MODUL AJAR
PANDUAN PRAKTIKUM
SISTEM KOMUNIKASI BERGERAK
Modul ajar ini dibiayai dari dana DIPA
Nomor : 0622/023-04.2.01/15/2012 tanggal 9 Desember 2011
Politeknik Negeri Malang
Oleh :
Aisah, S.T., M.T.
NIP.197205181999032002
M. Junus, S.T., M.T.
NIP.197206191999031002
HALAMAN PENGESAHAN
MODUL AJAR
1.
2.
3.
4.
5.
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Oktober 2012
Menyetujui,
Ketua Jurusan Teknik Elektro,
Penulis Utama,
Mengetahui,
Direktur
Politeknik Negeri Malang
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
1.8
1.9
BAB II
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
BAB III
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
3.8
BAB IV
4.1
4.2
hal
iii
vi
vii
1
1
2
2
2
3
3
3
3
3
3
4
4
4
4
5
5
5
6
6
7
7
7
7
7
8
8
8
18
18
18
19
19
20
20
4.3
4.4
4.5
4.6
4.7
4.8
BAB V
5.1
5.2
5.3
5.4
5.5
5.6
5.7
5.8
5.9
5.10
5.11
5.12
BAB VI
6.1
6.2
6.3
6.4
6.5
6.6
6.7
6.8
6.9
6.10
6.11
Teori dasar
4.3.1 SMSC
4.3.2 Pengertian SMS
4.3.3 Mekanisme SMS pada HP
4.3.4 Protokol SMS
4.3.5 Format PDU pengiriman SMS
Problem
Solusi
Hasil dan pembahasan
Kesimpulan
Referensi
KAJIAN PROSES AUTENTIKASI DAN KEAMANAN
JARINGAN GSM MELALUI CLONING SIM CARD
Capaian pembelajaran
Blok diagram sistem
Cara kerja sistem
Proses cloning SIM card
Alat dan bahan
Prosedur cloning SIM card
5.6.1 Tahap instalasi MAGIC SIM
5.6.2 Tahap Decode Procces (Find Ki)
5.6.3 Tahap Write SIM Card
5.6.4 Tahap Notebook Edit
5.6.5 Tahap SMS Edit
5.6.6 Tahap PIN Code Management
Problem
Solusi
Hasil dan pembahasan
Kesimpulan
Referensi
Ringkasan
PEMAHAMAN FITURE GSM MENGGUNAKAN GSM
TRAINER
Capaian pembelajaran
Alat dan bahan
Teori dasar
6.3.1 SIM card
6.3.2 Struktur SIM card
6.3.3 AT command
6.3.4 AT command dan hyperterminal
Prosedur praktikum
Tabel hasil praktikum
Problem
Solusi
Hasil dan pembahasan
Kesimpulan
Referensi
Ringkasan
iv
20
20
20
21
21
21
30
30
31
31
31
32
32
33
34
34
35
35
39
49
54
65
72
76
76
76
76
77
77
78
78
78
78
80
82
83
86
86
86
87
87
87
87
87
BAB VII
7.1
7.2
7.3
7.4
7.5
7.6
7.7
7.8
7.9
BAB VIII
8.1
8.2
8.3
8.4
8.5
8.6
8.7
8.8
BAB IX
89
89
90
90
90
90
90
91
91
91
91
91
92
92
92
92
92
92
94
94
94
94
95
95
96
97
101
102
118
118
119
119
119
120
120
120
121
124
124
125
125
126
126
126
9.1
9.2
9.3
9.4
9.5
9.6
9.7
9.8
9.9
BAB X
10.1
10.2
10.3
10.4
10.5
10.6
10.7
10.8
10.9
SISTEM SELULER
Capaian pembelajaran
Alat dan bahan
Teori dasar
9.3.1 Flexi Multiradio Base Station (FMR BS)
9.3.2 Deskripsi Sistem FMR
9.3.3 Fitur utama FMR BS
9.3.4 Aplikasi
9.3.5 Arsitektur Jaringan WCDMA
9.3.6 Parameter kapasitas sistem HSDPA
9.3.7 Traffic sistem komunikasi bergerak
9.3.8 Coverage
9.3.9 Parameter kualitas layanan
Problem
Solusi
Hasil dan pembahasan
Kesimpulan
Referensi
Ringkasan
KAJIAN PRINSIP KERJA MOBILE PHONE JAMMER
SEBAGAI JAMMER SINYAL PONSEL
Capaian pembelajaran
Alat dan bahan
Dasar teori
10.3.1 Mobile phone jammer
10.3.2 Prosedur Operasi Mobile Phone Jammer TG-101H
10.3.3 Spektrum Analyzer 2.7 GHz
10.3.4 Drive Test
Problem
Solusi
Hasil dan pembahasan
Kesimpulan
Referensi
Ringkasan
vi
127
127
128
128
128
129
130
131
133
133
136
140
145
145
145
146
146
146
148
148
149
149
150
151
151
152
152
153
153
153
153
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
5.1
5.2
5.3
5.4
5.5
5.6
5.7
5.8
5.9
5.10
5.11
5.12
Gambar
Gambar
5.13
5.14
Gambar 5.15
Gambar 5.16
Gambar 5.17
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
5.18
5.19
5.20
5.21
5.22
5.23
5.24
5.25
5.26
5.27
5.28
5.29
5.30
hal
9
10
13
14
15
16
21
22
24
29
29
32
35
35
36
36
36
37
37
37
38
38
38
38
39
39
39
39
40
40
40
41
41
41
42
42
42
43
43
44
44
Gambar
5.31
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
5.32
5.33
5.34
5.35
5.36
5.37
5.38
5.39
5.40
5.41
5.42
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
5.43
5.44
5.45
5.46
5.47
Gambar
Gambar
5.48
5.49
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
5.50
5.51
5.52
5.53
5.54
5.55
5.56
5.57
5.58
5.59
5.60
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
5.61
5.62
5.63
5.64
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
5.65
5.66
5.67
5.68
Gambar
5.69
Gambar
5.70
44
45
45
45
46
46
46
47
47
47
48
48
48
49
49
49
50
50
50
51
51
51
52
52
52
53
53
53
54
54
54
55
55
55
56
56
56
57
57
57
Gambar
Gambar
5.71
5.72
Gambar
Gambar
5.73
5.74
Gambar
5.75
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
5.76
5.77
5.78
5.79
Gambar
5.80
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
5.81
5.82
5.83
5.84
Gambar
5.85
Gambar
5.86
Gambar
Gambar
Gambar
5.87
5.88
5.89
Gambar
5.90
Gambar 5.91
Gambar 5.92
Gambar 5.93
Gambar 5.94
Gambar 5.95
Gambar 5.96
Gambar 5.97
Gambar 5.98
Gambar 5.99
Gambar 5.100
Gambar 5.101
Gambar 5.102
Gambar 5.103
Gambar 5.104
Gambar 5.105
Gambar 5.106
58
58
58
58
59
59
59
60
60
60
61
61
61
62
62
62
63
63
63
64
64
64
65
65
65
66
66
66
67
67
67
68
68
68
69
69
69
70
70
70
70
71
71
71
72
72
72
73
73
73
73
74
74
74
75
75
75
75
76
79
79
81
84
84
85
85
93
93
94
96
97
102
102
103
103
103
104
104
104
105
105
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
7.16
7.17
7.18
7.19
7.20
7.21
7.22
7.23
7.24
7.25
7.26
7.27
7.28
7.29
7.30
7.31
7.32
7.33
7.34
7.35
7.36
7.37
7.38
7.39
7.40
7.41
7.42
7.43
7.44
9.1
9.2
9.3
9.4
9.5
10.1
10.2
10.3
xi
105
106
106
106
107
107
107
108
108
108
109
109
110
110
110
111
111
112
112
113
113
114
114
115
116
116
117
117
118
129
130
131
142
142
149
150
150
DAFTAR TABEL
Tabel
3.1
Tabel
4.1
Tabel
4.2
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
4.3
4.4
4.5
4.6
5.1
6.1
7.1
xii
hal
15
23
23
27
27
28
30
34
86
94
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan modul ajar ini dengan judul Panduan
Praktikum Sistem Komunikasi Bergerak.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
pihak yang telah dan sedang membantu penulis selama pembuatan modul ajar
hingga selesai.
Ir. Tundung Subali Patma, M.T selaku direktur Politeknik Negeri Malang.
Supriatna Adhisuwignjo, ST., M.T selaku ketua jurusan Teknik Elektro
M. Junus, S.T., M.T selaku partner dalam pembuatan modul ajar.
Koesmarijanto, S.T., M.T selaku koordinator modul ajar di Program Studi
Teknik Telekomunikasi dan Jaringan Telekomunikasi Digital.
Teman-teman sesama staf pengajar di Program Studi Teknik
Telekomunikasi dan Jaringan Telekomunikasi Digital.
Secara khusus, ucapan terima kasih penulis haturkan kepada orang tua dan
keluarga, yang selalu mendoakan dan memberi semangat sehingga penulis dapat
menyelesaikan modul ajar dengan baik.
Modul ajar ini membahas tentang panduan praktikum rangkaian listrik
yang berisi tentang capaian pembelajaran, alat dan bahan yang digunakan
praktikum, teori dasar, problem yang diselesaikan, solusi, hasil dan pembahasan,
kesimpulan, referensi dan ringkasan.
Tujuan pembuatan modul ajar ini untuk memberi suatu pedoman
praktikum sistem komunikasi bergerak kepada mahasiswa Program Studi Jaringan
Telekomunikasi Digital.
