Anda di halaman 1dari 58

RSU.

AISYIYAH
PONOROGO
Jl. Dr Sutomo 18-24

ASFIKSIA NEONATORUM
No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

Ditet apkan
Direktur

PROSEDUR TETAP

Dr. Hj. RINI KRISNAWATI, MARS


Pengertian

Tujuan
Kebijakan

Asfiksia Neonaforum a dalah kegagalan nafas secara spontan dan


teratur pada bayi baru lahir.
Prinsip dasar :
Asfiksia merupakan penyebab kematian neonatal dab
kecacadan
Asfiksia perinatal dapat terjadi selama antepartum,intra partum
maupun post partum
Ditandai dengan :
- bayi tidak bernapas atau napas megap-megap
- denyut jantung <100 x/menit
- kulit sianosis, pucat
- tonus otot menurun
untuk diagnosis asfiksia tidak perlu menunggu nilai APGAR

menangani asfiksia Neonatorum


mengurangi angka kematian dan kecacadan pada neonatus

Ditetapkan pada semua bayi baru lahir dengan asfiksia neonatorum

ASFIKSIA
NEONATORUM

Prosedur

No. Dokumen

No.Revisi

Halaman

1. Lakukan langkah Resusitasi (lihat bagan resusitasi)


2. Kolaborasi dokter dalam pemberian terapi medikamentosa
3. Beri oksigen bila perlu atau bayi masih sianosis saturasi
oksigen yang ditunjukkan oleh oksimetri belum mencapai
RSU.AISYIYAH PONO
ROGO
target sesuai usia bayi. Kurangi sampai batas terendah secara
Jl. Dr Sutomo-218
4
bertahap.
rumatan dan pemantauan pasca resusitasi :
4. Perawatan
9. -Konseling
padadikeluarga
Bayi dirawat
ruang perinatologi bukan dirawat gabung,
- untuk
Bila resusitasi
berhasil
: beritahu
ibu dan keluarga
tentang
pemantauan
keadaan
pasca asfiksia
keadaan
bayi,
serta
ditun
danya
untuk
dilakukan
IMD dan rawat
- Pantau
keadaan
umum
bayi,
frekuensi
jantung,
frekuensi
gabung
dan
irama nafas, saturasi oksigen dengan alat oksimetri,
- tangis
Bilabayi,
resusitasi
gagal
: iber
dukungan
kesadaran,
produksi
urin danemosional
suhu bayi pada keluarga
- Jaga
kehangatan
bayi, masukkan
bayi pasca resusitasi di
terutama
orangtua
bayi
incubator atau cuvis sesuai berat badan dan masa gestasi
bayi.
- Periksa kadar gula 4 jam pasca resusitasi
Perhatian
khususIGD,
diberikan
Unit terkait
R.- VK,
Perinatologi,
OK pada waktu malam hari
5. Mencatat tindakan resusitasi
- Kondisi bayi saat lahir
- Tahapan resusitasi yang telah dilakukan
- Waktu antara lahir dengan memulai pernapasan
- Pengamatan klinis selama dan sesudah tindakan resusitasi
- Hasil tindakan resusitasi
- Bila resusitasi gagal, apa kemungkinan penyebab
kegagalan
- Nama-nama tenaga kesehatan yang melakukan tindakan
resusitasi
6. Yakinkan bayi mampu minum dan mempunyai refleks hisap
dan telan setelah keadaan bayi stabil tanpa oksigen dengan
pemberian ASI dan menetek pada ibu
7. Bila bayi fidak dapat langsung menetek dan masih memakai
oksigen berikan ASI perah dengan pipa lambung
8. Bila bayi tidak dapat menerima asupan dengan pipa lambung
sekaligus, pasang jalur infus dan beri cairan infus D10% sesuai
dosis

No. Dokumen

RSU.AISYIYAH
PONOROGO Jl.
Dr Sutomo 18-24
PROSEDUR TETAP

Pengertian

Tujuan
Kebijakan

Prosedur

Tanggal terbit

MANAJEMEN BBLR
No. Revisi

Halaman

Dite tapkan
Direktur

Dr. Hj. RINI KRISNAWATI, MARS


Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat
kurang dari 2500 gram, tanpa memandang masa gestasi.
Berat lahir adalah berat bayi
yang ditimbang dalam 24 jam
setelah lahir Pemeriksaan fisik
Berat lahir kurang dari 2500
gram Untuk BBLR kurang
bulan Tanda Prematuritas:
- Tulang rawan telinga belum terbentuk
- Masih terdapat lanugo
- Reflek-reflek masih lemah
- Alat kelamin pada perempuan lalium mayus belum menutup
labium minus, pada laki-laki belum terjadi penurunan testis
dan
kulit testis rata (rugae testis belum terbentuk)
- Untuk BBLR kecil untuk masa kehamilan Tanda janin
tumbuh lambat:
- Tidak dijumpai tanda prematuritas
- Kulit keriput
- Kuku lebih panjang
1. Mengurangi kematian pada BBLR
2. Mencegah komplikasi atau efek lanjutan pada BBLR
3. Penanganan secara tepat pada BBRL
1. Semua bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram
2. Semua perawat,bidan,Sp A maupun Sp OG untuk melakukan
manajemen BBLR
1. Medikamentosa :
Pemberian vitamin K1 : injeksi 1 mg/IM sekali pemberian
2. Mempertahankan suhu ketat
- Keringkan badan bayi segera setelah lahir
- Kain yang basah secepatnya diganti dengan yang kering dan
hangat
- Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan
suhu tubuh bayi, seperti kontak kulit dengan kulit, KMC, Infant
warmer, incubator atau ruangan hangat ( sesuai tabel 1 yang
terlampir)
Table 1. Cara menghangatkan bayi
Cara
Petunjuk Penggunaan
Kontak kulit
- Untuk semua bayi
- Untuk menghangatkan bayi dalam waktu
singkat, atau menghangatkan bayi
hipotermi ( 32-36 ,4oC ) apabila cara lain
tidak mungkin dilakukan

KMC

No. Dokumen

- Untuk menstabilkan bayi dengan berat


badan
<
2500g,
terutama
direkomendasikan
untuk
perawatan
berkelanjutan bayi dengan berat badan
<1800 g
- Tidak untuk bayi sakit berat( sepsis,
gangguan napas berat )
- Tidak untuk ibu yang menderita penyakit
berat yang tidak dapat merawat bayinya
BBLR
No. Revisi

RSU.AISYIYAH
PONOROGO
Jl. Dr Sutomo 18-24
Cara
Infant
warmer

Petunjuk Penggunaan
- Untuk bayi sakit atau bayi dengan berat
1500g atau lebih
- Untuk pemeriksaan awal bayi, selama
dilakukan tindakan, atau menghangatkan
kembali bayi hipotermi
Incubator
- Penghangatan berkelanjutan bayi dengan
berat < 1500 g yang tidak dapat
dilakukan KMC
Heat
- Plastic yang digunakan untuk
Shield
menyelimuti tubuh bayi premature
dengan berat <1000 g, selama dilakukan
tindakan untuk mengurangi evaporasi
Head
- Digunakan pada mayoritas bayi karena
Coverings
kepala bayi merupakan permukaan tubuh
(
yang paling luas kehilangan panas
topi )
Ruangan - Untuk merawat bayi dengan berat > 2500
g yang tidak memerlukan tindakan
hangat
3.
diagnostic atau prosedur pengobatan
- Tidah untuk bayi sakit berat ( sepsis,
- 4.
gangguan napas berat )
Jangan
memandikan
atau menyentuh bayi dengan
5.
tangan dingin
Ukur suhu tubuh sesuai jadwal pada tabel
- 6. 2 Table 2. Pengukuran Suhu Tubuh
Keadaan
Bayi
Bayi
6.1
Bayi
Bayi
bayi
sangat keadaan

sakit
kecil
kecil
baik
Frekuensi
Tiap 2
Tiap 12 Tiap 6
Sekali
pengukuran
jam
jam
jam
sehari n ,

Jaga potensi jalan napas


Bebaskan jalan napas dengan menjaga bersihan jalan
nafas
Beri oksigen dengan nasal/binasal kanul 0,5-1 ltr/mnt
Nilai segera kondisi bayi tentang tanda vital bayi seperti
pernapasa denyut jantung, warna kulit dan aktifitas,
serta saturasi oksigen
Mencegah infeksi dengan ketat
Prinsip pencegahan infeksi nosokomial dengan mencuci
tangan sebelum dan sesudah memegang bayi
Pemberian Antibiotika
Pengawasan nutrisi / ASI( lihat PROTAP PEMBERIAN
NUTRISI PADA
BBLR)
Bayi sehat
Reflek hisap dan telan baik, biarkan menyusu ke ibunya
setiap 2jam karena mudah letih dan malas minum pantau
pemberian minum
Reflek hisap dan telan kur ang, tambahkan ASI dengan
pipet atau sonde
6.2 Bayi sakit
Bayi dengan gangguan nafas, kejang dan ganguan minum
pasang
IV line :
- Hanya berikan cairan IV (D10%) selama 24 jam
Mulai berikan minum peroral pada hari ke 2 atau segera setelah
bayi stabil. Anjurkan pemberikan ASI apabila ibu ada dan bayi
menunjukkan tanda-tanda siap menyusu
Apabila masih sakit (gangguan nafas,kejang) berikan ASI peras
melalui pipa lambung
Berikan 8 kali dalam 24 jam, bila masih tampak lapar berikan
tambahan ASI
Biarkan bayi menyusu tanpa batuk atau tersedak
7. Pantau perkembangan kondisi bayi dan tanda tanda bahaya selama
menyusu seperti malas menghisap/tidak
dapat menelan
langsung/sesak/biru/hipotermia berat hentikan pemberian minum,
oksigenasi,motivasi keluarga
8. Pemantauan
8.1Kenaikan berat badan dan pemberian minum setelah 7 hari
(dengan kenaikan berat badan 20-30 gram/hari )
8.2Tanda kecukupan pemberian ASI
Kencing minimal 6 kali dalam 24 jam
Bayi tidur terlelap
Peningkatan BB setelah 7 hari pertama sebanyak 20 gram setiap
hari
9. Periksa pengeluaran ASI
10. Beri dukungan emosional kepada ibu dan anggota keluarga lainnya
11. Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan,
biarkan ia berkunjung setiap jam kunjung atau jam meneteki

Unit Terkait

INSTALASI MATERNAL-PERINATAL
SEPSIS NEONATORUM

No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

RSUAisyiyah
Ponorogo Jl. Dr
Sutomo 18-24
Tanggal terbit

Ditetapkan
Direktur

Prosedur Tetap
Dr. Hj. Rini Krisnawati, MARS
Pengertian

Tujuan

Sepsis Neonatal adalah sindroma klinis d ari penyakit sstemik akibat


infeksi selama satu bulan pertama kehidupan.
Penyebabnya : bakteri, virus, jamur, dan protozoa
Faktor Resiko
Risiko Mayor
Risiko Minor
1. Ketuban pecah > 24 jam
1. Ketuban pecah > 12 jam
2. Ibu demam saat intrapartum
2. Ibu demam saat intrapartum
suhu> 38oC
>
3. Korioamnionitis
3. 37,5oC
4. Denyut jantung janin menetap
Nilai APGAR Score rendah
160 x/menit
pada menit ke-1 < 5, dan
4. menit ke-5
5. Ketuban berbau
<7
Bayi berat lahir sangat rendah
( BBLSR) < 1500gram
5. Usiakehamilan < 37 minggu
6. Kehamilan ganda
7. Keputihan pada ibu
8. Ibu dengan infeksi saluran
kemih
Pemeriksaan fisis
1. Keadaan umum
1.1 suhu tubuh tidak stabil
1.2 letargi atau lunglai, mengantuk atau aktivitas kurang
1.3 malas minum sebelumnya minum dengan baik
1.4 iritabel atau rewel
1.5 kondisi memburuk secara cepat dan dramatis
2. Gastrointestinal
2.1 muntah, diare, perut kembung, hepatomegali
2.2 tanda mulai muncul pada hari ke empat
3. Kulit
3.1 perfusi kulit berkurang, sianosis, pucat, ptekie, ruam,
sklerem,ikterik
4. Kardiopulmonal
4.1 takipnu, distres respirasi ( merintih, retraksi)takikardi, hipotensi
5. Neurologis
5.1iritabilitas, penurunan kesadaran, kejang, penurunan kesadaran,
kejang, ubun ubun membonjol, kaku kuduk sesuai dengan
meningitis
6. pemeriksaan penunjang
6.1leukositosis/leukopeni
6.2trombositopeni
Menurunkan angka mortalitas dan morbiditas bayi dengan sepsis

neonatorum
Kebijakan

Menangani kasus sepsis neonatorum secara holistic berdasar ilmu


kedokteran berbasis bukti (evidence based medicine)

SEPSIS NEONATORUM
No. Dokumen

RSUAisyiyah
Ponorogo Jl. Dr
Sutomo 18-24
Prosedur

Unit terkait

Halaman

1. Pasang jalur IV dan berikan cairan IV dengan dos is rumatan


2. Jangan memberi minum bayi selama 12 jam pertama
3. Ambil sampel darah dan kirim ke laboratorium untuk pemeriksaan
darah rutin (termasuk rasio batang: segemen), gula darah, elektrolit
serta kultur dan sensitivitas.( bila fasilitas tersedia)
4. Bila bayi kejang, opistotonus, atau ubun-ubun besar membonjol :
4.1 Lakukan pungsi limbal segera sesudah pengambilan darah( bila
fasilitas tersedia) untuk mengetahui jumlah sel, pengecatan Gram,
kultur dan sensivititas.
4.2 Mulai manajemen untuk meningitis.
5. Bila kadar haemoglobin kurang 12 g/dl (hematokrit kurang dari 36%),
beri transfusi darah.
6. Bila bayi tidak menderita meningitis, beri antibiotic lini 1, sesuai
dengan pedoman yang ada. Tunggu hasil laboratorium seperti darah
lengkap dan nilai kondisi bayi secara ketat tiap hari untuk melihat
perkembangannya.
7. menjaga patensi jalan napas dan pemberian oksigen untuk mencegah
hipoksia
8. beri nutrisi secara bertahap bila keadaan umum bayi mulai stabil
9. Setelah selesai pengobatan antibiotika, amati bayi selama 24 jam
berikutnya:
9.1 Bila bayi tetap baik selama pengamatan 24 jam dan minum dengan
baik serta tidak dijumpai masalah lain yang memerlukan
perawatan di rumah sakit, maka bayi dapat dipulangkan. Bila
dijumpai lagi tanda infeksi, maka ulangi lagi manajemen
infeksi/sepsis
SMF Ilmu Kesehatan Anak
Instalasi Maternal-Perinatal
ANEMIA
No. Dokumen

