Anda di halaman 1dari 6

Kasus 1

Tercatat telah beberapa kali terjadi kasus tumpahan minyak di


perairan Indonesia yang menyebabkan pencemaran pada air laut.
Akibat hal ini dapat mengganggu kehidupan biota laut, terutama pada
ikan. Bukan hanya itu, ikan yang telah terkontaminasi minyak bumi jika
dikonsumsi akan berakibat fatal pada kesehatan, seperti timbulnya
gejala pusing dan mual.
Senyawa hidrokarbon yang terkandung dalam minyak bumi berupa
benzena, toluena, ethylbenzena, dan isomer xylena, dikenal sebagai
BTEX, merupakan komponen utama dalam minyak bumi, bersifat
mutagenik dan karsinogenik pada manusia. Senyawa ini bersifat
rekalsitran, yang artinya sulit mengalami perombakan di alam, baik di
air maupun di darat, sehingga hal ini dapat mengalami proses
biomagnition pada ikan ataupun pada biota laut yang lain.
Bila senyawa aromatik tersebut masuk ke dalam darah, akan
diserap oleh jaringan lemak dan mengalami oksidasi dalam hati
membentuk phenol, kemudian pada proses berikutnya terjadi reaksi
konjugasi membentuk senyawa glucuride yang larut dalam air,
kemudian masuk ke ginjal.
Senyawa antara yang terbentuk adalah epoksida benzena yang
beracun dan dapat menyebabkan gangguan serta kerusakan pada
tulang sumsum. Keracunan yang kronis menimbulkan kelainan pada
darah, termasuk menurunnya sel darah putih, zat beku darah, dan sel
darah

merah

yang

menyebabkan

anemia.

Kejadian

ini

akan

merangsang timbulnya preleukemia, kemudian leukemia, yang pada


akhirnya menyebabkan kanker. Dampak lain adalah menyebabkan
iritasi pada kulit.
Komponen minyak tidak larut di dalam air akan mengapung pada
permukaan air laut yang menyebabkan air laut berwarna hitam.
Beberapa komponen minyak tenggelam dan terakumulasi di dalam
sedimen sebagai deposit hitam pada pasir dan batuan-batuan di
pantai. Hal ini mempunyai pengaruh yang luas terhadap hewan dan
tumbuh-tumbuhan yang hidup di perairan.

Komponen hidrokarbon yang bersifat toksik berpengaruh terhadap


reproduksi, perkembangan, pertumbuhan, dan perilaku biota laut,
terutama pada plankton, bahkan dapat mematikan ikan, dengan
sendirinya

dapat

menurunkan

produksi

ikan

yang

berakibat

menurunnya devisa negara. Proses emulsifikasi merupakan sumber


mortalitas

bagi

organisme,

terutama

pada

telur,

larva,

dan

perkembangan embrio karena pada tahap ini sangat rentan pada


lingkungan

tercemar.

Proses

ini

merupakan

penyebab

terkontaminasinya sejumlah flora dan fauna di wilayah tercemar.

Kasus 2
Pelarut organik adalah bahan kimia yang berbentuk cair pada suhu
kamar, berfungsi sebagai pelarut bahan kimia lainnya. Pelarut organik
sangat beragam dengan struktur kimia yang bermacam-macam: golongan
hidrokarbon aromatik (benzena, toluena, xylena, dll), hidrokarbon alifatik,
aldehida, alkohol, eter, keton, glikol, hidrokarbon terhalogenisasi, dan lainlain.

Kesamaannya

adalah

kemampuannya

melarutkan

dan

mendispersikan lemak, minyak, cat, dan lain-lain.


Penggunaan Pelarut organik di bidang industri bermacam-macam,
contohnya benzena, toluena, xylena (BTX) di gunakan sebagai lem,
pelarut, cat, dan lain-lain. Penggunaan toluena sebagai sebagai pelarut
cat, thinner, tinta, lem, bahan tambahan produk kosmetik, industri
pestisida, crude petroleum, disinfektan, industri plastik, dan serat sintetik.
Rute masuk ke dalam tubuh dapat melalui tiga mekanisme, yaitu
inhalasi (terhirup), ingesti (tertelan), dan kontak langsung melalui kulit.
Pelarut organik seperti benzena, toluena, xylena (BTX) mudah menguap,
seringkali uap BTX terhirup oleh pekerja yang tidak mengunakan alat
pelindung diri. Pelarut organik ini berbahaya bagi kesehatan pekerja
karena dapat menyebabkan (tergantung jenisnya):

Iritasi hidung, tenggorokan, dan saluran napas

Iritasi dan inflamasi pada paru

Gangguan susunan saraf pusat

Gangguan susunan saraf tepi

Gangguan neurologis: gangguan pendengaran contohnya toluena

Gangguan sistem reproduksi

Beberapa bersifat karsinogenik contohnya benzena

Gangguan organ seperti ginjal, hati, dll

Iritasi mata

Iritasi kulit

Gangguan kesehatan akut pada pekerja yang terpajan benzena secara


berlebihan (overexposed workers) berupa sakit kepala, vertigo, mual,
muntah. Pajanan kronis benzena dapat menyebabkan gangguan darah
seperti anemia dan menurunnya jumlah sel darah putih. Kontak dalam
waktu yang lama dengan kulit menyebabkan kerusakan kulit mirip akibat
terbakar. Studi epidemiologi terhadap para pekerja yang terpajan benzena
dalam periode waktu yang lama menunjukkan bertambahnya pekerja
yang menderita kanker, seperti kanker darah (leukemia).
Langkah pengendalian yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

Peningkatan pengetahuan pekerja mengenai bahaya potensial yang


ada dan kesadaran penggunaan alat pelindung diri yang sesuai.