Penulis menyadari bahwa modul ajar ini masih ada kekurangannya, oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan saran, usul maupun kritik yang dapat
dipergunakan untuk perbaikan dalam penulisan ini dan bermanfaat bagi yang
membutuhkan.
SURAT PERNYATAAN
2.
Yang membuat,
Penulis Utama,
Mengetahui:
Direktur
BAB I
KONSEP KANAL SISTEM GSM/DCS
1.1
Capaian Pembelajaran
Capaian pembelajaran praktikum dengan pokok bahasan konsep kanal
Dasar Teori
2) DCS 1800
menggunakan satu atau lebih jumlah RFC, untuk menghindari interferensi kanal
yang sama, maka dijaga jarak antara BTS yang menggunakan nomor RFC yang
sama pada cluster yang berbeda. jarak tersebut sebagai jarak frekuensi reuse
(Siemens 3.3). Bandwidth 1 RFC = 200 kHz (FDMA/prosedur akses carrier
menggunakan range atau perbedaan frekuensi), 1 RFC = 8TS/kanal (prosedur
akses menggunakan TDMA), beberapa MS dapat mengakses satu RFC pada saat
yang sama.
1) Kanal dalam GSM dan DCS
a. Kanal fisik
Kanal fisik berfungsi sebagai:
b. Kanal Logika
Pengertian kanal logika adalah isi pesan dalam kanal fisik yang
ditransmisikan oleh TCH and CCH.
2) Struktur bit kanal
Struktur bit kanal tergantung pada kanal fisik sebagai TCH atau CCH,
yaitu:
a. TCH mempunyai struktur bit sebagai berikut: 3 tail bit (TB), 58
kode bits, 26 training sequence, 58 coded bits, 3 TB, dan 8,25
guard periode (GP).
b. CCH mempunyai struktur bit sebagai berikut: 3TB, 58 kode bits,
26 training sequence, 58 coded bits, 3 TB, dan 8,25 GP.
1.4
Problem
1) Hitung jumlah kanal fisik teknologi GSM dan DCS,
2) Jelaskan definisi kanal fisik dan kanal logika,
3) Sebutkan jenis-jenis kanal logika dan jelaskan masing-masing fungsinya.
1.5
Solusi
Solusi adalah menyelesaikan permasalahan dalam problem konsep kanal
capaian pembelajaran pokok bahasan konsep kanal sistem GSM dan DCS.
1.7
Kesimpulan
Kesimpulan adalah menyimpulkan hasil perhitungan konsep kanal sistem
GSM dan DCS berdasarkan analisis hasil dan pembahasan, dan kesimpulan
mengacu pada capaian pembelajaran.
1.8
Referensi
Referensi adalah rujukan dan tinjauan teori yang digunakan untuk
Ringkasan
1) Range frekuensi untuk teknologi GSM dan DCS dibagi menjadi dua band
frekuensi, yaitu:
Uplink (UL) adalah arah transmisi dari MS ke BTS,
Downlink (DL) adalah arah transmisi dari BTS ke MS,
2) Bandwidth (BW) UL dan DL dibagi satu RFC (dengan BW 200 kHz =
8TS),
3) Koneksi fisik, kanal logika untuk transmisi informasi kontrol atau traffic
dikombinasikan untuk membentuk multiframe yang mendefinisikan
sampel yang ditransmisikan dalam urutan waktu yang spesifik.
BAB II
PERENCANAAN KAPASITAS USER MAKSIMUM
SETIAP BTS/RBS
2.1
Capaian Pembelajaran
Capaian pembelajaran praktikum dengan pokok bahasan perencanaan
2.2
Dasar Teori
2.3.1 Traffic
Traffic
berhubungan
terhadap
penggunaan
kanal
dan
biasanya
didefinisikan sebagai holding time pertime unit (atau jumlah dari panggilan jam
per jam) untuk satu sampai beberapa rangkaian (trunks atau kanal).
a. Traffic Subscruber :
Asubs
nh
3600
(2.1)
TRU
2.4
Acell
Asubscriber
(2.2)
Problem
Hitung jumlah/kapasitas user maksimum setiap BTS/RBS, dengan
Solusi
Solusi adalah menyelesaikan permasalahan dalam problem perencanaan
Kesimpulan
Kesimpulan adalah menyimpulkan hasil perencanaan kapasitas user
Referensi
Referensi adalah rujukan dan tinjauan teori yang digunakan untuk
Ringkasan
1) Traffic adalah waktu holding per unit,
2) GOS adalah panggilan yang gagal terhadap traffic yang ditawarkan,
3) jumlah/kapasitas user maksimum dalam satu BTS/RBS tergantu padaAcell
(traffic sel) dan Asubscriber (traffic user).
.
BAB III
PERENCANAAN SEL
3.1
Capaian Pembelajaran
Setelah mengikuti mata kuliah dengan pokok bahasan perencanaan sel,
mahasiswa dapat:
1. Memilih site untuk penempatan peralatan radio seluler,
2. Memilih peralatan radio seluler,
3. Melakukan konfigurasi peralatan seluler,
4. Melakukan perencanaan untuk mendirikan BTS baru,
5. Melakukan optimasi BTS pada jaringan seluler.
Praktikum dengan pokok bahasan perencanaan sel adalah melakukan
perencanaan untuk mendirikan BTS baru, memilih lokasi penempatan peralatan
radio
seluler,
memilih
peralatan
radio
seluler
dan
dapat
melakukan
konfigurasinya. Sedangkan pada BTS yang sudah ada dapat melakukan optimasi
terhadap kelayakan kualitas pelayanan dan performansi suatu jaringan seluler
terutama pada perangkat BTS, yaitu kapasitas kanal dan radius sel.
3.2
sebagai berikut:
1. Tahapan perencanaan sel,
2. Personal Computer,
3. Tabel Erlang B,
4. Test mobile system (TEMS).
3.3
Dasar Teori
Sel
Sebuah sel dapat didefinisikan sebagai daerah cakupan radio dari satu
sistem antena BTS. Sel adalah blok area terkecil dalam jaringan mobile dan
merupakan alasan mengapa jaringan selular sering dirujuk sebagai jaringan
selular. Dan biasanya, sel diwakili secara grafis dalam bentuk segi enam
(hexagonal). Ada dua jenis utama dari sel, yaitu:
a. Omni directional sel
sektor
sel
adalah
cakupan
wilayah
dari
antena,
yang
mentransmisikan dalam arah tertentu saja. Misalnya, arah dengan 120 atau 180
setara dengan sebuah sel omni-directional. Satu BTS sektoral dapat melayani
lebih dari satu, seperti site dua sektoral dan site tiga sektoral. Gambar 3.1 adalah
omnidirectional sel dan directional sel.
BTS
BTS
Omnidirectional sel
sektor sel
n .T
Erlang
3600
(3.1)
Dengan: A = traffic yang ditawarkan dari satu pengguna atau lebih pada sistem,
n = Jumlah panggilan per jam,
T = waktu panggilan rata-rata dalam detik.
Distribusi geografis permintaan traffic dapat dihitung dengan data
demografis pengguna, seperti:
a. Distribusi populasi,
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital
10
11
dapat diimpor dari dan diekspor ke OSS. Misalnya, jika ada keraguan tentang
risiko dispersi waktu di site tertentu, langkah-langkah berikut dapat diambil:
a. Lokasi site dapat diubah,
b. Site dapat diukur dengan tanggapan dispersi waktu,
c. Site dapat dianalisis dengan rasio carrier-to-reflection (C/R) menggunakan
alat predictional.
Propagasi Radio
Bentuk sel heksagonal untuk menyederhanakan model pola radio coverage
karena propagasi radio sangat tergantung pada faktor-faktor medan dan lainnya.
Masalah path loss, shadowing (bayangan) dan multipath fading dari semua efek
cakupan dari suatu daerah. Sebagai contoh, dispersi waktu adalah masalah yang
disebabkan oleh penerimaan sinyal radio, yang dipantulkan obyek benda dari
jauh. Carrier to reflection (C/R) didefinisikan sebagai rasio antara sinyal langsung
(C) dan sinyal dipantulkan (R). permasalahan alignment waktu jarak maksimum
antara MS dan BTS adalah 35 km. Ini adalah radius maksimum sel GSM. Di
daerah dimana cakupan besar dengan kapasitas kecil diperlukan, adalah
memungkinkan untuk mengalokasikan dua slot waktu TDMA berturut-turut untuk
panggilan satu pelanggan. Ini memungkinkan jarak maksimum dari BTS adalah
70 km.
Pengulangan Frekuensi (Frequency Reuse)
Jaringan selular modern direncanakan menggunakan teknik pengulangan
frekuensi. Dalam jaringan selular, jumlah panggilan yang dapat mendukung
jaringan dibatasi oleh jumlah frekuensi radio yang dialokasikan untuk jaringan
tersebut.
Namun,
jaringan
selular
dapat
mengatasi
kendala
ini
dan
12
13
14
mendukung dua belas kelompok frekuensi. Pola 4/12 sel umum digunakan oleh
operator jaringan GSM/DCS. Gambar 3.5 adalah pola sel cluster 4/12.
No.RFC
A1
B1
C1
A2
B2
C2
A3
B3
C3
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Dalam pola sel 3/9 terdapat 3 BTS yang meng-cover 9 sel, dimana setiap
BTS meng-cover 3 sel. Namun ketika dibandingkan dengan pola sel 4/12, sektor
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital
15
sel A1 dan sektor sel C3 adalah tetangga dan menggunakan frekuensi yang
berdekatan (nomer RFC 10 dan 9). Oleh karena itu, interferensi C/A akan
meningkat. Dalam hal ini, operator menggunakan frekuensi hopping yang
memerlukan perencanaan dengan benar, sehingga dapat mengurangi interferensi
kanal yang berdekatan. Gambar 3.6 adalah pola sel cluster 3/9.
