dengan software khusus, sebuah personal computer (PC)
portabel dan penerima global positioning system (GPS) sebagai peralatan
opsional. MS dapat digunakan dalam mode aktif dan siaga. PC digunakan untuk
presentasi, kontrol dan penyimpanan pengukuran. Penerima GPS memberikan
posisi yang tepat dari pengukuran dengan memanfaatkan satelit. Ketika sinyal
satelit terhalang maka switch sistem penerima GPS mati dan sinyal satelit hilang.
Pengukuran TEMS dapat diimpor ke TEMS cell planner, sehingga hasil
pengukuran dapat ditampilkan pada peta. Sebagai contoh, pengukuran
memungkinkan dapat di-download untuk pengolah spreadsheet dan word paket.
Langkah 7: Pertumbuhan/Perubahan Sistem
Sebuah proses perencanaan sel berlangsung terus menerus. Jika jaringan
perlu diperluas karena peningkatan traffic atau karena suatu perubahan lingkungan
(misalnya, gedung baru), maka operator harus melakukan proses perencanaan sel
lagi, dimulai dengan traffic baru dan analisis cakupan.
3.4

Problem
Buat perencanaan sel menggunakan spesifikasi data jaringan sebagai

berikut:
A

n .T
3600

T= 3 menit,
n= 3,
GOS = 1%,
Prediksi jumlah pelanggan = 10.000 pelanggan,
Perolehan frekuensi operator = 10 MHz,
Pola sel cluster = 4/12
3.5

Solusi
Solusi adalah menyelesaikan permasalahan dalam perencanaan sel melalui

tahapan-tahapan, dimulai analisis tahap 1, 2, 3,4, 5 dan 6, dan 7.


3.6

Hasil dan Pembahasan

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

18

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Hasil solusi problem kemudian dibahas untuk dianalisis berdasarkan


capaian pembelajaran pokok bahasan perencanaan sel.
3.7

Kesimpulan
Kesimpulan adalah menyimpulkan hasil perencanaan sel berdasarkan

analisis hasil dan pembahasan, dan kesimpulan mengacu pada capaian


pembelajaran.
3.8

Referensi
Referensi adalah rujukan dan tinjauan teori yang digunakan untuk

menyelesaikan perencanaan sel.

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

19

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

BAB IV
FORMAT DATA SHORT MESSAGE SERVICE (SMS)
PROSES PENGIRIMAN DAN PENERIMAAN

4.1

capaian Pembelajaran
Capaian pembelajaran praktikum dengan pokok bahasan format data SMS

proses pengiriman dan penerimaan, mahasiswa akan dapat:


1) Menganalisis format data SMS pada saat pengiiriman dan penerimaan
dalam jaringan GSM,
2) Memahami konsep pengiriman dan penerimaan data SMS di jaringan
seluler,
3) menerapkan aplikasi format data SMS dengan sistem yang lain.
Praktikum dengan pokok bahasan format data SMS proses pengiriman dan
penerimaan adalah melakukan analisis format data SMS pada saat pengiriman dan
penerimaan dalam jaringan GSM sehingga dapat mengaplikasikan format data
SMS dengan sistem yang lain.
4.2

Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum format data SMS proses

pengiriman dan penerimaan, sebagai berikut:


1) Format data PDU,
2) Konversi data,
3) Format data SMS pengiriman dan penerimaan,
4) Personal computer (PC)
4.3

Dasar Teori

4.3.1 SMS Center


Pada saat user mengirim pesan SMS dari ponsel, pesan tersebut tidak
langsung dikirimkan ke ponsel tujuan akan tetapi dikirim terlebih dahulu ke SMS
Center (SMSC), baru kemudian pesan tersebut diteruskan ke ponsel tujuan.
4.3.2 Pengertian SMS
Short Messsage Service (SMS) merupakan salah satu jasa layanan dari
perusahaan operator telepon seluler. Dengan adanya jasa layanan ini maka sebuah

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

20

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

telepon seluler dapat mengirim dan menerima pesan-pesan pendek dalam bentuk
teks.
4.3.3 Mekanisme SMS pada Handphone
Di balik tampilan menu messages pada sebuah handphone sebenarnya
adalah AT command dua arah yang bertugas mengirim atau menerima data ke
atau dari SMS center .
Misalnya:
a) AT + CMGS : untuk mengirim SMS,
b) AT + CMGR : untuk membaca SMS,
c) AT + CGML : untuk memeriksa SMS,
d) AT + CMGD : untuk menghapus SMS.
4.3.4 Protokol SMS
Protokol yang bekerja pada SMS ini lebih dikenal dengan nama protocol
data unit (PDU). Data yang mengalir ke atau dari SMS centre harus berbentuk
PDU. PDU berisi bilangan-bilangan heksadesimal yang mencerminkan bahasa
I/O. PDU terdiri dari beberapa header. Header untuk mengirim SMS ke SMS
centre berbeda dengan SMS yang diterima dari SMS centre.
4.3.5 Format PDU Pengiriman SMS
Gambar 4.1 adalah format PDU untuk mengirim SMS ke SMSC.

Gambar 4.1 Format PDU untuk mengirim SMS ke SMSC.


Keterangan format PDU:
1. Informasi Service Center Address (SCA) atau nomor SMS Center,
2. Protocol Data Unit Type (TPDU) atau tipe SMS,
3. Message Reference (MR) atau nomer referensi SMS,
4. Destination Address (DA) atau nomer ponsel penerima,

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

21

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

5. Protocol Identifier (PID) atau bentuk SMS,


6. Data Coding Scheme (DCS) atau skema encoding data,
7. Validity Period (VP) atau jangka waktu validitas SMS,
8. Isi SMS.
a) Service Center Address (SCA)
Format SCA ditunjukkan dalam Gambar 4.2

Gambar 4.2 Format SCA


Header pertama SCA terdiri dari tiga subheader, yaitu :
a) Jumlah pasangan heksadesimal SMS-Center dalam bilangan heksa,
b) National/International code,
c) Nomor SMS center operator.
Contoh: untuk nomor SMS center Exelcomindo dapat ditulis dengan dua cara
sebagai berikut :
Cara 1:
0818445009 diubah menjadi:
a) 06 artinya total pasangan termasuk kode nasional ada 6 pasang,
b) Total 6 pasang yang terdiri dari:
81 terdiri 1 pasang,
80-81-44-05-90 terdiri 5 pasang.
c) Total 6 pasang digabung menjadi: 06818081440590,
Cara 2:
62818445009 diubah menjadi:
a) 07 artinya total pasangan termasuk kode internasional ada 7 pasang,
b) Total 7 pasang yang terdiri dari:
91 terdiri 1 pasang,
26-18-48-54-00-F9 terdiri 6 pasang,

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

22

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

c) Total 7 pasang digabung menjadi: 07912618485400F9.


Pengkodekan nomor SMS center ke bentuk kode PDU menggunakan cara
1, ditunjukkan dalam Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Pengkodekan nomor SMSC ke kode PDU menggunakan cara 1
No

Operator
SMS

Nomor SMS
Center

Kode PDU

1.

Telkomsel

0811000000

06818011000000

2.

Satelindo

0816125

0581806121F5

3.

Excelcomindo

0818445009

06818081440590

4.

Indosat-M3

0855000000

06818055000000

5.

PT.Telkom

0809800000

06818090080000

Pengkodekan nomor SMS center ke bentuk kode PDU menggunakan cara


2, ditunjukkan dalam Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Pengkodekan nomor SMSC ke kode PDU menggunakan cara 2
No

Operator
SMS

Nomor SMS
Center

Kode PDU

1.

Telkomsel

62811000000

07912618010000F0

2.

Satelindo

62816125

059126181652

3.

Excelcomindo

62818445009

07912618485400F9

4.

Indosat-M3

62855000000

07912658050000F0

5.

PT.Telkom

62809800000

07912608890000F0

b) Protocol Data Unit Type (TPDU) atau tipe SMS


TPDU menunjukkan dengan tipe apa sebuah SMS akan dikirim atau
diterima. Setiap SMSC dalam sebuah jaringan operator belum tentu
mendukung semua tipe PDU ini. Gambar 4.3 adalah format TPDU.

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

23

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Gambar 4.3 Format TPDU


Parameter parameter TPDU:
Replay Path (RP).
Jika RP bernilai 0 berarti alur jawab (reply path) tidak diset dalam PDU
ini. Sementara jika bernilai 1 berarti alur jawab diset dalam PDU ini.
User Data Header Indicator (UDHI)
Jika UDHI bernilai 0 berarti isi dari parameter user data (UD), hanya
berisi SMS. Jika bernilai 1 berarti diawal isi UD terdapat sebuah header
sebagai tambahan dalam SMS
Status Report Indication (SRI)
SRI hanya diset oleh Short message entity (SME). Jika bernilai 0 berarti
status report tidak akan dikembalikan ke SME. Jika bernilai 1 berarti status
report akan dikembalikan ke SME.
Status Report Request (SRR)
Jika SRR bernilai 0 berarti tidak ada permintaan status report. Jika
bernilai 1 berarti ada permintaan status report.
Validity Period Format (VPF)
VPF menempati bit 4 dan bit 3. Ada 4 kemungkinan nilai dari VPF, yaitu:
00, berarti isi Validity Period (VP) tidak ada.
01, berarti Reserved.
10, berarti isi VP memiliki format integer (relatif).
11, berarti isi VP memiliki format semi-oktal (pasti).
More Message to Send (MMS)
Jika MMS bernilai 0 berarti ada pesan lanjutan yang sedang menunggu di
SMSC untuk dikirimkan. Jika bernilai 1 berarti tidak ada pesan
lagi yang menunggu untuk dikirimkan.
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

24

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Reject Duplicates (RD)


Jika RD bernilai 0 berarti SMSC dapat menerima SMS SUBMIT
dengan message reference (MR) dan destination address (DA) yang sama
seperti pada pengiriman sebelumnya. Jika bernilai 1 berarti sebaliknya.
Message Type Indicator (MTI)
MTI menempati bit 1 dan bit 0. Ada 4 kemungkinan isi dari MTI, yaitu:
00, menunjukkan SMS deliver atau SMS deliver report.
01, menunjukkan SMS submit atau SMS submit report.
10, menunjukkan SMS status report.
11, berarti reserved.
Secara umum, untuk SMS submit, TPDU ini diset dengan nilai

01,

sementara untuk SMS deliver, TPDU ini diset dengan nilai. Message
reference (MR) atau nomer referensi SMS.
c) Message Reference (MR) atau nomer referensi SMS
MR memiliki lebar data 8 bit atau 1 oktal. Nomer referensi ini
dibangkitkan secara otomatis oleh ponsel. Nomor referensi ini dibiarkan
dahulu 0, jadi bilangan heksanya adalah 00. Nanti akan diberikan sebuah
nomor referensi otomatis oleh handphone.
d) Destination Address (DA) atau nomer ponsel penerima
Sama seperti cara menulis PDU header untuk SMS center, header ini juga
terbagi menjadi tiga bagian, sebagai berikut :
Jumlah bilangan desimal nomor handphone yang dituju dalam bilangan
heksadesimal.
National/international code.
Untuk national, kode sub header-nya: 81 untuk international, kode sub
header-nya: 91.
Nomor handphone yang dituju, dalam pasangan heksa dibalik-balik.
Jika tertinggal satu angka heksadesimal yang tidak memiliki pasangan,
angka tersebut dipasangkan dengan huruf F di depannya.
Contoh: untuk nomor handphone yang dituju = 628129573337 dapat
ditulis dengan dua cara sebagai berikut :
Cara 1 : 08129573337 diubah menjadi:
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

25

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

a. 0B ada 11 angka
b. 81
c. 80-21-59-37-33-F7
Nomor digabung menjadi : 0B818021593733F7.
Cara 2 : 628129573337 diubah menjadi :
a. 0C ada 12 angka
b. 91
c. 26-18-92-75-33-73
Nomor digabung menjadi : 0C91261892753373.
e) Protocol Identifier (PID) atau bentuk SMS
PID memiliki lebar data 8 bit atau 1 oktal. Secara umum, bentuk SMS
dalam parameter PID ini menempati bit 4, bit 3, bit 2, bit 1, dan bit 0.
Sementara bit 5-7 diisi dengan standar setiap SMSC. Kemungkinan nilai
desimal yang paling umum didukung oleh semua SMSC adalah sebagai
berikut:
0

00 :

dikirim sebagai SMS

01 :

dikirim sebagai telex

02 :

dikirim sebagai fax

f) Data Coding Scheme (DCS) atau skema encoding data


Ada dua skema, yaitu :
a) Skema 7 bit ditandai dengan angka 00,
b) Skema 8 bit ditandai dengan angka lebih besar dari 0, diubah ke
heksadesimal.
Kebanyakan handphone/SMS gateway yang ada di pasaran sekarang
menggunakan skema 7 bit sehingga menggunakan kode 00.
g) Validity Period (VP) atau jangka waktu validitas SMS
Jika bagian VP di-skip, maka berarti tidak dibatasi waktu berlakunya SMS.
Sedangkan jika diisi dengan suatu bilangan integer yang kemudian diubah
ke pasangan heksa tertentu, bilangan yang diberikan tersebut akan
mewakili jumlah waktu validitas SMS tersebut.
Rumus untuk menghitung jangka waktu validitas SMS ditunjukkan dalam
Tabel 4.3.
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

26

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Tabel 4.3 Rumus jangka waktu validitas SMS

h) Isi SMS
Header ini terdiri dari dua subheader, yaitu:
1) User data length (UDL) atau lebar isi SMS,
Misalnya : untuk kata hello ada 5 huruf 05,
2) User data (UD) atau isi SMS.
Untuk handphone/SMS gateway berskema encoding 7 bit, jika diketikkan
suatu huruf dari keypad-nya, berarti telah dibuat 7 angka I/O berturutan.
Ada dua langkah yang dilakukan untuk mengkonversikan isi SMS, yaitu:
1. Huruf dirubah menjadi kode 7 bit.
2. Kode 7 bit dirubah menjadi 8 bit, yang diwakili oleh pasangan
heksadesimal.
Contoh: pengiriman pesan kata hello
Langkah pertama: adalah mengkonversi isi pesan SMS menjadi 7 bit yang
ditunjukkan dalam Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Konversi isi SMS menjadi 7 bit

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

27

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Langkah kedua: adalah mengubah kode 7 bit menjadi 8 bit, yaitu oleh
karena total 7 bit x 5 huruf = 35 bit, sedangkan yang diperlukan adalah 8
bitx5 huruf = 40 bit, maka diperlukan 5 bit dummy yang diisi dengan
bilangan 0, ditambahkan pada MSB huruf terakhir. Setiap 8 bit mewakili
suatu pasangan heksa. Tiap 4 bit mewakili suatu angka heksa, tentu saja
karena secara logika 24 = 16.

Susunan 4 bit dimulai dari MSB sehingga menjadi:

Dengan demikian kata hello hasil konversinya menjadi: E8329BFD06.


Contoh:
Untuk mengirimkan pesan SMS kata hello ke handphone nomor
628129573337 lewat SMS center Excelcom, tanpa membatasi jangka
waktu valid, maka PDU lengkapnya adalah:

Keterangan format PDU lengkap ditunjukkan dalam Tabel 4.5.


Tabel 4.5 Keterangan format PDU

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

28

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

4.4.6 Format PDU Penerimaan SMS dari SMSC


Format PDU penerimaan SMS dari SMSC ditunjukkan dalam Gambar 4.4.

Gambar 4.4 Format PDU penerimaan SMS dari SMSC


Kebanyakan header telah dibahas sebelumnya, kecuali beberapa yang
berbeda yaitu format TPDU, yang dijelaskan dalam Gambar 4.5.

Gambar 4.5 Format TPDU


Format PDU terdiri dari:
1) Service center addres (SCA),
2) Tipe SMS adalah tipe terima SMS dengan kode = 4 04,
3) Nomor handphone pengirim atau originator address (OA),
4) Protocol identifier (PID) atau bentuk SMS,
5) Data coding scheme atau skema encoding,
6) Service center time stamp (SCTS) atau waktu tiba di SMS center.
Service center time stamp (SCTS) atau waktu tiba di SMS center
SCTS diwakili oleh 12 bilangan heksadesimal (6 pasangan) yang berarti:
yy/mm/dd hh:mm:ss,
Contoh: 207022512380 02/07/22 15:32:08 22 juli 2002 15 : 32 :
08 WIB.
7) Batas waktu validitas, jika tidak dibatasi dilambangkan dengan 00.
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

29

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

8) Isi SMS
Isi pesan SMS dilakukan konversi yaitu mengubah menjadi 8 bit dan
kemudian diubah menjadi 7 bit.
Contoh format terima SMS:

Keterangan format PDU lengkap untuk penerimaan SMS ditunjukkan


dalam Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Format PDU lengkap untuk penerimaan SMS

4.4

Problem
1) Setiap mahasiswa membuat pesan SMS yang berbeda dengan yang lain,
berupa data text, sesuai nama masing-masing.
2) Pesan isi SMS dikonversi sesuai format PDU pengiriman SMS dan
penerimaan SMS di handphone,
3) Fomat penerimaan isi SMS dikonversi dari format dari heksadesimal
menjadi huruf.

4.5

Solusi
Solusi adalah menyelesaikan permasalahan dalam problem format data

SMS proses pengiriman dan penerimaan di handphone.


Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

30

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

4.6

Hasil dan Pembahasan


Hasil solusi problem kemudian dibahas untuk dianalisis berdasarkan

capaian pembelajaran pokok bahasan format data SMS proses pengiriman dan
penerimaan di handphone.
4.7

Kesimpulan
Kesimpulan adalah menyimpulkan hasil format data SMS proses

pengiriman dan penerimaan di handphone. Berdasarkan analisis hasil dan


pembahasan, dan kesimpulan mengacu pada capaian pembelajaran.
4.8

Referensi
Referensi adalah rujukan dan tinjauan teori yang digunakan untuk

menyelesaikan pembuatan format data SMS proses pengiriman dan penerimaan di


handphone.

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

31

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

BAB V
KAJIAN PROSES AUTENTIKASI DAN KEAMANAN
JARINGAN GSM MELALUI CLONING SIM CARD
5.1

Capaian Pembelajaran
Capaian pembelajaran praktikum dengan pokok bahasan kajian proses

autentikasi dan keamanan jaringan GSM melalui cloning SIM card, mahasiswa
akan dapat:
1) Memahami proses autentikasi dan keamanan jaringan GSM,
2) Melakukan proses cloning SIM card,
3) Menganalisis konsep autentikasi dan keamanan jaringan GSM,
4) Mendefinisikan faktor keamanan pada jaringan GSM.
Praktikum dengan pokok bahasan proses autentikasi dan keamanan
jaringan GSM melalui cloning SIM card adalah melakukan proses cloning SIM
card untuk menganalisis konsep autentikasi dan keamanan jaringan GSM, dan
mendefinisikan faktor keamanan pada jaringan GSM.
5.2

Blok Diagram Sistem


Blok diagram sistem cloning SIM Card GSM ditunjukkan dalam Gambar

5.1.