RSUAisyiyah
Ponorogo Jl. Dr
Sutomo 18-24

No. Revisi

No. Revisi

Halaman

Tanggal Terbit

Ditetapkan
Direktur

Prosedur Tetap

Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Prosedur

Unit terkait

Dr. Hj. Rini Krisnawati,


MARS
Anemia adalah kadar haemoglobin atau he matokrit di bawah normal.
1. Mencegah terjadinya anemia
2. Menangani anemia
Anemia merupakan kasus yang harus segera ditangani
Anemia karena pendarahan yang sedang berlangsung atau riwayat
pendarahan.
1. Hentikan pendarahan
2. Berikan cairan infuse dengan 20 ml/kg selama satu jam pertama
3. Berikan K1 1 mg IM sekali, pada saat masuk tanpa memandang apakah
bayi telah diberi Vitamin K1 pada saat lahir atau tidak.
4. Bila ada tanda syok (pucat, akral teraba dingin, denyut jantung lebih
dari 180 x/menit, kesadaran menurun) berikan infuse NaCL 0,9% dan
riager taktat dengan dosis 10 ml/kgbb diberikan selama 10 menit dan
dapat diulang sekali lagi sesudah 20 menit tanda syok masih berlanjut,
berikan transfuse darah segera menggunakan golongan darah O, Rhesus
negatif.
5. Ambil sampel darah pemeriksaan haemoglobin dan hemtokrit serta
golongan darah dan reaksi silang bila belum dikerjakan. Bila
haemoglobin kurang dari 12 g/dl (hematokrit kurang dari 26%), berikan
transfuse darah.
6. Periksa tanda vital, bila bayi sudah stabil, selanjutnya berikan cairan
sesuai kebutuhan harian.
Pucat dengan riwayat pendarahan atau tanpa pendarahan.
1. Bila ada pucat disertai gejala syok (pucat, akral teraba dingin, denyut
jantung lebih dari 180 x/menit, kesadaran menurun) naikkan tetesan
infuse menjadi 20 ml/kg dalam 1 jam.
2. Apabila belum terpasang infus, segera lakukan infuse dengan dosis 20
ml/kg dalam 1 jam.
3. Bila haemoglobin kurang dari 12g/dl atau hematokrit kurang dari 26%
beri transfusi darah.
SMP Ilmu Kesehatan Anak
Instalasi Maternal-Perinatal
Unit BDRS

RSUAisyiyah
Ponorog
Jl. Dr Sutomo 18-24

MARS Bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderi ta Diabetes Melitus
(DM).
Mengelola bayi yang dilahirkan dari ibu penderita DM.
Dilakukan pada semua bayi baru lahir yang ibu menderita DM.
1. Pada bayi berumur kurang 3 hari, amati tanda-tanda hipoglikemia
sampai umur 3 hari.
2. Periksa kadar glucose darah pada umur tiga jam untuk bayi lahir
dalam.
3. Periksa kadar glukosa darah pada saat masuk kamar bayi untuk bayi
lahir luar.
4. Periksa kadar glucose darah lagi tiga jam setelah pemeriksaan
pertama.
5. Pemeriksaan kadar glucose darah selanjutnya setiap 6 jam selama 24
jam atau sampai kadar glucose dalam batas normal dalam 2 kali
pemeriksaan berturut-turut.
6. Bila kadar glukosa 45 mg/dL atau bayi menunjukkan tanda
hipoglikemi (tremor atau letargi), tangani untuk hipoglikemi (lihat
Hipoglikemi).
7. Bila dalam pengamatan tidak ada tanda hipoglikemi atau masalah lain,
bayi dapat minum dengan baik, pulangkan bayi pada hari ke-3.
8. Bila bayi berumur 3 hari atau lebih dan tidak menunjukkan tandatanda penyakit, bayi tidak perlu pengamatan.
9. Bila bayi dapat minum baik dan tidak ada masalah lain yang
memerlukan perawatan di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan.
10.Anjurkan ibu untuk menyusui secara dini dan lebih sering paling tidak
8 kali sehari, siang dan malam.
SMF Ilmu Kesehatan Anak
Instalasi
Maternal-Perinatal
Instalasi Patologi Klinik

Prosedur Tetap
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Prosedur

Unit terkait
BAYI IBU
DIABETES
MELLITUS
No. Dokumen
No.
Revisi
Halaman
o
Tang
gal
Terb
it
Dite
tapk
an
Direktur
D
r.
Hj.
Rini
Krisnawati,

BAYI IBU HBsAG


No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

RSUAisyiyah
Ponorogo Jl. Dr
Sutomo 18-24
Tanggal Terbit

Ditetapkan
Direktur

Prosedur Tetap
Dr. Hj. Rini Krisnawati, MARS
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Prosedur

Unit terkait

Bayi yang dilajirkan dari ibu yang hasil pe meriksaan darahnya HbsAg
positif.
Mengelola bayi yang dilahirkan dari ibu yang hasil pemeriksaan
darahnya HbsAg positif.
Dilakukan pada semua bayi yang dilahirkan dari ibu yang hasil
pemeriksaan darahnya HbsAg positif.
1. Berikan dosis awal Vaksin Hepatitis B (VHB) 0,5 ml IM segera
setelah lahir (sebaiknya 12 jam sesudah lahir) dilanjutkan dosis ke-2
dan ke-3 sesuai dengan jadwal imunisasi hepatitis.
2. Apabila orang tua bersedia membel Imunoglobulin Hepatitis B,
berikan Imunoglobulin Hepatitis B 200 IU (0 ,5 ml) IM disuntikan
pada paha sisi yang lainnya, dalam waktu 24 jam setelah lahir atau
paling lambat 48 jam setelah lahir.
3. Yakinkan ibu untuk tetapi menyusui bayinya.
SMF Ilmu Kesehatan Anak
Instalasi Material-Perinatal

RSUAisyiyah
Ponorog
Jl. Dr Sutomo 18-24

Menangani bayi dengan infeksi tali pusat


Diterapkan pada semua bayi yang mengalami infeksi tali pusat
Infeksi Tali Pusat Lokal Atau Terbatas
1. Bersihkan tali pusat menggunakan larutan anti septik (iodium povidon
2,5%) dengan kain kasa yang bersih.
2. Olesi tali pusat dan daerah sekitarnya dengan larutan antiseptik
( iodium povidon 2,5%) delapan kali sehari sampai tidak nanah lagi
pada tali pusat.
3. Anjurkan ibu melakukan ini kapan saja bila memungkinkan.
Infeksi Tali Pusat Berat Atau Meluas
1. Ambil sampel darah dan kirim ke laboratorium untuk pemeriksaan
kultur dan sensitivitas.
2. Berikan kloksasilin peroral sesuai selama 5 hari
3. Cari tanda-tanda sepsis. Bila ada, tangani pasien sesuai Protop Sepsi
Neonatorum.
4. Lakukan perawatan umum seperti dijelaskan untuk infeksi tali pusat
local atau terbatas.
SMF Ilmu Kesehatan Anak
Instalasi Maternal-Perinatal

Prosedur Tetap
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Prosedur

Unit terkait
INFEKSI TALI
PUSAT
No.
Dokumen
No.
Revisi
Halaman

o
Tan
gga
l
Ter
bit
Dit
etap
kan
Direktur
D
r.
Hj.
Rini
Krisnawati,
MARS Infeksi
tali pusat adalah
infeksi pada tali
p
usat
atau
jaringan kulit di
sekitar tali pusat

MUNTAH DAN/ATAU DISTENSI ABDOMEN


No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

RSUAisyiyah
Ponorogo Jl. Dr
Sutomo 18-24
Tanggal Terbit

Ditetapkan
Direktur

Prosedur Tetap
Dr. Hj. Rini Krisnawati, MARS
Pengertian

Tujuan
Kebijakan
Prosedur

1. Muntah adalah pengeluaran isi lambung yang bukan regurgitasi


2. Distensi Abdomen adalah bertambahnya lingkar perut, sehingga
dinding perut lebih tinggi daripada dinding dada.
1. Mengelola bayi dengan muntah
2. Mengelola bayi dengan distensi abdomen
Dilakukan pada semua bayi dengan muntah dan/atau distensi abdome.
1. Lakukan anamnesis dan pemeriksaan dan dapatkan informasi
tambahan sebagai berikut untuk menentukan kemungkinan diagnosis
2. Pada anamnesis tanyakan hal-hal berikut ini:
- Apakah muntah terjadi sejak pertama kali minum atau beberapa
saat kemudian?
- Tenggang waktu antara pemberian minum dan muntah.
- Macam muntahan (berbuih, berwarna hijau atau bercampur darah)
Apakah mekonium sudah keluar?
- Apakah puting susu ibu lecet?
- Riwayat persalinan, kelahiran dan jumlah air ketuban
- Riwayat perdarahan ante partum;
- Jika didapatkan darah dalam cairan lambung, tanyakan apakah
sudah mendapat vitamin K1 dan adakah perdarahan di bagian
tubuh lainnya?
3. Pada pemeriksaan fisik cari tanda-tanda berikut ini:
- Distensi abdomen dan nyeri tekan (bayi menangis ketika
abdomennya ditekan dengan lembut) Anus maperforate.
- Hipersalivasi
4. Manajemen Umum
- Pasang pipa lambung
- Jika pipa lambung tidak bisa masuk, dan bayi tersedak dan muntah
segera setelah menelan pipa; bayi kemungkinan mengalami atresia
esofagus atau fistula trakheo-esofageal yang membutuhkan
tindakan bedah segera. Konsultasikan segera ke SMF Bedah.
- Jika pipa lambung bisa masuk, pastikan bahwa pipa tersebut
berada di dalam lambung dan isaplah cairan isi lambung,
kemudian biarkan ujung pipa terbuka
- Jika tampak sakit berat (misalnya layuh, letargi) atau berat lahir <
2500 gram atau umur kehamilan < 37 minggu, pasang jalur
intervena dan berikan cairan dosis rumatan.
5. Penyebab muntah yang belum diketahui
- Pasang jalur intervena beri cairan dosis rumatan
- Jangan berikan apapun melalui mulut selama 12 jam.
- Jika bayi tidak memiliki tanda lain kecuali muntah setelah periode
12 jam.
Pasang pipa lambung dan beri ASI peras selama 24 jam

Unit terkait
RSUAisyiyah
Ponorog
Jl. Dr Sutomo 18-24
1.
2.

Prosedur Tetap

3.

Pengertian

SMF Ilmu Kesehatan Anak


Instalasi Maternal-Perinatal
Mengatasi keadaan yang ditimbulkan akibat perdarahan.
Diterapkan pada semua kasus perdarahan pada neonatus.
Manajemen Umum
Perdarahan yang tampak atau riwayat perdarahan
Hentikan perdarahan
Beri vitamin K1 1 mg IM sekali, tanpa memandang apakah bayi telah
diberi pada saat lahir.
Bila ada tanda syok beri infus NaCl 0,9% dan Ringer laktat dengan dosis
10 mL/kgbb selama 10 menit dan dapat diulangi setelah 20 menit bila
tanda syok masih berlanjut, beri transfusi darah segera menggunakan
darah golongan O rhesus negatif.
Ambil sampel darah untuk pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit serta
golongan darah dan reaksi silang bila belum dikerjakan. Bila hemoglobin
kurang dari 12 g/dL beri transfusi darah.
Bila syok belum teratasi, beri oksigen dan infus Ringer Laktat atau NaCl
0,9% dengan tetesan 10 ml/kg dalam 10 menit, bila tidak ada perbaikan
dapat diulang sekali lagi.

Tujuan
4.
Kebijakan
Prosedur
PERDARAHAN
5.
PADA
NEONATUS
No. Dokumen
No.
Revisi
Pucat dengan riwayat perdarahan atau tanpa perdarahan
Halaman
1. Bila ada pucat disertai syok, naikkan tetesan infus menjadi 20 ml/kgbb
dalam 1 jam.
2. Periksa tanda sepsis. Bila ada tanda sepsis, berikan antibiotik (Lihat
o
Protap Sepsis Neonatorum)
3. Periksa kadar glukose darah. Bila kadar gula darah kurang 45 mg/dL
Tan
tangani untuk hipoglikemia. (Lihat Protap Hipoglikemia).
gga 4. Ambil sampel darah dan periksa hemoglobin. Bila hemoglobin kurang
l
dari 12 g/dL beri transfusi darah.
Ter 5. Periksa tanda sepsis. Bila ada tanda sepsis, berikan antibiotik (Lihat
bit
Protap Sepsis Neonatorum)
6. Periksa kadar glukose darah. Bila kadar gula darah kurang 45 mg/dL
Dit
tangani untuk hipoglikemia. (Lihat Protap Hipoglikemia).
etap 7. Ambil sampel darah dan periksa hemoglobin. Bila hemoglobin kurang
kan
dari 12 g/dL beri transfusi darah.
Direktur
D
r. Hj. Rini
Krisnawati,
MARS
Bayi
dengan kondisi
perdarahan
atau deng an
tanda
pucat
yang
terjadi
baik saat lahir
atau
sesudahnya,
dengan
atau
tanpa
gejala
perdarahan
internal
atau
eksternal.

