Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Dosen Pengampu:
M. Imamuddin, M.A
Disusun Oleh :
1. Ihsan Tholabi
(13620053)
2. M. Rizqi Ngadzimul F.
(13620113)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2016
DAFTAR ISI
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWTyang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
kepada penulis sehingga penyusun dapat menyelesaikan Makalah Studi Quran ini tepat pada
waktunya. Melalui kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih banyak kepada dosen
pengajar mata kuliah Studi Quran yang telah banyak membantu penyusun selama ini
sehingga dapat menyelesaikan makalah yang masih jauh dari sempurna ini.
Penyusun sangat mengharapkan saran maupun kritik yang bersifat membangun
sehingga dapat memperbaiki makalah yang masih sangat sederhana ini sehingga menuju
kesempurnaan dan juga penyusun akan berusaha untuk dapat menyelesaikan pembuatan
makalah yang lebih baik pada waktu yang akan datang.
Penyusun mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
juga agar makalah ini dapat diterima sebagaimana mestinya. Amin.
Penyusun
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Umat Islam bisa berkembang, atau bahkan manusia secara umum pun,
dengan
perkembangan
peradaban
dan
budaya
manusia. Hal
1.2
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini sebagai berikut :
1. Bagaimana Tafsir pada masa Nabi?
2. Bagaimana Tafsir pada masa Sahabat?
3. Bagaimana Tafsir pada masa Tabiin?
4. Bagaimana Tafsir pada masa pembukuan?
1.3
Tujuan
Tujuan dari makalah ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Tafsir pada masa Nabi.
2. Untuk mengetahui Tafsir pada masa Sahabat.
3. Untuk mengetahui Tafsir pada masa Tabiin.
4. Untuk mengetahui Tafsir pada masa pembukuan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Bisa dikatakan bahwa tafsir pertama kali ada mulai sejak ayat-ayat alQuran itu mulai di turunkan. Dalam praktiknya, ketika Rasulullah menerima
wahyu berupa ayat al-Quran, kemudian Rasulullah menyampaikan wahyu
tersebut kepada sahabat dan menjelaskannya berdasarkan apa yang beliau terima
dari
Allah Subnahu
wa
Tal.{1}
Sebagai
mana
riwayat
dari
Siti
1
2
3
Yayan Rahtikawati, Dadan Rusmana, Metodologi Tafsir al-Quran, (Bandung : Pustaka Setia, 2013) 31.
Ibid., 31.
Jalaluddin al-Suyui, Al-Itqan f Ulm al-Quran, (Bairut : DKI, 2012) 173.
kiamat, dan hakikat ruh, semua itu tidak dijelaskan dan ditafsiri oleh
Rasulullah allallah Alayhi wa Sallam.{4}
Selain itu, dalam menafsirkan al-Quran, Nabi juga menggunakan bahasa
yang tidak panjang lebar, beliau hanya menjelaskan hal-hal yang masih samar dan
global, memerinci sesuatu yang masih umum, dan menjelaskan lafadz dan hal-hal
yang berkaitan dengannya.
2.1.1
{ 5}
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka
dengan kelaliman, mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan
mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.
Banyak para sahabat yang merasa resah karena mereka menganggap tidak
akan bisa manusia hidup tanpa pernah melakukan kealiman. Melihat hal tersebut,
Rasulullah menjelaslaskan bahwa hakikat makna lafa di ayat tersebut adalah
sebagaimana lafa pada ayat :{6}
{ 7}
Janganlah kalian menyekutukan Allah, sesungguhnya menyekutukan Allah
adalah kealiman yang besar.
Penafsiran dengan bentuk menafsirkan ayat Al-Quran dengan ayat AlQuran merupakan cara yang tepat dan paling baik. Ibnu Taimiyah berkata bahwa,
4
Tim Forum Karya Ilmiah RADEN, Al Quran Kita: Studi Ilmu, Sejarah, dan Tafsir Kalamullah, (Kediri: Lirboyo Press,
2011). h. 201-202
5
Al-Quran, 6:82.