Gambar 5.1 Blok Diagram Sistem


Keterangan Gambar 5.1, sebagai berikut:
1) Super SIM merupakan SIM card kosong yang akan diisi dengan
nomor GSM,
2) SIM card Cloner merupakan alat yang digunakan untuk melakukan
proses cloning,
3) Laptop merupakan sebuah perangkat untuk menghubungkan antara alat
dengan software,
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

32

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

4) SIM card kosong merupakan Super SIM yang belum terisi nomor
GSM,
5) SIM Card hasil cloning merupakan Super SIM yang sudah diisi
dengan nomor GSM,
6) Handphone merupakan alat komunikasi yang digunakan sebagai media
untuk menguji SIM Card hasil cloning.
5.3

Cara Kerja Sistem


Perangkat yang dibutuhkan untuk melakukan cloning kartu SIM Card

GSM adalah satu paket produk cloning kartu SIM GSM yang terdiri dari SIM
Card reader/ writer (semacam drive pembaca dan penulis SIM Card, dalam hal
tersebut yang dipakai adalah merk SUPERSIM 16 IN 1- SIM Card Cloner - SS16,
SIM Card kosong dengan kapasitas 16 nomor dan sebuah disc (CD) yang akan
memproses proses transfer data melalui CD ROOM.
Proses mengkopi atau cloning satu nomor sangat sederhana, mirip transfer
data dari satu disket ke komputer lalu setelah di-save, ditransfer balik ke disket
baru (kosong). Cukup disediakan seperangkat laptop, minimal dengan program
Windows 95/98/2000/XP. SIM Card reader/ writer dihubungkan dengan laptop.
Masukkan SIM Card yang akan di-cloning ke SIM Card reader/ writer. Setelah
laptop dihidupkan, disc dimasukkan ke dalam CD ROOM. Secara otomatis set up
program SIM Master berlangsung. Hal tersebut disebut dengan program back up
data, seluruh informasi data yang ada pada SIM Card ditransfer kemudian
disimpan pada hard disk laptop.
Prosesnya tidak lama, yang memakan waktu lama adalah proses untuk
mendapatkan nilai Ki oleh SIM Card reader/ writer yang bisa berlangsung antara
1-2 jam bahkan lebih. Setelah seluruh informasi dan data dari SIM Card asli
terbaca dan disimpan pada hard disk laptop, untuk mengisi SIM Card kosong
dengan nomor dan seluruh data di dalamnya, cukup dengan menempatkan SIM
Card kosong ke dalam SIM Card reader/ writer. Lalu, mengikuti seluruh
petunjuk yang sudah disediakan hingga didapatkan SIM Card hasil cloning yang
dapat menampung lebih dari satu nomor pelanggan.

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

33

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

5.4

Proses Cloning SIM Card


Proses cloning SIM Card adalah suatu proses penggandaan kartu SIM Card

GSM pada Super SIM 16 in 1. Proses tersebut untuk menggandakan SIM Card
yaitu untuk mencari nilai Ki dan IMSI dari masing-masing SIM Card GSM yang
akan di-copy pada Super SIM 16 in 1.
5.5

Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan untuk proses cloning SIM Card adalah

sebagai berikut (dalam Tabel 5.1):


Tabel 5.1 Alat dan bahan praktikum
No

Nama

Gambar

Jumlah

SIM Card GSM

16 buah

Super SIM 16 in 1

1 buah

SIM Reader

1 buah

CD Driver

1 buah

Ponsel (Samsung
Champ GT5

C3303K dan Nokia

3 buah

6080, Nokia 2700C


dan Nokia 5130)
Laptop (TOSHIBA
6

Satellite C640, OS

1 buah

Windows 7)

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

34

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

5.6

Prosedur Cloning SIM Card


Prosedur proses cloning SIM Card melalui tahapan yang ditunjukkan

dalam Gambar 5.2.

Gambar 5.2 Blok diagram proses cloning SIM Card


5.6.1 Tahap Instalasi MAGIC SIM
Tahap instalasi ini untuk meng-install software Magic SIM yang
tersimpan pada driver alat. Tahapan instalasi Magic SIM sebagai berikut:
1. Master magicsim_v25 dibuka, maka akan muncul tampilan seperti dalam
Gambar 5.3

Gambar 5.3 Tampilan master magicsim_v225


2. Proses extracting files ditunggu sampai selesai, yang ditampilkan dalam
Gambar 5.4.

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

35

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Gambar 5.4 Tampilan extracting files


3. Memilih bahasa yang akan digunakan untuk mengoperasikan software, maka
akan muncul tampilan seperti dalam Gambar 5.5.

Gambar 5.5 Tampilan perintah pemilihan bahasa


4. Setelah muncul tampilan seperti berikut, selanjutnya tombol Next diklik,
seperti ditunjukkan dalam Gambar 5.6.

Gambar 5.6 Tampilan perintah instal software lanjutan ke-1


5. Tombol Yes diklik untuk proses instalasi selanjutnya akan muncul tampilan
seperti Gambar 5.7.

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

36

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Gambar 5.7 Tampilan perintah instal software lanjutan ke-2


6. Kemudian tombol Next diklik untuk proses install, selanjutnya akan muncul
tampilan seperti Gambar 5.8.

Gambar 5.8 Tampilan perintah instal software lanjutan ke-3


7. Proses loading ditunggu hingga selesai (100 %), seperti ditunjukkan dalam
Gambar 5.9.

Gambar 5.9 Tampilan proses loading instal software


8. Jika muncul tampilan seperti berikut, tombol Dont display this message
again diklik dan selanjutnya menekan tombol Reboot, yang ditampilkan
pada Gambar 5.10.

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

37

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Gambar 5.10 Tampilan proses lanjutan instal software


9. Tombol Yes diklik untuk melanjutkan proses install USB-Serial SIM Reader
Driver, seperti tampilan dalam Gambar 5.11.

Gambar 5.11 Tampilan perintah instal USB-Serial SIM Reader Driver


10. Proses instalasi USB - Serial SIM Reader Driver ditunggu sampai complete,
yang ditampilkan dalam Gambar 5.12.

Gambar 5.12 Tampilan proses loading instal USB-Serial SIM Reader Driver
11. Setelah proses instalasi complete, akan muncul tampilan seperti berikut.
Kemudian tombol Yes diklik, yang ditampilkan dalam Gambar 5.13.

Gambar 5.13 Tampilan perintah instal PC/SC SIM Reader Driver


Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

38

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

12. Kemudian memilih Reinstall(R) dan menekan tombol Next, yang


ditampilkan dalam Gambar 5.14.

Gambar 5.14 Tampilan perintah lanjutan instal PC/SC SIM reader driver
13. Selanjutnya menekan tombol Finish untuk mengakhiri proses intalasi,
seperti tampilan pada Gambar 5.15.

Gambar 5.15 Tampilan akhir proses instal PC/SC SIM reader driver
5.6.2 Tahap Decode Procces (Find Ki)
Tahap ini untuk mendapatkan nilai Ki pada SIM Card GSM yang akan dicopy pada Super SIM 16 in 1. Berikut ini merupakan tahap untuk mendapatkan
nilai Ki, yaitu:
1. Pertama software MagicSim dibuka, yang ditampilkan dalam Gambar 5.16.

Gambar 5.16 Tampilan software MagicSim


2. SIM Card dimasukkan ke dalam SIM Reader, lalu USB SIM Reader
dimasukkan ke PC atau laptop, jika lampunya menyala (merah), koneksi antara
USB SIM Reader dan PC berhasil, yang ditampilkan dalam Gambar 5.17.
SIM Card
SIM Reader

Gambar 5.17 Tampilan SIM Card yang dimasukkan ke dalam SIM Reader
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

39

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

3. Memilih menu Setup dan Auto Search Reader dicentang. Kemudian


tombol OK diklik, seperti tampilan pada Gambar 5.18.

Gambar 5.18 Tampilan Menu Setup


4. Memilih menu Conn, maka akan muncul tampilan seperti pada Gambar 5.19.

Gambar 5.19 Tampilan awal software


5. Setelah menu Conn di klik dan ternyata keluar display Error: Cant find
SIM CARD, seperti pada tampilan pada Gambar 5.20.

Gambar 5.20 Tampilan terjadi error saat mengkoneksikan software


Untuk beberapa SIM Card tidak bisa support USB dengan kecepatan tinggi
(19200), maka nilai kecepatan dari USB harus diturunkan nilainya (misal: 9600)
dengan cara :
a. Pada Computer diklik kanan, kemudian memilih Properties, yang
ditampilkan pada Gambar 5.21.
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

40

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Gambar 5.21 Tampilan Windows Explorer pada komputer


b. Maka akan muncul display sebagai berikut, yang ditampilkan dalam Gambar
5.22.

Gambar 5.22 Tampilan Properties pada My Computer


c. Memilih Advanced system settings, yang ditampilkan pada Gambar 5.23.

Gambar 5.23 Tampilan Properties pada My Computer


d. Maka akan muncul display sebagai berikut dan tombol Device Manager
diklik, seperti ditampilkan dalam Gambar 5.24.

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

41

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Gambar 5.24 Tampilan Advanced system settings


e. Selanjutnya, muncul display, yang ditampilkan dalam Gambar 5.25.

Gambar 5.25 Tampilan Device Manager


f. Memilih Ports (COM & LPT) kemudian diklik, yang ditampilkan pada
Gambar 5.26.

Gambar 5.26 Tampilan Device Manager


Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

42

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

g. Mengklik Prolifik USB-to-Serial Comm Port (COM43), yang ditampilkan


dalam Gambar 5.27.

Gambar 5.27 Tampilan Ports (COM dan LPT)


h. Kemudian muncul display seperti berikut, memiilih Port Settings, yang
ditampilkan dalam Gambar 5.28.

Gambar 5.28 Tampilan Prolifik USB-to-Serial Comm Port (COM43)


i. Mengklik Bits per second untuk memilih kecepatan port USB yang
digunakan, yang ditampilkan dalam Gambar 5.29.

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

43

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Gambar 5.29 Tampilan Kecepatan Port USB pada Komputer


j. Sebelumnya perlu diketahui, bahwa pilihan kecepatan port USB yang terdapat
pada Magic SIM hanya ada tiga pilihan, yaitu 9600 bps, 16457 bps dan 19200
bps. Tetapi pada komputer terdapat lebih dari tiga pilihan kecepatan, yang
ditampilkan pada Gambar 5.30.

(a)
(b)
Gambar 5.30 Tampilan Pengaturan dan Pilihan Kecepatan Port USB pada
(a) Software Magic SIM, (b) Komputer
Sehingga, kecepatan port USB yang dapat digunakan, yang ditampilkan
dalam Gambar 5.30. Saat menggunakan kecepatan 19200 bps, akan muncul
tampilan pada Gambar 5.31.

Gambar 5.31 Tampilan terjadi error saat menggunakan kecepatan 19200 bps
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

44

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

k. Sehingga kecepatan yang digunakan yaitu 9600 bps (satu-satunya kecepatan


port yang sama antara software Magic SIM dan Komputer.
l. Selanjutnya mengklik Advanced, yang ditampilkan pada Gambar 5.32.

Gambar 5.32 Tampilan menu Port Settings


m. Pada pilihan COM Port Number, port terkecil yang dipilih dan memilih yang
tidak terpakai (in used), seperti ditampilkan pada Gambar 5.33.

Gambar 5.33 Tampilan Advanced


n. COM1 atau COM2 yang dipilih, karena COM3 in used, yang ditampilkan
pada Gambar 5.34.

Gambar 5.34 Tampilan pemilihan COM Port Number yang sesuai


o. Kemudian mengklik OK, yang ditampilkan pada Gambar 5.35.

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

45

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Gambar 5.35 Tampilan hasil men-setting COM Port


p. Kemudian muncul display ini kembali. Setelah itu mengklik OK. Setting port
pada laptop atau PC selesai. Selanjutnya setting port pada MAGICSIM, yang
ditampilkan dalam Gambar 5.36.

Gambar 5.36 Tampilan hasil akhir men-setting Port pada computer


q. Menu Setup diklik, yang ditampilkan pada Gambar 5.37.

Gambar 5.37 Tampilan awal software


r. Memilih Serial Reader. Pada pilihan Port, pilih COM1. Pilihan Speed
juga dicek, jika sudah sama seperti setting-an PC (9600), maka selanjutnya
mengklik OK, yang ditampilkan pada Gambar 5.38.

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

46

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Gambar 5.38 Tampilan pada menu Setup


s. Mengklik menu Conn kembali, yang ditampilkan pada Gambar 5.39.

Gambar 5.39 Tampilan awal software


6. Maka akan muncul tampilan seperti berikut. Dimana diketahui nilai ICCID,
nilai IMSI, dan nilai SMSP, yang ditampilkan dalam Gambar 5.40.

Gambar 5.40 Tampilan nilai ICCID, IMSI dan SMSP dari SIM Card
7. Lalu memilih menu Crack untuk mengetahui nilai Ki, yang ditampilkan pada
Gambar 5.41.

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

47

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Gambar 5.41 Tampilan awal software untuk mengaktifkan menu Crack


8. Memilih Normal mode. Kemudian mengklik Start, yang ditampilkan pada
Gambar 5.42.

Gambar 5.42 Tampilan menu Crack untuk memilih jenis mode dalam proses
Crack Ki
9. Menunggu sampai Decode procces (find Ki) selesai, yang ditampilkan pada
Gambar 5.43.

Gambar 5.43 Tampilan menu Crack untuk mendapatkan nilai Ki


10. Jika proses diatas telah selesai akan muncul perintah untuk menyimpan nilai
Ki tersebut. Lalu memasukkan nama file yang diinginkan kemudian mengklik
Save, yang ditampilkan pada Gambar 5.44.

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

48

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Gambar 5.44 Tampilan untuk menyimpan nilai Ki pada komputer


11. Memasukkan password kemudian mengklik OK, yang ditampilkan pada
Gambar 5.45.

Gambar 5.45 Tampilan untuk memasukkan password


12. Seluruh Decode procces (find Ki) selesai, kemudian

mengklik menu

Disconnect. Decode procces telah selesai, yang ditampilkan pada Gambar


5.46.

Gambar 5.46 Tampilan akhir decode procces


5.6.3 Tahap Write SIM Card
Tahap ini untuk write nomor SIM Card asli ke dalam SIM Card kosong
(Super SIM 16 in 1) dengan cara meng-copy nilai Ki yang telah didapatkan pada
tahap sebelumnya. Prosesnya sebagai berikut:

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

49

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

1. Magic SIM Card dimasukkan ke dalam SIM reader (Gambar 5.47), lalu
mengkoneksikan SIM reader pada USB (mengklik Conn), tampilan pada
Gambar 5.48.
Super SIM 16 in 1
SIM Reader

Gambar 5.47 Super SIM 16 in 1 yang dimasukkan ke dalam SIM Reader


2. Klik Conn, maka akan muncul tampilan seperti dalam Gambar 5.48.

Gambar 5.48 Tampilan awal software


3. Maka akan muncul, dimana nilai ICCID, nilai IMSI dan nilai SMSP dari Super
SIM 16 in 1 terlihat, yang ditampilkan pada Gambar 5.49.

Gambar 5.49 Tampilan nilai ICCID, IMSI dan SMSP dari Super SIM 16 in 1
4. Memilih menu Magic, maka akan muncul tampilan seperti dalam Gambar
5.50.

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

50

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Gambar 5.50 Tampilan awal software untuk mengaktifkan menu Magic


5. Setelah itu muncul tampilan NO2 yang dipilih karena NO1 sudah terisi copian SIM Card lain, yang ditampilkan dalam Gambar 5.51.

Gambar 5.51 Tampilan menu Magic


6. Kemudian, mengklik kanan pada baris yang di sorot tadi (NO2). Lalu mengklik
Edit this record, yang ditampilkan pada Gambar 5.52.

Gambar 5.52 Tampilan Edit this record


7. Maka akan muncul tampilan seperti berikut, mengklik Import No., yang
ditampilkan dalam Gambar 5.53.

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

51

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Gambar 5.53 Tampilan untuk Import nilai Ki


8. Membuka folder tempat menyimpan nilai Ki. Memilih nama yang sesuai.
Kemudian mengklik Open, yang ditampilkan pada Gambar 5.54.

Gambar 5.54 Tampilan untuk open nilai Ki


9. Selanjutnya muncul tampilan Please input Password, yang ditampilkan
dalam Gambar 5.55.

Gambar 5.55 Tampilan untuk memasukkan password


10. Memasukkan password dan mengklik OK, yang ditampilkan pada
Gambar 5.56.

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

52

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Gambar 5.56 Tampilan memasukkan password


11. Mengklik tombol Write. Pada proses ini bisa kita lihat, bahwa nilai ICCID,
nilai IMSI, nilai Ki dan nilai SMSP, sama dengan kartu im3 (085755335837).
Berarti, hasil cloning kartu im3 berhasil, yang ditampilkan dalam Gambar
5.57.

Gambar 5.57 Tampilan hasil import nilai Ki


12. Pada tampilan berikut, bisa dilihat bahwa pada baris NO2 sudah terganti
oleh Valid. Hal ini menunjukan proses write SIM Card berhasil, yang
ditampilkan dalam Gambar 5.58.

Gambar 5.58 Tampilan hasil Write SIM


13. Mengklik menu Disconn. Proses Write SIM selesai, yang ditampilkan pada
Gambar 5.59.

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

53

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Gambar 5.59 Tampilan akhir proses Write SIM


5.6.4 Tahap Notebook Edit
Tahap ini untuk meng-copy phone book yang tersimpan pada SIM Card
asli kedalam SIM Card kosong (Super SIM 16 in 1). Pada tahap ini juga
menambahkan, menghapus dan meng-edit phone book yang telah tersimpan pada
Super SIM 16 in 1. Prosesnya sebagai berikut:
1. Memasukkan SIM Card im3 ke dalam SIM Reader. Lalu mengkoneksikan
SIM Reader pada USB, yang ditampilkan dalam Gambar 5.60.
SIM Card
SIM Reader

Gambar 5.60 Tampilan SIM Card yang dimasukkan ke dalam SIM Reader
2. Mengklik menu Conn, yang ditampilkan pada Gambar 5.61.

Gambar 5.61 Tampilan awal software


3. Maka akan muncul tampilan seperti pada Gambar 5.62.

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

54

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Gambar 5.62 Tampilan nilai ICCID, IMSI dan SMSP dari SIM Card
4. Mengklik menu ADN, yang ditampilkan pada Gambar 1.63.

Gambar 5.63 Tampilan awal software untuk mengaktifkan menu ADN


5. Maka akan muncul phone number yang tersimpan di dalam SIM Card.
Kemudian salah satu phone number disorot. Seperti ditunjukkan dalam Gambar
5.64.

Gambar 5.64 Tampilan phone number yang tersimpan di dalam SIM Card
6. Kemudian mengklik kanan pada phone number tersebut, dan memilih Export
phone book, yang ditampilkan dalam Gambar 5.65.

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

55

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Gambar 5.65 Tampilan Export Phone Book


7. Maka akan keluar tampilan Save. Membuat folder dengan nama phone
number (untuk menghindari kesalahan), yang ditampilkan pada Gambar 5.66.

Gambar 5.66 Tampilan tempat menyimpan phone number ke computer


8. Memasukkan file name (phone number). Kemudian mengklik tombol
Save, yang ditampilkan pada Gambar 5.67.

Gambar 5.67 Tampilan proses menyimpan phone number ke komputer


9. Maka akan muncul tampilan Phone Book Export OK!. Kemudian mengklik
tombol OK, yang ditampilkan dalam Gambar 5.68.

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

56

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Gambar 5.68 Tampilan hasil proses menyimpan phone number ke komputer


10. Phone number yang ke-2 diklik, yang ditampilkan pada Gambar 5.69.

Gambar 5.69 Tampilan phone number yang tersimpan di dalam SIM Card
11. Lakukan hal yang sama dengan tadi, yaitu : mengklik kanan, memilih Export
Phone Book, yang ditampilkan pada Gambar 5.70.

Gambar 5.70 Tampilan Export Phone Book


12. Menyimpan di folder phone number. Mengisi file name (phone number).
Kemudian mengklik tombol Save, yang ditampilkan dalam Gambar 5.71.

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

57

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Gambar 5.71 Tampilan proses menyimpan phone number ke computer


13. Maka akan muncul tampilan Phone Book Export OK!. Kemudian mengklik
tombol OK. Proses export phone number ke PC / laptop berhasil, yang
ditampilkan dalam Gambar 5.72.

Gambar 5.72 Tampilan hasil proses menyimpan phone number ke komputer


14. Mengklik tombol Disconn, seperti yang ditampilkan pada Gambar 5.73.

Gambar 5.73 Tampilan akhir proses import phone number


15. SIM Card im3 diganti dengan Magic SIM Card, yang ditampilkan dalam
Gambar 5.74.
Super SIM 16 in 1

SIM Reader

Gambar 5.74 Super SIM 16 in 1 yang dimasukkan ke dalam SIM Reader


Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

58

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

16. Mengklik tombol Conn. Maka akan muncul tampilan sebagai berikut.

Gambar 5.75 Tampilan nilai ICCID, IMSI dan SMSP dari Super SIM 16 in 1
17. Mengklik menu ADN untuk mengkoneksikan phone book, yang
ditampilkan pada Gambar 5.76.

Gambar 5.76 Tampilan awal software untuk mengaktifkan menu ADN


18. Mengklik kanan di baris 01, kemudian mengklik Import Phone Book,
yang ditampilkan pada Gambar 5.77.

Gambar 5.77 Tampilan Import Phone Book


19. Mengklik tombol Yes pada tampilan berikut :

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

59

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Gambar 5.78 Tampilan penawaran untuk Import Phone Book


20. Folder phone number dibuka, mengklik file phone number yang pertama
(yang tersimpan pada SIM Card im3), kemudian mengklik tombol Open,
yang ditampilkan dalam Gambar 5.79.