PERDARAHAN PADA NEONATUS


No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

RSUAisyiyah
Ponorogo Jl. Dr
Sutomo 18-24
Manajemen Spesifik
Kondisi perdarahan pada bayi baru lahir
1. Bila perdarahan tidak berhenti dalam tiga jam, tangani sebagai kasus
Sepsis Neonatorum (Lihat Protap Sepsis Neonatorum)
2. Ambil sampel darah dan periksa hemoglobin.hematokni tiap hari.
3. Bila hemoglobin kurang dari 10 g/dL beri transfusi darah.
Kongulopati
1. Tangani sebagai kasus Sepsis.
2. Bila hemoglobin kurang dari 10 g/dL, beri transfusi darah.
Kehilangan darah akibat masalah obstetrik
1. Ambil sampel darah setiap hari dan periksa kadar Hb sekali sehari.
2. Bila hemoglobin < 10 g/dL beri transfusi darah.
3. Bila hemoglobin antara 10-13 g/dL : beri transfusi darah bila ada tanda
syok, dan bila tidak ada tanda syok ulangi pemeriksaan hemoglobin
setiap tiga hari dan beri transfusi darah bila kapan saja hemoglobin <
10 g/dL.
Pucat tidak diketahui penyebabnya atau anemia pada bayi sakit atau bayi
kecil
1. Bila hemoglobin <8 g/dL, beri tansfusi darah
2. Bila kondisi stabil, periksa hemoglobin tiap minggu selama bayi masih
dirawat di rumah sakit. Bila kapan saja hemoglobin < 8 g/dL beri
transfusi darah

Unit terkait

SMF Ilmu Kesehatan Anak


Instalasi Maternal-Perinatal
Unit Transfusi Darah PMI
POTENSIAL TERINFEKSI
No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

RSUAisyiyah
Ponorogo Jl. Dr
Sutomo 18-24
Tanggal Terbit

Ditetapkan
Direktur

Prosedur Tetap
Dr. Hj. Rini Krisnawati, MARS
Pengertian

Tujuan
Kebijakan

Prosedur

Bayi baru lahir dari ibu yang mengalami infeksi intrauterin, demam
yang dicurigai infeksi berat selama proses persalinan atau ketuban pecah
lebih 18 jam sebelum persalinan (KPD)
Melakukan tindakan pencegahan sepsis pada bayi yang tampak sehat
pada saat lahir
Semua kasus bayi dengan potensial terinfeksi merupakan kasus yang
harus segera ditangani mengingat kemungkinan terjadinya sepsis pada
bayi yang tampak sehat pada saat lahir.
1. UMUM

Bila bayi berumur lebih 3 hari (tanpa melihat umur kehamilan),


tidak perlu penanganan.
- Beritahu ibu tentang tanda tanda sepsis dan nasehati ibu untuk
membawa bayinya jika salah satu tanda sepsis muncul
- Bila bayi berumur 3 hari atau kurang, amati bayi untuk
gejala/tanda sepsis.
- Bila ada gejala/tanda sepsis, ambil sampel darah bayi, dan kirim
ke Laboratorium untuk pemeriksaan kultur dan tes sensitivitas. Kelola bayi sesuai Protap Sepsis.
2. Bayi dengan umur kehamilan 35 minggu atau lebih, atau berat lahir
2000 gram atau lebih.
a. Infeksi intrauterin, atau ibu demam, dengan/tanpa KPD
Ambil sampel darah, beri antibiotika seperti pemberian untuk
kemungkinan besar sepsis
Bila hasil kultur negatif, dan bayi tidak menunjukkan tandatanda sepsis hentikan antiobiotika
Bila hasil kultur positif atau kapan saja timbul tanda-tanda
sepsis, obati sebagai kemungkinan besar sepsis
Bila kultur tidak dapat dilakukan, dan bayi tidak menunjukkan
tanda sepsis hentikan antibiotik setelah 5 hari
Amati bayi selama 24 jam setelah antibiotika dihentikan
- Bila bayi dalam keadaan baik, dan tidak ada tanda yang
memerlukan perawatan di rumah sakit, bayi dapat
dipulangkan.
- Beritahu ibu tentang tanda-tanda sepsis dan nasehati ibu
untuk membawa bayinya jika salah satu tanda sepsis muncul
b. KPD tanpa infeksi intrauterin atau demam yang dicurigai infeksi
Tidak perlu antibiotik
Amati tanda sepsis setiap 4 jam selama 48 jam.
- Bila hasil kultur negatif, dan bayi tidak menunjukkan tandatanda sepsis setelah 48 jam, dan tidak ada gejala yang
memerlukan di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan.
- Beritahu ibu tentang tanda-tanda sepsis dan nasehati ibu
untuk membawa bayinya jika salah satu tanda sepsis muncul
Bila hasil kultur positif atau kapan saja timbul tanda-tanda
sepsis, obati sebagai kemungkinan besar sepsis.
Bila kultur darah tidak diperiksa, amati bayi selama 3 hari lagi.
Bila bayi dalam keadaan baik, bayi dapat dipulangkan.
No. Dokumen

RSUAisyiyah
Ponorogo Jl. Dr
Sutomo 18-24

POTENSIAL TERINFEKSI
No. Revisi

Halaman

3. Bayi dengan umur kehamilan kurang dari 35 minggu, atau berat lahir
kurang dari 2000 gram.
KPD, infeksi intrauterin, atau demam curiga infeksi
a. Ambil sampel darah, beri antibiotika seperti pemberian untuk
kemungkinan besar sepsis.
b. Bila kultur darah negatif dan bayi tidak ada tanda-tanda sepsis
- Bila ada KPD tanpa infeksi intrauterine atau demam,
hentikan antibiotika setelah 3 hari.
- Bila ibu menderita infeksi intrauterin atau demam, hentikan
antibiotika setelah 5 hari.
c. Bila hasil kultur positif atau kapan saja timbul tanda-tanda
sepsis, obati sebagai kemungkinan besar sepsis.
d. Bila kultur tidak dapat dilakukan, dan bayi tidak menunjukkan
Unit terkait

Instalasi Maternal Perinatal

RSUAisyiyah
Ponorog
Jl. Dr Sutomo 18-24
Prosedur Tetap
Pengertian

1.
2.

Tujuan
Kebijakan
Prosedur

3.
1.
2.
-

Dr. Hj. Rini Krisnawati,


MARS Transient tackypnea of the new born (TTN) adalah suatu
gangguan respirasi ringan pada nenatus lahir aterm, atau premature
dengan berat lahir besar yang terjadi segera setelah lahir dan membaik
dalam 3 hari.
Menangani transient tachypnea of the new born ( TTN ).
TTN ditangani dengan ilmu kedokteran yang berbasis bukti.
Diagnosis :
Gejala klinis: takikpnea, grunting, napas cuping hidup, retraksi dada, dan
sianosis.
Roentgen thorax didapatkan hiperekspansi paru, perihiler streaking yang
prominen, pembesaran jantung ringan sampai sedang, diafragma yang
datar, dan cairan di fisura minor.
Diagnosis TTN merupakan diagnosis terakhir setelah kemungkinan
gangguan respirasi lain disingkirkan.
Penanganan :
Oksigenasi :
Berikan oksigenasi sesuai kondisi bayi (lihat Protap Terapi Oksigen) Amati respirasi bayi tiap 2 jam selama 6 jam berikutnya.
Bila dalam pengamatan gangguan napas memburuk tangani sebagai
gangguan napas sedang atau berat.
Hentikan pemberian oksigen secara bertahap bila ada perbaikan
gangguan napas. Hentikan pemberian oksigen jika frekuensi napas
antara 30 60 kali / menit.
Pemberian makanan
Diterapkan pada semua keadaan pendarahan intrakranial. Jangan berikan
apapun melalui radat, jika respirasi > 60 kali/menit, pasang pipa
lambung
Pasang jalur intravena dan berikan cairan dosis rumatan jika bayi tidak
dapat mainan lewat enteral.
Jaga bayi agar tetap hangat.
SMF Ilmu Kesehatan Anak
Instalasi Maternal-Perinatal
SMF Bedah

Unit
terkait
TRANSIENT
TACHYPNEA OF
THE NEW BORN
No.
Dokumen
No.
Revisi
Halaman

o
Tang
gal
Terb
it
Dite
tapk
an
Direktur

APNEA PADA NEONATUS


No. Dokumen
RSUAisyiyah
Ponorogo Jl.
Sutomo 18-24

No. Revisi

Dr
Tanggal Terbit

Prosedur Tetap

Ditetapkan
Direktur

Dr. Hj. Rini Krisnawati, MARS


Apnea adalah henti napas selama 20 detik atau lebih, atau sebagai satu
episode singkat dengan disertai bradikarida (denyut jantung < 80
kali/menit), sianosis sentral atau pucat.
1. Memberikan bantuan napas dna rangsang taktil setiap neonatus yang
mengalami apnea.
2. Memberikan pengobatan untuk merangsang pusat napas.
Setiap kasus apne pada neonatus ditanagni oleh petugas yang terampil
berdasar ilmu kedokteran berbasis bukti
1. Rangsang taktil
2. Jika tidak ada respon, lakukan VTP dengan oksigen 40%
3. Bila gagal gunakan CPAP
4. Jaga saluran napas bagian atas
5. Pemeriksaan penunjang untuk mencari penyebab apnu
6. Terapi tergantung penyebab apnu
7. Terapi untuk kelahiran kurang bulan berikan :
- Aminofillin 6 mg/kgBB selanjutnya 2 mg/kg/8 jam
8. Apnu berulang bayi dipuasakan
9. Bila gagal rujuk bayi ke NICU ( bila fasilitas tersedia)
9. Pantau ketat vital sign minimal umur 1 minggu atau 5 hari setelah
serangan apnu berakhir

Pengertian

Tujuan
Kebijakan
Prosedur

Unit terkait

SMF Ilmu Kesehatan Anak


Instalasi Maternal-Perinatal
FOTOTERAPI (TERAPI SINAR)
No. Dokumen

RSUAisyiyah
Ponorogo Jl.
Sutomo 18-24

Halaman

No. Revisi

Halaman

Dr
Tanggal Terbit

Ditetapkan
Direktur

Prosedur Tetap
Dr. Hj. Rini Krisnawati, MARS
Pengertian

Tujuan
Kebijakan

Fototerapi (terapi sinar) adalah terapi meng gunakan sinar fluorosean


dengan panjang gelombang tertentu dan waktu tertentu yang dimaksud
untuk menurunkan kadar Bilirubin.
Menurunkan kadar bilirubin indirek sampai pada kadar yang tidak
memerlukan fototerapi lagi
Melakukan fototerapi pada semua bayi dengan ikterus neonatorum dan
kadar bilirubin indirek lebih tinggi dari batas tertentu.

Prosedur

Persiapan alat fototerapi :


1. Pastikan penutup atau pelindung pada posisi yang tepat hal ini untuk
mencegah agar bayi tidak terluka bila tiba-tiba lampu pecah, serta
melindungi dari bahaya sinar ultraviolet.
2. Hangatkan ruangan dimana unit itu berada sehingga suhu di bawah
lampu
280C300C
3. Nyalakan tombol unit dan periksa apakah seluruh lampu fluoresean
menyala dengan baik.
4. Ganti lampu fluoresens bila terbakar atau mulai berkedip-kedip
5. Catat tanggal kapan lampu mulai dipasang dan pastikan diurasi total
penggunaan lampu
6. Ganti lampu setiap 1000 jam atau setelah penggunaan 3 bulan,
walaupun lampu masih menyala
7. Gunakan kain dan boks bayi, atau incubator dan letakkan tirai putih
mengelilingi area sekeliling unit tersebut berada untuk memantulkan
kembali sinar sebanyak mungkin ke arah bayi
Cara melakukan fototerapi
1. Letakkan bayi di bawah lampu terapi sinar
a) Bila berat badan bayi 2000 gram atau lebih, letakkan bayi dalam
keadaan telanjang di boks bayi. Letakkan bayi yang lebih kecil di
inkubator.
b) Tutup mata bayi dengan penutup, pastikan penutup mata idak
menutupi lubang hidung. Jangan gunakan plester untuk fiksasi
penutup
2. Letakkan bayi sedekat mungkin dengan lampu sesuai dengan petunjuk
atau manual dan pabrik pembuat unit
3. Diusahakan permukaan tubuh seluas-luasnya terpapar sinar.
4. Ubah posisi bayi tiap 3 jam
5. Pastikan bayi diberi minum :
a) Anjurkan ibu untuk memberi minum setiap diperlukan, paling tidak
setiap 3 jam.
b) Pindahkan bayi dari unit fototerapi selama diberi minum dan
lepaskan penutup mata
c) Tidak diperlukan untuk menambah atau mengganti ASI dengan air,
dekstrosa atau PASI
d) Bila bayi tidak dapat menyusu, berikan ASI peras dengan
menggunakan salah satu cara alternatip pemberian minum. Naikkan
volume pemberian ASI peras dalam sehari (10-15% dari kebutuhan
rumatan sehari, mungkin sampai 25%) atau dengan menambah 25
ml/kg susu selama bayi di bawah lampu terapi sinar. Jika masukan
cairan tidak mencukupi, diberikan cairan per infus.
FOTOTERAPI (TERAPI SINAR)
No. Dokumen

