Anda di halaman 1dari 20

SISTEM RUJUKAN KESEHATAN

A. PENDAHULUAN
1. DEFINISI SISTEM RUJUKAN KESEHATAN
Rujukan adalah suatu pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas
kasus atau masalah kebidanan yang timbul baik secara vertikal (dan satu
unit ke unit yang lebih lengkap / rumah sakit) untuk horizontal (dari satu
bagian lain dalam satu unit). (Muchtar, 1977).
Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo (2008) mendefinisikan sistem rujukan
sebagai

suatu

sistem

penyelenggaraan

pelayanan

kesehatan

yang

melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu


kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertical (dari unit yang
lebih mampu menangani), atau secara horizontal (antar unit-unit yang
setingkat kemampuannya). Sederhananya, sistem rujukan mengatur
darimana dan harus kemana seseorang dengan gangguan kesehatan
tertentu memeriksakan keadaan sakitnya.
Sedangkan Menurut Sistem Kesehatan Nasional Depkes RI 2009, sistem
rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
melaksanakan

pelimpahan

tanggung

jawab

timbal

balik

terhadap

satu/lebih kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertical, dalam


arti dari unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu
atau

secara

horizontal

dalam

arti

antar

unit-unit

yang

setingkat

kemampuanya. Rujukan dibagi dalam rujukan medic yang berkaitan


dengan pengobatan dan pemulihan berupa pengiriman pasien (kasus),
specimen,

dan

pengetahuan

kesehatan

dikaitkan

dengan

tentang

penyakit;

upaya

pencegahan

sedangkan
dan

rujukan

peningkatan

kesehatan berupa sarana, teknologi, dan operasional.


2. SEJARAH SISTEM RUJUKAN KESEHATAN
Program system rujukan sudah mulai diperkenalkan oleh pemerintah
sejak tahun 1976 untuk memperbaiki pelayanan obstetri/kebidanan,
terutama bagi kelompok resiko tinggi. Harapannya adalah dengan system
ini akan lebih efisien, efektif, affordable dan mudah diakses oleh mayoritas
masyarakat. Tetapi pelayanan ini bukan hanya sekedar aktivitas dalam
system rujukan, tetapi juga mencakup pelatihan dan penelitian.
Untuk menjalankan suatu pelayanan kesehatan yang ideal maka tiap
upaya kesehatan perlu didukung. Dukungan ini meliputi seluruh bagian
dari aspek pendukung pelayanan termasuk diantaranya adalah rujukan.
Untuk rujukan sendiri pemerintah telah mengeluarkan regulasinya melalui
1

produk

perundangan

yaitu

Peraturan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia (Permenkes RI) Nomor 001 Tahun 2012 tentang Sistem Rujukan
Pelayanan Kesehatan Perorangan. Permenkes RI Nomor 001 Tahun 2012
tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan ini dibuat dan
diharapkan sejalan dengan Undang-Undang yang secara hierarkis berada
di atasnya yaitu berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI)
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan juga berdasarkan UndangUndang Republik Indonesia (UU RI) Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit.
3. HUBUNGAN SISTEM RUJUKAN KESEHATAN DALAM SISTEM KESEHATAN
NASIONAL
Salah satu bentuk pelaksanaan dan pengembangan upaya kesehatan
dalam Sistem kesehatan Nasional (SKN) adalah rujukan upaya kesehatan.
Namun kelemahan pelayanan kesehatan ini terletak pada pelaksanaannya
yang kurang cepat dan tepat. Rujukan bukan suatu kekurangan, melainkan
suatu

tanggung

jawab

yang

tinggi

dan

mendahulukan

kebutuhan

masyarakat.
Sehingga untuk mendapatkan mutu pelayanan yang lebih terjamin,
berhasil guna (efektif) dan berdaya guna (efesien), perlu adanya jenjang
pembagian tugas diantara unit-unit pelayanan kesehatan melalui suatu
tatanan sistem rujukan.
Dengan adanya sistem rujukan, diharapkan dapat meningkatkan
pelayanan kesehatan yang lebih bermutu karena tindakan rujukan
ditunjukan pada kasus yang tergolong berisiko tinggi. Oleh karena itu,
kelancaran rujukan dapat menjadi faktor yang menentukan