Gambar 5.79 Tampilan membuka phone number yang tersimpan di dalam PC


21. Mengklik tombol OK. Ternyata proses Import Phone Number tidak
berhasil. Seharusnya, pada display ini, seluruh phone number berhasil di
import ke dalam Magic SIM. Dalam hal ini, berarti ada kesalahan proses
import, yang ditampilkan dalam Gambar 5.80

Gambar 5.80 Tampilan hasil proses Import Phone Number ke dalam Super
SIM 16 in 1
22. Selanjutnya, mencoba lagi import phone number dengan cara lain. Yaitu: baris
ke2 disorot 02 pada display berikut :
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

60

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Gambar 5.81 Tampilan layar phone number


23. Mengklik kanan pada baris ke-2 02 tersebut. Kemudian mengklik Import
Phone Book, yang ditampilkan dalam Gambar 5.82.

Gambar 5.82 Tampilan Import Phone Book


24. Mengklik tombol Yes pada tampilan berikut :

Gambar 5.83 Tampilan penawaran untuk Import Phone Book


25. Folder phone number dibuka, mengklik file phone number yang pertama
(yang tersimpan pada SIM Card im3), kemudian mengklik Open . Catatan :
phone number yang pertama ini, pada saat tersimpan di SIM Card im3 berada
pada nomer ke-2.

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

61

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Gambar 5.84 Tampilan membuka phone number yang tersimpan di dalam PC


26. Mengklik tombol OK. Ternyata proses Import Phone Number tetap tidak
berhasil. Seharusnya, pada display ini, seluruh phone number berhasil di
import ke dalam Magic SIM. Dalam hal ini, berarti masih ada kesalahan
proses import, yang ditampilkan dalam Gambar 5.85.

Gambar 5.85 Tampilan hasil proses Import Phone Number ke dalam Super
SIM 16 in 1
27. Mengulangi lagi proses tadi. Karena proses import phone number tidak
berhasil. Cara ke-3 ini diharapkan berhasil. Baris ke-1 01 disorot, yang
ditampilkan pada Gambar 5.86.

Gambar 5.86 Tampilan hasil proses Import Phone Number ke dalam Super
SIM 16 in 1

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

62

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

28. Mengklik kanan pada baris ke-1 01 tersebut. Kemudian mengklik Import
Phone Book, yang ditampilkan pada Gambar 5.87.

Gambar 5.87 Tampilan Import Phone Book


29. Mengklik tombol Yes pada dispaly berikut :

Gambar 5.88 Tampilan penawaran untuk Import Phone Book


30. Folder phone number dibuka, mengklik file phone number yang kedua
(yang tersimpan pada SIM Card im3), kemudian mengklik Open . Catatan :
phone number yang kedua ini, pada saat tersimpan di SIM Card im3 berada
pada nomer ke-1.

Gambar 5.89 Tampilan membuka phone number yang telah tersimpan di PC


31. Mengklik tombol OK. Ternyata proses import phone number berhasil. Hal
ini bisa ditarik kesimpulan, bahwa pengambilan phone number, harus nomor

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

63

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

pertama yang tersimpan di dalam SIM Card im3, yang ditampilkan pada
Gambar 5.90.

Gambar 5.90 Tampilan hasil proses Import Phone Number ke dalam Super
SIM 16 in 1
32. Phone number pertama disorot, yang ditampilkan pada Gambar 5.91.

Gambar 5.91 Tampilan hasil export phone number


33. Mengklik kanan pada phone number tersebut. Kemudian mengklik Edit this
record, yang ditampilkan dalam Gambar 5.92.

Gambar 5.92 Tampilan Edit this record


34. Maka akan muncul tampilan berikut. Setelah di-edit, mengklik Write, yang
ditampilkan dalam Gambar 5.93.

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

64

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Gambar 5.93 Tampilan proses Edit Name


35. mengklik tombol Disconn. Proses Notebook Edit selesai, yang ditampilkan
pada Gambar 5.94.

Gambar 5.94 Tampilan akhir proses Notebook Edit


5.6.5 Tahap SMS Edit
Tahap ini untuk meng-copy SMS yang tersimpan pada SIM Card asli
kedalam SIM Card kosong (Super SIM 16 in 1). Pada tahap ini juga
menambahkan, menghapus dan meng-edit SMS yang telah tersimpan pada Super
SIM 16 in 1. Prosesnya sebagai berikut:
1. Setelah proses Notebook Edit, selanjutnya adalah proses SMS Edit. Pertama
memasukkan kembali SIM Card Im3 ke dalam SIM Reader. Lalu memilih
tombol Conn. Setelah itu akan muncul tampilan seperti pada Gambar 5.95.

Gambar 5.95 Tampilan nilai ICCID, IMSI dan SMSP dari SIM Card
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

65

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

2. Kemudian mengklik menu SMS, yang ditampilkan pada Gambar 5.96.

Gambar 5.96 Tampilan awal software untuk mengaktifkan menu SMS


3. Lalu akan muncul tampilan seperti pada Gambar 5.97.

Gambar 5.97 Tampilan SMS yang tersimpan di dalam SIM Card


4. Kemudian mengklik kanan dan memiilih Export short Message, yang
ditampilkan pada Gambar 5.98.

Gambar 5.98 Tampilan Export short Message


5. Menyimpan pesan pada komputer, yang ditampilkan pada Gambar 5.99.

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

66

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Gambar 5.99 Tampilan tempat menyimpan SMS


6. Membuat nama file untuk menyimpan Short Message. Mengklik tombol
Save, yang ditampilkan pada Gambar 5.100.

Gambar 5.100 Tampilan proses menyimpan short message ke komputer


7. Saat penyimpanan telah berhasil mengklik tombol OK, ditampilkan pada
Gambar 5.101.

Gambar 5.101 Tampilan hasil proses menyimpan short message ke komputer


8. Lalu memilih tombol Disconn, yang ditampilkan pada Gambar 5.102

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

67

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Gambar 5.102 Tampilan akhir proses export short message


9. Kemudian

mengganti

SIM

Card

Im3

dengan

SIM

Reader

dan

mengkoneksikan dengan software, maka akan muncul tampilan seperti pada


Gambar 5.103.

Gambar 5.103 Tampilan nilai ICCID, IMSI dan SMSP dari Super SIM 16 in 1
10. Selanjutnya mengklik menu SMS, yang ditampilkan pada Gambar 5.104.

Gambar 5.104 Tampilan awal software untuk mengaktifkan menu SMS


11. Setelah itu akan muncul tampilan seperti berikut :

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

68

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Gambar 5.105 Tampilan layar pada menu SMS


12. Pada salah satu row diklik kanan, memilih Import Short Message, yang
ditampilkan pada Gambar 5.106.

Gambar 5.106 Tampilan Import Phone Book


13. Menglik tombol Yes, yang ditampilkan pada Gambar 5.107.

Gambar 5.107 Tampilan penawaran untuk Import Short Message


14. Membuka file SMS yang telah tersimpan pada komputer dan mengklik tombol
Open, yang ditampilkan pada Gambar 5.108.

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

69

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Gambar 5.108 Tampilan membuka short message yang telah tersimpan di PC


15. Setelah itu mengklik tombol OK, yang ditampilkan pada Gambar 5.109.

Gambar 5.109 Tampilan hasil proses Import Short Message ke dalam Super
SIM 16 in 1
16. Maka akan muncul tampilan pada Gambar 5.110.

Gambar 5.110 Tampilan hasil Import Short Message


17. Memilih pesan no 01, yang ditampilkan pada Gambar 5.111.

Gambar 5.111 Tampilan layar SMS


Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

70

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

18. Untuk edit SMS yang telah disimpan dalam SIM Reader yaitu dengan
mengklik kanan pada SMS yang akan di-edit, kemudian memilih Edit this
record, yang ditampilkan dalam Gambar 5.112.

Gambar 5.112 Tampilan Edit this record


19. Kemudian menuliskan kata-kata yang Anda inginkan jika Anda ingin mengedit Short Message. Klik Write, yang ditampilkan pada Gambar 5.113.

Gambar 5.113 Tampilan proses Edit SMS


20. Berikut ini hasil dari SMS Edit, yang ditampilkan pada Gambar 5.114.

Gambar 5.114 Tampilan hasil SMS Edit


21. Seluruh proses SMS Edit selesai. Mengklik Disconn, yang ditampilkan pada
Gambar 5.115.

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

71

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Gambar 5.115 Tampilan akhir proses SMS Edit


5.6.6 Tahap PIN Code Management
Tahap ini untuk mengganti PIN SIM Card asli dengan PIN yang anda
inginkan. Pada tahap ini juga terdapat fitur untuk mengaktifkan atau tidak
mengaktifkan PIN pada SIM Card asli tersebut. Prosesnya sebagai berikut:
1. Memasukkan kembali SIM Card im3. Lalu mengklik Conn. Maka akan
muncul tampilan sebagai berikut :

Gambar 5.116 Tampilan nilai ICCID, IMSI dan SMSP dari SIM Card
2. Kemudian memilih Security, yang ditampilkan pada Gambar 1.119

Gambar 5.117 Tampilan awal software untuk mengaktifkan menu Security


3. Memilih Disable PIN untuk tidak menggunakan PIN non aktif, yang
ditampilkan pada Gambar 5.118.

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

72

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Gambar 5.118 Tampilan untuk mengaktifkan Disable PIN


4. Setelah itu akan muncul tampilan seperti berikut :

Gambar 5.119 Tampilan proses Disable PIN berhasil


5. Sedangkan jika Anda ingin menggunakan PIN pilih Enable PIN, yang
ditampilkan pada Gambar 5.120.

Gambar 5.120 Tampilan untuk mengaktifkan Enable PIN


6. Memasukkan PIN yang Anda inginkan, yang ditampilkan pada Gambar 5.121.

Gambar 5.121 Tampilan proses memasukkan PIN


Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

73

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

7. Mengklik OK, yang ditampilkan pada Gambar 5.122.

Gambar 5.122 Tampilan untuk memasukkan PIN


Jangan sampai melakukan kesalahan lebih dari 3 kali, karena Anda hanya
memiliki 3 kesempatan untuk memasukkan PIN, yang ditampilkan pada
Gambar 5.123.

Gambar 5.123 Tampilan untuk memasukkan PIN ke-2


Jika sudah benar akan muncul tampilan sebagai berikut :

Gambar 5.124 Tampilan proses Enable PIN berhasil


8. Setelah Anda memasukkan PIN. Anda dapat edit PIN dengan memilih
Security lalu klik Modify, yang ditampilkan pada Gambar 5.125.

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

74

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Gambar 5.125 Tampilan untuk mengaktifkan Modify PIN


9. Setelah itu akan muncul tampilan seperti berikut :

Gambar 5.126 Tampilan untuk memasukkan PIN


10. Memasukkan PIN awal, kemudian memasukkan PIN Baru dan memasukkan
sekali lagi PIN baru Anda. Setelah itu klik OK, yang ditampilkan pada
Gambar 5.127.

Gambar 5.127 Tampilan proses memasukkan PIN


11. Jika proses Modify PIN telah berhasil akan muncul tampilan seperti berikut :

Gambar 5.128 Tampilan proses Modify PIN berhasil


Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

75

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

12. Mengklik Disconn, yang ditampilkan pada Gambar 5.129.

Gambar 5.129 Tampilan akhir proses PIN Code Management


1) Selalu aktifkan fungsi PIN yang ada pada kartu SIM GSM untuk mencegah
akses dari orang yang tidak berhak.
2) SIM Card cloning sebaiknya dimanfaatkan secara bijak sesuai kebutuhan atau
tidak menyalahgunakan pemakaiannya.
3) Diharapkan nantinya ada alat cloning untuk SIM Card CDMA.
5.7

Problem
1) Mahasiswa melakukan cloning SIM card untuk memahami proses
autentikasi dan keamanan jaringan GSM, (jumlah SIM card 16),
2) Menganalisis proses autentikasi dan keamanan jaringan GSM,
3) Menganalisis faktor-faktor autentikasi dan keamanan jaringan GSM.

5.8

Solusi
Solusi adalah menyelesaikan permasalahan dalam problem proses

autentikasi dan keamanan jaringan GSM melalui cloning SIM card.


5.9

Hasil dan Pembahasan


Hasil solusi problem kemudian dibahas untuk dianalisis berdasarkan

capaian pembelajaran pokok bahasan proses autentikasi dan keamanan jaringan


GSM melalui cloning SIM card.
5.10

Kesimpulan
Kesimpulan adalah menyimpulkan hasil proses autentikasi dan keamanan

jaringan GSM melalui cloning SIM card berdasarkan analisis hasil dan
pembahasan, dan kesimpulan mengacu pada capaian pembelajaran.

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

76

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

5.11

Referensi
Referensi adalah rujukan dan tinjauan teori yang digunakan untuk

menyelesaikan proses autentikasi dan keamanan jaringan GSM melalui cloning


SIM card.
5.12

Ringkasan

1) Cloning SIM Card dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan proses


decode yaitu Crack nilai Ki yang tersimpan pada SIM Card GSM yang
nantinya akan di-copy-kan ke dalam Super SIM 16 in 1. Waktu yang
dibutuhkan untuk crack Ki bervariasi, tergantung sistem proteksi yang
diterapkan oleh masing-masing operator terhadap SIM Card.
2) Tidak ada perbedaan antara SIM Card GSM dengan SIM Card hasil
Cloning. Jaringan tidak dapat membedakan antara keduanya. Jaringan
GSM hanya dapat mengidentifikasi SIM Card yang terakhir melakukan
koneksi pada jaringan.
3) Pada jaringan SIM Card hasil Cloning sama seperti SIM Card GSM
karena kedua SIM Card tersebut memiliki parameter (nilai ICCID, nilai
IMSI dan nilai SMSP) yang sama, sehingga SIM Card hasil Cloning juga
valid (autentik) pada jaringan.
4) Bagi pihak operator GSM, hendaknya menerapkan sistem proteksi yang
lebih kuat terhadap SIM Card, sehingga menutup kemungkinan terjadinya
cloning SIM Card.
5) Jangan meminjamkan kartu SIM GSM kepada pihak lain dalam kurun
waktu yang memungkinkan untuk melakukan proses cloning.

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

77

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

BAB VI
PEMAHAMAN FITURE GSM
MENGGUNAKAN GSM TRAINER
5.1

Capaian Pembelajaran
Capaian pembelajaran praktikum dengan pokok bahasan pemahaman

fiture GSM menggunakan GSM trainer, mahasiswa akan dapat:


1) Memahami perintah AT command untuk mengetahui informasi yang
tersimpan pada SIM card, perangkat mobile dan jaringan seluler
menggunakan modul GSM trainer,
2) Melakukan praktikum menggunakan modul GSM trainer dengan sintax
AT command,
3) Menganalisis hasil praktikum dan membandingkan dengan teori tentang
fiture layanan jaringan GSM.
Praktikum dengan pokok bahasan pemahaman fiture GSM menggunakan
GSM trainer adalah melakukan praktikum menggunakan modul GSM trainer
dengan sintax AT command kemudian menganalisis hasil praktikum dan
membandingkan dengan teori tentang fiture layanan jaringan GSM.
6.2

Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum pemahaman fiture GSM

menggunakan GSM trainer, sebagai berikut:


1) SIM card (kartu perdana beserta PIN dan PUK),
2) Personal computer,
3) Modul GSM trainer,
4) Syintax AT command.
6.3

Teori Dasar

6.3.1 SIM Card


Subscriber identity module (SIM) adalah sebuah smart card yang berisi
seluruh informasi pelanggan dan beberapa informasi service yang dimilikinya.
Mobile equipment (ME) tidak dapat digunakan tanpa ada SIM card di dalamnya,
kecuali untuk panggilan emergency dapat dilakukan tanpa menggunakan SIM
card.

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

78

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

SIM merupakan peranti memori GSM yang menyimpan informasi seperti


nomor identifikasi (telepon) pelanggan, jaringan dan negara-negara tempat
pelangan berhak dilayani, kunci-kunci pribadi dan informasi khusus bagi
pengguna. SIM merupakan kartu cerdas (kartu seukuran kartu kredit) yang bagian
darinya (berukuran sekitar 2,2x2,8 cm) dapat dimasukkan ke dalam setiap telepon
GSM. Sehingga SIM dapat dilepas dan dibawa. SIM dapat membedakan identitas
setiap pelanggan GSM. Tanpa adanya pemasangan kartu SIM, semua ponsel GSM
merek apapun dan milik siapapun akan tidak berfungsi dan tidak dapat
dioperasikan.
Secara umum informasi/data yang disimpan di dalam SIM adalah sebagai berikut :
1) International mobile subscriber identity (IMSI)
IMSI adalah penomoran pelanggan yang unik di seluruh dunia. Gambar
6.1 adalah format penomoran IMSI.

Gambar 6.1 Format penomoran IMSI


Keterangan:
Mobile country code (MCC),
Mobile network code (MNC),
Mobile subscriber identification number (MSIN).
2) Mobile subscriber ISDN (MSISDN)

Gambar 6.2 Format penomoran MSISDN


Gambar 6.2 adalah format penomoran MSISDN yang merupakan nomor
panggil pelanggan.
Keterangan:
Country code (CC),
National destination code (NDC),
Subscriber number (SN).
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

79

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Contoh MSISDN 62 811 970399 => CC= 62, NDC = 811, SN = 970399.
3) Authentication key (Ki), alogorithma authentikasi A3 dan A8, PIN dan
PIN unblocking key (PUK).
4) Data network yang bersifat temporer/sementara, seperti: temporary mobile
subscriber identity (TMSI), location area identity (LAI), Kc, forbidden
PLMN.
5) Data yang terkait dengan service, seperti: SMS, seting bahasa,dll.
Secara fungsional, sebuah MS mempunyai fungsi-fungsi sebagai radio
resource management, mobility management, dan juga sebagai communication
management.
Informasi yang ada berupa :
Authentication key (Ki),
Dua algorithma enkripsi, yaitu algoritma autentikasi A3

dan A8

sebagai cipher key,


IMSI dan TMSI,
Service tambahan.
SIM card dilindungi oleh sebuah mekanisme personal identity number (PIN)
yang dimiliki user:
1. SIM berisi data-data spesifik pelanggan GSM,
2. SIM dilengkapi dengan fungsi pengaman akses (PIN dan PUK),
3. Keamanan pelanggan terjamin pada SIM,
4. Kartu SIM dapat digunakan di seluruh jaringan anggota GSM
(internasional roaming),
5. SIM terdiri dari :
- Kartu SIM (ukuran standar ISO, 85 x 54 mm),
- Modul plug-in (ukuran 25 x 15 mm),
SIM + ME + cek PIN + Jaringan = MS aktif / valid,
Data di dalam SIM terdiri dari :
1. Data yang bersifat tetap: (IMSI, MSISDN, authentication key, access
control),
2. Data network temporer (TMSI, LAI, Kc, Forbidden PLMN),

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

80

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

3. Data yang terkait dengan service (SMS, charging counter, pemilihan


bahasa).
6.3.2 Struktur SIM-Card
Seperti layaknya komputer walau dalam ukuran mikro, SIM card juga
memiliki struktur atau dirancang bangun yang terdiri dari beberapa komponen
penting. Umumnya SIM card memiliki ketebalan sekitar 0,8 milimeter, dalam
ukuran kecil ini terdapat beberapa perangkat vital, seperti chip dengan
microprocessor yang merupakan otak dari SIM card. Di dalam chip masih
terdapat EEPROM, volatile random access memory (ROM) dan serial inputoutput interface. Processor pada chip umumnya dibuat oleh silicon vendor, seperti
Siemens, Philips dan Hitachi. Selanjutnya terdapat contact, bagian plat luar yang
berfungsi sebagai reader atau pembaca, lalu terdapat wires yang berfungsi sebagai
penghubung antara chip dan contacs. SIM terdapat epoxy sebuah komponen
penting untuk melindungi chip. Lapisan terluar adalah plastik merupakan body
untuk SIM card. Gambar 6.3 adalah SIM card plug-in 25x15 mm.

