Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Permasalahan sampah akhir-akhir ini menjadi isu nasional yang sering
diperdebatkan ditengah-tengah krisis ekonomi dan politik. Permasalahan yang
paling sering mengemuka adalah ancaman dari masyarakat yang akan menutup
paksa tempat pembuangan akhir (TPA) sampah yang dianggap mengancam kualitas
lingkungan dan kesehatan masyarakat setempat (Firman, dkk, 2002). Ancaman ini
akan menimbulkan dampak terhadap seluruh masyarakat baik itu berupa
penumpukan sampah di dalam kota hingga penyakit yang ditimbulkannya.
Di kota besar sampah menjadi permasalahan baik dari segi jumlah maupun
jenisnya. Permasalahan sampah sangat berkaitan dengan laju pertumbuhan
penduduk, peningkatan teknologi serta aktivitas sosial budaya dan ekonomi
masyarakat (Azkha, 2007). Akan tetapi disisi lain sampah belum merupakan
masalah yang menjadi prioritas utama untuk diselesaikan dibandingkan dengan
permasalahan lainnya.
Kota Denpasar sebagai pusat Ibu Kota Propinsi Bali dan sekaligus pusat
pemerintahan dan perekonomian mempunyai daya tarik tersendiri bagi penduduk
pendatang. Hal ini menimbulkan pertumbuhan penduduk yang sangat cepat dan
akan menimbulkan berbagai permasalahan, salah satunya adalah sampah. Jumlah
timbulan sampah harian Kota Denpasar rata-rata 4.703,07 m 3 per harinya. Dari
timbulan sampah per harinya, 47,41% adalah sampah organik dan 52,59% sampah

anorganik. Karakteristik sampah anorganik yang dihasilkan adalah 22% sampah


plastik, 24,67% kertas dan 4,83% sampah anorganik lainnya. (Anonim, 2011)
Sampah perlu ditangani secara benar sesuai dengan apa yang tercantum pada
Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008. Penanganan pembuangan sampah secara
benar ini diistilahkan dengan penanganan sampah yang berwawasan lingkungan.
Salah satu dampak yang ditimbulkan dari penanganan sampah yang salah adalah
terjadinya banjir pada saat musim hujan terjadi.
Paradigma dalam pengelolaan sampah saat ini adalah kumpul-angkutbuang. Dengan semakin bertambahnya jumlah sampah akan menimbulkan beban
pengelolaan sampah kota akan semakin tinggi (Azkha, 2007). Diperlukan adanya
perubahan paradigma dalam pengelolaan sampah. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan dalam mengurangi beban pengelolaan sampah adalah dengan mereduksi
volume sampah baik dari sumber maupun di tempat pengolahan sampah (Pramiati,
dkk, 2007)
Menurut Witoelar, (2006) dibutuhkan pionir untuk merubah paradigma
pengelolaan sampah dari pendekatan ujung pipa (end of pipes) yaitu membuang
sampah langsung ke TPA kearah pengelolaan sampah dengan prinsip 3 R yaitu
reduce (mengurangi), reuse (menggunakan kembali) dan recycle (daur ulang).
Kebijakan pengelolaan sampah ditekankan pada pengurangan sampah pada
sumbernya, pemilahan dan daur ulang. Pijakan awal yang sangat penting dalam
merubah paradigma ini adalah merubah kebijakan ke arah minimalisasi sampah pada
sumbernya, bukan pada pembuangannya.
Kota Denpasar dalam menangani permasalahan sampah telah membangun
TPA Suwung. Menurut Konsukartha, (2005) TPA Suwung memiliki kinerja

infrastruktur yang sangat buruk. Hal ini akan berakibat pada kualitas pengolahan
sampah yang dilakukan dan meningkatkan beban kerja bagi pengelolaan sampah.
Fasilitas yang ada tidak berfungsi dengan baik bahkan ada yang tidak berfungsi
sama sekali. Menurut Plant Manager Verko Belgium, Willy Van Loey, (2008)
permasalahan sampah Kota Denpasar dapat diatasi dengan cara-cara yang
sederhana, tetapi memerlukan kedisiplinan dari semua komponen masyarakat.
Terdapat empat cara yang mesti diterapkan dalam mengatasi masalah sampah di
Denpasar. Cara mengatasi sampah diantaranya adalah memulai dengan pemisahan
sampah dari rumah tangga antara sampah organik dan non organik, pengkomposan
sampah organik, daur ulang atau recyling sampah dan proses pengolahan sampah di
TPA. Sistem swakelola dalam menangani sampah yang dilakukan oleh beberapa
desa dan kelurahan di Denpasar perlu diikuti dan ditiru oleh desa-desa lainnya,
sehingga beban Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) tidak terlalu berat dalam
mengatasi masalah sampah. (Anonim, 2008)
Sementara

itu,

rendahnya

pengetahuan,

kesadaran,

dan

partisipasi

masyarakat dalam pengelolaan sampah menjadi suatu permasalahan yang perlu


mendapat perhatian dalam pengelolaan lingkungan bersih dan sehat. Faktor-faktor
yang mempengaruhi pengelolaan sampah di antaranya: (1) Sosial politik, (2) Aspek
Sosial Demografi, (3) Sosial Budaya yang menyangkut keberadaan dan interaksi
antar lembaga desa/adat, aturan adat (awig-awig), kegiatan ritual (upacara
adat/keagamaan), nilai struktur ruang Tri Mandala, (4) keberadan lahan untuk
tempat penampungan sampah, (5) finansial (keuangan), (6) keberadaan Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM), dan (7) kordinasi antar lembaga yang terkait dalam
penanggulangan masalah sampah. (Suarna, 2008)