RSUAisyiyah
Ponorogo Jl. Dr
Sutomo 18-24

Revisi

Halaman

Unit terkait

6. Bila bayi menerima cairan IV, naikkan jumlah v olume cairan 10%
selama bayi di bawah lampu terapi sinar
7. Bila bayi menerima cairan IV atau diberi minum melalui pipa
lambung, tidak perlu dipindahkan dari lampu terapi sinar.
8. Timbang bayi setiap hari dan awasi penurunan BB akibat kehilangan
air secara evaporasi atau diare, terutama pada bayi prematur.
9. Feses bayi mungkin akan keluar dan berwarna kuning saat bayi
menerima terapi sinar. Kondisi ini tidak memerlukan terapi khusus.
10. Hentikan fototerapi saat orang tua mengunjungi bayinya dan membuka
pelindung mata untuk memudahkan interaksi alami antara orang tua
dan bayi.
11. Lanjutkan pengobatan dan pemeriksaan lain:
a) Bayi dipindahkan dari unit terapi sinar hanya untuk prosedur yang
tidak dapat dilakukan selama di bawah lampu terapi sinat.
b) Bila bayi menerima oksigen, matikan lampu saat memeriksa bayi
untuk mengetahui sianosis sentral.
12. Pantau suhu tubuh bayi dan suhu udara sekitar bayi setiap 3 jam.
Untuk bayi dalam indikator, thermistor probe harus dilindungi dari
sinar.
13. Periksa kadar bilirubin serum tiap 12 jam :
- Hentikan fototerapi ketika kadar bilirubin turun di bawah kadar
indikasi dilakukan fototerapi atau 15 mg/dl.
14. Bila kadar bilirubin serum mendekati nilai untuk dilakukan transfusi
tukar, lakukan transfusi tukar (lihat protap Transfusi Tukar). Bila
tersedia fasilitas untuk transfuse tukar.
15. Bila bayi kecil (berat lahir < 2500 gram dan umur kehamilan < 37
minggu) atau sepsis, hentikan fototerapi setelah 3 hari.
16. Bila ada Kecurigan Ikterus hemolitik atau ikterus ditemukan pada hari
pertama, hentikan fototerapi setelah 4 hari.
SMF Ilmu Kesehatan Anak
Instalasi Maternal-Perinatal
KEJANG PADA NEONATUS
No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

RSUAisyiyah
Ponorogo Jl. Dr
Sutomo 18-24
Tanggal Terbit

Ditetapkan
Direktur

Prosedur Tetap
Dr. Hj. Rini Krisnawati, MARS

Pengertian

Kejang pada neonatus adalah setiap gerakan yang tidak biasa pada bayi
baru lahir, berlangsung berulang-ulang dan periodic.
Pemeriksaan fisik :
1. kejang :
gerakan abnormal pada waah, mata, mulut, lidah dan ekstremitas
ekstensi atau fleksi tonik ekstremitas, gerakan seperti mengayuh
sepeda, mata berkedip, berputar, juling.
Tangisan melengking dengan nada tinggi, sukar berhenti.
Perubahan status kesadaran, apnea, ikterus, ubun-ubun besar
membonjol, suhu tubuh tidak normal.
2. spasme :
bayi tetap sadar, menangis kesakitan
trismus, kekakuan otot mulut, rahang kaku, mulut tidak dapat dibuka,
bibir mencucu.
Opistotonus, kekakuan pada ekstremitas, perut, kontraksi otot tidak
terkendali. Dipicu oleh kebisingan, cahaya, atau prosedur diagnostic.
Infeksi tali pusat.

Tujuan

1. Mengatasi kasus kejang pada neonatus dengan segera


2. Menurunkan angka morbiditas pasca kejang pada bayi
Kejang pada neonatus merupakan kasus darurat yang harus ditangani
segera oleh petugas yang terlatih berdasar ilmu kedokteran berbasis bukti
Jaga agar bayi tidak hipotermia
Bersihkan lendir saluran napas
Jaga kepala agar tetap pada posisi sedikit ekstensi
Selama masih kejang puasakan atau minum personde
Beri oksigen sesuai kebutuhan agar hipoksi tidak bertambah
Lakukan pemeriksaan penunjang : darah lengkap, gula darah dan elektrolit
7. Beri terapi kejang :
- Phenobarbital : dosis awal 10-20 mg/kg IV dalam 10-15
menit. Bila masih kejang tambahkan 5 mg/kg tiap 30 menit
- Phenytoin : dosis awal 20 mg/kg IV diencerkan dengan
NaCl 0.9% dalam 15-30 menit. Dosis rumatan 5 mg/kg/12
jam
- Setelah beberapa hari tidak kejang , obat dihentikan. Bila
perlu lanjutkan Phenobarbital oral
8. Antibiotika diberikan 14 hari pada sepsis
9. Pantau vital sign
10.Jelaskan kepada orangtua tentang penyakit, perkembangan keadaan bayi
11.Bila bebas dari kejang bayi bisa menetek pada Ibu

Kebijakan
Prosedur

Unit terkait

1.
2.
3.
4.
5.
6.

SMF Ilmu Kesehatan Anak


Instalasi Maternal-Perinatal
RESUSITASI NEONATUS
No. Dokumen

RSUAisyiyah
Ponorogo Jl. Dr
Sutomo 18-24
Prosedur Tetap

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan
Direktur
Dr. Hj. Rini Krisnawati, MARS

Pengertian

Tujuan
Kebijakan

Tindakan resusitasi adalah tindakan bantuan napas pada bayi


baru lahir menggunakan prinsip dasar resusitasi ABCD
Memastikan saluran napas terbuka
1. Meletakkan bayi dalam posisi yang benar
2. Mengisap mulut, kemudian hidung, kalau perlu trakea
3. Bila perlu, masukkan pipa endotrakeal (ET) untuk memastikan
pernapasan terbuka
Memulai pernapasan
1. Lakukan rangsangan taktil untuk memulai pernapasan
2. Bila perlu memakai ventilasi tekanan positif (VTP) menggunakan
sungkup dan balon atau pipa ET dan balon
Mempertahankan sirkulasi darah
1. Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada
Memberikan obat-obatan sesuai indikasi
1. Bila perlu menggunakan obat-obatan untuk mempertahankan sirkulasi
darah
1. Memberikan rangsangan dan bantuan napas pada bayi baru lahir dengan
asfiksia
2. Mempertahankan kelangsungan pemberian oksigen dan sirkulasi darah
1. Tindakan resusitasi merupakan dan bantuan napas pada bayi baru lahir
dengan asfiksia
2. Tindakan resusitasi pada bayi baru lahir harus dilakukan oleh tim yang
terkoordinasi dan yang telah ditunjuk
3. Penanggung jawab resusitasi neonatus dari masing-masing tim harus
diketahui
4. Perlu pelatihan secara periodik terhadap anggota tim sehingga tercapai
perawatan bayi yang efektif dan terkoordinasi
1. Persiapan alat :
a. Perlengkapan penghisap
- Balon penghisap
- Penghisap mekanik dan tabung
- Kateter penghisap 5F, 6F, 8F, 10F, 12F atau 14F
- Pipa orogastrik no 8F dan semprit 20 ml
- Aspirator mekonium
b. Peralatan VTP dengan balon sungkup
- Balon tidak mengenbang sendiri ( yang dapat memberikan
konsentrasi oksigen 90% - 100%)
- Sungkup wajah, ukuran bayi cukup bulan dan bayi prematur
- Sumber oksigen
- Sumber udara tekan
- Oksimetri dan probe oksimetri
- Blender

RESUSITASI NEONATUS
No. Dokumen

RSUAisyiyah
Ponorogo Jl. Dr

No. Revisi

Halaman

Sutomo 18-24

Prosedur Tetap

Tanggal Terbit

Ditetapkan
Direktur
Dr. Hj. Rini Krisnawati, MARS

Prosedur

c. Peralatan intubasi
- Laringoskop dengan daun lurus (miller) no. O ( premature) dan no.
1 ( dewasa)
- Lampu cadangan dan baterai untuk laringoskop
- Pipa endotracheal dengan diameter no. 2,5; 3,0; 4,0 mm
- Stilet
- Gunting
- Plester atau alat fiksasi pipa ET
- Kapas alkohol
- Alat pendeteksi CO2atau kapnograf
- Sungkup laring ( pilihan )
d. Obat-obatan
- Epinefrin 1 : 10.000 ( 0,1 mg/dl )
- Spuit 3ml/ 10 ml
- Cairan kristaloid Isotonik (NaCL 0,9% atau RL) untuk penambah
volume 100 atau 250 ml
- Dextrose 10% 250ml
- Larutan NaCL 0,9%untuk membilas
e. Perlengkapan kateterisasi umbilikal
- Sarung tangan steril
- Gunting
- Larutan antiseptik
- Plester umbilical
- Kateter umbilical 3,5F, atau 5F
- Treeway stopcock
- Plester umbiical
- Kateter umbilikal 3,5F, atau 5F Treeway stopcock
- Spuit 1,3, 5, 10, 20, dan 50 ml
- Jarum ukuran 25, 21, 18 atau alat penusuk lain tanpa jarum
f. Lain lain
- APD
- Infant warmer
- Alas resusitasi yang keras
- Jam / stopwatch Kain hangat
- Stetoskop neonatus
- Plester inchi atau inchi
- Oropharengeal airway (0, 00 dan ukuran 000)
- Kantung plastik makanan untuk bayi prematur
g. Persiapan ruangan
- Set suhu ruangan antara 28oC 30 oC
- Nyalakan infant warmer sebelum persalinan dipimpin - Siapkan
dan cek peralatan dalam kondisi siap pakai

RESUSITASI NEONATUS
No. Dokumen

RSUAisyiyah
Ponorogo Jl. Dr
Sutomo 18-24

No. Revisi

Halaman

h. Persiapan petugas
- Petugas cuci tangan, lalu memakai APD
- Setiap persalinan hendaknya dihadiri 1 orang yang terlatih
resusitasi dan 1 orang asisten
- Untuk persalinan gemeli dihadiri 2 tim terlatih, 1 tim terdiri dari
2 orang
2. Penatalaksanaan
a. Penilaian awal
- Menanyakan riwayat perinatal yang relevan : umur gestasi, cairan
ketuban, jumlah bayi, faktor resiko lain
- Memeriksa kelengkapan peralatanr
- Mendiskusikan rencan dan membagi peran anggota tim
- Bayi lahir lakukan penilaian awal. Cukup bulan?, bernapas atau
menangis?, tonus baik? Bila jawaban ketiganya YA maka lakukan
perawatan rutin yaitu berikan kehangatan, bersihkan jalan napas
bila perlu, keringkan badan bayi, rawat gabung bersama ibunya,
sambil terus di evaluasi. Bila jawaban salah satunya adalah
TIDAK , lanjutkan kelangkah awal
b. Langkah awal ( blok A/ airway) untuk membebaskan jalan napas
dan memulai resusitasi
- Hangatkan bayi dengan menyelimutinya dengan handuk dan
menempatkannya dibawah pemancar panas dimeja resusitasi
- Posisikan kepala bayi untuk membuka jalan napas. Bebaskan jalan
napas bila diperlukan bila ada mekonium denga penghisapan
trachea
- Keringkan badan bayi dengan handuk atau selimut yang telah
dihangatkan
- Singkirkan kain basah
- Rangsang bayi dengan menggosok punggung bayi atau menepuk
punggung bayi
- Lakukan selama 30 detik
- Evaluasi pernapasan dan frekuensi jantung
Bila bayi tidak bernapas ( apnu atau megap megap ) atau
frekuensi jantung dibawah 100 dpm beranjak ke blok B (sisi kiri
pada diagram)
Bila bayi bernapas tetapi mengalami kesulitan atau tampak
sianotik terus menerus beranjak ke blok B ( sisi kanan )
c. Blok B ( Breathing )
- Panggil bantuan orang kedua yang bertugas memasang
oksimeter nadi, mengawasi frekuensi jantung dan suara napas
dengan stetoskop
- Pilih sungkup sesuai ukuran
- Pastikan jalan napas bersih, hisap mulut dan hidung untuk
memastikan tidak ada sumbatan
- Posisikan kepala bayi sedikit tengadah atau posisi menghidu
- Posisikan diri penolong ditepi tempat tidur
- Lakukan VTP dengan balon mengembang sendiri dan sungkup,
- Mulai memompa dengan tekanan inspirasi dimulai dari 20
cmH2O, dengan frekuensi 40 sampai 60 napas permenit.
Dengan irama :
Napas .................. dua................tiga
( remas )
( lepas.................) . Ucapkan yang keras
- Menilai kenaikkan frekuensi jantung dan saturasi oksigen setelah
5-10 kali tarikan napas pertama
- Menilai gerakan dada dan suara napas bilateral
RESUSITASI NEONATUS