Gambar 6.3 SIM card


a) Fungsi SIM Card
Pada jaringan GSM, pesawat telepon dikenal dengan nama mobile station
(MS) yang terdiri dari mobile equipment (ME) dan SIM card. Seluruh identitas
pelanggan tersimpan pada SIM card yang akan mengidentifikasi pelanggan
bergerak. Setelah pelanggan bergerak mengaktifkan perangkat bergeraknya, maka
pelanggan tersebut dapat mengakses seluruh layanan komunikasi bergerak.
b) Kapabilitas Penyimpanan
SIM card berfungsi untuk menyimpan data informasi untuk mendukung
operasi dan pelayanan sistem GSM yang berhubungan dengan autentikasi
pelanggan.
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

81

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Kapabilitas penyimpan yang dimiliki oleh SIM card adalah:


Informasi administrasi, misalnya untuk menunjukkan tipe SIM,
Identifikasi SIM card, untuk menunjukkan nomor seri dan juga
identifikasi pihak yang mengeluarkan,
Tabel pelayanan SIM, untuk menunjukkan fitur optional yang tersedia,
International mobile subscriber identity (IMSI),
Informasi Lokasi,
Chiper key, untuk proses autentikasi,
Informasi broadcast control channel (BCCH),
Kelas pengontrolan akses, untuk menunjukkan tingkatan prioritas,
Public land mobile network (PLMN) yang dilarang, supaya mobile station
tidak mencoba mengakses PLMN yang dilarang,
Periode pencarian home PLMN (HPLMN), digunakan untuk mengontrol
interval waktu pencarian HPLMN jika sedang roaming,
Prefensi bahasa, untuk menunjukkan prioritas bahasa yang digunakan,
Sebagai tambahan, SIM juga harus menyediakan tempat untuk informasi:
Personal identity number (PIN),
Indicator enable/disable PIN,
Penghitung kesalahan PIN,
Pembuka blocking PIN,
Penghitung blocking PIN
Penghitung pembukaan blocking PIN
Data autentikasi
6.3.3 AT Command
AT command berasal dari kata attention command. Attention berarti
peringatan atau perhatian dan command berarti perintah atau instruksi. Pengertian
AT command adalah perintah atau instruksi yang dikenakan pada modem atau
handset. AT command diperkenalkan oleh Dennis Hayes pada tahun 1977 yang
dikenal dengan smart modem.Modem bekerja pada baud rate 300 bps. Modem
ini terdiri dari sederet instruksi yang mengatur komunikasi dan fitur-fitur di
dalamnya. Salah satu contoh sederhana penggunaan AT command misalnya
komunikasi dua buah komputer menggunakan port COM (port RS-232). AT
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

82

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

command mempunyai dua mode, yaitu mode data (data mode) dan mode perintah
(command mode). Untuk berpindah dari mode data menuju mode perintah
dipisahkan oleh tiga tanda plus dan jeda selama satu detik. Dalam
perkembangannya AT command banyak diterapkan pada mobile handset (telepon
selular). Instruksi dasar AT command digunakan hampir oleh semua merk telepon
selular. Namun demikian, ada beberapa instruksi yang ditambahkan sendiri pada
handset tersebut oleh vendor pembuatnya.
AT command adalah perintah yang dapat diberikan kepada handphone
atau GSM/CDMA untuk melakukan sesuatu hal, termasuk untuk mengirim dan
menerima SMS. Dengan memprogram pemberian perintah ini di dalam
komputer/mikrokontroler maka perangkat dapat melakukan pengiriman atau
penerimaan SMS secara otomatis untuk mencapai tujuan tertentu.
Komputer ataupun mikrokontroler dapat memberikan perintah ATcommand melalui hubungan kabel data serial ataupun bluetooth. Antara
perangkat handphone dan GSM/CDMA modem bisa memiliki AT command yang
berbeda, namun biasanya mirip antara satu perangkat dengan perangkat lain.
Untuk dapat mengetahui secara persis maka harus mendapatkan dokumentasi
teknis dari produsen pembuat handphone atau GSM/CDMA modem.
6.3.4 AT Command dan Hyper Terminal
AT command diakses melalui hyperterminal sangat mudah dilakukan. Hal
pertama yang harus dilakukan adalah memastikan komputer dan handset telah
terhubung melalui port COM (menggunakan kabel RS-232) atau melalui COM
virtual pada windows (biasanya menggunakan kabel USB sebagai port COM,
khusus penggunaan kabel USB pastikan bahwa driver kabel tesebut sudah
terinstal).
Prosedur pengoperasian AT command:
Start>Allprogram>Accessories>Communication>Hyper Terminal.
Isikan Name dan pilih Icon sesuka Anda, OK
Selanjutnya menu diatur konfigurasinya. Tekan tombol Disconnect. Buka
file>Properties>

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

83

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Pada connect using, pilih COM yang akan digunakan (sesuau dengan port yang
terhubung dengan handset) dan Click pada Configure. Gambar 6.4, Gambar 6.5
dan Gambar 6.6 adalah tampilan setting AT command.

Gambar 6.4 Tampilan koneksi hyperterminal

Gambar 6.5 Tampilan konfigurasi hyperterminal


Port setting, sebagai berikut:
Bits per second : 9600 bps,
Data bits : 8,
Parity : None,
Stop bits : 1,
Flow control : None, kemudian klik OK

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

84

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Gambar 6.6 Port setting


Berikutnya kembali ke form dialog hyperterminal, tekan tombol Call dan
indikasi bahwa hyperterminal siap digunakan adalah status Connected dan
tertulis 9600 8-N-1, yang ditunjukkan dalam Gambar 6.7.

Gambar 6.7 Status connected

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

85

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

6.4

Prosedur Praktikum
Prosedur praktikum adalah sebagai berikut:
SIM card dipasang pada modul GSM trainer,
Modul GSM trainer dipasang pada komputer,
Program hyperterminal diaktifkan dengan langkah-langkah:
Start program accessories communications hyperterminal,
Pada jendela connect to pilih com1, kemudian diisi nilai berikut:

6.5

Speed 9600 bps,

8 bits data,

No parity,

1 stop bits,

Flow control none.


Tabel Praktikum
Pengamatan praktikum menggunakan Tabel 6.1, yang terdiri syntax AT

command dan respon yang dijawab oleh perangkat.


Tabel 6.1 Pengamatan praktikum
Syntax AT Command

Respon Hasil AT Command

AT+CGMI

Wavecom modem

AT+CGMM

Multiband 900E 1800

AT+CGMR

657a0999.Q24068 1954496 112806 17:56

Dan seterusnya

6.6

Problem
1) Mahasiswa melakukan praktikum menggunakan GSM trainer untuk
mengamati respon AT command yang dimasukkan ke PC.
2) Menganalisis hasil praktikum dan membandingkan dengan teori tentang
fiture layanan jaringan GSM dan menjelaskan masing-masing fungsi AT
command.
3) Setiap mahasiswa memperoleh tugas praktikum dengan topik AT
command yang berbeda.

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

86

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

6.7

Solusi
Solusi adalah menyelesaikan permasalahan dalam problem fiture layanan

jaringan GSM menggunakan GSM trainer.


6.8

Hasil dan Pembahasan


Hasil solusi problem kemudian dibahas untuk dianalisis berdasarkan

capaian pembelajaran pokok bahasan fiture layanan jaringan GSM menggunakan


GSM trainer. Analisis mengacu pada tugas AT command masing-masing
mahasiswa berdasarkan tabel pengamatan praktikum.
6.9

Kesimpulan
Kesimpulan adalah menyimpulkan hasil fiture layanan jaringan GSM

menggunakan GSM trainer, berdasarkan analisis hasil dan pembahasan, dan


kesimpulan mengacu pada capaian pembelajaran.
6.10

Referensi
Referensi adalah rujukan dan tinjauan teori yang digunakan untuk

menyelesaikan fiture layanan jaringan GSM menggunakan GSM trainer.


6.11

Ringkasan

1) AT-command adalah perintah yang dapat diberikan kepada handphone


atau GSM/CDMA modem untuk melakukan sesuatu hal, termasuk untuk
mengirim dan menerima SMS. Dengan memprogram pemberian perintah
ini di dalam komputer/mikrokontroler maka perangkat kita dapat
melakukan pengiriman atau penerimaan SMS secara otomatis untuk
mencapai tujuan tertentu,
2) AT+CGMI digunakan untuk menampilkan nama produsen atau pabrikan
perangkat yang digunakan,
3) AT+CGMM digunakan untuk menampilkan model identifikasi. Pada
percobaan ini didapatkan model identifikasi Multiband 900E 1800, yaitu
GSM 900 MHz extended band dan DCS 1800,
4) AT+CGMR digunakan untuk permintaan revisi identifikasi. Pada
percobaan ini didapatkan 657a0gg9.Q24068 1954496 112806 17:56,
menunjukkan bahwa versi software 657 dan angka 112806 menunjukkan
bahwa perangkat dirilis pada tanggal 28 November 2006,

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

87

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

5) AT+CGSN digunakan untuk menampilkan IMEI pada perangkat yang


digunakan. Pada percobaan ini didapatkan 15 digit IMEI-nya yaitu
354056002447781,
6) AT+CIMI digunakan untuk perintah mengambil nilai IMSI dari SIM. Pada
percobaan ini didapatkan nilai IMSI 510103325527722, 510 merupakan
nomor kode negara, dan 10 adalah kode operator. Sedangkan 3325527722
merupakan kode ID MSIN subscriber.
7) AT+CCID merupakan perintah untuk membaca EF-CCID atau ID pada
SIM card. Pada praktikum diperoleh 8962101233255277288.

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

88

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

BAB VII
APLIKASI MAP INFO UNTUK PLOT KOORDINAT
BASE TRANSCEIVER STATION (BTS)
7.1

Capaian Pembelajaran
Capaian pembelajaran praktikum dengan pokok bahasan aplikasi software

Mapinfo untuk plot koordinat BTS, mahasiswa akan dapat:


1) Memahami tentang software Mapinfo,
2) Memahami tentang software peta digital, google earth, google map dan
arcgis,
3) Mengaplikasikan software Mapinfo dan peta digital untuk plot koordinat
BTS berdasarkan data koordinat lokasi BTS,
4) Menampilkan jarak antar BTS menggunakan software Mapinfo dan peta
digital,
5) Membuat antena sektoral menggunakan software Mapinfo dan peta digital
berdasarkan data sudut azimuth,
6) Melakukan konversi data lokasi BTS dari Mapinfo ke google earth,
7) Melakukan konversi data lokasi BTS dari Mapinfo ke google map,
8) Melakukan konversi data lokasi BTS dari Mapinfo ke arcgis.
Praktikum dengan pokok bahasan aplikasi software Mapinfo untuk plot
koordinat BST adalah melakukan plot koordinat BTS berdasarkan data koordinat
lokasi BTS, menampilkan jarak antar BTS menggunakan software Mapinfo dan
peta digital, membuat antena sektoral menggunakan software Mapinfo dan peta
digital berdasarkan data sudut azimuth, melakukan konversi data lokasi BTS dari
Mapinfo ke google earth, melakukan konversi data lokasi BTS dari Mapinfo ke
google map, melakukan konversi data lokasi BTS dari Mapinfo ke arcgis.
7.2

Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan untuk praktikum aplikasi software

Mapinfo untuk plot koordinat BTS, sebagai berikut:


1) Software mapinfo,
2) Data koordinat lokasi BTS dan sudut azimuth,
3) Peta digital, google earth, google map dan arcgis,
4) Personal computer (PC).
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

89

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

7.3

Teori Dasar

7.3.1 MapInfo
MapInfo adalah salah satu software pengolah sistem informasi geografi
(SIG). MapInfo diminati oleh pemakai SIG karena mempunyai karakteristik yang
menarik, seperti mudah digunakan, harga relatif murah, tampilan interaktif, user
frendly dan dapat di-customized menggunakan bahasa skrip yang dimiliki.
Pembentukan peta di MapInfo dapat diilustrasikan secara analog. Dalam
MapInfo suatu table dapat digambarkan sebagai satu lembar (sheet) dari suatu
film dan suatu komposisi peta di MapInfo merupakan gabungan dari beberapa
lembar (sheet) film tersebut yang disusun secara bertumpuk. Istilah yang umum
digunakan untuk susunan tersebut adalah layering.
Setiap lembar (sheet) merupakan layer yang dapat digabungkan dan
disesuaikan untuk membentuk suatu peta, sehingga dapat dilakukan analisis dari
peta yang terbentuk tersebut. Satu hal yang perlu diingat adalah ketika MapInfo
melakukan redraw peta, MapInfo akan melakukan redraw dari layer yang
tersusun paling bawah kemudian ke layer di atasnya, dan sebaliknya jika ingin
diketahui informasi dari suatu peta. Aplikasi MapInfo antara lain:
7.3.2 Graphical User Interface yang bersifat umum
User interface dari GUI versi MapInfo adalah identik dan dapat terbaca
pada semua platform yang disupport oleh MapInfo. Sehingga user dapat dengan
mudah membuka data pada sistem (platform) yang berlainan.
7.3.3 Table structure
Struktur data binary MapInfo adalah identik dengan semua platform yang
disupport oleh MapInfo. Data dapat dibuka dan dibaca oleh platform yang
berbeda, dan dapat didstribusikan melalui network ke user lain tanpa
diterjemahkan terlebih dahulu.
7.3.4 Grafik yang dintegrasikan dengan basis data
Istilah yang paling tepat untuk menggambarkan MapInfo adalah
geographic or graphic database. MapInfo menggunakan basis data tekstual
yang diintegrasikan dengan data grafiknya.

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

90

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

7.3.5 Basis Data atau Map Selection


Dengan adanya integrasi grafik dengan basis datanya di MapInfo, maka
informasi dapat diketahui melalui seleksi basis data atau seleksi grafiknya.
7.3.6 Basis Data, Map atau Graph Analysis
MapInfo menyediakan tiga jenis windows yang dapat menampilkan data.
Map Window menampilkan data dalam format peta, The Browser window
menampilkan data non-grafik dalam kolom dan baris, mirip dengan spreadsheets,
dan browse merupakan perintah untuk menampilkan dan mengedit basis data. The
Grapher window menampilkan data diagram dalam beberapa format, seperti Pie,
Stacked Bar, 3D Bar, area dan X-Y graphs.
7.3.7 Menampilkan Raster sebagai Background bagi Vector
Image raster, seperti foto udara, peta hasil scan atau citra satelit dapat
digunakan sebagai backgound peta (vektor). Sehingga penyajian peta akan tampak
lebih baik dan presisi dengan detail yang match dengan raster sebagai
backgorund. Dalam MapInfo juga dapat melakukan heads up digitizing dengan
mentrace feature pada raster untuk menghasilkan feature vektor yang dapat
diintegrasikan dengan basis data di MapInfo. Image raster dari aplikasi bitmap
atau aplikasi lainnya juga dapat digunakan untuk menampilkan logo perusahaan di
MapInfo.
7.3.8 Support untuk region yang luas dan object Polyline
MapInfo dapat mensupport region dan polyline yang mencapai 32.767
segmen, sehingga dapat membuat dan menyimpan informasi geografi yang
kompleks.
7.3.9 Hot Views
MapInfo dapat melakukan update data dari satu window yang akan
berpengaruh terhadap data pada window lainnya. Sebagai contoh, jika akan
menseleksi informasi pada browser (window MapInfo yang menampilkan tabel
dalam baris dan kolom) maka grafik pada Map window yang berkorespondensi
dengan informasi pada browser akan terseleksi pula. Dan dapat dilakukan
updating dari salah satu window ini .

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

91

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

7.3.10 SQL Selection


SQL selection dapat memilih dan mengkorelasikan beberapa basis data
dengan menggunakan structured query language (SQL). Fasilitas ini berguna
untuk membuat query yang kompleks dari basis data grafik dan non-grafik yang
berhubungan. SQL ini merupakan mesin basis data di MapInfo.
7.3.11 Geocoding
Geocoding adalah kemampuan untuk menyesuaikan data tekstual dengan
komponen geografik terhadap lokasi fisik dari suatu peta. Contoh: sebuah
perusahaan melakukan geocoding pada basis data kliennya dengan basis data
jaringan jalan untuk kepentingan analisis pasar.
7.3.12 Windows Bitmap atau Metafile export
Beberapa window pada MapInfo, yaitu browser window dan map window
dapat di export ke format windows bitmap atau metafile agar dapat digunakan
untuk apliaksi windows lainnya. Seperti word processors, spreadsheets, paint
programs atau desktop publishers.
7.3.13 Import/Export Utilities
MapInfo menyediakan beberapa fungsi untuk meng-import dan mengexport data. Dengan demikian dapat dibuka data grafik dan data tekstual dengan
aplikasi lainnya.
7.3.14 ODBC Table Support
MapInfo menyediakan interface untuk ODBC. Dengan interface ini, user
dapat menggunakan program basis data seperti Oracle 8i, Sybase 10.x, DB2/2.
7.3.15 Peta Digital
Peta adalah suatu sarana (spasial) dalam memberikan informasi tentang
linkungan, dengan beberapa tema lainnya dan berbagai jenis skala. Peta digital
adalah peta yang datanya terdapat pada pita magnetik, sedangkan pengolahan dan
penyajian datanya menggunakan komputer, misalnya peta yang digambarkan
melalui layar televisi atau layar komputer.
Berdasarkan jenis datanya, Peta Digital terbagi 2:
a. Data Vektor
Data vektor merupakan bentuk bumi yang direpresentasikan ke dalam
kumpulan garis, area (daerah yang dibatasi oleh garis yang berawal dan berakhir
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

92

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

pada titik yang sama), titik dan nodes (titik perpotongan antara dua buah garis).
Data vektor terdiri dari 3 komponen dasar yaitu, titik, garis, dan area/polygon.

Gambar 7.1 Komponen dasar vektor


Pada data vektor sistem informasi geografis akan menyimpan informasi
dalam bentuk kumpulan thematic layers, lengkap dengan atribut masing-masing
beserta hubungan spasialnya seperti dalam Gambar 7.2.

Gambar 7.2 Kumpulan thematic layer


b. Data Raster
Data raster (disebut juga dengan sel grid) adalah data yang dihasilkan dari
sistem penginderaan jauh. Pada data raster, obyek geografis direpresentasikan
sebagai struktur sel grid yang disebut dengan pixel (picture element).

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

93

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Gambar 7.3 Contoh data raster


Perbedaan data vektor dengan data raster ditunjukkan dalam Tabel 7.1.
Tabel 7.1 Perbedaan data vektor dan data raster
Data

Akurasi Posisi Visualisasi

Editing

Vektor

ada

Ada

Tidak ada

ada

Raster

Tidak ada

Tidak ada

ada

Tidak ada

Up Dating

7.3.16 Skala
Perbandingan antara peta digital dan peta konvensional terhadap nilai
skala, pada peta digital tidak ada nilai skala sedangkan peta konvensional nilai
skala adalah tetap.
7.3.17 Sistem Koordinat dan Sistem Proyeksi
Sistem koordinat dan sistem proyeksi yang dikenal

dalam peta

konvensional juga berlaku dalam peta digital. Konversi antar berbagai sistem
koordinat dan sistem proyeksi dapat dilakukan dengan lebih mudah dan cepat.
7.3.18 Informasi Tepi Peta
Pada peta konvensional berisi berbagai keterangan tentang isi peta seperti
legenda, sistem koordinat, sistem proyeksi, tahun pembuatan, sumber data, dan
lain- lain. Pada peta digital dikenal dengan istilah metadata .
7.3.19 Bentuk Penyajian
Bentuk penyajian peta digital berupa softcopy dan continuous sedangkan
peta konvensional berupa hardcopy, lembar per lembar (diskrit).
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

94

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

7.3.20 Aturan Penyimpanan


Aturan penyimpanan peta digital berupa basis data spasial sedangkan peta
konvensional tidak ada lembar peta.
7.3.21 Google Earth
Google earth merupakan sebuah program globe virtual yang sebenarnya
disebut earth viewer dan dibuat oleh Keyhole, Inc. Program tersebut memetakan
bumi dari superimposisi gambar yang dikumpulkan dari pemetaan satelit,
fotografi udara dan globe GIS 3D, yang tersedia dalam tiga lisensi berbeda.
Manfaat google earth, untuk:
Memetakan sebuah lokasi dengan konsep terbaru dan melalui presisi yang
tinggi.
Melihat kawasan yang belum tersentuh oleh tangan manusia sehingga bisa
diketahui kondisi kawasan tersebut.
Mencari sumber daya alam yang masih bisa dieksplorasi demi kepentingan
masyarakat.
Mengetahui titik koordinat sebuah bencana yang terjadi di bumi, seperti
mencari kapal tenggelam atau pesawat yang jatuh dan hilang.
Google earth adalah aplikasi pemetaan interaktif yang memudahkan melihat
dunia dan mengamati gambar dari satelit yang menampakkan sketsa dari jalan,
bangunan, keadaan geografis, dan data spesifik mengenai lokasi atau tempat
tertentu. Google earth adalah cara yang luar biasa untuk melihat dunia dan sangat
bermanfaat untuk alat pendidikan. Langkah-langkah menggunakan google earth:
1) Men-download aplikasi google earth.
2) Install aplikasi google earth.
3) Ketik alamat user dalam kotak Fly To.
4) Gunakan tombol control di sisi kanan layar untuk menavigasi arah mata
angin.
5) Jika ingin menjelajahi alam semesta tinggal klik gambar kecil saturnus.