6
Muhammad Abdurrahman Muhammad, Penafsiran Al-Quran Dalam Perspektif Nabi Muhammad SAW,terj. Rosihon
Anwar, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), 99.
7
Al-Quran, 31:13.
apabila seseorang bertanya tentang cara penafsiran yang baik ,maka jawabannya
adalah menafsirkan Al-Quran dengan Al-Quran itu sendiri.{8}
Selain menggunakan ayat Al-Quran yang lain untuk menafsirkan suatu
ayat Al-Quran, Rasulullah Salla Allah Alayhi wa Salla juga menggunakan hadis
dalam menafsirkan suatu ayat. Misalnya dalam menafsirkan ayat;
{ 9}
Dia (Allah) adalah Tuhan Yang patut (kita) bertakwa kepada-Nya dan
berhak memberi ampun.
Rasulullah menggunakan hadis
qudsi
yang diriwayatkan
oleh
sahabat
{ 10}
Aku (Allah) adalah Dhat yang patut disembah. Barang siapa yang
bertakwa
dan
tidak
menjadikan
sekutu
bagi-Ku,
maka
Aku
akan
mengampuninya.
Bentuk dan karakteristik penafsiran yang dilakukan oleh Rasulullah Salla
Allah Alayhi wa Sallam tersebut sekarang kita kenal dengan nama tafsir bi alMathur yang kehujjahannya tidak perlu dipertanyakan lagi.
2.2
wa Sallam wafat. Sebelumnya pada waktu Nabi allallah Alayhi wa Sallam masih
hidup, tak ada seorangpun dari sahabat yang berani menafsirkan Al Quran, hal ini
karena Nabi masih berada di tengah-tengah mereka, sehingga ketika ditemukan
suatu permasalahan, para sahabat cukup menayakannya kepada Nabi dan
permasalahan tersebut akan selesai.
Abdullah ibn Abbas yang wafat pada tahun 68 H, adalah tokoh yang biasa
dikenal senagai orang pertama dari sahabat nabi yang menafsirkan al-Quran
setelah nabi Muhammad allallah Alayhi wa Sallam. Ia dikenal dengan julukan
Muhammad Abdurrahman Muhammad, Penafsiran Al-Quran Dalam Perspektif Nabi Muhammad SAW,terj. Rosihon
Anwar, 101.
9
Al-Quran, 74:56.
10
H.R. At-Turmudhi.
8
Bahrul Ulm (Lautan Ilmu), Habrul Ummah (Ulama Umat), dan Turjamanul
Quran(Penerjemah Al-Quran) sebagaimana telah diriwayatkan di atas, bahwa
nabi pernah berdoa kepada Allah agar Ibnu Abbas diberi ilmu pengetahuan
tentang tawil al-Quran (lafadz-lafadz yang bersifat tawil dalam al-Quran).{11}
2.2.2
lafadz yang sesuai serta menambahkan qawl (perkataan atau pendapat) supaya
ayat al-Quran mudah dipahami.
Sifat tafsir pada masa-masa pertama ialah sekedar menerangkan makna dari segi
bahasa dengan keterangan-keteranagan ringkas dan belum lagi dilakukan istimba
hukum-hukum fiqih.{12}
Seperti
halnya
Ibnu
Abbas,
dalam
menafsirkan
ia
al-Quran
{ 14}
dan buah-buahan serta rerumputan.
Abu Ubaidah memuatkan dalam buku al-Fail dari Anas, bahwa Umar
bin Khattab pernah membaca ayat tersebut di atas mimbar. Dari ayat itu kemudian
Umar
mengatakan
Kalau Fqihah
sudah
umum
kita
ketahuai,
tapi
apakah Abba itu?, sesudah itu dia melihat dirinya sendiri. Lalu Abu Ubaidah
11
Ahmad Syurbasyi, Studi tentang sejarah perkembangan tafsir al-quran al-karim,(Jakarta : Kalam Mulia, 1999) 87.
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah Dan Pengantar Ilmu Al-Quran Dan Tafsir,(Semarang : Pustaka
Rizki Putra, 2009) 183.
13
Ibid., 88.