A1
A1
A3
C1
C3
B3
A1
A3
C3
B1
C2
A3
C3
C2
B3
C3
C3
C2
A1
B2
A3
C1
A2
C1
A2
B1
C2
A1
B2
C1
A2
A3
C1
A2
A2
C2
16
parameter
dan
mengambil
pengukuran
lainnya,
jika
diperlukan.
17
Hal ini dapat digunakan untuk pengukuran cakupan radio. Selain itu, TEMS dapat
digunakan untuk pengukuran lapangan dan pengolahan setelah pengukuran.
TEMS terdiri dari MS dengan software khusus, sebuah personal computer (PC)
portabel dan penerima global positioning system (GPS) sebagai peralatan
opsional. MS dapat digunakan dalam mode aktif dan siaga. PC digunakan untuk
presentasi, kontrol dan penyimpanan pengukuran. Penerima GPS memberikan
posisi yang tepat dari pengukuran dengan memanfaatkan satelit. Ketika sinyal
satelit terhalang maka switch sistem penerima GPS mati dan sinyal satelit hilang.
Pengukuran TEMS dapat diimpor ke TEMS cell planner, sehingga hasil
pengukuran dapat ditampilkan pada peta. Sebagai contoh, pengukuran
memungkinkan dapat di-download untuk pengolah spreadsheet dan word paket.
Langkah 7: Pertumbuhan/Perubahan Sistem
Sebuah proses perencanaan sel berlangsung terus menerus. Jika jaringan
perlu diperluas karena peningkatan traffic atau karena suatu perubahan lingkungan
(misalnya, gedung baru), maka operator harus melakukan proses perencanaan sel
lagi, dimulai dengan traffic baru dan analisis cakupan.
3.4
Problem
Buat perencanaan sel menggunakan spesifikasi data jaringan sebagai
berikut:
A
n .T
3600
T= 3 menit,
n= 3,
GOS = 1%,
Prediksi jumlah pelanggan = 10.000 pelanggan,
Perolehan frekuensi operator = 10 MHz,
Pola sel cluster = 4/12
3.5
Solusi
Solusi adalah menyelesaikan permasalahan dalam perencanaan sel melalui
18
Kesimpulan
Kesimpulan adalah menyimpulkan hasil perencanaan sel berdasarkan
Referensi
Referensi adalah rujukan dan tinjauan teori yang digunakan untuk
19
BAB IV
FORMAT DATA SHORT MESSAGE SERVICE (SMS)
PROSES PENGIRIMAN DAN PENERIMAAN
4.1
capaian Pembelajaran
Capaian pembelajaran praktikum dengan pokok bahasan format data SMS
Dasar Teori
20
telepon seluler dapat mengirim dan menerima pesan-pesan pendek dalam bentuk
teks.
4.3.3 Mekanisme SMS pada Handphone
Di balik tampilan menu messages pada sebuah handphone sebenarnya
adalah AT command dua arah yang bertugas mengirim atau menerima data ke
atau dari SMS center .
Misalnya:
a) AT + CMGS : untuk mengirim SMS,
b) AT + CMGR : untuk membaca SMS,
c) AT + CGML : untuk memeriksa SMS,
d) AT + CMGD : untuk menghapus SMS.
4.3.4 Protokol SMS
Protokol yang bekerja pada SMS ini lebih dikenal dengan nama protocol
data unit (PDU). Data yang mengalir ke atau dari SMS centre harus berbentuk
PDU. PDU berisi bilangan-bilangan heksadesimal yang mencerminkan bahasa
I/O. PDU terdiri dari beberapa header. Header untuk mengirim SMS ke SMS
centre berbeda dengan SMS yang diterima dari SMS centre.
4.3.5 Format PDU Pengiriman SMS
Gambar 4.1 adalah format PDU untuk mengirim SMS ke SMSC.
21
22
Operator
SMS
Nomor SMS
Center
Kode PDU
1.
Telkomsel
0811000000
06818011000000
2.
Satelindo
0816125
0581806121F5
3.
Excelcomindo
0818445009
06818081440590
4.
Indosat-M3
0855000000
06818055000000
5.
PT.Telkom
0809800000
06818090080000
Operator
SMS
Nomor SMS
Center
Kode PDU
1.
Telkomsel
62811000000
07912618010000F0
2.
Satelindo
62816125
059126181652
3.
Excelcomindo
62818445009
07912618485400F9
4.
Indosat-M3
62855000000
07912658050000F0
5.
PT.Telkom
62809800000
07912608890000F0
23
24
01,
sementara untuk SMS deliver, TPDU ini diset dengan nilai. Message
reference (MR) atau nomer referensi SMS.
c) Message Reference (MR) atau nomer referensi SMS
MR memiliki lebar data 8 bit atau 1 oktal. Nomer referensi ini
dibangkitkan secara otomatis oleh ponsel. Nomor referensi ini dibiarkan
dahulu 0, jadi bilangan heksanya adalah 00. Nanti akan diberikan sebuah
nomor referensi otomatis oleh handphone.
d) Destination Address (DA) atau nomer ponsel penerima
Sama seperti cara menulis PDU header untuk SMS center, header ini juga
terbagi menjadi tiga bagian, sebagai berikut :
Jumlah bilangan desimal nomor handphone yang dituju dalam bilangan
heksadesimal.
National/international code.
Untuk national, kode sub header-nya: 81 untuk international, kode sub
header-nya: 91.
Nomor handphone yang dituju, dalam pasangan heksa dibalik-balik.
Jika tertinggal satu angka heksadesimal yang tidak memiliki pasangan,
angka tersebut dipasangkan dengan huruf F di depannya.
Contoh: untuk nomor handphone yang dituju = 628129573337 dapat
ditulis dengan dua cara sebagai berikut :
Cara 1 : 08129573337 diubah menjadi:
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital
25
a. 0B ada 11 angka
b. 81
c. 80-21-59-37-33-F7
Nomor digabung menjadi : 0B818021593733F7.
Cara 2 : 628129573337 diubah menjadi :
a. 0C ada 12 angka
b. 91
c. 26-18-92-75-33-73
Nomor digabung menjadi : 0C91261892753373.
e) Protocol Identifier (PID) atau bentuk SMS
PID memiliki lebar data 8 bit atau 1 oktal. Secara umum, bentuk SMS
dalam parameter PID ini menempati bit 4, bit 3, bit 2, bit 1, dan bit 0.
Sementara bit 5-7 diisi dengan standar setiap SMSC. Kemungkinan nilai
desimal yang paling umum didukung oleh semua SMSC adalah sebagai
berikut:
0
00 :
01 :
02 :
26
h) Isi SMS
Header ini terdiri dari dua subheader, yaitu:
1) User data length (UDL) atau lebar isi SMS,
Misalnya : untuk kata hello ada 5 huruf 05,
2) User data (UD) atau isi SMS.
Untuk handphone/SMS gateway berskema encoding 7 bit, jika diketikkan
suatu huruf dari keypad-nya, berarti telah dibuat 7 angka I/O berturutan.
Ada dua langkah yang dilakukan untuk mengkonversikan isi SMS, yaitu:
1. Huruf dirubah menjadi kode 7 bit.
2. Kode 7 bit dirubah menjadi 8 bit, yang diwakili oleh pasangan
heksadesimal.
Contoh: pengiriman pesan kata hello
Langkah pertama: adalah mengkonversi isi pesan SMS menjadi 7 bit yang
ditunjukkan dalam Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Konversi isi SMS menjadi 7 bit
27
Langkah kedua: adalah mengubah kode 7 bit menjadi 8 bit, yaitu oleh
karena total 7 bit x 5 huruf = 35 bit, sedangkan yang diperlukan adalah 8
bitx5 huruf = 40 bit, maka diperlukan 5 bit dummy yang diisi dengan
bilangan 0, ditambahkan pada MSB huruf terakhir. Setiap 8 bit mewakili
suatu pasangan heksa. Tiap 4 bit mewakili suatu angka heksa, tentu saja
karena secara logika 24 = 16.
28
29
8) Isi SMS
Isi pesan SMS dilakukan konversi yaitu mengubah menjadi 8 bit dan
kemudian diubah menjadi 7 bit.
Contoh format terima SMS:
4.4
Problem
1) Setiap mahasiswa membuat pesan SMS yang berbeda dengan yang lain,
berupa data text, sesuai nama masing-masing.
2) Pesan isi SMS dikonversi sesuai format PDU pengiriman SMS dan
penerimaan SMS di handphone,
3) Fomat penerimaan isi SMS dikonversi dari format dari heksadesimal
menjadi huruf.
4.5
Solusi
Solusi adalah menyelesaikan permasalahan dalam problem format data
30
4.6
capaian pembelajaran pokok bahasan format data SMS proses pengiriman dan
penerimaan di handphone.
4.7
Kesimpulan
Kesimpulan adalah menyimpulkan hasil format data SMS proses
Referensi
Referensi adalah rujukan dan tinjauan teori yang digunakan untuk
31
BAB V
KAJIAN PROSES AUTENTIKASI DAN KEAMANAN
JARINGAN GSM MELALUI CLONING SIM CARD
5.1
Capaian Pembelajaran
Capaian pembelajaran praktikum dengan pokok bahasan kajian proses
autentikasi dan keamanan jaringan GSM melalui cloning SIM card, mahasiswa
akan dapat:
1) Memahami proses autentikasi dan keamanan jaringan GSM,
2) Melakukan proses cloning SIM card,
3) Menganalisis konsep autentikasi dan keamanan jaringan GSM,
4) Mendefinisikan faktor keamanan pada jaringan GSM.