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

95

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Gambar 7.4 Tampilan google earth


7.3.22 Latitude dan Longitude
Alat GPS terbaru biasanya koordinat di tampilkan dalam format DerajatMenit-Detik (Degree-Minutes-Second) pembacaan lebih mudah daripada dalam
format derajat saja (DDD). Latitude sama dengan garis lintang dan longitude sama
dengan garis bujur. Latitude adalah garis yang melintang di antara kutub utara dan
kutub selatan, sedangkan longitude adalah garis yang menghubungkan antara sisi
timur dan barat bagian bumi. Garis longitude sama halnya garis equator, tetapi
dengan kondisi nilai tertentu. Garis lintang digunakan ukuran dalam mengukur
sisi utara-selatan koordinat suatu titik di belahan bumi.
Latitude di bedakan menjadi 2 wilayah, yaitu utara (lintang utara) dan
selatan (lintang selatan), dimana nilai koordinat di bagian utara selalu positif dan
nilai koordinat di bagian selatan adalah negatif.
Nilai-nilai berikut ini digunakan sebagai acuan ukuran garis lintang, yaitu:
1. Garis paling atas (kutub utara) = 90 derajat.
2. Garis paling tengah (equator) = 0 derajat, dan
3. Garis paling bawah (kutub selatan) = -90 derajat.
Nilai kesetaraan derajat ke dalam bentuk satuan kilometer (km) adalah
sebagai berikut: 1 derajat latitude = 111 km 1 menit latitude = 1.85 km.
Longitude adalah garis membujur yang menghubungkan antara sisi utara
dan sisi selatan bumi (kutub). Garis bujur digunakan untuk mengukur sisi barattimur koordinat suatu titik di belahan bumi.
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

96

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Nilai longitude, garis tengah bernilai 0 (nol) derajat disebut garis prime
meridian. Sedangkan garis yang berada paling kiri memiliki nilai -90 derajat dan
yang paling kanan memiliki nilai 90 derajat.
Longitude dibedakan menjadi 2 wilayah, yaitu bujur timur dan bujur
barat, dimana koordinat yang berada di timur selalu bernilai negatif, dan
sebaliknya yang berada di barat selalu positif. Nilai satuan ukuran derajat menjadi
kilometer pada longitude sama seperti pada latitude.

Gambar 7.5 Garis latitude dan longitude


Metode pengukuran koordinat suatu titik terlebih dulu diukur dalam
derajat berdasarkan latitude dan longitude, setelah itu ditranslasikan dalam satuan
kilometer, baik dalam format degree (DDD) atau degree-minutes-second (DMS).

7.3.23 Sistem Informasi Geografi (SIG)


SIG adalah suatu sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan
data yang bereferensi spasial atau berkoordinat geografi atau suatu SIG adalah
suatu sistem basis data dengan kemampuan khusus untuk menangani data yang
bereferensi keruangan (spasial) bersamaan dengan seperangkat operasi kerja
(Barus dan Wiradisastra, 2000). Sedangkan menurut Anon (2001) SIG adalah
suatu sistem Informasi yang dapat memadukan antara data grafis (spasial) dengan
data teks (atribut) objek yang dihubungkan secara geogrfis di bumi
(georeference). SIG juga dapat menggabungkan data, mengatur data dan
melakukan analisis data yang akhirnya akan menghasilkan keluaran yang dapat
dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan pada masalah yang berhubungan
dengan geografi.
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

97

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

SIG dibagi menjadi dua kelompok yaitu sistem manual (analog) dan
sistem otomatis (yang berbasis digital komputer). Perbedaan yang paling
mendasar terletak pada cara pengelolaannya. Sistem Informasi manual biasanya
menggabungkan beberapa data seperti peta, lembar transparansi untuk tumpang
susun (overlay), foto udara, laporan statistik dan laporan survei lapangan. Semua
data tersebut dikompilasi dan dianalisis secara manual dengan alat tanpa
komputer. Sedangkan SIG otomatis telah menggunakan komputer sebagai sistem
pengolah data melalui proses digitasi. Sumber data digital dapat berupa citra
satelit atau foto udara digital serta foto udara yang terdigitasi. Data lain dapat
berupa peta dasar terdigitasi (Nurshanti, 1995).
Pengertian GIS/SIG saat ini lebih sering diterapkan bagi teknologi
informasi spasial atau geografi yang berorientasi pada penggunaan teknologi
komputer. Dalam hubungannya dengan teknologi komputer, Arronoff (1989)
dalam Anon (2003) mendifinisikan SIG sebagai sistem berbasis komputer yang
memiliki kemampuan dalam menangani data bereferensi geografi yaitu
pemasukan data, manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan kembali),
memanipulasi dan analisis data, serta keluaran sebagai hasil akhir (output).
Sedangkan Burrough, 1986 mendefinisikan SIG sebagai sistem berbasis komputer
yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, mengelola, menganalisis dan
mengaktifkan kembali data yang mempunyai referensi keruangan untuk berbagai
tujuan yang berkaitan dengan pemetaan dan perencanaan. Komponen utama SIG
dibagi menjadi 4 komponen utama yaitu: perangkat keras (digitizer, scanner,
central procesing unit (CPU), hard-disk, dan lain-lain), perangkat lunak
(ArcView, Idrisi, ARC/INFO, ILWIS, MapInfo, dan lain-lain), organisasi
(manajemen) dan pemakai (user). Kombinasi yang benar antara keempat
komponen utama akan menentukan kesuksesan suatu proyek pengembangan SIG.
Aplikasi SIG dapat digunakan untuk berbagai kepentingan selama data
yang diolah memiliki referensi geografi, maksudnya data tersebut terdiri dari
fenomena atau objek yang dapat disajikan dalam bentuk fisik serta memiliki
lokasi keruangan (Indrawati, 2002).
Tujuan pemanfaatan SIG adalah untuk mempermudah mendapatkan
informasi yang telah diolah dan disimpan sebagai atribut suatu lokasi atau obyek.
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

98

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Ciri utama data yang dapat dimanfaatkan dalam SIG adalah data yang telah terikat
dengan lokasi dan merupakan data dasar yang belum dispesifikasi (Dulbahri,
1993).
Data-data yang diolah dalam SIG pada dasarnya terdiri dari data spasial
dan data atribut dalam bentuk digital, dengan demikian analisis yang dapat
digunakan adalah analisis spasial dan analisis atribut. Data spasial merupakan data
yang berkaitan dengan lokasi keruangan yang umumnya berbentuk peta.
Sedangkan data atribut merupakan data tabel yang berfungsi menjelaskan
keberadaan berbagai objek sebagai data spasial.
Penyajian data spasial mempunyai tiga cara dasar yaitu dalam bentuk
titik, garis dan area (polygon). Titik merupakan tampilan tunggal dari sepasang
koordinat x,y yang menunjukkan lokasi suatu obyek berupa ketinggian, lokasi
kota, lokasi pengambilan sample dan lain-lain. Garis merupakan sekumpulan titiktitik yang membentuk suatu tampilan memanjang seperti sungai, jalan, kontur dan
lain-lain. Sedangkan area adalah tampilan yang dibatasi oleh suatu garis yang
membentuk suatu ruang homogen, misalnya: batas daerah, batas penggunaan
lahan, pulau dan lain sebagainya.
Struktur data spasial dibagi dua yaitu model data raster dan model data
vektor. Data raster adalah data yang disimpan dalam bentuk kotak segi empat
(grid)/sel sehingga terbentuk suatu ruang yang teratur. Data vektor adalah data
yang direkam dalam bentuk koordinat titik yang menampilkan, menempatkan dan
menyimpan data spasial dengan menggunakan titik, garis atau area (polygon)
(Barus dan Wiradisastra, 2000).
Lukman (1993) menyatakan bahwa SIG menyajikan informasi keruangan
beserta atributnya yang terdiri dari beberapa komponen utama yaitu:
1) Masukan data merupakan proses pemasukan data pada komputer dari
peta (peta topografi dan peta tematik), data statistik, data hasil analisis
penginderaan jauh data hasil pengolahan citra digital penginderaan jauh,
dan lain-lain. Data-data spasial dan atribut baik dalam bentuk analog
maupun data digital tersebut dikonversikan ke dalam format yang
diminta oleh perangkat lunak sehingga terbentuk basisdata (database).
Menurut Anon (2003) basisdata adalah pengorganisasian data yang tidak
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

99

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

berlebihan dalam komputer sehingga dapat dilakukan pengembangan,


pembaharuan, pemanggilan, dan dapat digunakan secara bersama oleh
pengguna.
2) Penyimpanan data dan pemanggilan kembali (data storage dan retrieval)
ialah penyimpanan data pada komputer dan pemanggilan kembali dengan
cepat (penampilan pada layar monitor dan dapat ditampilkan/cetak pada
kertas).
3) Manipulasi data dan analisis ialah kegiatan yang dapat dilakukan
berbagai macam perintah misalnya overlay antara dua tema peta,
membuat buffer zone jarak tertentu dari suatu area atau titik dan
sebagainya. Anon (2003) mengatakan bahwa manipulasi dan analisis data
merupakan ciri utama dari SIG. Kemampuan SIG dalam melakukan
analisis gabungan dari data spasial dan data atribut akan menghasilkan
informasi yang berguna untuk berbagai aplikasi
4) Pelaporan data ialah dapat menyajikan data dasar, data hasil pengolahan
data dari model menjadi bentuk peta atau data tabular. Menurut Barus
dan wiradisastra (2000) Bentuk produk suatu SIG dapat bervariasi baik
dalam hal kualitas, keakuratan dan kemudahan pemakainya. Hasil ini
dapat dibuat dalam bentuk peta-peta, tabel angka-angka: teks di atas
kertas atau media lain (hard copy), atau dalam cetak lunak (seperti file
elektronik).
Menurut Anon (2003) ada beberapa alasan menggunakan SIG, antara lain:
1. SIG menggunakan data spasial maupun atribut secara terintegrasi.
2. SIG dapat digunakan sebagai alat bantu interaktif yang menarik dalam
usaha meningkatkan pemahaman mengenai konsep lokasi, ruang,
kependudukan, dan unsur-unsur geografi yang ada dipermukaan bumi.
3. SIG dapat memisahkan antara bentuk presentasi dan basis data.
4. SIG

memiliki

kemampuan

menguraikan

unsur-unsur

yang

ada

dipermukaan bumi kedalam beberapa layer atau coverage data spasial.


5. SIG memiliki kemampuan yang sangat baik dalam memvisualisasikan data
spasial berikut atributnya.
6. Semua operasi SIG dapat dilakukan secara interaktif.
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

100

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

7. SIG dengan mudah menghsilkan peta-peta tematik.


8. semua operasi SIG dapat di-costumize dengan menggunakan perintahperintah dalam bahasa script.
9. Peragkat lunak SIG menyediakan fasilitas untuk berkomunikasi dengan
perangkat lunak lain
10. SIG sangat membantu pekerjaan yang erat kaitannya dengan bidang
spasial dan geoinformatika.
Barus dan Wiradisastra (2000) juga mengungkapkan bahwa SIG adalah
alat yang handal untuk menangani data spasial, dimana dalam SIG data dipelihara
dalam bentuk digital sehingga data ini lebih padat dibanding dalam bentuk peta
cetak, tabel atau dalam bentuk konvensional lainnya yang akhirnya akan
mempercepat pekerjaan dan meringankan biaya yang diperlukan.
Sarana utama untuk penanganan data spasial adalah SIG. SIG didesain
untuk menerima data spasial dalam jumlah besar dari berbagai sumber dan
mengintergrasikannya menjadi sebuah informasi, salah satu jenis data ini adalah
data pengindraan jauh. Pengindraan jauh mempunyai kemampuan menghasilkan
data spasial yang susunan geometrinya mendekati keadaan sebenarnya dengan
cepat dan dalam jumlah besar. Barus dan Wiradisastra (2000) mengatakan bahwa
SIG akan memberi nilai tambah pada kemampuan pengindraan jauh dalam
menghasilkan data spasial yang besar dimana pemanfaatan data pengindraan jauh
tersebut tergantung pada cara penanganan dan pengolahan data yang akan
mengubah menjadi informasi yang berguna.
7.3.24 Antena Sektoral
Antenna sektoral disebut dengan antenna patch panel. Umumnya antenna
sektoral mempunyai polarisasi vertikal, beberapa diantaranya juga mempunyai
polarisasi horizontal. Antenna sektoral umumnya mempunyai penguatan lebih
tinggi dari antenna omni sekitar 10-19 dBi. Antenna sektoral sangat baik untuk
memberikan servis di daerah dalam jarak 6-8 km. Penguatan pada antenna
sektoral biasanya di kompensasi dengan lebar pola radiasi antara 45-180 derajat.
Gambar 7.6 memperlihatkan pola radiasi antena sektoral.

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

101

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Gambar 7.6 Pola radiasi antena sektoral


Antena sektoral berbentuk persegi panjang, terpasang pada tower dengan
ketinggian tertentu berfungsi sebagai penghubung antara BTS dan handphone, ada
dua tipe antena sektoral, yaitu monotype, biasa dipakai untuk daerah rural dan sub
urban dan dual tipe untuk daerah urban (daerah yang padat penduduk).
7.4

Prosedur Praktikum
Prosedur praktikum meliputi prosedur instalasi, prosedur pengoperasian

dan porsedur aplikasi.


1) Prosedur Instalasi
Prosedur instalasi software MapInfo:
a) Software MapInfo dibuka, kemudian pilih folder Install dan buka aplikasi
demo32, tampilan ditunjukkan dalam Gambar 7.7.

Gambar 7.7 Tampilan menu instalasi


Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

102

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

b) Pilih menu Install Products, dan akan muncul tampilan dalam Gambar 7.8,
kemudian klik menu Map Info Professional dan hasilnya ditunjukkan
dalam Gambar 7.9.

Gambar 7.8 Tampilan instalasi

Gambar 7.9 Tampilan proses instalasi


c) Pada Gambar 7.9 dipilih Next, dan muncul tampilan dalam Gambar 7.10.

Gambar 7.10 Tampilan proses instalasi


Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

103

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

d) Pada Gambar 7.10 dipilih modify, kemudian klik Next (Gambar 7.11).

Gambar 7.11 Tampilan menu modify


e) Berikutnya memilih program feature yang akan di-install, dan dipilih
MapInfo kemudian klik next.

Gambar 7.12 Tampilan menu feature


f) Kemudian muncul tampilan informasi pelanggan (Gambar 7.13), isilah
data yang diperlukan.

Gambar 7.13 Tampilan pengisian user name


Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

104

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

g) Serial number diisi dari folder crack, lalu dibuka aplikasi MapInfo Keygen,
klik generate, setelah muncul nomor, copy kemudian paste pada kolom
serial number dan klik Next.

Gambar 7.14 Tampilan generate serial number


h) Kemudian akan keluar folder tujuan yang akan di-install, klik Next
(Gambar 7.15).

Gambar 7.15 Tampilan destination folder


i) Map Info Professional 7.0 - install Shield Wizard dapat dilakukan instalasi,
dan klik install (Gambar 7.16).

Gambar 7.16 Tampilan memulai instalasi


Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

105

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

j) Proses instalasi dimulai (dalam Gambar 7.17).

Gambar 7.17 Tampilan proses instalasi


k) Proses instalasi selesai setelah keluar tampilan seperti dalam Gambar 7.18,
kemudian klik finish.

Gambar 7.18 Tampilan proses instalasi selesai


2) Prosedur Pengoperasian MapInfo
Prosedur pengoperasian software MapInfo:
a) Software MapInfo dibuka dan mucul tampilan awal seperti Gambar 7.19.

Gambar 7.19 Tampilan awal MapInfo


Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

106

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

b) Tampilan MapInfo terdapat kotak dialog quick start, kemudian klik


Cancel.
c) File peta digital kecamatan Lowokwaru dibuka dengan cara memilih
toolbar open file dan membuka layer control pada main menu,
centang semua perintah dalam cosmetic layer. Hasil tampilan ditunjukkan
dalam Gambar 7.20 dan Gambar 7.21.

Gambar 7.20 Tampilan peta digital

Gambar 7.21 Tampilan peta digital


d) Satuan koordinat BTS diatur dengan cara memilih toolbar map dan klik
option, akan muncul tampilan dalam Gambar 7.22.

Gambar 7.22 Tampilan toolbarmap


Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

107

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

e) Data koordinat lokasi BTS diplot dengan cara memilih toolbar symbol
pada drawing menu kemudian double-click pada peta sehingga muncul
tampilan dalam Gambar 7.23.

Gambar 7.23 Tampilan input koordinat BTS


f) Klik OK dan muncul titik hasil plot koordinat BTS pada peta digital,
yang ditunjukkan dalam Gambar 7.24.

Gambar 7.24 Tampilan hasil plot koordinat BTS


g) Lokasi koordinat BTS diberi nama dengan cara memilih toolbar text
pada drawing menu, yang ditunjukkan dalam Gambar 7.25.

Gambar 7.25 Tampilan label nama BTS


Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

108

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

h) Lokasi koordinat BTS yang lain dilakukan hal yang sama pada wilayah
kecamatan Lowokwaru, hasil plot ditunjukkan dalam Gambar 7.26.

Gambar 7.26 Hasil lokasi BTS kecamatan Lowokwaru


i) Setiap BTS dihubungkan satu sama lain dengan manggunakan toolbar
line pada drawing menu kemudian ukuran jarak antar BTS diperoleh
dengan mengcopy panjang garis dari task bar line object atau klik 2
kali dari garis tersebut kemudian muncul kotak dialog dan copy jarak pada
kotak dialog dan paste di layer MapInfo, Gambar 7.27 adalah tampilan
jarak antar BTS.

Gambar 7.27 Tampilan jarak antar BTS


j) Setiap BTS dilakukan hal yang sama, dan hasilnya ditunjukkan dalam
Gambar 7.28.

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

109

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Gambar 7.28 Hasil jarak antar BTS


k) Pola antena sektoral dibuat pada setiap BTS, sebagai berikut:
a. Lingkaran dibuat dengan cara klik toolbar ellipse pada drawing
menu, ukuran jari-jari lingkaran dibuat dengan cara jarak antar BTS
dibagi dua. Jarak antara BTS AJ dan AB lebih panjang daripada jarak
BTS AJ dan AZ, sehingga lingkaran BTS AJ dan AZ dibuat lebih dulu.

Gambar 7.29 Hasil jarak antar BTS

Klik OK, sehingga keluar tampilan dalam Gambar 7.30.

Gambar 7.30 Tampilan jari-jari lingkaran


Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

110

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

b. Pola antena sektoral dibuat dengan cara memperkirakan sudut azimuth


alfa, beta dan gama berdasarkan data BTS, klik toolbar ellipse pada
drawing menu, kemudian klik line antara titik lokasi BTS dengan
keliling lingkaran sesuai data azimuth, ditunjukkan dalam Gambar
5.24. Antena sektoral dibuat pada semua BTS,

hasil keseluruhan

dalam Gambar 7.31. Lingkaran atau jangkauan BTS diatur agar tidak
terjadi blankspot.

Gambar 7.31 Hasil antena sektoral BTS

Gambar 3a

Gambar 7.32 Hasil antena sektoral BTS lengkap


Gambar 7.32 adalah hasil antena sektoral dengan menghapus
lingkaran pada BTS dan memberi legenda pada gambar.