No. Dokumen

RSUAisyiyah
Ponorogo Jl. Dr
Sutomo 18-24

No. Revisi

Halaman

Bila FJ dibawah 100 dpm lakukan langkah koreksi SR IBTA yaitu


Sungkup melekat rapat Reposisi jalan napas Isap mulut dan hidung
Buka mulut Tekanan dinaikkan Alternatif jalan napas
- Meminta menilai suara napas bilateral dan gerakan dada
- Melakukan VTP efektif selama 30 detik
- Evaluasi frekuensi jantung, pernapasan dan saturasi oksigen
- Pertimbangkan untuk memasan pipa orogastrik jika ventilasi
dilanjutkan. Bila frekuensi jantung tetap dibawah 60 dpm,
beranjak ke Blok C d.
Blok C ( Circulation )
Kompresi dada
- Bila FJ < 60 dpm lakukan kompresi dada berkoordinasi dengan
VTP
- Memanggil bantuan
- Lakukan dengan menggunakan tehnik 2 ibu jari ( lebih dipilih )
atau dua jari dengan menekan sepertiga bawah sternum
- Kedalaman 1/3 diameter antero posterior dada
- Frekuensi 30 ventilasi ditambah 90 kompresi dada ( 1:3 )
- Hitungan satu...dua...tiga...pompa...............dst
Intubasi Endotracheal
- Dilakukan oleh petugas yang berkompeten yaitu spesialis
anak terlatih, dokter anestesi atau perawat anestesi,
ataupun dokter umum yang terlatih.
- Indikasi : bila ada mekonium lakukan inubasi lebih awal, bila
VTP tidak menghasilkan perbaikkan klinis, bila ada
- indikasi khusus seperti bayi sangat prematur, pemberian
surfaktan, dicurigai hernia diafragmatika
- Letakkan bayi dengan posisi kepala sedikit ekstensi
- Stabilkan kepala bayi dengan tangan kanan. Oksigen aliran
bebas harus diberikan selama prosedur.
- Masukkan daun laringoskop di atas sebelah kanan lidah, tekan
lidah ke sisi kiri mulut, teurs masukkan lagi daun laringoskop
sampaiujungnya di valekula, tepat di bawah lidah.
- Angkat daun sedikit, mengangkat lidah sehingga tidak
menghalangi pandangan untuk memvisualisasikan daerah
faring. Pada waktu mengangkat daun, naikkan seluruh daun
dengan menekan ke atas searah dengan pegangan laringoskop.
- Visualisasikan glottis dengan memberikan tekanan ke bawah
pada krikoid
- Masukkan pipa endoktrakheal dengan ukuran yang sesuai
menggunakan tangan kanan lewat sisi kanan mulut.
- Fiksasi pipa ET dengan tangan kanan, dan keluarkan
laringoskop dengan tangan kiri.
- Lakukan prosedur tersebut dalam 20 detik saja, bila dalam 20
detik pipa endoktrakheal belum berhasil dimasukkan, lakukan
vetilasi dengan balon dan sungkup sampai keadaan bayi stabil
dan lanjutkan memasang pipa ET kembali
Evaluasi
- Setelah minimal 45-60 detik kompresi dada, evaluasi frekuensi
jantung, pernapasan dan saturasi oksigen
- Bila frekuensi jantung <60 dpm, apnu pertimbangkan untuk
melangkah ke blok D

RESUSITASI NEONATUS

No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

RSUAisyiyah
Ponorogo Jl. Dr
Sutomo 18-24
e. Blok D ( Drug )
Indikasi :
Denyut jantung tetap < 60 kali/menit setelah dilakukan VTP
selama 30 detik dilanjutkan kompresi dada bersama VTP selama 30
detik. Cara pemberian
1. Dapat diberikan melalui pipa ET dan vena umbilikalis
2. Melalui pipa ET, suntikkan epinefrin langsung melalui pipa ET,
kemudian didorong ke paru-paru dengan melakukan VTP.untuk
dosis 0,5 1 mL/kg
3. Melalui v. umbilikalis:
o Pasang tali umbilical secara longgar di sekitar dasar tali
pusat. o Isi kateter 3,5F/5F dengan salin normal
o Potong tali pusat secara steril dengan skalpel di bawah
klem 1- 2 cm di atas garis kulit
o Masukkan kateter ke v. umbilikalis dengan arah ke atas
menuju ke jantung, sedalam 2-4 cm sampai darah mengalir.
o Suntikkan epinefrin sesuai dosis (0,1 0,3 ml/kg BB
larutan
1:10.000, kemudian diikuti injeksi salin normal 0,51 ml o Bila dalam 30 detik denyut jantung tidak
meningkat > 60 kali/menit, ulangi pemberian setiap 3
sampai 5 menit
o Bila bayi tampak lemah dan ada bukti ada perdarahan,
pikirkan kemungkinan hipovolemia dan asidosis metabolik
f. Penanganan hipovolemia akut
1. Cairan yang direkomendasikan adalah cairan kristaloid isotonik
(salin normal, ringer laktat, darah golongan O) dan pemberian
paling mudah melalui vena umbilikalis (boleh diberikan secara
intra osseus)
2. Berikan dosis awal 10 ml/kg BB, bila belum ada perbaikan
ulangi pemberian 10 ml/kg BB
g. Penanganan asidosis metabolik
1. Pemberian natrium bikarbonat terlalu awal berbahaya. Jangan
berikan natrium bikarbonat, sebelum dilakukan ventilasi yang
adekuat pada paru-paru.
2. Setelah semua langkah resusitasi dilakukan dan belum ada
perbaikan, berikan natrium bikarbonat dengan dosis 2 mEq/kg
BB (4 ml/kg BB larutan 4,2%)
3. Cara pemberian: melalui v. umbilikalis aliran darahnya baik,
diberikan secara lambat (tidak lebih dari yang 1 mEq/kg/menit)
h. Menilai frekuensi jantung, pernapasan dan saturasi oksigen
setiap
30 detik selama resusitasi dilakukan
i. Selanjutnya lihat algoritma resusitasi
j. Merencanakan perawatan pasca resusitasi ( lihat protap
manejemen pasca resusitasi )
- Lanjutkan evaluasi dan monitoring
- Bayi tidak langsung rawat gabung
Komunikasi secara efektifdengan orangtua bayi

Unit terkait

1.
2.
3.
4.

SMF Anak
SMF Kebidanan dan Kandungan
Instalasi Maternal Perinatal
Instalasi Rawat Darurat
PEMBERIAN TERAPI SEPSIS PADA BAYI
NO. Dokumen

No. Revisi

Halaman

RSUAisyiyah
Ponorogo Jl. Dr
Sutomo 18-24
PROSEDUR
TETAP
Pengertian

Tujuan
Kebijakan

Tanggal terbit

Dite tapkan
Direktur

Dr. Hj. Rini Krisnawati, MARS


Sepsis adalah sindroma klinin dari penyakit sistemik akibat infeksi selama
satu bulan pertama kehidupan.
- Pengelolaan terapi sepsis yang tepat
- Mengurangi morbiditas dan mortalitas
- Mencegah resistensi
- Untuk menyeragamkan pemberian terapi pada bayi
- Seluruh dokter spesialis anak

Prosedur

Antibiotik harus diberikan pada kondisi sebagai berikut:


1. Jika terdapat 1 dari faktor risiko mayor (ketuban pecah 24 jam, ibu
demam saat intrapartum, korioamnionitis, ketuban berbau)
2. Jika terdapat adanya gejala respiratory distress pada neonatus berupa
sesak, napas cuping hidung dan retraksi dada.
3. Jika terdapat kecurigaan sepsis secara klinis berupa:
a. Grunting/merintih
b. Fontanel menonjol
c. Kejang
d. Terdapat pus dari lubang-lubang tubuh
e. Kemerahan pada umbilikal yang melebar ke kulit
f. Suhu > 37,7oC atau < 35,5oC
g. Letargi/kesadaran menurun
h. Aktivitas menurun
i. Tidak bisa minum
j. Tidak bisa menetek
k. Tidak bisa menghisap
4. Jika terdapat kadar CRP 10( bila fasilitas tersedia ) dan atau lekosit
30.000/Latau leukositopenia.
5. Jika terdapat hasil kultur yang positif ( bila fasilitas tersedia ).
Antibiotik dihentikan apabila:
1. Bayi dengan 1 faktor risiko mayor dan klinis baik, antibiotik dapat
dihentikan apabila pemeriksaan CRP ulang pada usia 48-72 jam
didapatkan hasil 10 dan atau hasil kultur steril. Nilai leukosit
mendekati normal.
2. Bayi dengan sepsis (klinis dan atau kultur positif) yang telah
mendapatkan antibiotik selama minimal 7 hari untuk infeksi bakteri
Gram positif dan minimal 14 hari untuk infeksi bakteri Gram negatif;
jika klinis baik dan hasil CRP terakhir 10.
Jenis antibiotik :
Antibiotic yang digunakan
Lini 1 Sefotaksim 50 mg/kg IV setiap 12 jam
Dan
Gentamicyn :
- < 2 kg 4 mg/kg/IV sekali sehari
- > 2 kg, 5 mg/kg/IV sekali sehari

PEMBERIAN TERAPI SEPSIS PADA BAYI


No. Dokumen
No. Revisi
Halaman

RSUAisyiyah
Ponorogo Jl. Dr
Sutomo 18-24

Lini II
Lini
III

Unit terkait

Antibiotika yang digunakan


Ceftazedim 50 mg/kg/IV setiap 12 jam
Dan
Amikasin 7,5 mg/kg/IV
Usia gestasi < 28 mgg tiap 36 jam
Usia gestasi 28-29mg tiap 24 jam
Usia gestasi 30-35 mgtiap 18 jam - Usia gestasi 36 mg
tiap 12 jam
Meropenem 40 mg/kg/IV tiap 12 jam

R. Perinatologi

PEMBERIAN NUTRISI PADA BBLR


No. Dokumen
No. Revisi
Halaman

RSUAisyiyah
Ponorogo Jl. Dr
Sutomo 18-24
PROSEDUR TETAP

Pengertian
Tujuan
Kebijakan

Prosedur

Tanggal terbit

Diteta pkan
Dire ktur

Dr. Hj. Rini Kris nawati, MARS


Pemberian nutrisi pada BBLR adalah memberikan asu pan nutrisi yaitu
ASI yang sesuai dengan BB dan usia Pada bayi BBLR
Pemberian nutrisi dibedakan sesuai kondisi bayi yaitu sehat dan sakit
- Mempertahankan BB pada BBLR
- Memberikan nutrisi yang tepat sesuai umur dan ko ndisi bayi.
- Dilakukan pada semua bayi BBLR
- Dilakukan oleh Sp.A, Dokter Umum/ bidan/perawat yang terlatih
Manajemen
BBLR
1. ASI merupakan pilihan utama
2. Apabila bayi mendapatkan ASI, pastikan bayi men erima jumlah
yang cukup dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian A SI dan
nilai kemampuan bayi mengisap
3. Frekuensi pemberian :
- BB 1000g 1500g : 10-12X pemberian
- BB 1500g 2000g : 8 10 X pemberian
4. Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV d an beratnya naik
20 g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2x/mingg u
5. Jumlah cairan dan ASI serta cara pemberiannya : Table 1. Jumlah
cairan yang dibutuhkan bayi ( ml/kg)
Umur ( hari )
1
2
3
4
5+
>1500g
60
80
100
120
150
<1500g
80
100
120
140
150
Bayi sehat : langsung menyusu pada ibu bila r eflek isap ba ik,
bila reflek isap kurang bagus maka ASI bisa diperas dan
diberikan dengan salah satu alternative cara pemberian minum
Berat

Table 2. Jumlah cairan IV dan ASI untuk bayi sakit berat 1750
2500 g
Umur ( hari )
Pemberian
1
2
3
4
5
6
7
Kecepatan cairan IV
5
4
3
2
1
0
0
( tetes mikro/menit )
Jumlah ASI tiap 3 jam
0
6
14 22
30 35 38
( ml/kali )
Cara pemberian minum dengan ASI per as m elalui pi pa lam
bung. Apabila bayi sudah stabil dan reflek hisa p sud ah kuat
maka bayi bi sa langsung menyusu.
Table 3. Jumlah ASI untuk bayi seh at berat 1500 -174 9 g
Pemberian
1

U mur ( hari )
3
4
5

Jumlah ASI tiap 3 jam


12 18 22 26 30 33 35
( ml/kali )
Cara pemberian minum : ASI bisa diper as dan diberik an de
ngan c ara cangkir/sendok. Bila resiko terjadi aspirasi ke dalam
paru ( tersedak atau batuk ), berikan minum dengan pipa
lambung.
Bila bayi telah dapat minum dengan baik maka bisa langsung
menyusu Table 4. Jumlah cairan IV dan ASI untuk bayi
sakit berat 1500 1749 g. Pemberian 1
( hari )4 5

3Umur

Kecepatan cairan IV ( tetesmikro/menit )


2
0
0

Jumlah ASI tiap 3 jam (ml/kali )


24
33
35

13

20

Cara pemberian minum : gunakan pipa lambung sampai bayi


menunjukkan kondisi stabil dan reflek hisap dan telan berfungsi
dengan baik.

Table 5. Jumlah ASI untuk bayi sehat berat 1250 -1499 g


Pemberian
1
2
3Umur ( hari )4
5
6

Jumlah ASI tiap 3 jam ( 10 15 18 22 26 28 30 ml/kali )


Cara pemberian minum : ASI peras melalui pipa lambung,
kemudian lanjut dengan cangkir/sendok. Bia reflek hisap dan
telan baik bisa langsung menyusu.
Table 6. Jumlah cairan IV dan ASI untuk bayi sakit berat 1250
1499 g. Pemberian
1
2
3Umur ( hari )4
5
6
7
Kecepatan cairan IV ( tetesmikro/menit )
2
0
0

Jumlah ASI tiap 3 jam (ml/kali )


20
28
30

16

Cara pemberian minum : ASI peras dengan pipa lambung


sampai kondisi stabil minum membaik dilanjut dengan cangkir
atau sendok, atau menyusu langsung.