Praktikum dengan pokok bahasan proses autentikasi dan keamanan
jaringan GSM melalui cloning SIM card adalah melakukan proses cloning SIM
card untuk menganalisis konsep autentikasi dan keamanan jaringan GSM, dan
mendefinisikan faktor keamanan pada jaringan GSM.
5.2
5.1.
32
4) SIM card kosong merupakan Super SIM yang belum terisi nomor
GSM,
5) SIM Card hasil cloning merupakan Super SIM yang sudah diisi
dengan nomor GSM,
6) Handphone merupakan alat komunikasi yang digunakan sebagai media
untuk menguji SIM Card hasil cloning.
5.3
GSM adalah satu paket produk cloning kartu SIM GSM yang terdiri dari SIM
Card reader/ writer (semacam drive pembaca dan penulis SIM Card, dalam hal
tersebut yang dipakai adalah merk SUPERSIM 16 IN 1- SIM Card Cloner - SS16,
SIM Card kosong dengan kapasitas 16 nomor dan sebuah disc (CD) yang akan
memproses proses transfer data melalui CD ROOM.
Proses mengkopi atau cloning satu nomor sangat sederhana, mirip transfer
data dari satu disket ke komputer lalu setelah di-save, ditransfer balik ke disket
baru (kosong). Cukup disediakan seperangkat laptop, minimal dengan program
Windows 95/98/2000/XP. SIM Card reader/ writer dihubungkan dengan laptop.
Masukkan SIM Card yang akan di-cloning ke SIM Card reader/ writer. Setelah
laptop dihidupkan, disc dimasukkan ke dalam CD ROOM. Secara otomatis set up
program SIM Master berlangsung. Hal tersebut disebut dengan program back up
data, seluruh informasi data yang ada pada SIM Card ditransfer kemudian
disimpan pada hard disk laptop.
Prosesnya tidak lama, yang memakan waktu lama adalah proses untuk
mendapatkan nilai Ki oleh SIM Card reader/ writer yang bisa berlangsung antara
1-2 jam bahkan lebih. Setelah seluruh informasi dan data dari SIM Card asli
terbaca dan disimpan pada hard disk laptop, untuk mengisi SIM Card kosong
dengan nomor dan seluruh data di dalamnya, cukup dengan menempatkan SIM
Card kosong ke dalam SIM Card reader/ writer. Lalu, mengikuti seluruh
petunjuk yang sudah disediakan hingga didapatkan SIM Card hasil cloning yang
dapat menampung lebih dari satu nomor pelanggan.
33
5.4
GSM pada Super SIM 16 in 1. Proses tersebut untuk menggandakan SIM Card
yaitu untuk mencari nilai Ki dan IMSI dari masing-masing SIM Card GSM yang
akan di-copy pada Super SIM 16 in 1.
5.5
Nama
Gambar
Jumlah
16 buah
Super SIM 16 in 1
1 buah
SIM Reader
1 buah
CD Driver
1 buah
Ponsel (Samsung
Champ GT5
3 buah
Satellite C640, OS
1 buah
Windows 7)
34
5.6
35
36
37
Gambar 5.12 Tampilan proses loading instal USB-Serial SIM Reader Driver
11. Setelah proses instalasi complete, akan muncul tampilan seperti berikut.
Kemudian tombol Yes diklik, yang ditampilkan dalam Gambar 5.13.
38
Gambar 5.14 Tampilan perintah lanjutan instal PC/SC SIM reader driver
13. Selanjutnya menekan tombol Finish untuk mengakhiri proses intalasi,
seperti tampilan pada Gambar 5.15.
Gambar 5.15 Tampilan akhir proses instal PC/SC SIM reader driver
5.6.2 Tahap Decode Procces (Find Ki)
Tahap ini untuk mendapatkan nilai Ki pada SIM Card GSM yang akan dicopy pada Super SIM 16 in 1. Berikut ini merupakan tahap untuk mendapatkan
nilai Ki, yaitu:
1. Pertama software MagicSim dibuka, yang ditampilkan dalam Gambar 5.16.
Gambar 5.17 Tampilan SIM Card yang dimasukkan ke dalam SIM Reader
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital
39
40
41
42
43
(a)
(b)
Gambar 5.30 Tampilan Pengaturan dan Pilihan Kecepatan Port USB pada
(a) Software Magic SIM, (b) Komputer
Sehingga, kecepatan port USB yang dapat digunakan, yang ditampilkan
dalam Gambar 5.30. Saat menggunakan kecepatan 19200 bps, akan muncul
tampilan pada Gambar 5.31.
Gambar 5.31 Tampilan terjadi error saat menggunakan kecepatan 19200 bps
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital
44
45
46
Gambar 5.40 Tampilan nilai ICCID, IMSI dan SMSP dari SIM Card
7. Lalu memilih menu Crack untuk mengetahui nilai Ki, yang ditampilkan pada
Gambar 5.41.
47
Gambar 5.42 Tampilan menu Crack untuk memilih jenis mode dalam proses
Crack Ki
9. Menunggu sampai Decode procces (find Ki) selesai, yang ditampilkan pada
Gambar 5.43.
48
mengklik menu
49
1. Magic SIM Card dimasukkan ke dalam SIM reader (Gambar 5.47), lalu
mengkoneksikan SIM reader pada USB (mengklik Conn), tampilan pada
Gambar 5.48.
Super SIM 16 in 1
SIM Reader
Gambar 5.49 Tampilan nilai ICCID, IMSI dan SMSP dari Super SIM 16 in 1
4. Memilih menu Magic, maka akan muncul tampilan seperti dalam Gambar
5.50.
50
51
52
53
Gambar 5.60 Tampilan SIM Card yang dimasukkan ke dalam SIM Reader
2. Mengklik menu Conn, yang ditampilkan pada Gambar 5.61.
54
Gambar 5.62 Tampilan nilai ICCID, IMSI dan SMSP dari SIM Card
4. Mengklik menu ADN, yang ditampilkan pada Gambar 1.63.
Gambar 5.64 Tampilan phone number yang tersimpan di dalam SIM Card
6. Kemudian mengklik kanan pada phone number tersebut, dan memilih Export
phone book, yang ditampilkan dalam Gambar 5.65.
55
56
Gambar 5.69 Tampilan phone number yang tersimpan di dalam SIM Card
11. Lakukan hal yang sama dengan tadi, yaitu : mengklik kanan, memilih Export
Phone Book, yang ditampilkan pada Gambar 5.70.
57
SIM Reader
58
16. Mengklik tombol Conn. Maka akan muncul tampilan sebagai berikut.
Gambar 5.75 Tampilan nilai ICCID, IMSI dan SMSP dari Super SIM 16 in 1
17. Mengklik menu ADN untuk mengkoneksikan phone book, yang
ditampilkan pada Gambar 5.76.
59
Gambar 5.80 Tampilan hasil proses Import Phone Number ke dalam Super
SIM 16 in 1
22. Selanjutnya, mencoba lagi import phone number dengan cara lain. Yaitu: baris
ke2 disorot 02 pada display berikut :
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital
60
61
Gambar 5.85 Tampilan hasil proses Import Phone Number ke dalam Super
SIM 16 in 1
27. Mengulangi lagi proses tadi. Karena proses import phone number tidak
berhasil. Cara ke-3 ini diharapkan berhasil. Baris ke-1 01 disorot, yang
ditampilkan pada Gambar 5.86.
Gambar 5.86 Tampilan hasil proses Import Phone Number ke dalam Super
SIM 16 in 1
62
28. Mengklik kanan pada baris ke-1 01 tersebut. Kemudian mengklik Import
Phone Book, yang ditampilkan pada Gambar 5.87.
63
pertama yang tersimpan di dalam SIM Card im3, yang ditampilkan pada
Gambar 5.90.
Gambar 5.90 Tampilan hasil proses Import Phone Number ke dalam Super
SIM 16 in 1
32. Phone number pertama disorot, yang ditampilkan pada Gambar 5.91.
64
Gambar 5.95 Tampilan nilai ICCID, IMSI dan SMSP dari SIM Card
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital
65
66
67
mengganti
SIM
Card
Im3
dengan
SIM
Reader
dan
Gambar 5.103 Tampilan nilai ICCID, IMSI dan SMSP dari Super SIM 16 in 1
10. Selanjutnya mengklik menu SMS, yang ditampilkan pada Gambar 5.104.
68
69
Gambar 5.109 Tampilan hasil proses Import Short Message ke dalam Super
SIM 16 in 1
16. Maka akan muncul tampilan pada Gambar 5.110.
70
18. Untuk edit SMS yang telah disimpan dalam SIM Reader yaitu dengan
mengklik kanan pada SMS yang akan di-edit, kemudian memilih Edit this
record, yang ditampilkan dalam Gambar 5.112.
71
Gambar 5.116 Tampilan nilai ICCID, IMSI dan SMSP dari SIM Card
2. Kemudian memilih Security, yang ditampilkan pada Gambar 1.119
72
73
74
75
Problem
1) Mahasiswa melakukan cloning SIM card untuk memahami proses
autentikasi dan keamanan jaringan GSM, (jumlah SIM card 16),
2) Menganalisis proses autentikasi dan keamanan jaringan GSM,
3) Menganalisis faktor-faktor autentikasi dan keamanan jaringan GSM.
5.8
Solusi
Solusi adalah menyelesaikan permasalahan dalam problem proses
Kesimpulan
Kesimpulan adalah menyimpulkan hasil proses autentikasi dan keamanan
jaringan GSM melalui cloning SIM card berdasarkan analisis hasil dan
pembahasan, dan kesimpulan mengacu pada capaian pembelajaran.