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

111

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Gambar 7.33 Hasil antena sektoral BTS dan legenda

3) Prosedur Aplikasi
Prosedur aplikasi untuk konversi dari mapinfo ke google earth. Hasil plot
koordinat lokasi BTS menggunakan google earth:
a) Data koordinat lokasi BTS diplot sesuai data, kemudian memberi nama
BTS dan dapat merubah bentuk BTS pada tombol icon pada pojok kanan
atas, ditunjukkan dalam Gambar 7.34 dan Gambar 7.35.

Gambar 7.34 Tampilan hasil google earth

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

112

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Gambar 7.35 Tampilan hasil google earth data lengkap


b) Jarak antar BTS dihubungkan satu sama lain, yang ditunjukkan dalam
Gambar 7.35 dan 7.36 (kecamatan Lowokwaru).

Gambar 7.36 Hasil jarak antar BTS

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

113

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Gambar 7.37 Hasil jarak antar BTS kec. Lowokwaru


c) Gambar 7.37 adalah hasil keseluruhan data koordinat lokasi BTS.

Gambar 7.38 Hasil keseluruhan data koordinat lokasi BTS

Gambar 7.38 adalah hasil import dari MapInfo ke google earth, yaitu hasil
convert MapInfo to google earth.
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

114

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

d) google map
Prosedur plot koordinat lokasi BTS menggunakan google map, adalah:
Situs http://maps.google.com dibuka, kemudian log in dengan account
gmail.
Klik my place pada menu.
Kemudian pilih import.
Kemudian pilih file yang akan di-import (tampilan dalam Gambar 7.39).
Pilih file .kml kemudian klik upload from file (tampilan dalam Gambar
7.40).

Gambar 7.39 Tampilan google map

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

115

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Gambar 7.40 Tampilan hasil import file google map


a) Hasil plot keseluruhan lokasi koordinat BTS pada MapInfo, ditunjukkan
dalam Gambar 7.41.

Gambar 7.41 Hasil keseluruhan plot lokasi koordinat BTS

b) Hasil convert plot keseluruhan lokasi koordinat BTS dari MapInfo ke


google earth, ditunjukkan dalam Gambar 7.42 dan Gambar 7.43.
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

116

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Gambar 7.42 Hasil convert dari mapinfo ke google earth

Gambar 7.43 Hasil convert dari MapInfo ke google earth

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

117

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

c) Hasil convert plot keseluruhan lokasi koordinat BTS dari MapInfo ke


google map, ditunjukkan dalam Gambar 7.44.

Gambar 7.44 Hasil convert dari MapInfo ke google map


7.5

Problem
1) Mengaplikasikan software Mapinfo dan peta digital untuk plot koordinat
BTS berdasarkan data koordinat lokasi BTS,
2) Menampilkan jarak antar BTS menggunakan software mapinfo dan peta
digital,
3) Membuat antena sektoral menggunakan software Mapinfo dan peta digital
berdasarkan data sudut azimuth,
4) Melakukan konversi data lokasi BTS dari Mapinfo ke google earth,
5) Melakukan konversi data lokasi BTS dari Mapinfo ke google map,
6) Melakukan konversi data lokasi BTS dari Mapinfo ke arcgis.

7.6

Solusi
Solusi adalah menyelesaikan permasalahan dalam problem aplikasi

software Mapinfo untuk plot koordinat BTS.

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

118

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

7.7

Hasil dan Pembahasan


Hasil solusi problem kemudian dibahas untuk dianalisis berdasarkan

capaian pembelajaran pokok bahasan aplikasi software Mapinfo untuk plot


koordinat BTS.
7.8

Kesimpulan
Kesimpulan adalah menyimpulkan hasil aplikasi software Mapinfo untuk

plot koordinat BTS. Berdasarkan analisis hasil dan pembahasan, dan kesimpulan
mengacu pada capaian pembelajaran.
7.9

Referensi
Referensi adalah rujukan dan tinjauan teori yang digunakan untuk

menyelesaikan aplikasi software Mapinfo untuk plot koordinat BTS.

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

119

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

BAB VIII
LINK BUDGET SISTEM CDMA
8.1

Capaian Pembelajaran
Capaian pembelajaran praktikum dengan pokok bahasan link budget

sistem CDMA ini mahasiswa diharapkan dapat:


1) Menentukan beban daya jaringan,
2) Memprediksi rugi-rugi propagasi gelombang radio sistem mobile,
3) Mengalokasikan daya sesuai kanal forward link dan reverse link,
4) Menghitung coverage dan performance untuk base station dan mobile
station,
5) Menghitung radius sel.
Praktikum dengan pokok bahasan link budget sistem CDMA mahasiswa
melakukan perhitungan coverage area menggunakan link budget pada sisi uplink
dan downlink untuk memperoleh nilai radius sel berdasarkan prediksi rugi-rugi
propagasi gelombang radio sistem mobile.
8.2

Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum link budget sistem

CDMA, sebagai berikut:


1) Formula link budget,
2) Parameter rugi-rugi propagasi,
3) Personal computer (PC).
8.3

Dasar Teori
Desain link budget menggunakan model propagasi untuk menentukan

berapa banyak site sel yang diperlukan untuk meng-cover suatu jaringan.
Propagasi model membantu untuk menentukan dimana sel site harus ditempatkan
untuk memperoleh posisi yang optimal dalam suatu jaringan. Performansi suatu
jaringan dipengaruhi oleh model propagasi yang dipilih karena model digunakan
untuk memprediksi interferensi.

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

120

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

8.3.1 Pemodelan untuk Lingkungan di Luar Gedung


1)

Model Analisis
Model analisis digunakan untuk memprediksi rugi-rugi propagasi

di

lingkungan luar gedung berdasarkan karakteristik standard deviasi, rugi-rugi


lintasan eksponensial, dan konstanta redaman sinyal yang melalui ruang bebas.
Analisis ini sesuai untuk coverage area wide range misalnya: urban, sub urban
dan rural.
2)

Model Empiris
Beberapa model empiris yang disarankan dan digunakan untuk

memprediksi rugi-rugi propagasi, yaitu model Hata-Okumura dan WalfischIkegami. Jenis sistem seluler antara lain, GSM and EGSM, DCS 1800, CDMA,
WCDMA, dan CDMA20001x. Setiap sistem selular mempunyai range frekuensi
yang berbeda sehingga model empiris dipilih sesuai frekuensinya.
a. Model Hata-Okumura
Kebanyakan tool propagasi menggunakan model Hata. Model empiris
Hata diperoleh dari laporan teknis Okumura, sehingga tool yang digunakan
adalah Hata-Okumura. Range frekuensi untuk pemakaian model HataOkumura antara 1501500 MHz. Persamaan (1.1) adalah untuk
menentukan rugi-rugi rata-rata.
Area urban:
L50= 69,55+26,16logfc 13,82loghb - a(hm)+(44,96,55loghb) logr dB (8.1)
keterangan:
fc

frekuensi (MHz),

L50

Mean path loss (dB),

hb

= tinggi antena Base Station (m),

a (hm) = faktor koreksi untuk tinggi antena mobile (m),


r

= jarak dari Base Station.

Range parameter untuk model Hata adalah valid, jika:


150 MHZ fc 1500 MHz
30 m hb 200 m
1 m hm 10 m
1 km r 20 MHz
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

121

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

a (hm) dhitung berdasarkan:


ukuran kota kecil atau medium
a (hm) = (1,1 log fc 0,7) hm (1,56 log fc 0,8) dB

(8.2)

untuk ukuran kota besar


a (hm) = 8,29 (log 1,54 hm) 2 1,1 dB, fc 200 MHz

(8.3)

Atau : a (hm) = 3,2 (log 11,75 hm) 2 4,97 dB, fc 400 MHz

(8.4)

Area Sub Urban:

f 2

L su L u 2 log C 5 ,4
28

dB

(8.5)

Area Open atau Rural:

L o L u 4 ,78 (log f c ) 2 18 ,33 log f c 40 ,94

dB

(8.6)

Metode Hata- Okumura mempunyai kelebihan yaitu mudah digunakan


(langsung dimasukkan pada rumus yang sudah jadi) dan kekurangan
yaitu tidak ada parameter eksak yang tegas antara daerah kota, daerah
suburban, maupun daerah terbuka.
Rumus redaman propagasi untuk ketiga kategori tersebut berdasarkan pada
perhitungan di daerah kota (urban), sedangkan redaman pada daerah
pinggiran kota (sub urban) dan daerah terbuka (open area) diperoleh
dengan membuat koreksi terhadap daerah kota (urban).
b. Model Walfisch-Ikegami (COST 231)
Model ini digunakan untuk mengestimasi rugi-rugi lintasan di lingkungan
perkotaan untuk komunikasi selular. Model empiris ini adalah kombinasi
dari model empiris dan deterministik untuk memperkirakan path loss di
lingkungan perkotaan selama rentang frekuensi 800 MHz sampai 2000
MHz. model ini digunakan terutama di Eropa untuk sistem GSM dan
dalam beberapa model propagasi di amerika serikat. Model Walfisch Ikegami memperhitungkan street width, street diffraction, and scatter
losses.
Model Wallfisch-Ikegami terdiri dari 3 komponen :
Free space loss (Lf)
Roof to street diffraction and scatter loss (Lrts)
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

122

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Multiscreen loss (Lms)

L50 = L + L + L
f

Atau

rts

L50 = L

(8.7)

ms

jika L + L 0

rts

ms

(8.8)

Keterangan:
Lf = free space loss
Lrts = roof to street diffraction and scatter loss
Lms = multiscreen loss
Untuk free space loss dirumuskan:
Lf = 32.4 + 20 log r + 20 log fc

dB

Untuk roof to street diffraction and scatter loss dirumuskan:


Lrts = -16.9 + 10 log10 W + 20 log10 fc + 20 log10 hm + L0 dB
Keterangan:
W = lebar jalan (m), dan
hm= hr hm

(m).

L0 = - 9,646

; 0 < < 35 derajat

L0 = 2,5 + 0,075( - 35)

; 35 < < 55 derajat

L0 = 4,0 0,114( - 55)

; 55 < < 90 derajat

Keterangan: = sudut datang relatif terhadap jalan.


Untuk multiscreen loss dirumuskan:
Lms = Lbsh + ka + kd log10 r + kf log10 fc - 9 log10 b
Keterangan:
b

= jarak antar gedung sepanjang lintasan radio (m)

Lbsh = -18 log (11 + hb )

; hb > hr,

Lbsh = 0

; hb < hr,

ka

= 54

; hb > hr,

ka

= 54 + 0,8hb

; r > 500 m, hb < hr,

ka

= 54 1,6 hb . r

; r < 500m, hb < hr,

kd

= 18

; hb < hr,

kd

= 18 15 (hb/hm )

; hb hr

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

123

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

kf

= 4 + 0,7 (fc/925 1) ; untuk kota ukuran sedang dan suburban


dengan kerapatan pohon cukup moderat.

kf = 4 + 1.5 (fc/925 - 1)

; untuk pusat kota metropolitan.

Catatan: nilai Lsh dan ka meningkatkan path loss untuk hb yang lebih
rendah.
Range parameter untuk model Wallfisch-Ikegami adalah valid, jika:
800 MHZ fc 2000 MHz
4 m hb 50 (m)
1 m hm 3 (m)
0,02 km r 5 (km)
Nilai default yang dapat digunakan untuk model tersebut, sebagai berikut:
b = 20 -50 (m)
W = b/2
= 90 derajat
Roof = 3 untuk pitchd roof dan 0 untuk roof datar
hr= 3 (jumlah lantai) + roof.
8.3.2 Faktor Propagasi
Faktor propagasi dipengaruhi parameter-parameter untuk prediksi path
loss, untuk menghitung path loss dan parameter sistem (transmitter power,
receiver noise figure, antenna gains, receiver bandwidth, processing gain, power
control error, building penetration, body/orientation loss dan interference).
8.3.3 Prosedur link budget
Prosedur link budget, adalah sebagai berikut:
1) Identifikasi parameter yang mempengaruhi forward and reverse link.
Parameter spesifik akses teknologi,
Parameter spesifik produk,
Parameter dasar morfologi.
2) Menentukan maximum allowable path loss (MAPL) pada forward and
reverse link.
3) Menyeimbangkan daya forward dan reverse link.

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

124

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

8.4

Problem
Hitung cell range suatu BS menggunakan prosedur link budget, dengan

parameter suatu BS dan MS, sebagai berikut:


Information rate

= 144.000 bps,

Daya radiasi efektif MS(Pm)

= 200 mW (23dBm),

Gain antena BS (Gb)

= 14 dBi,

Rugi-rugi kabel antena receiver BS (Lc)

= 2,5 dB,

Noise figure receiver (Fb)

= 5 dB,

Margin yang diperlukan (Eb/Nt)

8.5

= 6,8dB (dengan diversity antena BS)

Noise floor BS (No)

= -174 dBm/Hz,

Log normal shadowing margin

=8dB,

Body/orientation loss

= 2 dB,

Building penetration loss

= 10 dB,

Frekuensi (fc)

= 1800 MHz,

Street width (W)

= 20 m,

Spasi antar gedung (b)

= 20 m,

Rata-rata tinggi atap gedung (hr)

= 20 m,

Tinggi antena MS (m)

= 1,7 m,

Tinggi antena BS (hb)

= 40 m,

Street orientation, ( )

= 90 degrees.

Solusi
Solusi adalah menyelesaikan permasalahan dalam problem link budget

sistem CDMA. Solusi problem diselesaikan dengan langkah-langkah sebagai


berikut:
1) Menghitung nilai available path loss,
2) Menghitung nilai L50,
3) Menghitung nilai Lf,
4) Menghitung nilai Lrts,
5) Menghitung nilai Lms,
6) Menghitung nilai r ,
7) Menghitung r pada sisi uplink (1710-1785 MHz) dan downlink (1805-1880
MHz),
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

125

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

8) Terdapat empat kali perhitungan nilai r, yaitu pada frekuensi 1710 MHz,
1785 MHz, 1805 MHz dan 1880 MHz.
8.6

Hasil dan Pembahasan


Hasil solusi problem kemudian dibahas untuk dianalisis berdasarkan

capaian pembelajaran pokok bahasan link budget sistem CDMA.


8.7

Kesimpulan
Kesimpulan adalah menyimpulkan hasil perhitungan link budget sistem

CDMA berdasarkan analisis hasil dan pembahasan, dan kesimpulan mengacu


pada capaian pembelajaran.
8.8

Referensi
Referensi adalah sumber pustaka dan tinjauan teori yang digunakan untuk

menyelesaikan perhitungan link budget sistem CDMA

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

126

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

BAB IX
DESAIN PENERAPAN TEKNOLOGI TERBARU
PADA SISTEM SELULER

9.1

Capaian Pembelajaran
Capaian pembelajaran praktikum dengan pokok bahasan desain penerapan

teknologi terbaru pada sistem seluler, mahasiswa akan dapat:


1) Memahami teknologi terbaru sistem seluler,
2) Menerapkan teknologi flexi multi radio (FMR) base station (BS) di BTS
existing,
3) Merencanakan kapasitas kanal BTS, radius sel BTS, mengetahui prinsip
koneksi dan konfigurasi, dan proses commissioning pada penerapan FMR
BS di BTS existing,
4) Menganalisis terhadap penerapan FMR di BTS existing, ditinjau dari
peningkatan jumlah kanal yang sudah ada dan peningkatan kecepatan data
untuk aplikasi layanan internet secara mobile.
Operasional variabel-variabel yang digunakan meliputi jaringan seluler 3G
dan FMR BS untuk menganalisis potensi kebutuhan terhadap aplikasi FMR BS
dan kemampuan maksimum FMR tentang parameter kapasitas kanal, link budget
(hasil berupa radius sel) dan performansi jaringan FMR BS. Parameter-parameter
tersebut dianalisis kemudian diamati potensi kebutuhan dan kemampuan
maksimum FMR BS, hasil perbedaan dan peningkatan dapat disimpulkan
kelebihan dan kekurangan terhadap penerapan FMR BS di BTS existing.
Data yang akan dianalisis diperoleh dari hasil prediksi potensi kebutuhan
dan pengukuran yang dilakukan di salah satu operator seluler di Indonesia. Dari
hasil analisis diperoleh potensi kebutuhan terhadap penerapan FMR base station
di BTS existing. Instrumen yang digunakan untuk pengukuran adalah BTS site
manager.
9.2

Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum dengan pokok bahasan

desain penerapan teknologi terbaru pada sistem seluler, adalah sebagai berikut:

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

127

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

1) Data-data yang dibutuhkan meliputi parameter-parameter kapasitas kanal,


traffic sistem, link budget dan performansi sistem dan komponen sistem
FMR BS. Data pendukung berupa proses comissioning, hasil pengukuran
BTS site manager dan prinsip koneksi terhadap aplikasi FMR BS di BTS
existing.
2) Personal computer,
3) Software pengukuran BTS site manager,
4) Software monitoring BTS site manager.
9.3

Teori Dasar

9.3.1 Flexi Multiradio Base Station (FMR BS)


Sistem GSM/EDGE berkembang dengan cepat, pada saat yang sama
terdapat peningkatan traffic data dalam jaringan 2G dan 3G. Operator seluler
mengimbangi pertumbuhan pengguna intrenet mobile yang tinggi untuk layanan
suara, data dan video serta meningkatkan sumber daya dan efisiensi operasional.
FMR base station (BS) dirancang untuk memenuhi kebutuhan kompleks
yang dihadapi operator saat ini. FMR BS merupakan bagian dari nokia siemens
networks (NSN) single RAN bersama-sama dengan NSN multicontroller BSC dan
multicontroller RNC.
9.3.2 Deskripsi Sistem FMR
FMR BTS adalah base transceiver station yang merupakan bagian dari
platform NSN flexi BTS untuk jaringan GSM/EDGE, WCDMA, dan LTE.
FMR merupakan BTS multiradio atau multicarrier yang dapat
menggunakan semua teknologi jaringan, baik dalam mode khusus (dedicated)
atau mode bersamaan (concurrent).
FMR memiliki desain modular, sehingga pembelian dan pemasangan
mudah, dan mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk menambah jangkauan
jaringan di daerah baru. Hal ini memungkinkan untuk menggunakan ruang site
yang ada dengan lebih efisien, modul BTS flexi yang ada dapat dipasang bersama
dengan modul BTS flexi multiradio. BTS flexi cabinet, power supplies, dan flexi
sistem modul 3G dapat digunakan dengan modul FMR.
FMR BS adalah BTS baru dalam keluarga BTS flexi dan merupakan
bagian dari jaringan single RAN Nokia Siemens. FMR menyediakan fungsi
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

128

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

GSM/EDGE BTS dalam BSS 2G, fungsi node B dalam 3G RAN dan fungsi node
B untuk LTE. FMR merupakan multiradio/multicarrier BS yang dapat
menggunakan semua teknologi jaringan tersebut, baik pada mode operasi
concurrent maupun dedicated. FMR memberi solusi biaya efektif untuk evolusi
jaringan selular dengan teknologi terbaru dan teknologi masa depan. FMR
menawarkan evolusi yang mudah dari 2G ke 3G dan LTE. FMR BS
menggunakan prinsip desain BTS flexi modular platform secara umum dengan
GSM/EDGE dan flexi WCDMA BTS. Gambar 9.1 adalah arsitektur FMR BS.

Gambar 9.1 Arsitektur FMR BS


Sumber: NSN
FMR BS mode 3G dan LTE adalah ekspansi dari band frekuensi baru
yang ditawarkan NSN yaitu frekuensi 850 MHz, 1800 MHz dan 1900 MHz.
Sumber daya radio pada modul RF 3 sektor dapat digabungkan dengan
GSM/EDGE dan BTS disinkronkan pada mode concurrent.
9.3.3 Fitur Utama FMR BS
Fitur utama FMR BS terdiri dari:
1. Radio multicarrier untuk band frekuensi yang bervariasi mampu
mendukung sampai 6 carrier GSM/EDGE pada mode dedicated, sampai 4
carrier WCDMA pada mode dedicated, sampai 20 MHz carrier LTE pada
mode dedicated. Pada mode operasi concurrent kombinasi dari ketiga
teknologi radio didukung dengan system radio tunggal.
2. Modul FMR dapat melayani 3 sektor dengan radio multicarrier sampai
daya keluaran sebesar 60W/cabang.
3. MIMO ready Remote Radio Head (RRH) mampu melayani 1 sektor
dengan radio multicarrier sampai daya keluaran sebesar 30W/cabang.
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

129

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

4. Sistem modul FMR dapat mendukung sampai 750 CE untuk WCDMA


atau 3 sel LTE masing-masing 20 MHz dengan MIMO.
9.3.4 Aplikasi FMR BS
FMR BS merupakan salah satu solusi untuk single mode (mode tunggal)
jaringan GSM/EDGE, WCDMA dan LTE atau gabungan jaringan multiradio yang
memungkinkan evolusi lebih mudah antara jaringan dengan teknologi yang
berbeda.