14
Al-Quran, 80 : 31
12
{ 16}
Peliharalah semua shalat dan shalat wushtha
Siti
Aisyah
menyandarkan
ayat
tersebut
dengan
menambahkan
dengan
pikiran
yang
tercela
ialah
2.2.2
dan materi tafsir tersendiri. Adapun metode dan materi tafsir menurut mereka
adalah :{20}
15
Al-Dzahabi, Muhammad Husain. Tafsir wa al-Mufassirn, (Kairo : Maktabah wahbah, t.th) juz 1, 29.
Al-Quran, 2 : 238
17
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah Dan Pengantar Ilmu Al-Quran Dan Tafsir, 98.
18
Kahar Masyhur, Pokok-Pokok Ulumul Quran, (Jakarta : Rineka Cipta, 1992) 173.
19
Ibid., 174.
20
Ibid., 166.
16
pada
kekuatan
pemahaman
mereka,
keluasan
daya
2.2.3
Imam Jalaluddin as-Suyui, Al-Itqan f Ulm al-Quran, (Bairut : DKI, 2012) 587.
Ibnu Abbas banyak pengetahuannya dalam hal tafsir, karena dapat bergaul
lama dengan sahabat-sahabt besar, walaupun beliau tidak lama dapat bergaul
dengan Rasulullah Salla Allah Alayhi wa Sallam.
Demikian pula sahabat Ali, beliau hidup lebih lama daripada khalifahkhalifahlainnya, saat umat Islam membutuhkan sekali kepada para ahli yang dapat
menafsirkan al-quran.
Demukian pula banyak diterima riwayat dari Ibnu Masud. Dan demikian pula
banyak diterima riwayat dari Ubay ibn Kaab al-Anshary salah seorang penulis
wahyu.{22}
2.3
sebagai penafsir Al
Quran,maka sebagian tokoh tabiin yang menjadi murid dan belajar kepada
mereka pun terkenal di bidang tafsir.Dalam hal sumber tafsir para tabiin
berpegang teguh pada sumber-sumber yang ada pada masa para pendahulunya di
samping ijtihad dan pertimbangan nalar mereka sendiri.
Para tabiin hanya menafsirkan bagian-bagian yang sulit dipahami bagi orangorang pada masa mereka.Kemudian kesulitan ini meningkat secara bertahap di
saat manusia bertambah jauh dari masa nabi dan sahabat.Maka para tabiin yang
menekuni bidang tafsir merasa perlu untuk menyempurnakan sebagian
kekurangan ini.Karenanya mereka pun menambahkan ke dalam tafsir keteranganketerangan yang dapat menghilangkan kekurangan tersebut.Setelah itu muncullah
generasi setelah tabiin,generasi ini pun berusaha menyempurnakan tafsir Quran
secara terus-menerus dengan berdasarkan pada pengetahuan mereka atas bahasa
arab dan cara bertutur kata.
Penaklukkan islam yang semakin meluas, hal ini mendorong tokoh-tokoh
sahabat berpindah ke daerah-daerah taklukkan dan masing-masing dari mereka
membawa ilmu.Dari sinilah para tabiin belajar dan menimba ilmu,selanjutnya
tumbuhlah berbagai mazhab dan perguruan tafsir.Di Mekkah misalnya berdiri
perguruan Ibn Abbas,muridnya yang terkenal diantaranya,Said bin Jubair,
22
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah Dan Pengantar Ilmu Al-Quran Dan Tafsir, 182-183.
Mujahid, Ikrimah maula Ibn Abbas,dsb.Di Madinah Ubai bin Kaab lebih terkenal
di bidang tafsir dari rang lain,Muridnya diantaranya:Zaid bin Aslam,Abu Aliyah,
dan Muhammad bin Kaab al Qurazi.Di Irak berdiri pergurusn Ibnu Masud yang
dipandang oleh para ulam sebagai cikal bakal mazhab ahli ray.Danyak pula
tabiin di Irak yang dikenal dalam bidang tafsir.Yang masyhur,diantaranya,Al
Qamah bin qais,Masruq,al Aswad bin Yazid,dsb.Merekalah mufasir-mufasir
terkenal dari kalangan tabiin di berbagai wilayah islam.