76
5.11
Referensi
Referensi adalah rujukan dan tinjauan teori yang digunakan untuk
Ringkasan
77
BAB VI
PEMAHAMAN FITURE GSM
MENGGUNAKAN GSM TRAINER
5.1
Capaian Pembelajaran
Capaian pembelajaran praktikum dengan pokok bahasan pemahaman
Teori Dasar
78
79
Contoh MSISDN 62 811 970399 => CC= 62, NDC = 811, SN = 970399.
3) Authentication key (Ki), alogorithma authentikasi A3 dan A8, PIN dan
PIN unblocking key (PUK).
4) Data network yang bersifat temporer/sementara, seperti: temporary mobile
subscriber identity (TMSI), location area identity (LAI), Kc, forbidden
PLMN.
5) Data yang terkait dengan service, seperti: SMS, seting bahasa,dll.
Secara fungsional, sebuah MS mempunyai fungsi-fungsi sebagai radio
resource management, mobility management, dan juga sebagai communication
management.
Informasi yang ada berupa :
Authentication key (Ki),
Dua algorithma enkripsi, yaitu algoritma autentikasi A3
dan A8
80
81
82
command mempunyai dua mode, yaitu mode data (data mode) dan mode perintah
(command mode). Untuk berpindah dari mode data menuju mode perintah
dipisahkan oleh tiga tanda plus dan jeda selama satu detik. Dalam
perkembangannya AT command banyak diterapkan pada mobile handset (telepon
selular). Instruksi dasar AT command digunakan hampir oleh semua merk telepon
selular. Namun demikian, ada beberapa instruksi yang ditambahkan sendiri pada
handset tersebut oleh vendor pembuatnya.
AT command adalah perintah yang dapat diberikan kepada handphone
atau GSM/CDMA untuk melakukan sesuatu hal, termasuk untuk mengirim dan
menerima SMS. Dengan memprogram pemberian perintah ini di dalam
komputer/mikrokontroler maka perangkat dapat melakukan pengiriman atau
penerimaan SMS secara otomatis untuk mencapai tujuan tertentu.
Komputer ataupun mikrokontroler dapat memberikan perintah ATcommand melalui hubungan kabel data serial ataupun bluetooth. Antara
perangkat handphone dan GSM/CDMA modem bisa memiliki AT command yang
berbeda, namun biasanya mirip antara satu perangkat dengan perangkat lain.
Untuk dapat mengetahui secara persis maka harus mendapatkan dokumentasi
teknis dari produsen pembuat handphone atau GSM/CDMA modem.
6.3.4 AT Command dan Hyper Terminal
AT command diakses melalui hyperterminal sangat mudah dilakukan. Hal
pertama yang harus dilakukan adalah memastikan komputer dan handset telah
terhubung melalui port COM (menggunakan kabel RS-232) atau melalui COM
virtual pada windows (biasanya menggunakan kabel USB sebagai port COM,
khusus penggunaan kabel USB pastikan bahwa driver kabel tesebut sudah
terinstal).
Prosedur pengoperasian AT command:
Start>Allprogram>Accessories>Communication>Hyper Terminal.
Isikan Name dan pilih Icon sesuka Anda, OK
Selanjutnya menu diatur konfigurasinya. Tekan tombol Disconnect. Buka
file>Properties>
83
Pada connect using, pilih COM yang akan digunakan (sesuau dengan port yang
terhubung dengan handset) dan Click pada Configure. Gambar 6.4, Gambar 6.5
dan Gambar 6.6 adalah tampilan setting AT command.
84
85
6.4
Prosedur Praktikum
Prosedur praktikum adalah sebagai berikut:
SIM card dipasang pada modul GSM trainer,
Modul GSM trainer dipasang pada komputer,
Program hyperterminal diaktifkan dengan langkah-langkah:
Start program accessories communications hyperterminal,
Pada jendela connect to pilih com1, kemudian diisi nilai berikut:
6.5
8 bits data,
No parity,
1 stop bits,
AT+CGMI
Wavecom modem
AT+CGMM
AT+CGMR
Dan seterusnya
6.6
Problem
1) Mahasiswa melakukan praktikum menggunakan GSM trainer untuk
mengamati respon AT command yang dimasukkan ke PC.
2) Menganalisis hasil praktikum dan membandingkan dengan teori tentang
fiture layanan jaringan GSM dan menjelaskan masing-masing fungsi AT
command.
3) Setiap mahasiswa memperoleh tugas praktikum dengan topik AT
command yang berbeda.
86
6.7
Solusi
Solusi adalah menyelesaikan permasalahan dalam problem fiture layanan
Kesimpulan
Kesimpulan adalah menyimpulkan hasil fiture layanan jaringan GSM
Referensi
Referensi adalah rujukan dan tinjauan teori yang digunakan untuk
Ringkasan
87
88
BAB VII
APLIKASI MAP INFO UNTUK PLOT KOORDINAT
BASE TRANSCEIVER STATION (BTS)
7.1
Capaian Pembelajaran
Capaian pembelajaran praktikum dengan pokok bahasan aplikasi software
89
7.3
Teori Dasar
7.3.1 MapInfo
MapInfo adalah salah satu software pengolah sistem informasi geografi
(SIG). MapInfo diminati oleh pemakai SIG karena mempunyai karakteristik yang
menarik, seperti mudah digunakan, harga relatif murah, tampilan interaktif, user
frendly dan dapat di-customized menggunakan bahasa skrip yang dimiliki.
Pembentukan peta di MapInfo dapat diilustrasikan secara analog. Dalam
MapInfo suatu table dapat digambarkan sebagai satu lembar (sheet) dari suatu
film dan suatu komposisi peta di MapInfo merupakan gabungan dari beberapa
lembar (sheet) film tersebut yang disusun secara bertumpuk. Istilah yang umum
digunakan untuk susunan tersebut adalah layering.
Setiap lembar (sheet) merupakan layer yang dapat digabungkan dan
disesuaikan untuk membentuk suatu peta, sehingga dapat dilakukan analisis dari
peta yang terbentuk tersebut. Satu hal yang perlu diingat adalah ketika MapInfo
melakukan redraw peta, MapInfo akan melakukan redraw dari layer yang
tersusun paling bawah kemudian ke layer di atasnya, dan sebaliknya jika ingin
diketahui informasi dari suatu peta. Aplikasi MapInfo antara lain:
7.3.2 Graphical User Interface yang bersifat umum
User interface dari GUI versi MapInfo adalah identik dan dapat terbaca
pada semua platform yang disupport oleh MapInfo. Sehingga user dapat dengan
mudah membuka data pada sistem (platform) yang berlainan.
7.3.3 Table structure
Struktur data binary MapInfo adalah identik dengan semua platform yang
disupport oleh MapInfo. Data dapat dibuka dan dibaca oleh platform yang
berbeda, dan dapat didstribusikan melalui network ke user lain tanpa
diterjemahkan terlebih dahulu.
7.3.4 Grafik yang dintegrasikan dengan basis data
Istilah yang paling tepat untuk menggambarkan MapInfo adalah
geographic or graphic database. MapInfo menggunakan basis data tekstual
yang diintegrasikan dengan data grafiknya.
90
91
92
pada titik yang sama), titik dan nodes (titik perpotongan antara dua buah garis).
Data vektor terdiri dari 3 komponen dasar yaitu, titik, garis, dan area/polygon.
93
Editing
Vektor
ada
Ada
Tidak ada
ada
Raster
Tidak ada
Tidak ada
ada
Tidak ada
Up Dating
7.3.16 Skala
Perbandingan antara peta digital dan peta konvensional terhadap nilai
skala, pada peta digital tidak ada nilai skala sedangkan peta konvensional nilai
skala adalah tetap.
7.3.17 Sistem Koordinat dan Sistem Proyeksi
Sistem koordinat dan sistem proyeksi yang dikenal
dalam peta
konvensional juga berlaku dalam peta digital. Konversi antar berbagai sistem
koordinat dan sistem proyeksi dapat dilakukan dengan lebih mudah dan cepat.
7.3.18 Informasi Tepi Peta
Pada peta konvensional berisi berbagai keterangan tentang isi peta seperti
legenda, sistem koordinat, sistem proyeksi, tahun pembuatan, sumber data, dan
lain- lain. Pada peta digital dikenal dengan istilah metadata .
7.3.19 Bentuk Penyajian
Bentuk penyajian peta digital berupa softcopy dan continuous sedangkan
peta konvensional berupa hardcopy, lembar per lembar (diskrit).
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital
94
95
96
Nilai longitude, garis tengah bernilai 0 (nol) derajat disebut garis prime
meridian. Sedangkan garis yang berada paling kiri memiliki nilai -90 derajat dan
yang paling kanan memiliki nilai 90 derajat.
Longitude dibedakan menjadi 2 wilayah, yaitu bujur timur dan bujur
barat, dimana koordinat yang berada di timur selalu bernilai negatif, dan
sebaliknya yang berada di barat selalu positif. Nilai satuan ukuran derajat menjadi
kilometer pada longitude sama seperti pada latitude.
97
SIG dibagi menjadi dua kelompok yaitu sistem manual (analog) dan
sistem otomatis (yang berbasis digital komputer). Perbedaan yang paling
mendasar terletak pada cara pengelolaannya. Sistem Informasi manual biasanya
menggabungkan beberapa data seperti peta, lembar transparansi untuk tumpang
susun (overlay), foto udara, laporan statistik dan laporan survei lapangan. Semua
data tersebut dikompilasi dan dianalisis secara manual dengan alat tanpa
komputer. Sedangkan SIG otomatis telah menggunakan komputer sebagai sistem
pengolah data melalui proses digitasi. Sumber data digital dapat berupa citra
satelit atau foto udara digital serta foto udara yang terdigitasi. Data lain dapat
berupa peta dasar terdigitasi (Nurshanti, 1995).
