Anda di halaman 1dari 3

Pemanfaatan Bioteknologi untuk

Pembuatan Tempe
Bahan-Bahan :
1. Kacang kedelai.
2. Ragi.
3. Air bersih.
Alat-Alat :
1. Alat penggiling.
2. Bak Pencucian.
3. Tempat kedelai.
4. Tempat cetak/leleran.

Cara Pembuatan :
1. Perebusan pertama matang kurang lebih jam sampai 1 jam.
Menyiapkan kedelai yang akan diolah untuk menjadi tempe, kemudian direbus disisa air
kedelai yang sudah mendidih. Tahap perebusan ini berfungsi sebagai proses hidrasi, yaitu
agar biji kedelai menyerap air sebanyak mungkin. Perebusan juga dimaksudkan untuk
melunakkan biji kedelai supaya nantinya dapat menyerap asam pada tahap perendaman.

2. Pemecahan kedelai (penggilingan).


Kulit biji kedelai dikupas pada tahap pengupasan agar miselium berfungsi dapat menembus
biji kedelai selama proses fermentasi. Pengupasan dapat dilakukan dengan tangan, diinjakinjakdengan kaki, atau dengan alat penggilingan.

3. Pemisahan antara kulit dan biji kedelai dengan cara dilembang.


4. Perendaman kurang lebih 5 jam, ganti air 7 sampai 8 jam
Setelah dikupas, biji kedelai direndam. Tujuan tahap perendaman ialah untuk hidrasi biji
kedelai dan membiarkan terjadinya fermentasi asam laktat secara alami agar diperoleh
keasaman yang dibutuhkan untuk pertumbuhan fungi. Fermentasi asam laktat terjadi
dicirikan oleh munculnya bau asam dan buih pada air rendaman akibat pertumbuhan
bakteri Lactobacillus. Bila pertumbuhan bakteri asam laktat tidak optimum (misalnya di
negara-negara subtropis, asam perlu ditambahkan pada air rendaman). Fermentasi asam laktat
dan pengasaman ini ternyata juga bermanfaat meningkatkan nilai gizi dan menghilangkan
bakteri-bakteri beracun.
5. Pencucian sampai bersih hingga air terlihat bening.
Proses pencucian akhir dilakukan untuk menghilangkan kotoran yang mungkin dibentuk oleh
bakteri asam laktat dan agar biji kedelai tidak terlalu asam. Bakteri dan kotorannya dapat
menghambat pertumbuhan fungi.
6. Perebusan kedua minimal 2 jam.
Perebusan kedua ini dilakukan untuk mematangkan kedelai sehingga siap untuk diolah
menggunakan ragi tempe.

7. Ditiriskan kurang lebih 1 sampai 2 jam.


Proses ini ditujukan untuk menghilangkan air yang ada dalam kedelai, untuk memberiragi,
karena ragi tidak akan meresap jika kandungan air dalam kedelai terlalu tinggi.
8. Peragian/Inokulasi.
Inokulasi dilakukan dengan penambahan inokulum, yaitu ragi tempe atau laru. Inokulum
dapat berupa kapang yang tumbuh dan dikeringkan pada daun waru atau
daun jati (disebut usar; digunakan secara tradisional), spora kapang tempe dalam medium
tepung (terigu, beras, atautapioka; banyak dijual di pasaran), ataupun
kultur R.oligosporus murni (umum digunakan oleh pembuat tempe di luar
Indonesia). Inokulasi dapat dilakukan dengan cara, yaitu penebaran inokulum pada
permukaan kacang kedelai yang sudah dingin dan dikeringkan, lalu dicampur merata sebelum
pembungkusan.
9. Pencetakan/pengemasan, tunggu kurang lebih 36 jam.
Setelah diinokulasi, biji-biji kedelai dibungkus atau ditempatkan dalam wadah untuk
fermentasi. Berbagai bahan pembungkus atau wadah dapat digunakan (misalnya daun pisang,
daun waru, daun jati, plastik, gelas, kayu, dan baja), asalkan memungkinkan masuknya udara
karena kapang tempe membutuhkan oksigen untuk tumbuh. Bahan pembungkus dari daun
plastic biasanya diberi lubang-lubang dengan cara ditusuk-tusuk. Usahakan lubangnya agar
tidak terlalu padat karena ketika menjadi tempe tentu volumenya pun bertambah, baru dilem
(tradisional dengan lilin). Biji-biji kedelai yang sudah dibungkus dibiarkan untuk mengalami
proses fermentasi. Pada proses ini kapang tumbuh pada permukaan dan menembus biji-biji
kedelai, menyatukannya menjadi tempe. Fermentasi dapat dilakukan pada suhu 20 C37 C
selama 1836 jam. Waktu fermentasi yang lebih singkat biasanya untuk tempe yang
menggunakan banyak inokulum dan suhu yang lebih tinggi.
10. Penyimpanan
Keberhasilan pembuatan tempe sangat tergantung pada menjaga kondisi dan keadaan ragi.
Maka perlu disimpan di tempat yang sesuai.
11. Hasil akhir (Tunggu dua hari).

Anda mungkin juga menyukai