Table 7. Jumlah cairan IV dan ASI untuk bayi sakit berat


<1250g Pemberian 1
2
3Umur ( hari )4
5
6
7
Kecepatan cairan IV ( tetesmikro/menit )
2
2
0

Jumlah ASI tiap 3 jam (ml/kali )


11
15

Cara pemberian minum : tidak tergantung kondisi beri ASI


peras dengan pipa lambung mulai hari ketiga

Unit terkait R. PERINATOLOGI


MEMERAS ASI

No. Dokumen

RSUAisyiyah
Ponorogo Jl. Dr
Sutomo 18-24
PROSEDUR TETAP

PENGERTIAN

Tujuan
Kebijakan

Tanggal terbit

No. Revisi

Halaman

Ditet apkan
Direktur

Dr. Hj. Rini Krisnawati, MARS


Memeras ASI adalah suatu cara menyiapkan nutrisi untuk menyukupi
kebutuhan nutrisi pada bayi yang mengalami masalah/gangguan minum,
seperti BBLR sakit ( hipotermia, gangguan napas, hiperbilirubinemia ),
bayi dengan kelainan congenital ( labio palatoskizis)
- Mencegah tersedak atau aspirasi
- Memenuhi kebutuhan kalori/ nutrisi pada bayi khususnya BBLR sakit
Untuk ibu yang memilki bayi BBLR/BBLSR sakit atau kelainan
congenital

Prosedur

1. Persiapan Ibu
- ASI sudah keluar
- Psikis ibu
- Personel higien
- Mencuci tangan 2. Persiapan perawat
- Cuci tangan
- Memakai APD
3. Persiapan ruang
- Ruang bersih
- Privasi tercukupi
- Bila kurang privasi bisa menggunakan ruang laktasi
4. Persiapan alat
- Breastpump ( bila tersedia )
- Botol steril
- Waslap
- Waskom air hangat
- Handuk kecil
5. Cara memeras
- Siapkan ruang dengan privacy yang terjaga
- Ibu menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan
- Ibu dan perawat mencuci tangan dengan 6 langkah
- Bersama memulai kegiatan dengan membaca basmalah
- Basuh payudara sampai putting susu ibu dengan waslap yang
telah dibasahi dengan air hangat, sambil bersihkan putting susu
ibu serta beri pijatan ringan pada daerah yang terjadi bendungan
ASI
- Setelah dirasa bersih keringkan dengan handuk kering
- Tempelkan breastpump dan mulai memeras ASI tamping di botol
steri sampai jumlah yang diinginkan.
- Bila tidak terdapat fasilitas breastpump lakukan secara manual
yaitu ajarkan ibu memeras dari bagian luar atas dan bawah dari
uting susu menuju ke putting susu sampai ASI keluar. Tamping
ASI dalam botol steril.
- Bila jumlah yang dibutuhkan telah terpenuhi segera tutup botol
yang berisi ASI tersebut lalu berikan pada bayi sesuai kondisi dan
umur bayi.
- Basuh payudara dengan waslap basah untuk membersihkan sisa
ASI yang menempel
- Bila tidak langsung diberikan simpan dalam freezer
- Anjurkan ibu untuk memeras ASI tiap 4-5 jam
- Bersihkan peralatan dan ruangan
- Ibu dan perawat mencuci tangan
MEMERAS ASI
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman

RSUAisyiyah
Ponorogo Jl. Dr
Sutomo 18-24
Unit terkait

Bersama sama membaca hamdalah


Beri nama, tanggal dan jam pada botol ASI untuk mengetahui
masa basinya

R. Perinatologi, R. Maternal

No. Dokumen

RSUAisyiyah
Ponorogo Jl. Dr
Sutomo 18-24
PROSEDUR TETAP

PENGERTIAN
Tujuan
Kebijakan
Prosedur

MENYIAPKAN ASI
No. Revisi

Tanggal terbit

Halaman

Ditet apkan
Dir ektur

Dr. Hj. Rini Kri snawati, MARS


Menyiapkan ASI adalah cara yang benar untuk menyi apkan ASI yang
telah di bekukan
- Mengetahui masa basi ASI
- Agar protein yang terkandung dalam ASI tidak pec ah
- Orang tua
- Dr Sp.A, perawat dan bidan
1. Persiapan Alat
- Waskom berisi air hangat
- Feeding cup/cangkir
2. Persiapan Perawat - Cuci tangan
- Memakai APD
3. Persiapan Ruangan
- Ruang steril/bersih 4. Cara penyimpanan
- Perawat cuci tangan
- Memakai APD
- Membaca basmalah
- Masukkan ASI peras dalam botol steril
- Masukkan botol yang berisi ASI peras tersebut kedalam freezer - ASI
mampu bertahan bi la :
5.
-

Tempat
Tahan
ASI peras
6 jam
langsung
diberikan
Freezer satu pintu 34 bulan

Lemari es/
pendingin

34 hari

Masa basi
-

Setelah di
cairkan/dihangatkan
tahan 4 jam, sisa
buang
Setelah
dicairkan/hangatkan
tahan 4 jam

Unit terkait

RSUAisyiyah
Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
PROSEDUR
TETAP
Pengertian

Tujuan

Kebijakan

Prosedur penyiapan
ASI yang dikeluarkan dari freezer atau lemari pendingin, bila
tidak beku tuang dalam wadah secukupnya
Lalu bersama wadah tersebut rendam dalam Waskom air
hangat Berikan pada bayi sesuai kebutuhan dan kondisi bayi,
serta menggunakan alternative cara pemberian minum
Bila sisa ASI harus dibuang
Bersihkan peralatan
Melepas APD
Cuci tangan
Membaca hamdalah
Tulis pada lembar status rekam medis bayi
R. PERINATOLOGI
PEMBERIAN SUSU FORMULA
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman

Tanggal terbit

Ditet apkan
Direktur

Dr. Hj. Rini Krisnawati, MARS


Melakukan pemberian cairan berupa susu buatan kepada bayi.
Susu formula diberikan atas indikasi :
ASI >2 x 24jam belum keluar
Ibu mengalami gangguan kesehatan pasca persalinan, seperti ibu
eklampsia, HPP dengan anemia berat, ibu koma
Ibu menderita sakit berat sehingga tidak bisa merawat bayi, seperti Ca
Mamae
Ibu meninggal
Bayi premature sakit yang perlu perawatan
Bayi belum BAK > 24 jam
Bayi setelah 24 jam febris
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi pada bayi.
Agar pemberian cairan dapat terkontrol.
Agar tidak ada keluhan dari orang tua dan keluarga.
Agar tindakan dapat dilakukan dengan baik dan benar.
Mengacu pada standar operasional asuhan kebidanan dan
keperawatan. - Kebijakan rumah sakit

Prosedur

1. Persiapan alat :
- Cangkir susu yang sudah disterilkan
- Sendok kecil
- Tissue
2. Persiapan bayi :
- Orang tua dan keluarga diberitahu maksud dan tujuan dilakukan
tindakan
- Orang tua dan keluarga dijelaskan tentang langkah langkah
tindakan yang akan dilakukan.
3. Pelaksanaan
- Petugas mencuci tangan dan mengeringkan dengan menggunakan
tissue.
- Setelah botol susu dilakukan pemrosesan alat,botol susu diisi
kembali dengan susu baru yang dilarutkan.
- Jika akan diberikan kepada bayi berikan dengan menggunakan
botol pengukur sesuai dengan takaran yang dibutuhkan oleh bayi.
- Kemudian susu dipindahkan kedalam cangkir dan diberikan kepada
bayi dengan menggunakan cawan..
- Beri alas tissue dibawah leher bayi.
- Masukkan kedalam mulut bayi secara perlahan-lahan disesuaikan
dengan penghisapan bayi.
- Tunggu hingga susu tertelan seluruhnya sampai habis yang berada
dimulut bayi.
- Setelah selesai Bayi diangkat untuk dilakukan penepukan pada
punggung bayi secara perlahan-lahan selama 5 menit agar bayi
bersendawa.
- Selama pemberian pasi lakukan observasi terhadap bayi.
- Hentikan pemberian pasi bila :
- Reflek hisap lemah.
Bayi muntah.
Bayi kembung.

No. Dokumen

PEMBERIANSU
SUFORMULA
No. R
evisi

Halaman

RSUAisyiyah
Ponorogo
Jl. Dr Sutomo-24
18
jam. 24
Bayi tidak dapat BAB dalam
Selesaimemberikan
minumtulis pada statusbayi jumlahsusuyang
masuk atau yang sudah dihabiska
n oleh bayi.
- Untukpemberian
disesuaikan
denganlembarpemberian
minumpada
bayi
R. PERINATOLOGI
-

Unit terkait

RSUAisyiyah
Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
PROSEDUR TETAP

PENGERTIAN

TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR

Tanggal terbit

Ditetapkan
Direktur

Dr. Hj. Rini Krisnawati,


MARS Terapi oksigen adalah penambahan tekanan partial
oksigen pada udara inspirasi, dimana suplemen oksigen sangat
diperlukan oleh bayi dengan masalah pernapasan
Indikasi Terapi Oksigen :
- Gangguan napas yang berasal dari penyakit paru atau diluar
paru
- Apnea pada premature
- Meresorpsi pneumothorak pada Bayi Cukup Bulan Hiperoksia tes Terapi Oksigen :
- Aliran Intermitten
- Aliran Kontinyu, ada 2 yaitu :
1. Aliran tinggi High Flow : aliran > 3 liter/ menit
2. Aliran rendah Low Flow : aliran < 3 liter/menit
1.

Mencegah atau menghilangkan hipoksia jaringan


Mengurangi kerja otot pernapasan
Mengurangi kerja otot jantung Sesuai indikasi
Cek Perlengkapan dan peralatan yang dibutuhkan : Sumber
oksigen
Alat yang dipakai untuk pemberian oksigen :
a. Non invasive :
Enclosure : incubator dan sungkup ( head box )
Masker
Menaruh sumber oksigen di dekat wajah bayi
b. Semi invasive :
Kanula nasal
Kanula binasal
Kateter nasoparing
2. Beri aliran dan alat yang dipakai sesuai kondisi bayi dan
penyakit bayi
3. Weaning oksigen bila :
- Cyanosis hilang
- Saturasi oksigen 88-93 %
- Tidak ada grunting, retraksi intercosta, Nafas cuping hidung
4. Turunkan konsentrasi dan aliran sesuai kondisi bayi
5. Pantau terus saturasi oksigen, vitalsign, kondisi bayi dan
scoredown bayi
R. PERINATOLOGI

UNIT TERKAIT
TERAPI OKSIGEN
No. Dokumen No.
Revisi Halaman
PEDOMAN PEMBERIAN CAIRAN PADA BBLR
No. Dokumen No. Revisi
Halaman

RSUAisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
PROSEDUR TETAP Tanggal terbit Ditetapkan
Direktur

Dr. Hj. Rini Krisnawati, MARS


PENGERTIAN
Pemberan cairan adalah penatalaksanaan pemberian cairan melalui
IV line sesuai kebutuhan dan kondisi bayi
TUJUAN
Mencegah dehidrasi dan edematous pada bayi
- Untuk pemenuhan elektrolit dan mineral
- Pemenuhan kalori / glukosa
KEBIJAKAN Sesuai indikasi dan kondisi bayi
PROSEDUR 1. Pantau kondisi bayi
2. Pasang IV line
3. Lakukan pemeriksaan penunjang untuk mengetahui kebutuhan cairan dan elektrolit yang
diperlukan
4. Glukosa / kalori :
- BB < 1500gram
Hari 1 : pasang Infus D5%
Hari 3 : pasang Infus D51/4NS atau KaEN 4B
- BB >1500gram
Hari 1 : pasang Infus D10%
Hari 3 : pasang Infus D51/4NS atau KaEN 4B
- Pantau kadar glukosa
5. Natrium :
- Pertahankan Na : 135 -145 mEq/l
6. Kalium :
- Pertahankan K : 3.5 5 mEq/l
7. Pastikan pemberian cairan dan elektrolit sesuai BB dan umur bayi
8. Gunakan infuse pump untuk pemantauan tetesan
9. Lakukan penurunan pemberian cairan bila kondisi bayi stabil, tidak gangguan nafas dan
bayi sudah mulai minum banyak
10.Periksa elektrolit sesuai kondisi dan kebutuhan
11.Dokumentasikan pada lembar pemberian cairan
UNIT TERKAIT
,
R. PERINATOLOGI

ALGORITMA RESUSITASI NEONATUS

Yang tetap
bersama ibu

Cukup bulan?

Perawatan rutin :

Bernapas atau menangis?

Lahir

Berikan kehangatan
Bersihkan jalan napas
Keringkan
Evaluasi

Tonus baik?

I
I
I

Tidak

I
I

Hangatkan, bersihkan jalan napas bila


perlu,keringkan, rangsang

Tidak

I
I
I

Fj dibawah 100 dpm,


megap
megap,
atau apnu

30detik

Tidak

Sulit bernapas atau


sianosis menetap?

I
I

Ya

Ya

VTP, monitor Spo

Bersihkan jalan napas monitor Spo2


Pertimbangkan CPAP

(VTP
20-30/30 dtk
)

60detik

Tidak
Fj di bawah 100dpm?

Ya

Lakukan langkah koreksi


ventilasi

Perawatan pasca
resusitasi

Tidak
Fjdi bawah
0dpm?
6

Ya

Target Spo2

Pertimbangkan intubasi kompresi


dada kordinasikan dengan VTP

Lakukan langkah
koreksi ventilasi
Intubasi bila dada
tak berkembang

Fj di bawah 60dpm?