Pengertian GIS/SIG saat ini lebih sering diterapkan bagi teknologi
informasi spasial atau geografi yang berorientasi pada penggunaan teknologi
komputer. Dalam hubungannya dengan teknologi komputer, Arronoff (1989)
dalam Anon (2003) mendifinisikan SIG sebagai sistem berbasis komputer yang
memiliki kemampuan dalam menangani data bereferensi geografi yaitu
pemasukan data, manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan kembali),
memanipulasi dan analisis data, serta keluaran sebagai hasil akhir (output).
Sedangkan Burrough, 1986 mendefinisikan SIG sebagai sistem berbasis komputer
yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, mengelola, menganalisis dan
mengaktifkan kembali data yang mempunyai referensi keruangan untuk berbagai
tujuan yang berkaitan dengan pemetaan dan perencanaan. Komponen utama SIG
dibagi menjadi 4 komponen utama yaitu: perangkat keras (digitizer, scanner,
central procesing unit (CPU), hard-disk, dan lain-lain), perangkat lunak
(ArcView, Idrisi, ARC/INFO, ILWIS, MapInfo, dan lain-lain), organisasi
(manajemen) dan pemakai (user). Kombinasi yang benar antara keempat
komponen utama akan menentukan kesuksesan suatu proyek pengembangan SIG.
Aplikasi SIG dapat digunakan untuk berbagai kepentingan selama data
yang diolah memiliki referensi geografi, maksudnya data tersebut terdiri dari
fenomena atau objek yang dapat disajikan dalam bentuk fisik serta memiliki
lokasi keruangan (Indrawati, 2002).
Tujuan pemanfaatan SIG adalah untuk mempermudah mendapatkan
informasi yang telah diolah dan disimpan sebagai atribut suatu lokasi atau obyek.
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital
98
Ciri utama data yang dapat dimanfaatkan dalam SIG adalah data yang telah terikat
dengan lokasi dan merupakan data dasar yang belum dispesifikasi (Dulbahri,
1993).
Data-data yang diolah dalam SIG pada dasarnya terdiri dari data spasial
dan data atribut dalam bentuk digital, dengan demikian analisis yang dapat
digunakan adalah analisis spasial dan analisis atribut. Data spasial merupakan data
yang berkaitan dengan lokasi keruangan yang umumnya berbentuk peta.
Sedangkan data atribut merupakan data tabel yang berfungsi menjelaskan
keberadaan berbagai objek sebagai data spasial.
Penyajian data spasial mempunyai tiga cara dasar yaitu dalam bentuk
titik, garis dan area (polygon). Titik merupakan tampilan tunggal dari sepasang
koordinat x,y yang menunjukkan lokasi suatu obyek berupa ketinggian, lokasi
kota, lokasi pengambilan sample dan lain-lain. Garis merupakan sekumpulan titiktitik yang membentuk suatu tampilan memanjang seperti sungai, jalan, kontur dan
lain-lain. Sedangkan area adalah tampilan yang dibatasi oleh suatu garis yang
membentuk suatu ruang homogen, misalnya: batas daerah, batas penggunaan
lahan, pulau dan lain sebagainya.
Struktur data spasial dibagi dua yaitu model data raster dan model data
vektor. Data raster adalah data yang disimpan dalam bentuk kotak segi empat
(grid)/sel sehingga terbentuk suatu ruang yang teratur. Data vektor adalah data
yang direkam dalam bentuk koordinat titik yang menampilkan, menempatkan dan
menyimpan data spasial dengan menggunakan titik, garis atau area (polygon)
(Barus dan Wiradisastra, 2000).
Lukman (1993) menyatakan bahwa SIG menyajikan informasi keruangan
beserta atributnya yang terdiri dari beberapa komponen utama yaitu:
1) Masukan data merupakan proses pemasukan data pada komputer dari
peta (peta topografi dan peta tematik), data statistik, data hasil analisis
penginderaan jauh data hasil pengolahan citra digital penginderaan jauh,
dan lain-lain. Data-data spasial dan atribut baik dalam bentuk analog
maupun data digital tersebut dikonversikan ke dalam format yang
diminta oleh perangkat lunak sehingga terbentuk basisdata (database).
Menurut Anon (2003) basisdata adalah pengorganisasian data yang tidak
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital
99
memiliki
kemampuan
menguraikan
unsur-unsur
yang
ada
100
101
Prosedur Praktikum
Prosedur praktikum meliputi prosedur instalasi, prosedur pengoperasian
102
b) Pilih menu Install Products, dan akan muncul tampilan dalam Gambar 7.8,
kemudian klik menu Map Info Professional dan hasilnya ditunjukkan
dalam Gambar 7.9.
103
d) Pada Gambar 7.10 dipilih modify, kemudian klik Next (Gambar 7.11).
104
g) Serial number diisi dari folder crack, lalu dibuka aplikasi MapInfo Keygen,
klik generate, setelah muncul nomor, copy kemudian paste pada kolom
serial number dan klik Next.
105
106
107
e) Data koordinat lokasi BTS diplot dengan cara memilih toolbar symbol
pada drawing menu kemudian double-click pada peta sehingga muncul
tampilan dalam Gambar 7.23.
108
h) Lokasi koordinat BTS yang lain dilakukan hal yang sama pada wilayah
kecamatan Lowokwaru, hasil plot ditunjukkan dalam Gambar 7.26.
109
110
hasil keseluruhan
dalam Gambar 7.31. Lingkaran atau jangkauan BTS diatur agar tidak
terjadi blankspot.
Gambar 3a
111
3) Prosedur Aplikasi
Prosedur aplikasi untuk konversi dari mapinfo ke google earth. Hasil plot
koordinat lokasi BTS menggunakan google earth:
a) Data koordinat lokasi BTS diplot sesuai data, kemudian memberi nama
BTS dan dapat merubah bentuk BTS pada tombol icon pada pojok kanan
atas, ditunjukkan dalam Gambar 7.34 dan Gambar 7.35.
112
113
Gambar 7.38 adalah hasil import dari MapInfo ke google earth, yaitu hasil
convert MapInfo to google earth.
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital
114
d) google map
Prosedur plot koordinat lokasi BTS menggunakan google map, adalah:
Situs http://maps.google.com dibuka, kemudian log in dengan account
gmail.
Klik my place pada menu.
Kemudian pilih import.
Kemudian pilih file yang akan di-import (tampilan dalam Gambar 7.39).
Pilih file .kml kemudian klik upload from file (tampilan dalam Gambar
7.40).
115
116
117
Problem
1) Mengaplikasikan software Mapinfo dan peta digital untuk plot koordinat
BTS berdasarkan data koordinat lokasi BTS,
2) Menampilkan jarak antar BTS menggunakan software mapinfo dan peta
digital,
3) Membuat antena sektoral menggunakan software Mapinfo dan peta digital
berdasarkan data sudut azimuth,
4) Melakukan konversi data lokasi BTS dari Mapinfo ke google earth,
5) Melakukan konversi data lokasi BTS dari Mapinfo ke google map,
6) Melakukan konversi data lokasi BTS dari Mapinfo ke arcgis.
7.6
Solusi
Solusi adalah menyelesaikan permasalahan dalam problem aplikasi
118
7.7
Kesimpulan
Kesimpulan adalah menyimpulkan hasil aplikasi software Mapinfo untuk
plot koordinat BTS. Berdasarkan analisis hasil dan pembahasan, dan kesimpulan
mengacu pada capaian pembelajaran.
7.9
Referensi
Referensi adalah rujukan dan tinjauan teori yang digunakan untuk
119
BAB VIII
LINK BUDGET SISTEM CDMA
8.1
Capaian Pembelajaran
Capaian pembelajaran praktikum dengan pokok bahasan link budget
Dasar Teori
Desain link budget menggunakan model propagasi untuk menentukan
berapa banyak site sel yang diperlukan untuk meng-cover suatu jaringan.
Propagasi model membantu untuk menentukan dimana sel site harus ditempatkan
untuk memperoleh posisi yang optimal dalam suatu jaringan. Performansi suatu
jaringan dipengaruhi oleh model propagasi yang dipilih karena model digunakan
untuk memprediksi interferensi.
120
Model Analisis
Model analisis digunakan untuk memprediksi rugi-rugi propagasi
di
Model Empiris
Beberapa model empiris yang disarankan dan digunakan untuk
memprediksi rugi-rugi propagasi, yaitu model Hata-Okumura dan WalfischIkegami. Jenis sistem seluler antara lain, GSM and EGSM, DCS 1800, CDMA,
WCDMA, dan CDMA20001x. Setiap sistem selular mempunyai range frekuensi
yang berbeda sehingga model empiris dipilih sesuai frekuensinya.
a. Model Hata-Okumura
Kebanyakan tool propagasi menggunakan model Hata. Model empiris
Hata diperoleh dari laporan teknis Okumura, sehingga tool yang digunakan
adalah Hata-Okumura. Range frekuensi untuk pemakaian model HataOkumura antara 1501500 MHz. Persamaan (1.1) adalah untuk
menentukan rugi-rugi rata-rata.