dalam

mengatasi keterlambatan.
B. STRUKTUR DAN ALUR SISTEM RUJUKAN
Sistem

rujukan

pelayanan

kesehatan

merupakan

penyelenggaraan

pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab


timbal balik pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun
horiontal. Sederhananya, sistem rujukan mengatur darimana dan harus
kemana seseorang dengan gangguan kesehatan tertentu memeriksakan
keadaan sakitnya.
1. Rujukan vertikal merupakan rujukan antar pelayanan kesehatan
yang berbeda tingkatan.
2

Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke


tingkatan yg lebih tinggi dilakukan apabila:
Pasien

membutuhkan

pelayanan

kesehatan

spesialistik

atau

subspesialistik;
Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan

kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau


ketenagaan.
Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih tinggi ke
tingkatan yg lebih rendah dilakukan apabila:
Permasalahan pasien dpt ditangani oleh tingkatan pelayanan yg lebih

rendah sesuai dgn kompetensi dan kewenangannya;


Kompetensi dan kewenangan pelayanan tingkat pertama atau kedua

lebih baik dalam menangani pasien tersebut;


Pasien memerlukan pelayanan lanjutan yg dpt ditangani oleh tingkatan

pelayanan yg lebih rendah & untuk alasan kemudahan, efisiensi dan


pelayanan jangka panjang; dan/atau
Perujuk

tdk

dpt

memberikan

pelayanan

kesehatan

sesuai

dgn

kebutuhan pasien karena keterbatasan sarana, prasarana, peralatan


dan/atau ketenagaan.
2. Rujukan horizontal merupakan rujukan antar pelayanan kesehatan
dalam satu tingkatan.
Rujukan horizontal dilakukan apabila perujuk tidak dapat memberikan
pelayanan
keterbatasan

kesehatan
fasilitas,

sesuai

dengan

peralatan

kebutuhan

dan/atau

pasien

ketenagaan

karena

yg

sifatnya

sementara atau menetap.


Ketimpangan
pemahaman

yang

sering

masyarakat

terjadi

tentang

di

alur ini

masyarakat
sangat

awam

rendah

adalah

sehingga

sebagian mereka tidak mendapatkan pelayanan yang sebagaimana


mestinya. Masyarakat kebanyakan cenderung mengakses pelayanan
kesehatan terdekat atau mungkin paling murah tanpa memperdulikan
kompetensi institusi ataupun operator yang memberikan pelayanan.
Pelaksanaan sistem rujukan di indonesia telah diatur dengan bentuk
bertingkat atau berjenjang, yaitu pelayanan kesehatan tingkat pertama,
kedua dan ketiga, dimana dalam pelaksanaannya tidak berdiri sendirisendiri namun berada di suatu sistem dan saling berhubungan. Apabila
3

pelayanan kesehatan primer tidak dapat melakukan tindakan medis


tingkat primer maka ia menyerahkan tanggung jawab tersebut ke tingkat
pelayanan di atasnya, demikian seterusnya. Apabila seluruh faktor
pendukung (pemerintah, teknologi, transportasi) terpenuhi maka proses
ini akan berjalan dengan baik dan masyarakat awam akan segera
tertangani dengan tepat.

Rujukan dibagi dalam rujukan medik/perorangan yg berkaitan dgn


pengobatan dan pemulihan berupa pengiriman pasien (kasus), spesimen, dan
pengetahuan tentang penyakit; serta rujukan kesehatan dikaitkan dgn upaya
pencegahan

&

peningkatan

kesehatan

operasional.

berupa

sarana,

teknologi,

dan

Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam alur rujukan yaitu:
a.