Ya

1menit

60%-65%

2menit

65%-70%

3menit

70%-75%

4menit

75%-80%

5menit

80%-85%

10menit

85%-95%

Epinefrin IV
Pertimbangkan
Hipovolemia
pneumotoraks

sumber : AHA, 2012

IKTERUS NEONATORUM

No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

RSUAisyiyah
Ponorogo Jl. Dr
Sutomo 18-24
Tanggal Terbit

Ditetapkan
Direktur

Prosedur Tetap
Dr. Hj. Rini Krisnawati, MARS
Pengertian

Ikterus neonatorum adalah diskolorisasi pada kulit atau organ lain


akibat penumpukan bilirubin. Keadaan ini disebabkan oleh produksi
bilirubia yang berlebih, ekskresi berkurang atau campuran antara
keduanya.
Tujuan
Mengatasi ikterus neonatorum pada neonatusmenurut penyebabnya
dengan segera
Kebijakan
Menangani semua kasus ikterus pada neonatus menurut penyebabnya
dan dilakukan berdasar ilmu kedokteran berbasis bukti.
Prosedur
Manajemen awal
1. Mulai dengan terapi sinar
2. Ambil sampel darah bayi untuk pemeriksaan kada bilirubin
- Tentukan apakah bayi memiliki salah satu factor risiko (lahir <
2500 gram atau umur kehamilan < 37 minggu, hemolisis atau
sepsis)
- Bila kadar bilirubin serum di bawah kadar yang memerlukan
terapi sinar, (lihat table indikasi terapi sinar) hentikan terapi
sinar.
- Bila kadar bilirubin serum sesuai atau diatas kadar yang
memerlukan terapi sinar, lanjutkan terapi sinar
3. Bila ada riwayat ikterus hemolisis, atau inkompatibilitas factor Rh
atau golongan darah ABO pada kelahiran sebelumnya :
- Ambil sampel darah bayi dan ibu dan periksa kadar
haemoglobin, golongan darah bayi dan tes Coombs.
- Bila faktor Rh & golongan darah ABO bukan merupakan
penyebab dari hemolisis, atau bila ada riwayat keluarga definisi
G6PD, lakukan pemeriksaan G6PD
- Rencanakan tindak lanjut untuk jangka panjang karena risiko
masalah perkembangan bayi
Unit terkait
SMF Ilmu Kesehatan Anak
Instalasi Maternal-Perinatal
TABEL Terapi Ikterus berdasarkan kadar bilirubin
serum a Lihat Prosedur Transfusi Tukar
Terapi sinar
Transfusi tukara
Bayi Sehat
Faktor Risiko
Bayi Sehat
Faktor Risiko
Usia
Mg/dl mol/ Mg/dl
mol/l
Mg/dl
mol/l
Mg/dl
mol/l
l
Hari 1
S etiap ikter us yang terlihatb
15
260
13
220
Hari 2
15
260
13
220
19
330
15
260
Hari 3
18
310
16
270
30
510
20
340
Hari 4
20
340
18
290
30
510
20
340
Dst
b. Ikterus yang terlihat pada tubuh pada ari 1 kehidupan perlu diteri dengan terapi sinar sesegera
mungkin. Jangan menunda terapi sinar sampai diperoleh hasil pemeriksaan kadar bilirubin
TABEL Diagnosis banding ikterus

Riwayat

Ikterus tidak timbul


saat lahir, tapi
timbul <
24 jam
Pucat saat lahir
Faktor Rh atau
inkompatibilitas
golongan daah ABO
pada kelahiran
sebelumnya
Riwayat defisiensi
G6PD, ikterus,
anemia, pembesaran
hati dan limpa
Waktu timbul 2-5 hari

Waktu timbul 2-7 hari

Pemeriksaan

Ikterus berat
Pucat
Edema
menyeluruh
Bayi laki-laki
(penemuan
pendukung
hanya untuk
defisiensi
G6PD

Temuana
Penyelidikan atau diagnosis
lain
yang diketahui
Hb < 13 g/dl (Ht < 40%)
Tes Coombs (+)
Inkompatibilitas Golongan
Darah ABO atau Faktor
Rinesus antara ibu dan
bayi Pemeriksaan G6PD
(+)

Ikterus berat
Bayi kecil
(kurang dari
2500 gram saat
kelahiran, atau
lahir sebelum 37
minggu
kehamilan)
Serious
Sepsis
Jaundice

Diagnosis
yang mungkin
Ikterus
hemolitik

Ikterus pada
prematuritas

Ikterus yang
berkaitan
dengan sepsis
Bilirubin
ensefalopati
( kernikterus )

Waktu timbul
Serious
Tes Coombs (+)
ikterus hari ke-2
Jaundice
atau lebih cepat
Kejang
Waktu timbul
Opistotonus
ensefalopati hari 3-7
Diagnosis akhir dan
terapi serious
jaundice
* Diagnosis pada lajur seb elah kanan tidak dapat dilakukan bila daftar temuan yang d icetak
tebal tidak ada. Temuan yang ada tidak menjamin diagnosis. Diagnosis dapat ditegukkan bila
ditemukan daftar temuan yang digaris bawah. Temuan yang lain hanya merupakan pendukung
untuk menegakkan diagnosis, tapi bila tidak ditemukan belum tentu menyingkirkan diagnosis
ini.
PROSEDUR PENGGUNAAN CONTINUOS POSITIVE AIR
WAY
PRESSURE (C PAP)
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
RSUAisyiyah
Ponorogo Jl. Dr
Sutomo 18-24
Tanggal terbit

Ditetapkan
Direktur

Prosedur Tetap
Dr. Hj. Rin Krisnawati,

MARS

Pengertian

Kebijakan
Prosedur

RSUAisyiyah
Ponorogo Jl. Dr
Sutomo 18-24

CPAP merupakan suatu alat yang berfungsi mempertahankan


tekanan positif pada saluran nafas BBL selama pernafasan spontan.
Indikasi penggunaan CPAP:
1. Bayi prematur dengan sindrom distress respirasi
2. Bayi dengan transient tachypnea of the newborn
3. Bayi dengan sindrom aspirasi mekoneum
4. Bayi yang menderita apena of prematurity
5. Bayi dengan paralisis diafragma
6. Bayi yang disapih dari ventilator mekanik
7. Bayi dengan penyakit saluran nafas seperti trakeomalacia dan
bronkiolitis
8. Bayi setelah pembedahan di bagian perut atau dada
Penggunaan CPAP dengan prosedur yang benar dan sesuai indikasi
1. Periksa kelengkapan Nasal CPAP meliputi sirkuit untuk nasal
CPAP, nasal prong, botol outlet yang berisi air cuka 0,25%
setinggi 7 cm dengan skala dari 1 sampai 7 cm, humidifier,
blender O2
2. Pilih ukuran nasal prong sesuai dengan berat badan bayi
a. Ukuran 1 untuk berat badan 700-1000 gram
b. Ukuran 2 untuk berat badan 1000-2000 gram
c. Ukuran 3 untuk berat badan 2000-3000 gram
d. Ukuran 4 untuk berat badan 3000-4000 gram
e. Ukuran 5 untuk berat badan > 4000 gram
3. Ujung sirkuit ekspirasi dimasukkan ke dalam botol outlet sedalam
besarnya tekanan positif yang dikehendaki
4. Alat dicoba terlebih dahulu dengan cara mengaktifkan CPAP dan
menutup kedua ujung nasal prong apabila muncul gelembung
pada botol outlet berarti alat bekerja
5. Bayi ditempatkan di inkubator atau di bawah pemancar panas
atau di dalam boks bayi sesuai indikasi
6. Nasal prong dipasangkan di hidung bayi dengan nyaman, ujung
nasal prong tidak mengenai septum nasi
7. Setting awal nasal CPAP adalah
a. Positive End Expiratory Pressure (PEEP) sebesar 5 cm H2O,
dengan cara memasukkan ujung sirkuit ekspirasi sedalam 5
cm
b. Fraksi O2 mulai 60%
8. Pengamatan yang dilakukan:
a. Amati sirkuit setiap 2 jam untuk melihat keefektifan sirkuit
b. Periksa humldifier apakah menyala dan terdapat air dalam
ukuran yang benar
c. Amati apakah konsentasi O2 yang diberikan sudah sesuai
PROSEDUR PENGGUNAAN CONTINUOS POSITIVE AIR
WAY
PRESSURE (CPAP)
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman

d. Amati ada tidaknya air dalam selang sirkuit


e. Amati apakah ujung selang pada botol outlet berada pada
ketinggian 5 cm dan batas atas air pada 0 cm
f. Amati apakah botol outlet mengeluarkan gelembunggelembung
g. Amati apakah bayi kembung
h. Lakukan penghisapan lendir pada hidung bayi setiap 2 4 jam
sekali

Unit terkait

9. Prosedur penyapihan CPAP


a. Setelah pemasangan CPAP, bayi harus dapat bernafas dengan
mudah disertai penurunan kecepatan respirasi dan
berkurangnya retraksi
b. FiO2 harus diturunkan secara bertahap dengan penurunan 2-5
% secara bertahap dipandu oleh pembacaan pulse-oximeter
atau hasil pemeriksaan gas darah
c. Jika bayi bernafas nyaman dengan CPAP pada FiO2 21%, bayi
harus dicoba untuk lepas dari CPAP
d. Bayi harus dinilai selama percobaan tersebut untuk munculnya
tandatanda takipnea, retraksi, turunnya saturasi oksigen atau
apnea. Jika tanda-tanda ini teramati maka percobaan dianggap
10.Kriteria kegagalan CPAP
BBL dengan CPAP nasal H2O 5 cm akan memerlukan ventilasi
mekanik jika salah satu di bawah ini terjadi:
FiO2 pada CPAP > 60 %
PaCO2 >65 mm Hg
Asidosis metabolic yang terus bertahan dengan defisit
basa -10
Retraksi yang jelas teramati ketika sedang diterapi
CPAP
Sering terjadi episode apnea dan/atau bradikardia
SMF Ilmu Kesehatan Anak
Instalasi Maternal-Perinatal
PENANGANAN HIPERTERMIA PADA NEONATUS
No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

RSUAisyiyah
Ponorogo Jl. Dr
Sutomo 18-24
Tanggal Terbit
Prosedur Tetap
Pengertian
Tujuan
Kebijakan

Ditetapkan
Direktur

Dr. Hj. Rini Krisnawati,


MARS
Hipertermia adalah suhu tubuh lebih dari 37,50 C
a.Mencegah dan mengatasi hipertermia pada neonatus
b.Menstabilkan termoregulasi pada bayi
Hipertermia pada neonatus ditangani dengan cara ilmu kedokteran
mutakhir dan berbasis bukti

Prosedur

Bila suhu diduga karena paparan panas yang berlebihan:


1. Bila bayi tidak pernah diletakkan di dalam alat penghangat:
Letakkan bayi di dalam suhu lingkungan yang normal (25-280C)
Lepaskan sebagian atau seluruh pakaiannya bila perlu
Periksa suhu aksiler setiap jam sampai dicapai suhu dalam batas
normal
Bila suhu sangat tinggi (> 390C), bayi di kompres atau
dimandikan selama 10 sampai 15 menit dalam air yang suhunya
40C lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Jangan menggunakan
air dingin atau air yang suhunya lebih rendah dari 40C dibawah
suhu bayi.
2. Bila bayi pernah diletakkan di bawah pemancar panas atau
inkubator;
Kurangi pengatur suhu alat penghangat. Bila bayi di dalam
inkubator, buka inkubator sampai suhu dalam batas normal;
3. Lepas sebagian atau seluruh pakaian bayi selama 10 menit kemudian
beri pakaian lagi sesuai dengan alat penghangat yang digunakan
4. Periksa suhu bayi setiap jam sampai suhu dalam batas normal
5. Periksa suhu inkubator atau pemancar panas setiap jam dan
sesuaikan pengatur suhu
Bila bukan karena paparan panas yang berlebihan:
1. Terapi untuk Kemungkinan besar Sepsis;
2. Letakkan bayi di lingkungan suhu normal (25 280C) ;
3. Lepas pakaian bayi sebagian atau selutuhnya bila perlu;
4. Periksa suhu bayi setiap jam sampai dicapai suhu tubuh dalam batas
normal.
5. Bila suhu sangat tinggi (lebih dari 390C), bayi di kompres atau
dimandikan selama 10-15 menit dalam air yang suhunya 40C lebih
rendah dari suhu tubuh bayi. Jangan menggunakan air dingin atau air
yang suhunya lebih rendah dari 4oC dibawah suhu bayi.
Manajemen lanjutan suhu lebih dari 37,5oC
1. Yakinkan Bayi mendapat cukup cairan atau minuman:
Anjur ibu untuk menyusi bayinya. Bila bayi tidak dapat disusui,
beri ASI peras dan gunakan cara alternatif pemberian minum.
Bila terdapat tanda dehidrasi (mata atau ubun ubun besar cekung,
elastisitas kulit berkurang, lidah dan membrane mukosa kering),
tangani untuk dehidrasi
1. Periksa kadar glokuso darah, bila < 45 mg/dl (2.6 mmol/l), tangani
untuk hipoglikemia
PENANGANAN HIPERTERMIA PADA NEONATUS
No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

RSUAisyiyah
Ponorogo Jl. Dr
Sutomo 18-24
3. Cari tanda sepsis sekarang dan ulangi lagi bila suh u telah mencapai
batas normal.
4. Setelah suhu bayi normal:
Lakukan perawatan lanjutan untuk bayi
Pantau bayi selama 12 jam berikutnya, periksa suhu setiap 3 jam.
5. Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan
baik serta tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan di
Rumah Sakit, bayi dapat dipulangkan. Nasehati ibu cara
menghangatkan bayi di rumah dan melindungi dari pemanasan yang
berlebihan.

Unit terkait

SMF Ilmu Kesehatan Anak


Instalasi Maternal-Perinatal
TABEL Klasifikasi Suhu tubuh abnormal
Temuana
Riwayat
Pemeriksaan
Klarifikasi
Hipotermia sedang
Bayi terpapar dengan
Suhu tubuh 32oC36,4oC
suhu lingkungan yang Gangguan napas
rendah
Denyut jantung kurang dari 100 kali per
Waktu timbulnya
menit
kurang dari 2 hari
Malas minum
Letargi
Hipotermia berat
Bayi terpapar dengan
Suhu tubuh kurang dari 32oC
suhu lingkungan yang Tanda lain Hipotermia sedang
rendah
Kulit teraba keras
Waktu timbulnya
Napas pelan dan dalam
kurang dari 2 hari
Tidak terpapah
Suhu tubuh berfluktuasi antara 36oC39oC Suhu tubuh tidak
Sedang berada di suhu lingkungan stabil
dengan dinin atau
stabil (lihat dugaan

Fluktuasi
terjadi
sesudah
periode
suhu
panas yang berlebihan
sepsis)
stabil
Bayi berada di
Hipertermia
Suhu tubuh lebih dari 37,5oC
Suhu tubuh lebih dari 37,5oC
lingkungan yang
sangat panas, terpapar Tanda dehidrasi (elastisitas kulit berkurang,
mata dan ubun-ubun besar cekung, lidah
dengan matahari,
dan membrane mukosa kering)
berada di dalam
Malas minum
inkubator, atau
Frekuensi napas lebih dari 60 kali per menit
Denyut jantung lebih dari 160 kali per
pemancar panas
menit
Letargi
Iritabel
PENANGANAN HIPOGLIKEMIA PADA NEONATUS
No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

RSUAisyiyah
Ponorogo Jl. Dr
Sutomo 18-24
Tanggal Terbit

Ditetapkan
Direktur

Prosedur Tetap
Dr. Hj. Rini Krisnawati, MARS
Pengertian

Tujuan
Kebijakan

Hipoglikemia adalah kadar glukosa darah < 45 g/dl pada bayi kurang
bulan/ cukup bulan disertai gejala apnea, hipotomia, kejang, asfiksia,
refleks isap turun, letargis, hipotermia, syok, ibu DM
1. Meningkatkan kadar glukosa sampai kadar yang tidak
membahayakan bayi baru lahir/ neonatus.
Semua kasus hipoglikemia merupakan kasus darutat dan harus
ditangani segera secara holistic oleh petugas yang telratih dan
berdasarkan ilmu kedokteran berbasis bukti.