Gambar 9.2 Single mode jaringan GSM/EDGE, WCDMA dan LTE


Sumber: NSN
FMR BS menawarkan fleksibilitas yang lebih tinggi, keamanan dan
perlindungan jangka panjang bagi investasi operator.
Skenario aplikasi FMR BS, sebagai berikut:
1. Aplikasi 2G murni: pada jaringan GSM, operator dapat memanfaatkan
untuk menambah kapasitas BTS GSM dan cakupannya. Aplikasi 2G
menawarkan keuntungan level site pada cositing (penempatan bersama)
dengan FMR BS. Investasi hardware yang sama dapat digunakan menuju
teknologi baru seperti HSPA dan LTE dengan melakukan upgrade
software saja.
2. Aplikasi 3G murni: FMR BS dapat menggunakan dua varian frekuensi
baru dalam portofolio BTS WCDMA. Aplikasi 3G murni menggunakan
perangkat modul sistem multimode.

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

130

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

3. Modus operasi concurrent (bersamaan): sistem GSM mempunyai band


yang sempit sehingga transisi ke LTE diperlukan yang mengacu pada
skalabilitas bandwidth LTE.
FMR BS digunakan untuk kapasitas yang tinggi dan cakupan makro atau
mikro seluler. FMR BS memiliki modul radio 3 sektor yang dioptimalkan untuk
site BTS tradisional baik dengan atau tanpa instalasi kabinet, modul-modul dapat
digunakan untuk site feederless dan site feeder.
9.3.5 Arsitektur Jaringan WCDMA
Arsitektur jaringan WCDMA yang menerapkan HSDPA, ditunjukkan
dalam Gambar 9.3.

Gambar 9.3 Arsitektur Jaringan WCDMA-HSDPA


Sumber: Indosat. 2006
Komponen sub sistem jaringan WCDMA-HSDPA, antara lain:
1. Home Location Register (HLR)
HLR adalah perangkat database yang menyimpan data dan profil layanan
pengguna.
2. Visitor Location Register (VLR)
VLR berfungsi sebagai register pengunjung yang menyimpan data semua
mobile terminal (MT) yang saat itu sedang berada di wilayah administratif
sebuah MSC. VLR dianggap sebagai data dinamik yang secara intensif
bertukar data dengan HLR. Setiap saat MSC membutuhkan data yang

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

131

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

berhubungan dengan MT yang saat itu sedang berada di daerah


layanannya, MSC akan menginterogasi VLR.
3. Equipment Identity Register (EIR)
EIR berfungsi menyimpan data semua MT termasuk data dari perangkat
MT tersebut.
4. Authentication Center (AuC)
AuC berfungsi untuk melayani aturan keamanan dan konfirmasi.
5. Mobile Switching Center (MSC)
MSC berfungsi menangani circuit switching dan pensinyalan untuk MT
yang berada di dalam area geografis layanannya. MSC dihubungkan
dengan MSC yang lain pada operator WAN dan ke public switched
telephone network (PSTN) melalui sebuah gateway.
6. Gateway Mobile Service Switching Center (GMSC)
GMSC adalah switch pada point dimana WCDMA PLMN (Public Land
Mobile Network) dihubungkan ke jaringan circuit switching (CS)
eksternal. Semua CS yang masuk dan keluar dihubungkan melalui GMSC.
7. Serving GPRS (General Packet Radio Service) Support Node (SGSN)
SGSN mempunyai fungsi yang sama dengan MSC tetapi khusus
digunakan untuk layanan packet switching (PS).
8. Gateway GPRS Support Node (GGSN)
GGSN berfungsi sebagai interface antara jaringan backbone packet
switching (PS) WCDMA dengan jaringan eksternal packet data network
(PDN), seperti jaringan internet. GGSN mengkonversi paket data dari
PDN menjadi packet data protocol (PDP) seperti IP atau X.25, kemudian
mengirim ke jaringan paket data yang dituju, dan sebaliknya.
9. Radio Network Controller (RNC)
RNC digunakan untuk mengontrol beberapa node B pada jaringan.
Perbedaan utama fungsi RNC pada WCDMA Release 99 dengan
WCDMA yang menerapkan HSDPA adalah penanganan retransmisi. Pada
Release 99 semua kanal transpor diterminasi pada RNC sehingga
mekanisme retransmisi paket data berada di RNC. Sedangkan pada
WCDMA yang menerapkan HSDPA menggunakan HS-DSCH diterminasi
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

132

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

langsung pada node B. Sehingga proses retransmisi dapat dikontrol secara


langsung oleh node B mengakibatkan retransmisi lebih cepat dan delay
lebih pendek.
10. Node B
Node B mentransmisikan data dari Iub interface dan Uu interface atau
sebaliknya serta

mengontrol sumber radio. Pada WCDMA yang

menerapkan HSDPA, node B melakukan terminasi langsung terhadap fitur


HSDPA seperti shared channel transmission, HARQ, fast link adaptation,
AMC, dan fast scheduling.
11. User Equipment (UE)
HSDPA memiliki 12 tipe UE. Karakteristik 12 tipe UE berdasarkan
jumlah maksimal kode HS-DSCH yang diterima, bit per TTI, interval
inter-TTI minimal, peak data rates dan metode modulasi yang didukung.
12. Iub Interface
Iub interface berfungsi untuk menghubungkan RNC dengan node B
menggunakan pensinyalan node B application part (NBAP). Kode
kanalisasi yang dialokasikan untuk transmisi HSDPA memerlukan
pensinyalan antara RNC ke Node B.
9.3.6 Parameter Kapasitas Sistem HSDPA
Kapasitas didefinisikan sebagai jumlah user yang dapat dilayani oleh
sebuah cell site dengan harga Qos/GOS yang memadai. Perencanaan jaringan
diaawali suatu estimasi jumlah user yang akan terjadi pada masa yang akan datang
terhadap jaringan yang akan direncanakan.
Desain jaringan menggunakan data alokasi pita frekuensi yang diberikan
pemerintah kepada suatu operator seluler. Alokasi lebar pita (bandwidth)
digunakan oleh operator untuk memberi layanan komunikasi yang sebaik-baiknya
kepada pelanggan (user) dengan menggunakan analisis grafik traffic demand.
Prediksi traffic dibutuhkan untuk layanan beberapa tahun kedepan.
9.3.7 Traffic Sistem Komunikasi Bergerak
a) Intensitas Traffic

Intensitas traffic adalah perpindahan informasi dari satu tempat ke tempat


lain melalui jaringan telekomunikasi. Nilai traffic suatu kanal adalah lamanya
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

133

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

waktu pendudukan pada kanal tersebut. Parameter traffic untuk mengetahui kerja
jaringan (network performance) dan mutu pelayanan jaringan telekomunikasi
quality of service (QOS). Dalam sebuah kanal, intensitas trafik didefinisikan
sebagai volume yang terjadi dalam periode pengamatan. Satuan intensitas trafik
adalah Erlang.
b) Grade Of Service (GOS)

GOS merupakan suatu metoda yang digunakan agar seluruh pengguna


dapat memperoleh akses kanal dari jumlah kanal yang tersedia pada sistem
(Rappaport, Theodore S, Ibid. 1987:44). GOS menggambarkan kemungkinan
panggilan

diblok atau kemungkinan panggilan mengalami delay lebih besar

daripada waktu antrian yang telah ditentukan.


Nilai GOS 2% mempunyai pengertian bahwa setiap seratus pelanggan
yang melakukan panggilan, ada 2 pelanggan yang mengalami blocking (gagal
panggilan) atau ditolak. Blocking adalah suatu kemampuan sistem untuk menolak
melayani panggilan karena kanal yang tersedia sudah penuh (jumlah panggilan
yang masuk tidak sebanding dengan jumlah kanal yang tersedia).
Besar peluang ditolaknya suatu panggilan tergantung pada jumlah kanal
yang disediakan dan beban traffic. GOS berdasarkan Erlang-B (Ir.Wahyu Adi
Priyono, 2005 : 61) atau menggunakan persamaan (9.1).

Keterangan :

( )=

(9.1)
!

P(N)

: Kemungkinan gagal

: Traffic yang tersedia

: Jumlah saluran/kanal yang tersedia (1,2,3,....)

Pada saat N buah saluran diduduki, maka semua panggilan ditolak. P(N)
merupakan rugi erlang atau GOS dalam nilai probabilitas traffic yang hilang.
c) Perhitungan Jumlah Kanal
Kapasitas sistem merupakan jumlah kanal/trunk yang dapat disediakan
oleh sistem pada suatu tipe layanan tertentu. Jumlah kanal/trunk dihitung dengan
menggunakan Persamaan (2.2) (TECHCOM Consulting. 2002: 8).

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

134

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

DL .

W
R

(9.2)

E
v.(1 i ). b
N0

Keterangan:
N

= Jumlah kanal/trunk

DL

= Load factor (%)

= Chip rate (bps)

= Bit rate layanan (bps)

= Activity factor

= Orthogonal factor

= Other sel interference factor

Eb/No = Energy bit per noise (dB).


SINR digunakan untuk memperoleh nilai

Eb
E
. Hubungan SINR dan b
N0
N0

dalam Persamaan (2.3) (Ajay R. Mishra, 2007: 477).


SINR

Eb
.M
N0

(9.3)

Keterangan:
M

= Jumlah kode HS-PDSCH

SINR = Signal to Interference + Noise Ratio (dB)


Nilai SINR menggunakan persamaan (2.4), berikut:
SINR SFHS PDSCH .

PHS DSCH _ tx
1
Ptot _ tx .(1 )
G

(9.4)

Keterangan:
SFHS-PDSCH = Spreading factor (16)
PHSDSCH_tx = Daya HSDPA yaitu daya transmisi HS-DSCH (watt)
Ptot_tx

= Daya total BTS termasuk daya TX HSDPA (watt)

= Orthogonal factor DL

= Geometric factor

Nilai G dihitung dengan persamaan (2.5):

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

135

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

EC
Ptot _ tx
N0
G
E
PCPICH C Ptot _ tx
N0

(9.5)

Keterangan:
PCPICH = Daya transmisi common pilot channel (CPICH) (Watt)
Ec/No = Energy chip per noise(dB)
d) Perhitungan Estimasi Demand Traffic
Perhitungan estimasi pelanggan dipengaruhi oleh trend demand untuk
perencanaan kapasitas pelanggan beberapa tahun kedepan. Estimasi pelanggan
dihitung dengan rumus (Nachwan Mufti, 2003):
Un = U0 (1+fp)n

(9.6)

Keterangan :
U0 = Jumlah user saat perencanaan
fp

= Faktor pertumbuhan pelanggan

= Jumlah prediksi user total setelah tahun ke-n

9.3.8 Coverage
FMR BS mendukung beberapa pilihan untuk meningkatkan downlink dan
uplink dalam rangka untuk meningkatkan ukuran sel dan mengurangi jumlah site
per cakupan wilayah. FMR BS menyediakan beberapa pilihan untuk
memaksimalkan cakupan:

Uplink
Pada sisi uplink terdapat mast head amplifier (MHA) untuk modul radio
dan receiver 2 arah dan 4 arah.

Downlink
Pada sisi downlink terdapat inteligent downlink diversity, MIMO, dual cell
HSPA, multicarrier HSPA dan perpanjangan sel.
Daya output tiap carrier dari cabang radio tergantung pada jumlah carrier

konfigurasi pada saat menggunakan teknologi multicarrier. Kapasitas kanal


carrier FMR BS tunggal radio BTS dapat didimensikan secara fleksibel sesuai
traffic yang diharapkan hingga 6 GSM/EDGE TRX, 4 Carrier WCDMA atau 20
MHz LTE pada mode dedicated (khusus) atau kombinasi pada mode concurrent
(bersamaan).
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

136

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Parameter coverage untuk perhitungan link budget, pathloss, frequency


planning dan power planning. Parameter coverage, antara lain:
a)

Perhitungan Link Budget


Perhitungan link budget pada sisi lintasan maju (BS menuju MS),

menggunakan persamaan:
1. Pathloss :
(Lf) [dB]= EIRP Redaman LMF Rx Sensitivity + Gain Antena BS
Fast Fading Margin

(9.7)

2. EIRP (Effective Isotropic Radiated Power)


EIRP [dBm] = Daya Efektif (Total Loss Perangkat Indoor) + Gain
Antena Indoor
= Peff (Redaman Konektor+Redaman Feeder+Redaman
Splitter 2 way + Redaman Splitter 3 way+Redaman
Jumper)+ Gain Antena Indoor

(9.8)

3. Daya Output BTS


P[dB ] 10 log

P1mw
x1000
1mw

(9.9)

4. Loading Factor () yang digunakan pada provider Indosat = 70%


5. Daya Efektif BTS:
Peff [dBm]

= loading factor () x daya output

(9.10)

6. Redaman Connector
Redaman konektor [dB] = Jumlah konektor X nilai loss connector
7. Redaman Feeder
Redaman feeder [dB] = Panjang Kabel coaxial per antena X nilai loss
kabel
8. Redaman Splitter 2 way yang digunakan = 3 dB
9. Redaman Splitter 3 way yang digunakan = 4,8 dB
10. Redaman Jumper
Redaman jumper [dB]=Jumlah jumper yang digunakan X nilai loss jumper
11. Gain Antena Indoor :
Antena omnidrectional = 2 dB
Antena sectoral
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

= 7 dB
137

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

12. Redaman Dinding = 31 dB


13. Rx Sensitivity
Rx sensitivity [dBm] = Eb/NoProcessing Gain+ (Total Effective
Noise+Interference Margin)

(9.11)

14. Coverage Distance :


Coverage distance (D) , diperoleh dari persamaan:
Pathloss (Lf ) = 32,4 + 20 log fc + 20 log D

(9.12)

Keterangan :
fc = frekuensi kerja (uplink/downlink)
b)

Pembebanan atau Load Efektif ( )


Loading sistem maksimum adalah 70%. Desain penelitian menggunakan

load 70%. Hal ini diperkirakan dapat menyediakan margin kapasitas sistem agar
tidak terjadi dropp call saat beban traffic bertambah. Load sistem adalah
perbandingan antara kapasitas yang disediakan akibat pengguna trafik yang selalu
berubah secara acak.
Interference margin:
lm = 10 x log

(9.13)

Loading factor untuk menghitung daya efektif, sehingga daya output:


P1mw
x1000 (dBm)
1mw

Pout 10 log

(9.14)

Daya efektif BTS dengan loading factor 70% adalah:


Peff = x Pout
Peff = 70% x Pout
c)

(dBm)

(9.15)

Rugi-rugi perangkat
Perangkat yang digunakan dapat menimbulkan rugi-rugi.

Rugi-rugi

perangkat indoor dapat dihitung dengan:


Total Loss = loss connector 1 5/8 + loss feeder 1 5/8 + loss splitter 2way
+ loss splitter 3way +loss jumper 1m (dB)

(9.16)

Redaman lintasan dalam ruang bebas dengan redaman dinding antara TxRx:
I
kf 2

LMF LF LC K Wi LWi K f
b L f (dB)
i 1
kf 1

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

(9.17)
138

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Keterangan:
LMF

= redaman perambatan sinyal dalam ruang (dB)

LF

= redaman ruang bebas (dB)

Lc

= konstanta redaman (untuk tipe gedung dan perkantoran sistem


3G=37)

= jumlah jenis dinding sesuai bahannya

KWi

= redaman tiap dinding dengan bahan i

Kf

= jumlah lantai antara Tx dan Rx

= parameter empirik (0,46 untuk lingkungan perkantoran)

Lf

= redaman antara lantai yang saling berdekatan (nilainya 18,3)

d)

Receiver Sensitivity
Tabel 9.1 Receiver sensitivity

No
1
2
3
4
5
6

Parameter
Unit
Thermal Noise
dBm/Hz
UE Noise Figure
dB
Receiver Noise Density
dBm/Hz
Receiver Noise Power
dBm
Interference Margin
dB
Total Effective Noise +
dBm
Interference
7 Processing Gain
dB
8 Eb/No
dB
9 Receiver Sensitivity
dBm
Sumber: data sekunder dan perhitungan
e)

Perhitungan
-174
8
-166
-100,2
5,22
(-100,2+5,22) = -94,98
10log (3,84Mbps/64kbps) =18
0,83
0,83-18+(-94,98) = -112,15

Rugi-rugi Lintasan Propagasi


Perhitungan rugi-rugi lintasan propagasi menggunakan nilai free space path

loss (FSL) atau Lf, dengan persamaan:


Lf 32,4 20 log D 20 log fc

(dB)

(9.18)

Path loss merupakan penurunan kekuatan sinyal yang terjadi, tergantung


pada jarak antara transmitter dan receiver.
EIRP Peff Total Loss Perangkat Indoor + Gain antena Indoor (dBm) (9.19)

Lf = EIRPRedaman LMFMS Sensitivity+Gain Antena BSFast Fading Margin


(dB)

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

(9.20)

139

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

9.3.9 Parameter Kualitas Layanan


a)

Bit Error Rate (BER)


BER merupakan kualitas pentransmisian dari sinyal yang diterima, rasio

antara bit yang salah dalam informasi dengan jumlah total bit yang ditransmisikan
(Garg. 1997:18).

BER

1
Eb
erfc
2
No

(9.21)

Keterangan:
BER

= Nilai kesalahan bit (0<BER<1)

Eb/No = Energi bit noise spectral density (dB)


Erfc (x) = Error function complementary
Nilai erf(x) adalah error function dinyatakan dengan:

erfc( x)

u
exp .du
2

(9.22)

Sedangkan erfc(x) adalah complementary error function dinyatakan dengan:


erfc ( x ) 1 erfc ( x )

(9.23)

Jika nilai x lebih besar dari 4 maka erfc(x) dapat dinyatakan dengan:

erfc( x)
Eb / No

ex

(9.24)

x
SNR.Bw
Rb

(9.25)

Sehingga nilai Eb/No:


Eb / No SNR 10 log

Bw
Rb

(9.26)

Keterangan:
Eb/No = rasio energi per bit terhadap noise (dB)
SNR

= signal noise ratio (dB)

Bw

= bandwidth (MHz)

Rb

= bit rate data SMS yang digunakan (bps)


SNR (dB ) 10 log

Eb.R
No.B

SNR PR Re ceiverSensitivity (dB)


Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

(9.27)
(9.28)
140

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Keterangan:
SNR

= signal noise ratio (dB)

Eb/No = rasio energi per bit terhadap noise (dB)


B

= bandwidth (MHz)

PR (dBM ) PT (dBm) LP (dBm)

(9.29)

Keterangan:
PR

= daya terima (dBm)

PT

= daya pancar (dBm)

LP

= loss propagasi (dB)


4d
LP 20 log

(9.30)

Keterangan:
LP

= loss propagasi (dB)

= panjang gelombang (m)

= jarak antara MS tujuan ke MS penerima (m)


Besarnya nilai BER mempengaruhi nilai throughput, jika nilai BER kecil

maka nilai throughput semakin besar.


b)

Delay
Delay adalah waktu tunda. Salah satu ukuran kualitas jaringan seluler adalah

delay. Delay yang terjadi adalah penjumlahan total delay dalam perjalanan paket
dari sumber ke tujuan.
Waktu tunda pengiriman paket data pada jaringan dirumuskan dalam delay
total (tv):

t v tT t P

(9.31)

Keterangan :
tv

= delay total jaringan (s)

tT

= delay transmisi total (s)

tP

= delay propagasi total (s)

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

141

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Gambar 9.4 Delay data sisi up link


Sumber: Perencanaan

Gambar 9.5 Delay data sisi down link


Sumber: Perencanaan
1. Delay Transmisi
Delay

transmisi

adalah

lamanya

waktu

yang

dibutuhkan

untuk

mentransmisikan suatu frame data short message dari satu node ke node yang lain
melalui sebuah media transmisi. Besarnya delay transmisi ini tergantung pada
jumlah bit data yang ditransmisikan dan kecepatan transmisi data.