Klasifikasi Fasilitas Kesehatan


Rumah Sakit Umum Provinsi dengan klasifikasi B sebagai rujukan bagi
Rumah Sakit Umum Kabupaten/Kota dengan klasifikasi C atau D atau
sarana kesehatan lain, termasuk Rumah Sakit Angkatan Darat, Rumah
Sakit

Bhayangkara

dan

Swasta.

Rumah

Sakit

Umum

Daerah

Kabupaten/Kota kelas C yang telah mempunyai 4 spesialis dasar dapat


menjadi tujuan rujukan dari Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten /Kota
kelas D terdekat yang belum mempunyai spesialisasi yang dituju dan
Puskesmas.

Puskesmas

sebagai

tujuan

rujukan

utama

Puskesmas

Pembantu, Polindes/ Poskesdes dan masyarakat di wilayahnya.


b.

Lokasi / Wilayah Kabupaten/Kota


Berdasarkan

hasil

pemetaan

wilayah

rujukan

masing-masing

Kabupaten/Kota, tujuan rujukan bisa berdasarkan lokasi geografis sarana


pelayanan kesehatan yang lebih mampu dan terdekat.
c.

Koordinasi unsur-unsur pelaksana Teknis


Unsur-unsur pelaksana teknis rujukan lain sebagai sarana tujuan
rujukan yang dapat dikoordinasikan di tingkat Provinsi, antara lain: Balai
Laboratorium Kesehatan Masyarakat (BLKM), Rumah Sakit Jiwa (RS Jiwa),
Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM), Kantor Kesehatan Pelabuhan
(KKP).
Alur rujukan kasus kegawat daruratan:

1. Alur rujukan medik puskesmas dilakukan secara berjenjang mulai dari :


a. Kader dan dukun bayi
b. Posyandu
c. Pondok bersalin/ bidan desa
d. Puskesmas pembantu
e. Puskesmas rawat inap
f. Rumah sakit kabupaten kelas d/C
5

2. Dalam kaitan ini jalur rujukan untuk kasus gawat darurat dapat
dilaksanakan sebagai berikut:
a. Dari Kader. Dapat langsung merujuk ke : 1) Puskesmas pembantu 2)
Pondok bersalin / bidan desa 3) Puskesmas / puskesmas rawat inap 4)
Rumah sakit pemerintah / swasta
b. Dari Posyandu. Dapat langsung merujuk ke : 1) Puskesmas pembantu
2) Pondok bersalin / bidan desa 3) Puskesmas / puskesmas rawat inap
4) Rumah sakit pemerintah / swasta
c. Dari Puskesmas Pembantu Dapat langsung merujuk ke rumah sakit
tipe D/C atau rumah sakit swasta
d. Dari Pondok bersalin / Bidan Desa Dapat langsung merujuk ke rumah
sakit tipe D/C atau rumah sakit swasta.
3. Alur Pelayanan Rujukan Kegawatdaruratan Obstetri dan Neonatal Sistem
rujukan pelayanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal mengacu pada
prinsip utama kecepatan dan ketepatan tindakan, efisien, efektifan sesuai
dengan kemampuan dan kewenangan fasilitas pelayanan. Setiap kasus
dengan kegawatdaruratan obstetric dan neonatal yang datang ke Puskesmas
PONED harus langsung dikelola sesuai Prosedur tetap sesuai dengan Buku
Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Setelah
dilakukan stabilisasi kondisi pasien, kemudian ditentukan apakah pasien akan
dikelola di tingkat Puskesmas PONED atau dilakukan rujukan ke RS PONEK
untuk mendapatkan pelayanan yang lebih baik sesuai dengan tingkat
kegawatdaruratannya.

Bidan

didesa

dan

Polindes

dapat

memberikan

pelayanan langsung terhadap ibu hamil/ ibu bersalin dan ibu nifas baik yang
datang sendiri atau atas rujuka kader/ masyarakat. Selain menyelenggarakan
pelayanan pertolongan persalinan normal, bidan di desa dapat melakukan
pengelolaan kasus dengan komplikasi tertentu sesuai dengan tingkat
kewenangan dan kemampuannya atau melakukan rujukan pada Puskesmas,
Puskesmas PONED dan Rumah Sakit PONEK sesuai dengan tingkat pelayanan
yang sesuai. Puskesmas non PONED sekurang kurangnya harus mampu
melakukan

stabilisasi

pasien

dengan

kegawatdaruratan

obetetri

dan

neonatal yang datang sendiri maupun dirujuk oleh kader/ dukun/ bidan di
desa sebelum melakukan rujukan ke Puskesmas PONED dan Rumah Sakit
PONEK.