Area urban:
L50= 69,55+26,16logfc 13,82loghb - a(hm)+(44,96,55loghb) logr dB (8.1)
keterangan:
fc
frekuensi (MHz),
L50
hb
121
(8.2)
(8.3)
Atau : a (hm) = 3,2 (log 11,75 hm) 2 4,97 dB, fc 400 MHz
(8.4)
f 2
L su L u 2 log C 5 ,4
28
dB
(8.5)
dB
(8.6)
122
L50 = L + L + L
f
Atau
rts
L50 = L
(8.7)
ms
jika L + L 0
rts
ms
(8.8)
Keterangan:
Lf = free space loss
Lrts = roof to street diffraction and scatter loss
Lms = multiscreen loss
Untuk free space loss dirumuskan:
Lf = 32.4 + 20 log r + 20 log fc
dB
(m).
L0 = - 9,646
; hb > hr,
Lbsh = 0
; hb < hr,
ka
= 54
; hb > hr,
ka
= 54 + 0,8hb
ka
= 54 1,6 hb . r
kd
= 18
; hb < hr,
kd
= 18 15 (hb/hm )
; hb hr
123
kf
kf = 4 + 1.5 (fc/925 - 1)
Catatan: nilai Lsh dan ka meningkatkan path loss untuk hb yang lebih
rendah.
Range parameter untuk model Wallfisch-Ikegami adalah valid, jika:
800 MHZ fc 2000 MHz
4 m hb 50 (m)
1 m hm 3 (m)
0,02 km r 5 (km)
Nilai default yang dapat digunakan untuk model tersebut, sebagai berikut:
b = 20 -50 (m)
W = b/2
= 90 derajat
Roof = 3 untuk pitchd roof dan 0 untuk roof datar
hr= 3 (jumlah lantai) + roof.
8.3.2 Faktor Propagasi
Faktor propagasi dipengaruhi parameter-parameter untuk prediksi path
loss, untuk menghitung path loss dan parameter sistem (transmitter power,
receiver noise figure, antenna gains, receiver bandwidth, processing gain, power
control error, building penetration, body/orientation loss dan interference).
8.3.3 Prosedur link budget
Prosedur link budget, adalah sebagai berikut:
1) Identifikasi parameter yang mempengaruhi forward and reverse link.
Parameter spesifik akses teknologi,
Parameter spesifik produk,
Parameter dasar morfologi.
2) Menentukan maximum allowable path loss (MAPL) pada forward and
reverse link.
3) Menyeimbangkan daya forward dan reverse link.
124
8.4
Problem
Hitung cell range suatu BS menggunakan prosedur link budget, dengan
= 144.000 bps,
= 200 mW (23dBm),
= 14 dBi,
= 2,5 dB,
= 5 dB,
8.5
= -174 dBm/Hz,
=8dB,
Body/orientation loss
= 2 dB,
= 10 dB,
Frekuensi (fc)
= 1800 MHz,
= 20 m,
= 20 m,
= 20 m,
= 1,7 m,
= 40 m,
Street orientation, ( )
= 90 degrees.
Solusi
Solusi adalah menyelesaikan permasalahan dalam problem link budget
125
8) Terdapat empat kali perhitungan nilai r, yaitu pada frekuensi 1710 MHz,
1785 MHz, 1805 MHz dan 1880 MHz.
8.6
Kesimpulan
Kesimpulan adalah menyimpulkan hasil perhitungan link budget sistem
Referensi
Referensi adalah sumber pustaka dan tinjauan teori yang digunakan untuk
126
BAB IX
DESAIN PENERAPAN TEKNOLOGI TERBARU
PADA SISTEM SELULER
9.1
Capaian Pembelajaran
Capaian pembelajaran praktikum dengan pokok bahasan desain penerapan
desain penerapan teknologi terbaru pada sistem seluler, adalah sebagai berikut:
127
Teori Dasar
128
GSM/EDGE BTS dalam BSS 2G, fungsi node B dalam 3G RAN dan fungsi node
B untuk LTE. FMR merupakan multiradio/multicarrier BS yang dapat
menggunakan semua teknologi jaringan tersebut, baik pada mode operasi
concurrent maupun dedicated. FMR memberi solusi biaya efektif untuk evolusi
jaringan selular dengan teknologi terbaru dan teknologi masa depan. FMR
menawarkan evolusi yang mudah dari 2G ke 3G dan LTE. FMR BS
menggunakan prinsip desain BTS flexi modular platform secara umum dengan
GSM/EDGE dan flexi WCDMA BTS. Gambar 9.1 adalah arsitektur FMR BS.
129
130
131
132
133
waktu pendudukan pada kanal tersebut. Parameter traffic untuk mengetahui kerja
jaringan (network performance) dan mutu pelayanan jaringan telekomunikasi
quality of service (QOS). Dalam sebuah kanal, intensitas trafik didefinisikan
sebagai volume yang terjadi dalam periode pengamatan. Satuan intensitas trafik
adalah Erlang.
b) Grade Of Service (GOS)
Keterangan :
( )=
(9.1)
!
P(N)
: Kemungkinan gagal
Pada saat N buah saluran diduduki, maka semua panggilan ditolak. P(N)
merupakan rugi erlang atau GOS dalam nilai probabilitas traffic yang hilang.
c) Perhitungan Jumlah Kanal
Kapasitas sistem merupakan jumlah kanal/trunk yang dapat disediakan
oleh sistem pada suatu tipe layanan tertentu. Jumlah kanal/trunk dihitung dengan
menggunakan Persamaan (2.2) (TECHCOM Consulting. 2002: 8).
134
DL .
W
R
(9.2)
E
v.(1 i ). b
N0
Keterangan:
N
= Jumlah kanal/trunk
DL
= Activity factor
= Orthogonal factor
Eb
E
. Hubungan SINR dan b
N0
N0
Eb
.M
N0
(9.3)
Keterangan:
M
PHS DSCH _ tx
1
Ptot _ tx .(1 )
G
(9.4)
Keterangan:
SFHS-PDSCH = Spreading factor (16)
PHSDSCH_tx = Daya HSDPA yaitu daya transmisi HS-DSCH (watt)
Ptot_tx
= Orthogonal factor DL
= Geometric factor
135
EC
Ptot _ tx
N0
G
E
PCPICH C Ptot _ tx
N0
(9.5)
Keterangan:
PCPICH = Daya transmisi common pilot channel (CPICH) (Watt)
Ec/No = Energy chip per noise(dB)
d) Perhitungan Estimasi Demand Traffic
Perhitungan estimasi pelanggan dipengaruhi oleh trend demand untuk
perencanaan kapasitas pelanggan beberapa tahun kedepan. Estimasi pelanggan
dihitung dengan rumus (Nachwan Mufti, 2003):
Un = U0 (1+fp)n
(9.6)
Keterangan :
U0 = Jumlah user saat perencanaan
fp
9.3.8 Coverage
FMR BS mendukung beberapa pilihan untuk meningkatkan downlink dan
uplink dalam rangka untuk meningkatkan ukuran sel dan mengurangi jumlah site
per cakupan wilayah. FMR BS menyediakan beberapa pilihan untuk
memaksimalkan cakupan:
Uplink
Pada sisi uplink terdapat mast head amplifier (MHA) untuk modul radio
dan receiver 2 arah dan 4 arah.
Downlink
Pada sisi downlink terdapat inteligent downlink diversity, MIMO, dual cell
HSPA, multicarrier HSPA dan perpanjangan sel.
Daya output tiap carrier dari cabang radio tergantung pada jumlah carrier
136
menggunakan persamaan:
1. Pathloss :
(Lf) [dB]= EIRP Redaman LMF Rx Sensitivity + Gain Antena BS
Fast Fading Margin
(9.7)
(9.8)
P1mw
x1000
1mw
(9.9)
(9.10)
6. Redaman Connector
Redaman konektor [dB] = Jumlah konektor X nilai loss connector
7. Redaman Feeder
Redaman feeder [dB] = Panjang Kabel coaxial per antena X nilai loss
kabel
8. Redaman Splitter 2 way yang digunakan = 3 dB
9. Redaman Splitter 3 way yang digunakan = 4,8 dB
10. Redaman Jumper
Redaman jumper [dB]=Jumlah jumper yang digunakan X nilai loss jumper
11. Gain Antena Indoor :
Antena omnidrectional = 2 dB
Antena sectoral
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital
= 7 dB
137
(9.11)
(9.12)
Keterangan :
fc = frekuensi kerja (uplink/downlink)
b)
load 70%. Hal ini diperkirakan dapat menyediakan margin kapasitas sistem agar
tidak terjadi dropp call saat beban traffic bertambah. Load sistem adalah
perbandingan antara kapasitas yang disediakan akibat pengguna trafik yang selalu
berubah secara acak.
Interference margin:
lm = 10 x log
(9.13)
Pout 10 log
(9.14)
(dBm)
(9.15)
Rugi-rugi perangkat
Perangkat yang digunakan dapat menimbulkan rugi-rugi.
Rugi-rugi
(9.16)
Redaman lintasan dalam ruang bebas dengan redaman dinding antara TxRx:
I
kf 2
LMF LF LC K Wi LWi K f
b L f (dB)
i 1
kf 1
(9.17)
138
Keterangan:
LMF
LF
Lc
KWi
Kf
Lf
d)
Receiver Sensitivity
Tabel 9.1 Receiver sensitivity
No
1
2
3
4
5
6
Parameter
Unit
Thermal Noise
dBm/Hz
UE Noise Figure
dB
Receiver Noise Density
dBm/Hz
Receiver Noise Power
dBm
Interference Margin
dB
Total Effective Noise +
dBm
Interference
7 Processing Gain
dB
8 Eb/No
dB
9 Receiver Sensitivity
dBm
Sumber: data sekunder dan perhitungan
e)
Perhitungan
-174
8
-166
-100,2
5,22
(-100,2+5,22) = -94,98
10log (3,84Mbps/64kbps) =18
0,83
0,83-18+(-94,98) = -112,15
(dB)
(9.18)
(9.20)
139
antara bit yang salah dalam informasi dengan jumlah total bit yang ditransmisikan
(Garg. 1997:18).