Menurut Tandipanga (2008), faktor-faktor yang mempengaruhi peran


masyarakat terhadap efektifitas pengelolaan sampah di Rukun Warga (RW)
Cibangkong Bandung adalah lembaga lokal. Lembaga lokal melakukan kegiatan
sosialisasi dan penyuluhan penanganan sampah. Sementara Wardhani, (2004)
beberapa faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam kegiatan
pengelolaan sampah diantaranya : (1). Jenis kelamin, (2). Usia, (3). Pendidikan, (4).
Informasi, (5). Akses ke program daur ulang, (6). Insentif dan (7). Block leaders.
Menurut Simon, (2008) untuk penanganan sampah di Konondoni Minicipality, Dar
Es Saalam, Tanzania dibutuhkan pemberian insentif untuk kegiatan pengomposan
dan daur ulang sampah berupa subsidi pajak dalam investasi pengelolaan sampah.
Secara ekonomis partisipasi masyarakat dalam pewadahan dan pengumpulan
sampah dapat menghemat biaya operasional 20 25% dari total biaya operasional
(Tamond, 2008)
Pengelolaan sampah perkotaan juga memiliki faktor-faktor pendorong dan
penghambat dalam upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
sampah. Menurut hasil penelitian Nitikesari, (2005) faktor-faktor tersebut
diantaranya adalah tingkat pendidikan, penempatan tempat sampah di dalam rumah,
keberadaan pemulung, adanya aksi kebersihan, adanya peraturan tentang
persampahan dan penegakan hukumnya. (Suarna, 2008)
Penanganan sampah yang baik belum sepenuhnya dilaksanakan di Kota
Denpasar. Pemilahan sampah secara mandiri oleh masyarakat masih tergolong
rendah yakni baru mencapai 20%, Kecamatan Denpasar Selatan 26,92%, Kecamatan
Denpasar Barat 15,07% dan di Denpasar Timur 12%. Kegiatan pemilahan yang

dilakukan adalah merupakan program dari lembaga swadaya masyarakat dan swasta
(Nitikesari, 2005).
Partisipasi masyarakat di Denpasar Timur dapat ditingkatkan dengan terlebih
dahulu mengetahui faktor-faktor yang berhubungan. Berdasarkan latar belakang di
atas, maka perlu diketahui faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan sampah di Kecamatan Denpasar Timur.

1.2 Rumusan Masalah


Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan sampah di Kecamatan Denpasar Timur?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1

Tujuan umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat

dalam pengelolaan sampah di Kecamatan Denpasar Timur.

1.3.2

Tujuan khusus
Tujuan khusus penelitian adalah untuk mengetahui :

1. Pengaruh parsial dari faktor predisposisi (pengetahuan, sikap), faktor pemungkin


(fasilitas pengelolaan sampah) dan faktor penguat (lembaga lokal, tokoh
masyarakat, pendampingan LSM dan manfaat ekonomi) terhadap partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan sampah di Kecamatan Denpasar Timur?
2. Pengaruh simultan dari faktor predisposisi (pengetahuan, sikap), faktor
pemungkin (fasilitas pengelolaan sampah) dan faktor penguat (lembaga lokal,

tokoh masyarakat, pendampingan LSM dan manfaat ekonomi) terhadap


partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah di Kecamatan Denpasar
Timur.
3. Faktor yang dominan pengaruhnya terhadap partisipasi masyarakat

dalam

pengelolaan sampah di Kecamatan Denpasar Timur.


4. Peran lembaga lokal, tokoh masyarakat, dan program pendampingan LSM dalam
pengelolaan sampah di Kecamatan Denpasar Timur.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Manfaat teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi tambahan
dalam memperkuat hasil-hasil studi yang berhubungan dengan partispasi
masyarakat dalam pengelolaan sampah dan informasi bagi pengembangan ilmu
yang berkaitan dengan promosi kesehatan dan pemberdayaan pada masyarakat
2. Manfaat praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi
dan masukan tentang partispasi masyarakat dalam pengelolaan sampah bagi
perencana program SKPD Kota Denpasar untuk dapat dijadikan pertimbangan
penyusunan

rencana

program

pengelolaan

sampah

dan

pemberdayaan

masyarakat.
3. Manfaat lainnya adalah adanya peningkatan kualitas pelayanan dalam
pengelolaan sampah khususnya di Kecamatan Denpasar Timur sehingga dapat
meningkatkan kualitas lingkungan menjadi lebih sehat.

Anda mungkin juga menyukai