Puskesmas

PONED

memiliki

kemampuan

untuk

memberikan

pelayanan langsung terhadap ibu hamil/ ibu bersalin/ ibu nifas dan bayi baru
lahir yang datang sendiri atau atas rujukan kader/ masyarakat, bidan di desa
6

dan Puskesmas. Puskesmas PONED dapat melakukan pengelolaan kasus


dengan

komplikasi

tertentu

sesuai

dengan

tingkat

kewenangan

dan

kemampuannya atau melakukan rujukan pada Rumah Sakit PONEK.


TATA CARA PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN
Untuk memberikan pedoman kepada unit-unit pelayanan kesehatan dalam
melaksanakan sistem rujukan, maka berikut ini akan diuraikan tentang:
1. Prosedur standar merujuk pasien dan menerima rujukan pasien.
2. Prosedur standar merujuk spesimen dan menerima rujukan specimen/
Penunjang Diagnostik lainnya.
3. Prosedur standar rujukan pengetahuan dan tenaga ahli / dokter spesialis.
4. Prosedur monitoring dan evaluasi pelaksanaan sistem rujukan.
MERUJUK DAN MENERIMA RUJUKAN PASIEN
Pasien yang akan dirujuk harus sudah diperiksa dan layak untuk dirujuk.
Adapun kriteria pasien yang dirujuk adalah bila memenuhi salah satu dari:
1. Hasil pemeriksaan fisik sudah dapat dipastikan tidak mampu diatasi.
2. Hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan penunjang medis ternyata tidak
mampu diatasi.
3. Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkap, tetapi
pemeriksaan harus disertai pasien yang bersangkutan.
4. Apabila telah

diobati

dan

dirawat

ternyata

memerlukan

pemeriksaan,

pengobatan dan perawatan di sarana kesehatan yang lebih mampu.


TATA CARA PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN
Dalam prosedur merujuk dan menerima rujukan pasien ada dua pihak
yang terlibat yaitu pihak yang merujuk dan pihak yang menerima rujukan
dengan rincian beberapa prosedur sebagai berikut :
1. Prosedur standar merujuk pasien
2. Prosedur standar menerima rujukan pasien,
3. Prosedur standar memberi rujukan balik pasien,
4. Prosedur standar menerima rujukan balik pasien.
1. Prosedur standar merujuk pasien
a.

Prosedur Klinis:

1) Melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang


medik untuk menentukan diagnosa utama dan diagnose banding.
2) Memberikan tindakan pra rujukan sesuai kasus berdasarkan Standar
Prosedur Operasional (SPO).
3) Memutuskan unit pelayanan tujuan rujukan.
4) Untuk pasien gawat darurat harus didampingi petugas Medis /
Paramedis yang kompeten dibidangnya dan mengetahui kondisi
pasien.
5) Apabila pasien diantar dengan kendaraan Puskesmas keliling atau
ambulans, agar petugas dan kendaraan tetap menunggu pasien di IGD
tujuan sampai ada kepastian pasien tersebut mendapat pelayanan dan
kesimpulan dirawat inap atau rawat jalan.
b.

Prosedur Administratif:
1) Dilakukan setelah pasien diberikan tindakan pra-rujukan.
2) Membuat catatan rekam medis pasien.
3) Memberikan Informed Consernt (persetujuan/penolakan rujukan)
4) Membuat surat rujukan pasien rangkap 2. Lembar pertama dikirim ke
tempat rujukan bersama pasien yang bersakutan. Lembar kedua
disimpan sebagai arsip.
5) Mencatat identitas pasien pada buku register rujukan pasien.
6) Menyiapkan sarana transportasi dan sedapat mungkin menjalin
komunikasi dengan tempat tujuan rujukan.
7) Pengiriman pasien ini sebaiknya dilaksanakan setelah diselesaikan
administrasi yang bersangkutan.