BER
1
Eb
erfc
2
No
(9.21)
Keterangan:
BER
erfc( x)
u
exp .du
2
(9.22)
(9.23)
Jika nilai x lebih besar dari 4 maka erfc(x) dapat dinyatakan dengan:
erfc( x)
Eb / No
ex
(9.24)
x
SNR.Bw
Rb
(9.25)
Bw
Rb
(9.26)
Keterangan:
Eb/No = rasio energi per bit terhadap noise (dB)
SNR
Bw
= bandwidth (MHz)
Rb
Eb.R
No.B
(9.27)
(9.28)
140
Keterangan:
SNR
= bandwidth (MHz)
(9.29)
Keterangan:
PR
PT
LP
(9.30)
Keterangan:
LP
Delay
Delay adalah waktu tunda. Salah satu ukuran kualitas jaringan seluler adalah
delay. Delay yang terjadi adalah penjumlahan total delay dalam perjalanan paket
dari sumber ke tujuan.
Waktu tunda pengiriman paket data pada jaringan dirumuskan dalam delay
total (tv):
t v tT t P
(9.31)
Keterangan :
tv
tT
tP
141
transmisi
adalah
lamanya
waktu
yang
dibutuhkan
untuk
mentransmisikan suatu frame data short message dari satu node ke node yang lain
melalui sebuah media transmisi. Besarnya delay transmisi ini tergantung pada
jumlah bit data yang ditransmisikan dan kecepatan transmisi data.
Delay
l l '
C Link
(9.32)
Keterangan:
tT(n)
142
Clink = kapasitas saluran transmisi yang dihubungkan oleh tiap-tiap node (bps)
N
RNC - MSC:
t Ttotal t t1 t t 2 t t 3 t t 4 t t 5 t t 6 t t 7 t t 8
t t n n.
w
Vn
(9.33)
(9.34)
Keterangan :
tt total
tt1
tt2
tt3
tt4
tt5
tt6
tt7
tt8
tt-n
Vn
paket data.
t p t p1 t p 2 t p 3 t p 4 t p 5 t p 6 t p 7 t p 8
t pn
d
c
(9.35)
(9.36)
Keterangan:
tp
tp-n
tp1
d1
tp2
143
d2
tp3
d3
tp4
d4
tp5
d5
tp6
d6
tp7
d7
tp8
d8
data yang diterima dalam keadaan baik terhadap waktu transmisi yang dibutuhkan
dari sumber ke penerima.
Throughput adalah bandwidth aktual yang diukur secara spesifik, sehingga
nilai bandwidth lebih besar dari nilai throughput. tv (delay total) adalah waktu
transmisi rata-rata frame yang diterima dengan benar (Mischa Schwart.
1987:131). Nilai throughput berdasarkan jumlah paket yang diterima dengan
benar:
(9.37)
Keterangan:
tv
= throughput
Jumlah paket benar = jumlah total paket data diterima yang benar (bit)
Nilai throughput dapat menggunakan persamaan:
1
1
t v t T 1 1
(9.38)
144
L L'Pb
(9.39)
t T L L'Pb
(9.40)
Keterangan :
= throughput (bit/s)
tv
tt
Pb
= probabilitas bit error untuk transmisi data digital nilai minimal 10-6
tout
tT
= konstanta = 1
9.4
Problem
t out
tT
Solusi
Solusi adalah menyelesaikan permasalahan dalam problem penerapan
capaian pembelajaran pokok bahasan penerapan teknologi Flexi Multi Radio Base
Station (FMR-BS).
Sistem Komunikasi Bergerak
Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital
145
9.7
Kesimpulan
Kesimpulan adalah menyimpulkan hasil penerapan teknologi Flexi Multi
Radio Base Station (FMR-BS) berdasarkan analisis hasil dan pembahasan, dan
kesimpulan mengacu pada capaian pembelajaran.
9.8
Referensi
Referensi adalah rujukan dan tinjauan teori yang digunakan untuk
Ringkasan
Hasil praktikum diperoleh hasil, sebagai berikut:
1. Kapasitas kanal sistem FMR BS sebesar 144 kanal masih dapat memenuhi
layanan kebutuhan user pada saat ini sebesar 63 kanal dan kebutuhan
kanal 3 tahun yang akan datang sebesar 133 kanal. Sehingga penerapan
sistem FMR BS sangat sesuai untuk memenuhi kebutuhan user saat ini
dan masa yang akan datang.
2. Nilai radius pada saat frekuensi uplink 1920 MHz diperoleh nilai radius
sebesar 33,11 km, frekuensi uplink 1940 MHz diperoleh nilai radius
sebesar
sebesar 36,22 km dan frekuensi 2130 diperoleh nilai radius 36,3 km.
Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi frekuensi
yang digunakan maka nilai radius sel semakin jauh.
3. Performansi sistem FMR BS ditunjukkan dengan nilai delay, throughput,
dan BER. Delay total FMR BS diperoleh dari delay transmisi 0,021 s dan
delay propagasi sebesar 1,33.10
range antara 16 kbps sampai 130 kbps sedangkan nilai throughput hasil
FMR BS antara 100 kbps sampai 400 kbps tergantung kepadatan traffic
pada saat mengakses jaringan, dan nilai BER 4,81.10
146
147
BAB X
KAJIAN PRINSIP KERJA MOBILE PHONE JAMMER
SEBAGAI JAMMER SINYAL PONSEL
10.1
Capaian Pembelajaran
Capaian pembelajaran praktikum dengan pokok bahasan kajian prinsip
keja mobile phone jammer sebagai jammer sinyal telepon seluler (ponsel),
mahasiswa akan dapat:
1) Mengkaji prinsip kerja mobile phone jammer sebagai jammer sinyal
ponsel pada saat kondisi off dan on,
2) Mengukur mobile phone jammer sebagai jammer sinyal ponsel pada
saat kondisi off dan on
3) Membandingkan hasil pengukuran pada saat kondisi off dan kondisi
on.
4) Kajian pengaruh level daya MS pada saat mobile phone jammer off
dan on?
Praktikum dengan pokok bahasan kajian prinsip keja mobile phone
jammer sebagai jammer sinyal telepon seluler (ponsel), adalah melakukan kajian
dan pengukuran perangkat mobile phone jammer pada saat off dan on, hasil
pengukuran kemudian dibandingkan untuk mengamati perubahan prinsip kerja
pada ponsel disekitar perangkat mobile phone jammer pada saat off dan on, radius
pengukuran dibuat bervariasi yaitu 1 m, 5 m, 10 m dan 20 m dari perangkat
mobile phone, dan pengukuran dilakukan di dalam ruangan dan di luar ruangan.
10.2
148
10.3
Dasar Teori
149
150
151
3) Laptop (Windows XP SP2 processor min Core2, RAM min 512 MB,
hardisk min 10 GB).
4) Handphone TEMS: Sony Ericsson Tipe T610, K800.
5) Dongle.
6) GPS (untuk pengukuran outdoor).
7) Denah ruangan (untuk pengukuran indoor).
8) Aksesoris: USB Hub, Inverter, USB to RS-232, charger handphone untuk
mobil.
10.4
Problem
Solusi
Solusi adalah menyelesaikan permasalahan dalam problem kajian prinsip
152
10.6
capaian pembelajaran pokok bahasan kajian prinsip kerja sistem mobile phone
jammer sebagai jammer sinyal ponsel.
10.7
Kesimpulan
Kesimpulan adalah menyimpulkan hasil kajian prinsip kerja sistem mobile
phone jammer sebagai jammer sinyal ponsel berdasarkan analisis hasil dan
pembahasan, dan kesimpulan mengacu pada capaian pembelajaran.
10.8
Referensi
Referensi adalah rujukan dan tinjauan teori yang digunakan untuk
menyelesaikan kajian prinsip kerja sistem mobile phone jammer sebagai jammer
sinyal ponsel.
10.9
Ringkasan
1) Mobile phone jammer bekerja berdasarkan jenis antena dan frekuensi kerja
sistem.
2) Hasil pengukuran mobile phone jammer menggunakan spektrum analyzer 2.7
GHz menunjukkan bahwa mobile phone jammer dapat memblokir (jamming)
dengan cara menutup level sinyal ponsel dengan level yang lebih tinggi daripada
sinyal ponsel dan BTS.
3) Pengukuran di dalam ruangan yang tidak terdapat antena indoor lebih mudah
diblokir daripada ruangan yang menggunakan antena indoor, karena mempunyai
kualitas sinyal lebih baik daripada ruangan tanpa menggunakan antena indoor.
4) Pada saat MS melakukan aktifitas komunikasi uplink dan downlink ke BTS,
adanya mobile phone jammer on dapat memblokir sinyal ponsel yang
ditunjukkan tampilan MS no service
5) Pengukuran menggunakan TEMS investigation 8.0.3 di lokasi outdoor dan
indoor. Perlakuan pengukuran mobile phone jammer pada saat off dan on.
Radius pengukuran indoor kurang lebih 40 meter dari MS, sedangkan radius
outdoor kurang lebih 10 meter dari peralatan jammer. Bila jarak MS dan BTS
adalah 20 meter maka radius jamming mencapai 5 meter. Parameter hasil
pengukuran yaitu cell ID, BSIC, BCCH-ARFCN, Rx-Level, Rx-Qual dan SQI.
6) Secara garis besar hasil pengukuran menggunakan TEMS, pada saat mobile
phone jammer off dan on, baik di lokasi indoor dan outdoor bahwa nilai cell -ID,
153
154