Prosedur

Manajemen glukosa darah < 25 mg/dl atau terdapat tanda


hipoglikemi
1. Pasang jalur IV jika belum terpasang
2. Berikan glukosa 10% 2 ml/kg BB secara IV bolus pelan dalam
lima menit. Jika jalur IV tidak dapat dipasang dengan cepat,
berikan dengan dosis yang sama larutan glukosa melalui pipa
lambung.
3. Infus glukosa 10% sesuai kebutuhan rumatan menurut umur dan
berat badan.
4. Periksa kadar glukosa darah satu jam setelah bolus glukosa dan
kemudian tiap tiga jam;
Jika kadar glukosa darah masih tetap 25 mg/dl (1,1 mmol/l),
ulangi pemberian bolus glukosa seperti tersebut di atas dan
lanjutkan pemberian infus.
Jika kadar glukosa darah 25 45 mg/dl (1,1 2 ,6 mmol/l),
teruskan infuse dan ulangi pemeriksaan kadar glukosa setiap
jam sampai kadar glukosa 45 mg/dl (2,6 mmol/l) atau lebih
Bila kadar glukosa darah 45 mg/dl (2,6 mmol/l) atau lebih
dalam dua kali pemeriksaan berturut-turut, ikuti petunjuk
tentang frekuensi pemeriksaan kadar glukosa darah setelah
kadar glukosa darah kembali normal
5. Anjurkan ibu menyusui, bila bayi tidak dapat menyusu berikan ASI
peras dengan menggunakan salah satu alternative cara pemberian
minum
6. Bila kemampuan minum bayi meningkat turunkan pemberian
cairan infuse setiap hari secara bertahap. Jangan menghentikan
infus glukosa dengan tiba-tiba.
Manajemen glukosa darah antara 25 mg/dL-45 mg/dL tanpa
tanda Hipoglikemia
1. Anjurkan ibu menyusui, bila bayi tidak dapat menyusu berikan ASI
peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian
minum
2. Pantau tanda hipoglikemia, bila dijumpai tanda tersebut, tangani
seperti tersebut di atas
PENANGANAN HIPOGLIKEMIA PADA NEONATUS
No. Dokumen

RSUAisyiyah
Ponorogo Jl. Dr
Sutomo 18-24

No. Revisi

Halaman

Unit terkait

3. Periksa kadar glukosa darah dalam tiga jam atau sebelum


pemberian minum berikutnya :
a. Jika kadar glukosa darah kurang 25 mg/dl, atau terdapat tanda
hipoglikemia, tangani seperti tersebut di atas
b. Jika kadar glukosa darah masih antara 25 45 mg/dl, naikkan
frekuensi pemberian minum ASI atau naikkan volume pemberian
minum dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian
minum.
c. Jika kadar glukosa darah 45 mg/dl atau lebih, lihat tentang
frekuensi pemeriksaan kadar glukosa darah di bawah ini
Frekuensi pemeriksaan glukosa darah setelah glukosa darah
kembali normal
Jika bayi mendapatkan cairan IV, dengan alasan apapun, lanjutkan
pemeriksaan kadar glukosa darah setiap 12 jam selama bayi masih
memerlukan infus. Jika kapan saja kadar glukosa darah turun,
tangani seperti tersebut di atas.
Jika bayi sudah tidak lagi mendapat infus cairan IV, periksa kadar
glukosa darah setiap 12 jam selama dua kali pemeriksaan
Jika kapan saja kadar glukosa darah turun, tangani seperti tersebut
di atas
Jika kadar glukosa darah tetap normal selama waktu tersebut,
maka pengukuran dihentikan
SMF Ilmu Kesehatan Anak
Instalasi Maternal-Perinatal

PEMANCAR PANAS (RADIANT WARMER)


No. Dokumen

RSUAisyiyah
Ponorogo Jl. Dr
Sutomo 18-24
Prosedur Tetap

No. Revisi

Tanggal Terbit

Halaman

Ditetapkan
Direktur
Dr. Hj. Rini Krisnawati, MARS

Pengertian

Tujuan
Kebijakan
Prosedur

Unit terkait

Pemancar panas (radiant warmer). Merupakan salah satu cara


menghangatkan bayi dan mempertahankan suhu tubuh bayi. Terutama
ditujukan pada bayi dengan berat 1500 g dan bayi sakit, juga dapat
digunakan sebagai pemeriksaan awal bayi, selama dilakukan tindakan,
atau menghangatkan kembali bayi hipotermi.
Untuk menghangatkan bayi dan mempertahankan suhu tubuh bayi agar
tetap berkisar pada suhu normal dengan pemancar panas.
Menggunakan pemancar panas sesuai indikasi dan dengan cara yang
benar.
Cara menggunakan pemancar panas :
1. Hangatkan ruangan (minimal 22o C) di mana pemancar panas akan
digunakan.
2. Bersihkan matras dan alas, tutup alas dengan kain bersih sebelum
bayi diletakkan dibawah pemancar panas.
3. Nyalakan alat 15 menit sebelum persalinan dipimpin dan atur suhu
sesuai petunjuk (biasanya antara 36 37oC)
4. Sebelum bayi datang, nyalakan alat untuk menghangatkan matras
dan alas
5. Bayi hendaknya tidak menggunakan pakaian atau dibungkus
selimut, sebaiknya dibiarkan menggunakan popok atau pempers
saja.
6. Bila mendapat cairan IV, hitung jumlah cairan yang diberikan
(misalnya beri tambahan cairan 10%) untuk mengangganti cairan
yang hilang.
7. Pindahkan bayi ke ibu sesegera mungkin jika tidak ada tindakan
atau pengobatan yang diberikan. agar bayi tidak kedinginan.
SMF Ilmu Kesehatan Anak
Instalasi Maternal-Perinatal
MANAJEMEN PASCA RESUSITASI BAYI ASFIKSIA
No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

RSUAisyiyah
Ponorogo Jl. Dr
Sutomo 18-24
Tanggal Terbit

Ditetapkan
Direktur

Prosedur Tetap
Dr. Hj. Rini Krisnawati, MARS

Pengertian

Bayi dengan asfiksia yang telah dilakukan resusitasi memerlukan


perawatan suportif dan berkelanjutan, pengawasan dan evaluasi
diagnostic yang sesuai. Bayi yang memerlukan resusitasi berisiko
membutuk setelah tandatanda vitalnya kembali normal. Program
resusitasi pada bayi baru lahir mengacu pada 3 tahap perawatan pasca
resusitasi barkut ini perawatan rutin, suporitif dan berkelanjutan.
Mengelola bayi asfiksia pasca-resusitasi

Tujuan
Kebijakan

Bayi dengan asfiksia yang telah dilakukan resusitasi memerlukan


perawatan suportif dan berkelanjutan, pengawasan dan evaluasi
keadaan klinis bayi.
1. Bayi masuk keruang Perinatologi untuk observasi selanjutnya
2. Pantau vital sign seperti respirasi rate, frekuensi jantung, suhu dan
saturasi oksigen
3. Bila terjadi kejang karena hipoksi lakukan penanganan kejang
( lihat SOP Penanganan Kejang)
4. Pantau kadar gula darah untuk menganisipasi hipoglikemia ( lihat
SOP Penangana Hipoglikemia )
5. Bila terjadi apnu ulangan lakukan penatalaksanaan apnu ( lihat SOP
Apnea )
6. Jaga bayi agar tetap hangat : letakkan bayi di incubator.
7. Beri nutrisi bila kondisi bayi sudah stabil

Prosedur

Unit terkait

Instalasi Maternal-Perinatal
PENANGANAN HIPOTERMIA PADA NEONATUS
No. Dokumen

RSUAisyiyah
Ponorogo Jl.
Sutomo 18-24

No. Revisi

Halaman

Dr
Tanggal terbit

Ditetapkan
Direktur

Prosedur Tetap

Pengertian
Tujuan
Kebijakan

Dr. Hj. Rini Krisnawati,


MARS
Hipotermia pada bayi baru lahir adalah pen utunan suhu tubuh sampai
di bawah 36,5oC (normal 36,5-37,5oC).
Mencegah dan mengatasi hipotermia pada bayi baru lahir/neonatus
dengan factor risiko BBLR, premature, asfiksia atau kondisi lain
Hipotermi pada neonatus ditangani dengan cara Ilmu Kedokteran yang
Berbasis Bukti

Prosedur

1. Tindakan pencegahan o Siapkan


ruang yang cukup hangat
Berat lahir (gram)
Suhu ruangan (oC)
1000-1500
34 - 35
1500-2000
32 34
2000-2500
30 32
>2500 28 30
o Bayi dengan asfiksia, distress respirasi atau sepsis membutuhkan
suhu ruang lebih tinggi disbanding bayi dengan berat yang sama
tanpa masalah.
o Gunakan pemancar panas hanya selama resusitasi. o Bayi segera
dikeringkan setelah lahir dengan handuk bersih dan lembut. o
Jangan memandikan bayi segera setelah lahir, lebih baik mandi
ditunda.
o Jangan hilangkan verniks.
o Tutuplah kepala dengan handuk bersih dan kering o Berikan bayi
ke dada ibunya, dan selimuti keduanya
o Khusus bayi kecil (BBLR) lakukan perawatan bayi lekat (PBL)
dengan metoda Kangguru (lihat cara PBL) bila kondisi sudah
stabil
o Susukan bayi dalam 30 menit setelah lahir
2. Penanganan hipotermia berat
(suhu tubuh < 32oC) o Segera
hangatkan bayi dengan
menggunakan pemancar panas
yang sebelumnya telah dihangatkan
(bila mungkin). Gunakan inkubator
atau ruangan hangat bila perlu.
o Ganti baju yang dingin dan basah bila perlu. Beri pakaian yang
hangat, pakai topi dan selimuti dengan selimut hangat.
o Hindari paparan panas yang berlebihan dan posisi bayi sering
diubah.
o Bila bayi dengan gangguan napas (frekuensi napas > 60 atau >
30 kali/ menit, retraksi dada, merintih)
- Pasang jalur IV dan beri cairan IV seusai dengan dosis
rumatan, dan pipa infus tetap terpasang di bawah pemancar
panas, untuk menghangatkan cairan
PENANGANAN HIPOTERMIA PADA NEONATUS
No. Dokumen

RSUAisyiyah
Ponorogo Jl. Dr
Sutomo 18-24

No. Revisi

Halaman

Unit terkait

Periksa kadar glukosa darah, bila kad ar glukosa darah


< 45 mg/dl, tangani untuk hipoglikemia.
- Nilai bayi untuk tanda kegawatan (misalnya gangguan
napas, kejang atau tidak sadar) setiap jam dan nilai juga
kesiapan untuk minum setiap 4 jam sampai suhu tubuh
kembali ke batas normal.
- Ambil sampel darah dan beri antibiotika sesuai standar
pelayanan untuk penanganan Sepsis.
- Anjurkan menyusu secara setelah bayi siap.
- Bila bayi tidak dapat menyusu, beri ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternatip cara pemberian
minum.
- Bila refleksi menelan bayi tidak baik, pasang pipa
lambung dan beri ASI peras begitu suhu bayi mencapai
35oC.
o Periksa suhu bayi setiap jam. Bila suhu naik paling tidak
0,5oC/jam, berarti upaya menghangatkan berhasil kemudian
lanjutkan dengan memeriksa suhu bayi setiap 2 jam.
o Periksa juga suhu alat yang dipakai untuk menghangatkan dan
suhu ruang setiap jam.
o Setelah suhu tubuh bayi normal:
- Lakukan perawatan lanjutan untuk bayi
- Pantau bayi selama 12 jam kemudian, dan ukur suhunya tiap
3 jam.
o Pantau bayi selama 24 jam setelah penghentian antibiotika.
Bila suhu bayi tetap dalam bayas normal dan bayi minum
dengan baik dan tidak ada masalah lain yang memerlukan
perawatan di Rumah Sakit, bayi dapat dipulangkan dan
nasehati ibu bagaimana cara menjaga agar bayi tetap hangat
selama di rumah.
3. Penanganan hipotermia sedang (suhu tubuh 32-35 oC ) o Ganti
pakaian yang dingin dan basah, dengan pakaian yang hangat,
memakai topi dan selimuti dengan selimut hangat.
o Bila ada ibu/pengganti ibu, anjurkan menghangatkan bayi
dengan melakukan kontak kulit dengan kulit (perawatan bayi
lekat).
o Bila ada ada :
- Hangatkan kembali bayi dengan menggunakan alat
pemancar panas. Gunakan inkubator dan ruangan hangat bila
perlu.
- Periksa suhu alat penghangat dan ruangan hangat, beri ASI
peras dengan menggunakan salah satu alternatip cara
pemberian minum dan sesuaikan pengatur suhu.
SMF Ilmu Kesehatan Anak
Instalasi Maternal-Perinatal

Anda mungkin juga menyukai