2. Prosedur standar menerima rujukan Pasien.


a.

Prosedur Klinis:
1) Segera menerima dan melakukan stabilisasi pasien rujukan sesuai
Standar Prosedur Operasional (SPO).
2) Setelah stabil, meneruskan pasien ke ruang perawatan elektif untuk
perawatan selanjutnya atau meneruskan ke sarana kesehatan yang
lebih mampu untuk dirujuk lanjut.
3) Melakukan monitoring dan evaluasi kemajuan klinis pasien.

b.

Prosedur Administratif:
4) Menerima, meneliti dan menandatangani surat rujukan pasien yang
telah diterima untuk ditempelkan di kartu status pasien.
8

5) Apabila pasien tersebut dapat diterima kemudian membuat tanda


terima pasien sesuai aturan masing-masing sarana.
6) Mengisi hasil pemeriksaan dan pengobatan serta perawatan pada
kartu catatan medis dan diteruskan ke tempat perawatan selanjutnya
sesuai kondisi pasien.
7) Membuat informed consent (persetujuan tindakan, persetujuan rawat
inap atau pulang paksa).
8) Segera

memberikan

informasi

tentang

keputusan

tindakan

perawatan yang akan dilakukan kepada petugas / keluarga pasien


yang mengantar.
9) Apabila tidak sanggup menangani (sesuai perlengkapan Puskesmas /
RSUD yang bersangkutan), maka harus merujuk ke RSU yang lebih
mampu dengan membuat surat rujukan pasien rangkap 2 kemudian
surat rujukan yang asli dibawa bersama pasien, prosedur selanjutnya
sama seperti merujuk pasien.
10) Mencatat identitas pasien di buku register yg ditentukan.
11) Bagi Rumah Sakit, mengisi laporan Triwulan pada RL.1.
3. Prosedur standar membalas rujukan pasien
a.

Prosedur Klinis:
1) Rumah Sakit atau Puskesmas yang menerima rujukan pasien wajib
mengembalikan pasien ke RS / Puskesmas / Polindes/Poskesdes
pengirim setelah dilakukan proses antara lain:
a) Sesudah

pemeriksaan

medis,

diobati

dan

dirawat

tetapi

penyembuhan selanjutnya perlu di follow up oleh Rumah Sakit /


Puskesmas / Polindes/Poskesdes pengirim.
b) Sesudah pemeriksaan medis, diselesaikan tindakan kegawatan
klinis,

tetapi

pengobatan

dan

perawatan

selanjutnya

dapat

dilakukan di Rumah Sakit / Puskesmas / Polindes / Poskesdes


pengirim.
2) Melakukan pemeriksaan fisik dan mendiagnosa bahwa kondisi pasien
sudah memungkinkan untuk keluar dari perawatan Rumah Sakit /
Puskesmas tersebut dalam keadaan:
a) Sehat atau Sembuh.
b) Sudah ada kemajuan klinis dan boleh rawat jalan.
c) Belum ada kemajuan klinis dan harus dirujuk ke tempat lain.
9

d) Pasien sudah meninggal.


3)

Rumah Sakit / Puskesmas yang menerima rujukan pasien harus


memberikan laporan / informasi medis / balasan rujukan kepada
Rumah Sakit / Puskesmas / Polindes / Poskesdes pengirim pasien
mengenai kondisi klinis terahir pasien apabila pasien keluar dari
Rumah Sakit / Puskesmas.

b.