Pada masa ini tafsir tetap konsisten dengan cara khas, penerimaan dan
periwayatan (talaqqi wa talqin).Akan tetapi setelah banyak ahli kitab masuk islam
para tabiin banyak menukil dari mereka cerita-cerita Israiliyat yang kemudian
dimasukkan ke dalam tafsir.Di samping itu pada masa ini mulai timbul silang
pendapat mengenai status tafsir yang diriwayatkan dari mereka karena banyaknya
pendapat-pendapat mereka. Namun demikian pendapat-pendapat
tersebut
sebenarnya berdekatan satu dengan yang lain atau hanya merupakan sinonim
saja.Dengan demikian perbedaan itu hanya dari segi redaksional bukan perbedaan
yang saling bertentangan dan kontra.
2.4
Masa pembukuan dimulai pada akhir dinasti Bani Umayyah dan awal
dinasti Abbasiyah.Dalam hal ini hadits mendapat prioritas utama dan
pembukaannya meliputi berbagai bab, sedangkan tafsir hanya merupakan salah
satu bab dari sekian banyak bab yang dicakupnya. Pada masa ini penulisan tafsir
belum dipisahkan secara khusus yang hanya memuat tafsir Quran, surat demi
surat dan ayat demi ayat dari awal Quran sampai akhir
Perhatian segolongan ulama terhadap periwayatan tafsir yang dinisbahkan
pada nabi, sahabat, atau tabin sangat besar disamping perhatian terhadap
pengumpulan hadits .Tokoh terkemuka diantara mereka dalam bidang ini ialah
Yazid bin Harun as-Sulami,Syubah bi al Hajjah, Waki bin Jarrah, Sufyan bin
Uyainah, Rauh bin Ubadah al Basri,dsb. Tafsir golongan ini tidak ada yang
sampai pada kita , yang kita terima hanyalah nukilan-nukilan yang dinisbahkan
kepada mereka seperti yang termuat dalam kitab tafsir bil masur.
10
Sesudah golongan ini datanglah generasi berikutnya yang menulis tafsir secara
khusus dan independen serta menjadikannya ilmu yang berdiri sendiri dan
terpisah dari hadis.Diantara mereka adalah Ibn Majah Ibn Jarir at Tabari. Abu
Bakar bin al al Munzir an Naisaburi. Tafsir generasi ini memuat riwayat-riwayat
yang disandarkan kepada Rasulullah, sahabat, tabiin, dan tabiit tabiin dan
terkadang disertai pentarjihan terhadap pendapat-pendapat yang diriwayatkan dan
penyimpulan ( istinbat ) sejumlah hukum serta penjelasan kedudukan kata jika
diperlukan.
Ilmu semakin berkembang pesat, mencapai kesempurnaan, cabang-cabangnya
bermunculan, perbedaan pendapat terus meningkat Ini menyebabkan tafsir
terpolusi hawa yang tidak sehat. Sehingga para mufassir dalam menafsirkan al
quran berdasarkan pada pemahaman pribadi dan kecenderungan tertentu. Dalam
diri mufassir melekat istilah ilmiah, akidah madzabi, dan pengetahuan falsafi.
Para mufassir dalam menafsirkan Al Quran hanya dengan ilmu yang paling
dikuasainya tanpa memperhatikan ilmu lainnya. Ahli ilmu rasional hanya
memperhatikan dalam tafsirnya kata-kata pujangga dan filosof, seperti fakhruddin
ar-Razi. Ahli fikih hanya membahas masalah fikih saja, seperti al-Jassas dan
al_Qurtubi. Sejarawan hanya mementingkan kisah-kisah dan berita-berita, seperti
as-Salabi dan al-Khazin.Demikian pula golongan lainnya.
Disamping tafsir dengan corak tersebut juga banyak tafsir yang
menitikberatkan pada pada pembahasan ilmu nahwu, sharaf, dan balaghah.