Monitoring lingkungan kerja. Monitoring lingkungan kerja adalah


metode untuk menilai pajanan bahaya potensial di area kerja
dengan cara mengukur keberadaan pajanan tersebut di udara, air
dan tanah.

Monitoring biologi (Biomonitoring). Biomonitoring adalah metode


untuk menilai pajanan bahaya potensial tempat kerja dan atau
efeknya pada tubuh pekerja dengan cara mengukur keberadaan
pajanan (umumnya bahan kimia), metabolit atau produk reaksi yang
terdapat dalam jaringan atau specimen tubuh seperti darah, urin
atau rambut.

Pemeriksaan

Medical

Check

Up

(MCU)

berkala/tahunan, dan pemeriksaan khusus

sebelum

kerja,

Pada tanggal 21 Agustus 2009 terjadi kebocoran minyak Montara di laut


Timor. Kebocoran ini berlangsung hingga November 2009 sehingga
tumpahan lapisan minyak menyebar luas di perairan laut Timor. Para
nelayan melaporkan bahwa akibat tumpahan minyak ini ditemukan
banyak ikan mati di laut. Berdasarkan survey yan dilakukan tim ASA
(200), suhu permukaan laut diperkirakan melebihi 80
o
C. Berdasrakan survey udara yan dilakukan, tumpahan minyak yan
menutupi permukaan air laut selama 24 jam pertama menunjukkan
bahwa tumpahan minyak menyebar secra tidak acak. Luasan minyak
diperkirakan sekitar 400 bbls per hari atau 64.000 Liter per hari. Menurut
ASA (2010) ini adalah kasus tumpahan minyak terburuk yang pernah
terjadi.
Pencemaran minyak di Laut Timor terjadi pada tanggal 21 Agustus 2009
akibat meledaknya ladang minyak Montara. Ladang minya milik The
Petroleum Authority of Thailand Exploration and Production Public
Company Limited (PT TEP) Australia yang merupakan operator kilang
minyak dari Thailand yang berlokasi di Montara Well Head Platform, Laut
Timor atau 200 km dari Pantai Kimberley, Australia. Akibat dari ledakan
tersebut berakibat pada kebocoran pipa pada ujung sumur di kedalaman
3,6 kilometer sehingga minyak dan gas berhamburan keluar mencemari
laut. Ledakan sumur minyak Montara tersebut menumpahkan sekitar 400
barrel liter minyak mentah bercampur gas, kondensat dan zat timah hitam
serta zat-zat kimia lainnya per hari ke perairan Laut Timor dan dalam
realitasnya telah menghancurkan kawasan seluas 16.420 kilo meter
persegi.

Berdasarkan pengamatan Pusat Komando dan Pengendali Nasional


Operasi Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan Minyak Di Laut
ditemukan data sebagai berikut :
1. Bahwa kadar total senyawa PAH (Polisiklik Aromatik Hidrokarbon) air
laut berkisar antara 54,6 213,7 g/l, dimana sudah menunjukan
nilai di atas ambang batas baku mutu peraiaran PAH, yang
merupakan komponen minyak mentah sangat beracun, yang PAH
bisa

memberi

dampak

kronik

yang

menahun,

hingga

dapat

menyebabkan kanker (karsinogenik)


2. Efek PAH terhadap ikan secara langsung PAH dapat langsung
mematikan insang atau paru-paru tersumbat sehingga ikan muda
lebih mudah terpapar. Pada kondisi kronis bisa terjadi ritasi kulit dan
mata. PAH juga menyebabkan kerusakan saluran pernafasan, hati,
ginjal, dan sistem reproduksi serta kualitas hidup dan generasi
berikutnya
3. PAH pada

konsentrasi

10-210

ppm

dapat

menyebabkan

bioakumulasi dan perubahan perilaku, sementara pada konsentrasi


>1000 ppm dapa menyebabkan kematian biota laut. Karena PAH
bersifat bioakumulasi maka patut diwaspadai apabila PAH ini
terakumulasi di tubuh manusia yang mengkonsumsi ikan.
4. Gas hidrokarbon dalam volume yang besar, mengakibatkan
kerusakan ekosistem perairan Laut Timor. Berbagai perubahan
terjadi mengindikasikan telah teradi gangguan lingkungan perairan
sebagai habitat ikan, alga dan rumput laut. Jutaan ikan diduga
bermigrasi akibat perubahan lingkungan sekitarnya, dan populasi
rumput laut menurun sebagai dampak pencemaran
Berdasarkan hasil uji kesehatan yang dilakukan tim medis dari Yayasan
Peduli Timor Barat (YPTB) memaparkan telah terjadi munculnya
berbagai macam jenis penyakit, di antaranya mulai dari pusing-pusing,
sakit kepala, muntah-muntah, mual, gatal-gatal, lemah syaraf, sesak
napas,

kanker,

pendarahan

dan

lain

sebagainya

yang

dialami

masyarakat pesisir Alaska dan di Teluk Mexico. Situasi buruk semacam


in sudah mulai dirasakan oleh masyarakat di pesisir selatan dan utara

NTT sebagai dampak dari pencemaran minyak di Laut Timor pada 21


Agustus 2009.

Anda mungkin juga menyukai