Prosedur Administratif:
1) Rumah Sakit / Puskesmas yang merawat pasien berkewajiban memberi
surat balasan rujukan untuk setiap pasien rujukan yang pernah
diterimanya kepada Rumah Sakit / Puskesmas / Polindes/Poskesdes
yang mengirim pasien yang bersangkutan.
2) Surat balasan rujukan boleh dititip melalui keluarga pasien yang
bersangkutan dan untuk memastikan informasi balik tersebut diterima
petugas kesehatan yang dituju, dianjurkan berkabar lagi melalui
sarana komunikasi yang memungkinkan seperti telepon, handphone,
faksimili dan sebagainya.
3) Bagi Rumah Sakit, wajib mengisi laporan Triwulan pada RL.1.

4. Prosedur standar menerima balasan rujukan pasien


a.

Prosedur Klinis:
1) Melakukan kunjungan rumah pasien dan melakukan pemeriksaan fisik.
2) Memperhatikan anjuran tindakan yang disampaikan oleh Rumah Sakit/
Puskesmas yang terakhir merawat pasien tersebut.
3) Melakukan tindak lanjut atau perawatan kesehatan masyarakat dan
memantau (follow up) kondisi klinis pasien sampai sembuh.

b.

Prosedur Administratif:
1) Meneliti isi surat balasan rujukan dan mencatat informasi tersebut di
buku register pasien rujukan, kemudian menyimpannya pada rekam
medis pasien yang bersangkutan dan memberi tanda tanggal/jam
telah ditindaklanjuti.
2) Segera memberi kabar kepada dokter pengirim bahwa surat balasan
rujukan telah diterima.

C. PERATURAN DAN KEBIJAKAN SISTEM RUJUKAN

10

Peraturan sistem rujukan pelayanan kesehatan diatur dalam permenkes RI


No 001 Tahun 2012 tentang sistem rujukan pelayanan kesehatan, disebutkan
dalam pasal 4 yaitu :
1. Pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang, sesuai kebutuhan
medis dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama.
2. Pelayanan kesehatan tingkat kedua hanya dapat diberikan atas rujukan
dari pelayanan kesehatan tingkat pertama.
3. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga hanya dapat diberikan atas rujukan
dari pelayanan kesehatan tingkat kedua atau tingkat pertama.
4. Bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke dokter dan/atau
dokter gigi pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama.
5. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan
ayat (4) dikecualikan pada keadaan gawat darurat, bencana, kekhususan
permasalahan kesehatan pasien, dan pertimbangan geografis.
D. JENIS LAPORAN SISTEM RUJUKAN KESEHATAN
Jenis jenis laporan rujukan masing-masisng sarana pelayanan kesehatan:
1. R/4
Merupakan laporan rujukan Puskesmas yang mencakup berbagai kegiatan
Rujukan Pasien, Rujukan Spesimen/Penunjang Diagnostik lainnya dan
Rujukan Pengetahuan. Laporan rujukan Puskesmas yang menggunakan
format

R/4

berdasarkan

dibuat

setiap

registrasi

bulan

pasien

oleh

rujukan,

masing-masing
rujukan

Puskesmas

spesimen/penunjang

diagnostik lainnya dan pengetahuan. Laporan ini dikirim ke Dinas


Kesehatan Kab/Kota paling lambat minggu pertama bulan berikutnya.
2. R/4/a
Format

laporan

Dinas

Kesehatan

Kabupaten/Kota

yang

merupakan

rekapan (R/4) rujukan Puskesmas yg mencakup berbagai kegiatan Rujukan


Pasien, Rujukan Spesimen/Penunjang Diagnostik lainnya dan Rujukan
Pengetahuan. Merupakan laporan rekapan setiap bulan oleh masingmasing Dinas Kesehatan Kabupaten/kota berdasarkan laporan Puskesmas
(R/4) pasien rujukan, rujukan spesimen/penunjang diagnostik lainnya dan
pengetahuan. Laporan ini dikirim ke Dinas Kesehatan Provinsi setiap
triwulan paling lambat minggu pertama triwulan berikutnya.
3. RL1
Merupakan laporan data kegiatan rujukan pengetahuan dan rujukan
pasien di rumah sakit. Laporan kegiatan rujukan pasien yang mengunakan
formulir RL1 dibuat setiap triwulan oleh masing-masing Rumah Sakit
berdasarkan kompilasi pencatatan harian /register pasien rujukan setiap
11

bulan. Laporan ini disampaikan paling lambat minggu pertama bulan


pertama triwulan berikutnya dan dilaporkan jadi satu dengan data
kegiatan pelayanan rawat inap rumah sakit.