Demikianlah kitab-kitab tafsir menjadi bercampur baur antara yang haq dan yang
batil, masing-masing golongan menafsirkan ayat-ayat Al-Quran dengan
penafsiran yang tidak dapat diterima oleh ayat itu sendiri demi mendukung
madzhabnya, sehingga tafsir kehilangan jati diri fungsi sebagai sarana
penunjuk,pembimbing, dan pengetahuan agama.
Pada masa selanjutnya penulisan tafsir mengikuti pola diatas, melalui upaya
golongan mutaakhirin yang mengambil begitu saja penafsiran golongan
mutaqaddimin, tetapi dengan cara meringkas dan memberikan komentar. Keadaan
terus berlanjut sampai lahirnya pola baru dalam tafsir muasir (modern) yang
berlaku pada masa sekarang ini.
11
2.5
periwayatan
dari
12
membatasi
seakan-akan
Al-Quran
pada
bidang
yang
dikuasainya,
dan
menitikberatkan
pada
Diantara
mufassir
aspek-aspek
sehingga
kelompok
sosial,
lahirlah
tafsir
pemikiran
sastra-
13
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas bahwasannya dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
a. Pada Masa Nabi
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa secara kongrit dapat
dikatakan bahwa tafsir al-Quran pada masa Rasulullah Salla Allah Alayhi wa
Sallam dan pada awal pertumbuhan Islam sifatnya pendek-pendek dan ringkas.
Hal ini dikarenakan penguasaan bahasa Arab yang murni pada saat itu cukup
untuk memahami gaya bahasa al-Quran (Ushlub Kalam Al-Quran).
Dalam penyampaiannya, tidak semua ayat dalam Al Quran dijelaskan
oleh Nabi allallah Alayhi wa Sallam. Beliau hanya menjelaskan ayat-ayat yang
makna dan maksudnya tidak diketahui oleh para sahabat. Begitupun dengan ayatayat yang menerangkan tentang hal-hal gaib seperti terjadinya hari kiamat dan
hakikat ruh, semua itu juga tidak dijelaskan dan ditafsiri oleh Rasulullah allallah
Alayhi wa Sallam.
Selain itu, dalam menafsirkan al-Quran, Nabi juga menggunakan bahasa
yang tidak panjang lebar, beliau hanya menjelaskan hal-hal yang masih samar dan
global, memerinci sesuatu yang masih umum, dan menjelaskan lafadz dan hal-hal
yang berkaitan dengannya.
14
masa
Pembukuan
penafsiran
Al-Quran
telah
mengalami
perkembangan yang luar biasa karena sudah mulai dilakukan pembukuan kitab
tafsir dan ilmu tafsir Al-Quran menjadi ilmu yang berdiri sendiri tidak terikat dan
bergantung pada ilmu lain.
15
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran.
Al-Qaththan, Syaikh Manna. 2006. Pengantar Studi Ilmu Al-Quran. Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar
Dzahabi (al), Muhammad Husain. Tafsir wa al-Mufassirn. Kairo : Maktabah
wahbah, t.th. juz 1.
Masyhur, Kahar. 1992. Pokok-Pokok Ulumul Quran. Jakarta : Rineka Cipta
Muhammad, Muhammad Abdurrahman. 1999. Penafsiran Al-Quran Dalam
Perspektif Nabi Muhammad SAW, terj. Rosihon Anwar. Bandung: CV
Pustaka Setia
Shiddieqy (ash), Teungku Muhammad Hasbi. 2009. Sejarah Dan Pengantar Ilmu
Al-Quran Dan Tafsir. Semarang : Pustaka Rizki Putra
Syurbasyi, Ahmad. 1999. Studi tentang sejarah perkembangan tafsir al-quran alkarim. Jakarta: Kalam Mulia
Suyui (as), Imam Jalaluddin. 2012. Al-Itqan f Ulm al-Quran. Bairut : DKI
Tim Forum Karya Ilmiah RADEN. 2011. Al Quran Kita: Studi Ilmu, Sejarah,
dan Tafsir Kalamullah. Kediri: Lirboyo Press
Rahtikawati, Yayan, Dadan Rusmana. 2013. Metodologi Tafsir al-Quran.
Bandung: Pustaka Setia
16