Delay

transmisi dihitung dengan persamaan (Mischa Schwart. 1987:132):


tT ( n )

l l '
C Link

(9.32)

Keterangan:
tT(n)

= delay transmisi (s)

= panjang data short message (bit)

= jumlah header (bit)

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

142

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Clink = kapasitas saluran transmisi yang dihubungkan oleh tiap-tiap node (bps)
N

= node pada masing-masing saluran transmisi.


Delay transmisi terjadi antara UE - antena, antena - node B, node B - RNC,

RNC - MSC:
t Ttotal t t1 t t 2 t t 3 t t 4 t t 5 t t 6 t t 7 t t 8

t t n n.

w
Vn

(9.33)
(9.34)

Keterangan :
tt total

= delay transmisi total (s)

tt1

= delay transmisi dari UE ke MBTS (s)

tt2

= delay transmisi dari MBTS ke antena tower MBTS (s)

tt3

= delay transmisi dari antena tower MBTS ke Node B (s)

tt4

= delay transmisi dari node B ke RNC (s)

tt5

= delay transmisi dari MSC ke RNC (s)

tt6

= delay transmisi dari RNC ke node B (s)

tt7

= delay transmisi dari node B ke antena tower MBTS (s)

tt8

= delay transmisi dari antena tower MBTS ke UE (s)

tt-n

= delay transmisi pada titik ke-n (s)

= banyak paket data yang ditransmisikan (buah)

Vn

= kecepatan transmisi data (s)


2. Delay Propagasi
Delay propagasi adalah waktu perambatan yang dibutuhkan oleh sebuah

paket data.
t p t p1 t p 2 t p 3 t p 4 t p 5 t p 6 t p 7 t p 8

t pn

d
c

(9.35)
(9.36)

Keterangan:
tp

= delay propagasi total (s)

tp-n

= delay propagasi pada titik ke-n (s)

tp1

= delay propagasi dari UE ke MBTS (s)

d1

= jarak dari UE ke MBTS (m)

tp2

= delay propagasi dari MBTS ke antena tower MBTS (s)

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

143

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

d2

= jarak dari MBTS ke antena tower MBTS (m)

tp3

= delay propagasi dari antena tower MBTS ke Node B (s)

d3

= jarak dari antena tower MBTS ke Node (m)

tp4

= delay propagasi dari node B ke RNC (s)

d4

= jarak dari node B ke RNC (m)

tp5

= delay propagasi dari MSC ke RNC (s)

d5

= jarak dari MSC ke RNC (m)

tp6

= delay propagasi dari RNC ke Node B (s)

d6

= jarak dari RNC ke node B (m)

tp7

= delay propagasi dari node B ke antena tower MBTS (s)

d7

= jarak dari node B ke antena tower MBTS (m)

tp8

= delay propagasi dari antena tower MBTS ke UE (s)

d8

= jarak dari antena tower MBTS ke UE (m)

= kecepatan propagasi di ruang bebas (3x108 m/s)


3. Throughput
Throughput adalah parameter yang digunakan untuk mengetahui jumlah

data yang diterima dalam keadaan baik terhadap waktu transmisi yang dibutuhkan
dari sumber ke penerima.
Throughput adalah bandwidth aktual yang diukur secara spesifik, sehingga
nilai bandwidth lebih besar dari nilai throughput. tv (delay total) adalah waktu
transmisi rata-rata frame yang diterima dengan benar (Mischa Schwart.
1987:131). Nilai throughput berdasarkan jumlah paket yang diterima dengan
benar:

jumlah paket data benar yang diterima


tv

(9.37)

Keterangan:
tv

= delay total (bit/s)

= throughput

Jumlah paket benar = jumlah total paket data diterima yang benar (bit)
Nilai throughput dapat menggunakan persamaan:

1
1

t v t T 1 1

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

(9.38)

144

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

L L'Pb

(9.39)

t T L L'Pb

(9.40)

Keterangan :

= throughput (bit/s)

tv

= delay total untuk mengirim paket yang benar (s)

tt

= delay transmisi sebuah paket data (s)

= probabilitas paket yang error (0 < < 1)

Pb

= probabilitas bit error untuk transmisi data digital nilai minimal 10-6

= kecepatan transmisi (bps)

= panjang segmen data (bit)

= control field/header (bit)

tout

= waktu mentransmisikan sebuah frame = 0.01+tT (s)

tT

= waktu mentransmisikan sebuah paket data/frame (s)

= konstanta = 1

9.4

Problem

t out
tT

Perhitungan terhadap penerapan teknologi Flexi Multi Radio Base Station


(FMR-BS), adalah sebagai berikut:
1. Berapa kapasitas kanal terhadap penerapan FMR BS?
2. Berapa radius coverage terhadap penerapan FMR BS?
3. Berapa nilai performansi FMR BS?
4. Bagaimana prinsip koneksi pada FMR BS?
5. Bagaimana proses commissioning pada FMR BS?
6. Analisis performansi terhadap penerapan teknologi FMR-BS di BTS
existing.
9.5

Solusi
Solusi adalah menyelesaikan permasalahan dalam problem penerapan

teknologi Flexi Multi Radio Base Station (FMR-BS).


9.6

Hasil dan Pembahasan


Hasil solusi problem kemudian dibahas untuk dianalisis berdasarkan

capaian pembelajaran pokok bahasan penerapan teknologi Flexi Multi Radio Base
Station (FMR-BS).
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

145

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

9.7

Kesimpulan
Kesimpulan adalah menyimpulkan hasil penerapan teknologi Flexi Multi

Radio Base Station (FMR-BS) berdasarkan analisis hasil dan pembahasan, dan
kesimpulan mengacu pada capaian pembelajaran.
9.8

Referensi
Referensi adalah rujukan dan tinjauan teori yang digunakan untuk

menyelesaikan perhitungan penerapan teknologi Flexi Multi Radio Base Station


(FMR-BS).
9.9

Ringkasan
Hasil praktikum diperoleh hasil, sebagai berikut:
1. Kapasitas kanal sistem FMR BS sebesar 144 kanal masih dapat memenuhi
layanan kebutuhan user pada saat ini sebesar 63 kanal dan kebutuhan
kanal 3 tahun yang akan datang sebesar 133 kanal. Sehingga penerapan
sistem FMR BS sangat sesuai untuk memenuhi kebutuhan user saat ini
dan masa yang akan datang.
2. Nilai radius pada saat frekuensi uplink 1920 MHz diperoleh nilai radius
sebesar 33,11 km, frekuensi uplink 1940 MHz diperoleh nilai radius
sebesar

33,11 km, frekuensi downlink 2110 MHz diperoleh nilai radius

sebesar 36,22 km dan frekuensi 2130 diperoleh nilai radius 36,3 km.
Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi frekuensi
yang digunakan maka nilai radius sel semakin jauh.
3. Performansi sistem FMR BS ditunjukkan dengan nilai delay, throughput,
dan BER. Delay total FMR BS diperoleh dari delay transmisi 0,021 s dan
delay propagasi sebesar 1,33.10

s, nilai throughput hasil desain pada

range antara 16 kbps sampai 130 kbps sedangkan nilai throughput hasil
FMR BS antara 100 kbps sampai 400 kbps tergantung kepadatan traffic
pada saat mengakses jaringan, dan nilai BER 4,81.10

4. Prinsip koneksi sistem FMR BS berkaitan dengan media transmisi yang


digunakan, yaitu fiber optic atau kabel feeder, format transmisi berupa E1
dengan kecepatan 2 Mbps per E1, dan teknik modulasi berupa PCM 30.
5. Comissioning sistem FMR BS dilakukan pada saat instalasi, setting dan
monitoring sistem menggunakan software BTS site manager.
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

146

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

6. Hasil commissioning diperoleh site name 3G Dengkol, ID 1281, type


WCDMA flexi BTS, address 10.234.164.57, RNC address 10.201.112.44,
dan SW release version WN6.0 22.9-23D. Cell id antena sektor 1 adalah
12811, sektor 2 adalah 12812, dan sektor 3 adalah 12813. Modul RF 1
adalah jenis FRGP 1, nama modul flexi RF 2100 MHz triple 70W, kode
produk yaitu 472100A.101, kode produk inti yaitu 084629A.101, nomor
seri inti yaitu K9110904135, teknologi yang mendukung modul RF adalah
3G. Modul sistem adalah FSME, kode produk yaitu 471469A, kode inti
produk yaitu 083833A.105, nomor seri inti yaitu TY111007507. IUB IP
adalah saluran transmisi yang digunakan ethernet interface100 Mbit/s full
duplex. Kapasitas channel element (CE) maksimal 750 CE, kapasitas kanal
uplink dan down link maksimum 150 CE, rata-rata 90 CE, dan minimum
80 CE. Nilai throughput antara 100-400 kbps. IP address untuk ID BTS
nomor 1281, TRS nomor 10.234.164.58/29, BTS nomor 10.234.164.57,
RNC nomor 10.201.112.44.
7. Pengukuran dilakukan tidak hanya pada satu perangkat BTS, tetapi juga
dilakukan pada BTS lain yang berpotensi untuk penerapan sistem FMR
BS, sehingga sampel pengukuran lokasi lebih dari satu BTS.
8. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai rekomendasi untuk penerapan
teknologi generasi ke 4 (4G).

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

147

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

BAB X
KAJIAN PRINSIP KERJA MOBILE PHONE JAMMER
SEBAGAI JAMMER SINYAL PONSEL

10.1

Capaian Pembelajaran
Capaian pembelajaran praktikum dengan pokok bahasan kajian prinsip

keja mobile phone jammer sebagai jammer sinyal telepon seluler (ponsel),
mahasiswa akan dapat:
1) Mengkaji prinsip kerja mobile phone jammer sebagai jammer sinyal
ponsel pada saat kondisi off dan on,
2) Mengukur mobile phone jammer sebagai jammer sinyal ponsel pada
saat kondisi off dan on
3) Membandingkan hasil pengukuran pada saat kondisi off dan kondisi
on.
4) Kajian pengaruh level daya MS pada saat mobile phone jammer off
dan on?
Praktikum dengan pokok bahasan kajian prinsip keja mobile phone
jammer sebagai jammer sinyal telepon seluler (ponsel), adalah melakukan kajian
dan pengukuran perangkat mobile phone jammer pada saat off dan on, hasil
pengukuran kemudian dibandingkan untuk mengamati perubahan prinsip kerja
pada ponsel disekitar perangkat mobile phone jammer pada saat off dan on, radius
pengukuran dibuat bervariasi yaitu 1 m, 5 m, 10 m dan 20 m dari perangkat
mobile phone, dan pengukuran dilakukan di dalam ruangan dan di luar ruangan.
10.2

Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kajian prinsip keja

mobile phone jammer sebagai jammer sinyal ponsel, sebagai berikut:


1) Parameter-parameter pengukuran,
2) Parameter-parameter TEMS,
3) Perangkat mobile phone jammer,
4) Ponsel 10 pengguna,
5) Test mobile system (TEMS),
6) Spectrum analyzer.
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

148

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

10.3

Dasar Teori

10.3.1 Mobile phone jammer


Mobile phone jammer adalah perangkat yang mentransmisikan frekuensi
yang sama dengan sistem GSM900, CDMA, DCS1800 dan 3G, dan memancarkan
sinyal dengan level daya yang cukup tinggi untuk mengalahkan level daya sistem
pada suatu ponsel.
Gambar 10.1 adalah Mobile phone jammer tipe TG-101H, yang terdiri
dari empat antena dengan masing-masing antena bekerja pada frekuensi yang
berbeda yaitu GSM900, CDMA, DCS1800 dan 3G. Mobile phone jammer
berhasil jika perangkat yang diblokir pada suatu area tidak dapat menggunakan
layanan (no service).

Gambar 10.1 Mobile phone jammer tipe TG-101H


Gambar 10.2 menggambarkan MS yang berada dalam mobil masih tercover oleh suatu BTS pada saat terjadi handover (sinyal diambil alih dari satu
BTS ke BTS lain tanpa ada pemutusan hubungan). Gambar 10.3 adalah
menunjukkan bahwa mobile phone jammer dipasang untuk memblokir sinyal
antara MS dan BTS dengan cara mengirim sinyal yang mempunyai frekuensi yang
sama dengan frekuensi sistem selular. Jika pada MS terdapat tampilan no
service maka ponsel tidak dapat menggunakan layanan sistem selular.

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

149

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

Gambar 10.2 Jaringan sistem selular tanpa mobile phone jammer


Sumber: ECE TKM Inst.of Technology.2010.11

Gambar 10.3 Perangkat mobile phone jammer diaktifkan di jaringan


Sumber :ECE TKM Inst.of Technology.2010.11
10.3.2 Prosedur Operasi Mobile Phone Jammer TG-101H
Prosedur pengoperasian mobile phone jammer:
1) Pasang semua antena sistem GSM, CDMA, DCS dan 3G sesuai tanda pada
unit.
2) Hubungkan adaptor ke perangkat.
3) Hubungkan adaptor ke tegangan AC.
4) Tunggu sampai indicator adaptor menyala.
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

150

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

5) Set jammer ke kondisi yang diinginkan (high or low).


6) Turn ON jammer.
7) Tunggu beberapa detik hingga ponsel mengalami jammer.
10.3.3 Spektrum Analyzer 2.7 GHz
Frekuensi mobile phone jammer tipe TG-101H adalah maksimum 2.1
GHz, sehingga pemilihan spektrum analyzer harus berada di atas 2.1 GHz. Dan
frekuensi spektrum analyzer yang digunakan adalah 2.7 GHz.
Spektrum analyzer digunakan untuk mengukur level daya terhadap
frekuensi, pada saat mobile phone jammer off dan on, yaitu:
1) Mendeteksi tegangan yang muncul pada frekuensi 800 MHz (CDMA), 900
MHz (GSM), 1800 MHz (DCS) dan 2100 MHz (3G), pada saat mobile
phone jammer off dan on.
2) Mendeteksi tegangan yang muncul selain frekuensi sistem selular.
Peralatan yang digunakan antara lain:
1) Mobile phone jammer TG-101H.
2) Spektrum analyzer 2.7 GHz.
3) Antena 2.4 GHz.
4) Konektor antena helical 2.4 GHz female to konektor N female.
5) Ponsel support CDMA, GSM, DCS dan 3G versi baru dan versi lama.
10.3.4 Drive Test
Drive test adalah kegiatan untuk mengumpulkan data dari hasil
pengukuran berupa kualitas sinyal suatu jaringan. Drive test merupakan bagian
dari proses optimasi yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas
jaringan. Drive test dibedakan menjadi 2 macam yaitu drive test outdoor dan
indoor. Drive test outdoor dilakukan di area terbuka dengan berkeliling
menggunakan kendaraan (mobil), sedangkan drive test indoor (walk test)
dilakukan dengan berjalan kaki di area tertutup seperti di dalam gedung,
perkantoran, mall, dsb.
Peralatan yang digunakan untuk pengukuran adalah:
1) Mobile Phone Jammer TG-101H.
2) Software TEMS Investigation 8.0.3.

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

151

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

3) Laptop (Windows XP SP2 processor min Core2, RAM min 512 MB,
hardisk min 10 GB).
4) Handphone TEMS: Sony Ericsson Tipe T610, K800.
5) Dongle.
6) GPS (untuk pengukuran outdoor).
7) Denah ruangan (untuk pengukuran indoor).
8) Aksesoris: USB Hub, Inverter, USB to RS-232, charger handphone untuk
mobil.
10.4

Problem

1) Bagaimana prinsip kerja sistem mobile phone jammer sebagai jammer


sinyal ponsel?
2) Bagaimana pengukuran mobile phone jammer sebagai jammer sinyal
ponsel pada saat kondisi off dan on?
3) Bagaimana pengaruh level daya MS pada saat mobile phone jammer off
dan on?
4) Apakah ada perbedaan prinsip kerja ponsel pada hasil pengukuran saat
kondisi off dan kondisi on?
10.5

Solusi
Solusi adalah menyelesaikan permasalahan dalam problem kajian prinsip

kerja sistem mobile phone jammer sebagai jammer sinyal ponsel.


Metode yang digunakan untuk mengkaji prinsip kerja mobile phone
jammer sebagai jammer sinyal ponsel adalah melakukan pengukuran pada saat
mobile phone jammer off dan on, alat ukur yang digunakan yaitu TEMS
investigation 8.0.3 (lokasi pengukuran outdoor dan indoor) dan spektrum analyzer
2,7 GHz (lokasi pengukuran indoor). Hasil pengukuran dibandingkan antara
kondisi mobile phone jammer off dan on kemudian menganalisis hasil pengukuran
dan menyimpulkan cara kerja mobile phone jammer sebagai jammer. Pada saat
praktikum juga menggunakan perangkat ponsel pengguna di sekitar mobile phone
jammer dengan pengamatan terjadinya perubahan prinsip kerja ponsel dengan
kondisi mobile phone jammer off dan on.

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

152

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

10.6

Hasil dan Pembahasan


Hasil solusi problem kemudian dibahas untuk dianalisis berdasarkan

capaian pembelajaran pokok bahasan kajian prinsip kerja sistem mobile phone
jammer sebagai jammer sinyal ponsel.
10.7

Kesimpulan
Kesimpulan adalah menyimpulkan hasil kajian prinsip kerja sistem mobile

phone jammer sebagai jammer sinyal ponsel berdasarkan analisis hasil dan
pembahasan, dan kesimpulan mengacu pada capaian pembelajaran.
10.8

Referensi
Referensi adalah rujukan dan tinjauan teori yang digunakan untuk

menyelesaikan kajian prinsip kerja sistem mobile phone jammer sebagai jammer
sinyal ponsel.
10.9

Ringkasan

1) Mobile phone jammer bekerja berdasarkan jenis antena dan frekuensi kerja
sistem.
2) Hasil pengukuran mobile phone jammer menggunakan spektrum analyzer 2.7
GHz menunjukkan bahwa mobile phone jammer dapat memblokir (jamming)
dengan cara menutup level sinyal ponsel dengan level yang lebih tinggi daripada
sinyal ponsel dan BTS.
3) Pengukuran di dalam ruangan yang tidak terdapat antena indoor lebih mudah
diblokir daripada ruangan yang menggunakan antena indoor, karena mempunyai
kualitas sinyal lebih baik daripada ruangan tanpa menggunakan antena indoor.
4) Pada saat MS melakukan aktifitas komunikasi uplink dan downlink ke BTS,
adanya mobile phone jammer on dapat memblokir sinyal ponsel yang
ditunjukkan tampilan MS no service
5) Pengukuran menggunakan TEMS investigation 8.0.3 di lokasi outdoor dan

indoor. Perlakuan pengukuran mobile phone jammer pada saat off dan on.
Radius pengukuran indoor kurang lebih 40 meter dari MS, sedangkan radius
outdoor kurang lebih 10 meter dari peralatan jammer. Bila jarak MS dan BTS
adalah 20 meter maka radius jamming mencapai 5 meter. Parameter hasil
pengukuran yaitu cell ID, BSIC, BCCH-ARFCN, Rx-Level, Rx-Qual dan SQI.
6) Secara garis besar hasil pengukuran menggunakan TEMS, pada saat mobile
phone jammer off dan on, baik di lokasi indoor dan outdoor bahwa nilai cell -ID,

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

153

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Malang

BSIC dan BCCH-ARFCN tidak mengalami perubahan. Sedangkan nilai Rx-level,


Rx-Qual dan SQI, pada saat mobile phone jammer on terjadi penurunan level
kualitas sinyal sampai pada level terendah dan komunikasi terputus, dalam hal ini
mobile phone jammer berhasil memblokir sinyal ponsel.
7) Mobile phone jammer sebaiknya dimanfaatkan secara bijak sesuai kebutuhan,
tidak menyalahgunakan pemakaian dan digunakan sesuai hukum atau sensus
yang berlaku dalam masyarakat.
8) Penelitian dapat dikembangkan pada kajian jenis jammer yang lain dan membuat
solusi penelitian perangkat anti jamming.

Sistem Komunikasi Bergerak


Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital

154

Anda mungkin juga menyukai