FORMAT SISTEM RUJUKAN KESEHATAN


1. Surat Rujukan Pasien

12

2. Surat Balasan Rujukan Pasien


13

3. Surat Rujukan Spesimen/ Penunjang Diagnostik Lainnya


14

4. Surat Permintaan tenaga Ahli


15

16

5. Laporan Rujukan Puskesmas (R/4)

6. Laporan Rujukan (R/4/a)

17

7. Laporan Data Kegiatan Rumah Sakit

18

E. KEDUDUKAN DAN PERANAN AHLI GIZI DALAM SISTEM RUJUKAN KESEHATAN DI


INDONESIA
Kegiatan

Rujukan

menyangkut

penyuluhan/konsultasi/rujukan

tenaga

orang
gizi

sakit

yang

sebagai

memerlukan

upaya

untuk

menambahkan atau meningkatkan pengetahuan dibidang kesehatan.


Kedudukan dan peranan ahli gizi dalam sistem rujukan adalah sebagai
berikut :
1. Dietesien adalah seseorang yang memiliki pendidikan gizi, khususnya
dietetik yang bekerja untuk menerapkan prinsip-prinsip gizi dalam
pemberian makanan kepada individu, kelompok, merencanakan menu dan
diet khusus, serta mengawasi penyelenggaraan dan penyajian makanan.
2. Konselor Gizi adalah ahli gizi yang bekerja untuk membantu orang lain
(klien) mengenali, mengatasi masalah gizi yang dihadapi dan mendorong
klien untuk mencari dan memilih cara pemecahan gizi secara mudah
sehingga dapat dilaksanakan oleh klien secara efektif dan efisien.
3. Penyuluh gizi adalah seseorang yang memberikan penyuluhan gizi yang
merupakan

suatu

upaya

menjelaskan,

menggunakan,

memilih

dan

mengolah bahan makanan.

DAFTAR PUSTAKA
Khamda.
2014.
Laporan
Tutorial
Rujukan
Kesehatan.
http://kamdulerszone.blogspot.com/2014/01/laporan-tutorial-rujukankesehatan.html di unduh pada tanggal 11 Agustus 2014 jam 16.10.

19

Latuconsina, Marisa. 2013. Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan.


http://prezi.com/itxq8iscccnh/sistem-rujukan-pelayanan-kesehatan-perorangan/
di unduh tanggal 11 Agustus 2014 jam 16.00.
Yulianti, Nindi. 2014. Makalah Sistem Rujukan Pelayanan di Indonesia.
http://www.slideshare.net/evinurmiftahuljannah/makalah-sistem-sistem-rujukanpelayanan-di-indonesia di unduh tanggal 11 Agustus 2014 jam 16.27.
Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat. 2011. Petunjuk Teknis Sistem
Rujukan
Pelayanan
Kesehatan
Provinsi
Nusa
Tenggara
Barat.
http://servicedeliveryighealth.files.wordpress.com/2011/12/buku_rujukanbinder.p
df. di unduh tanggal 11 agustus jam 13. 46.
Jannah, Evi Nur Miftahul. 2014. Makalah Sistem Sistem Rujukan Pelayanan Di
Indonesia.

http://www.slideshare.net/evinurmiftahuljannah/makalah-sistem-

sistem-rujukan-pelayanan-di-indonesia# di unduh tanggal 11 Agustus 2014 jam


14.35.
S, Mira Kurniati. 2012. Peran ahli gizi dalam penanganan pasien dirumah sakit.
http://mirakurniatiblog.wordpress.com/2013/02/01 di unduh tanggal 11 Agustus
2014 jam 15.45.

20

Anda mungkin juga menyukai