Mekanisme Kerja Angiotensin Converting e PDF
Mekanisme Kerja Angiotensin Converting e PDF
DOSEN PENGASUH :
Prof.Dr. drh. Maria Bintang, MS
OLEH :
SOGANDI
G851130241
Gema Wahyuni G851130391
Dina Diyah Saputri G851130231
Desi Purwaningsih G851130191
Priatno Khanna G851130211
1. PENDAHULUAN
Hipertensi adalah suatu penyakit yang tidak menimbulkan gejala
(asimptomatik). Menurut (Guytondan Hall, 1997) efek lethal dari hipertensi
terutama disebabkan tiga hal berikut : (1) Kelebihan beban kerja pada jantung,
yang menimbulkan perkembangan awal dari penyakit jantung kongestif, penyakit
jantung koroner, atau keduanya, yang seringkali menyebabkan kematian akibat
serangan jantung. (2) Tekanan yang tinggi, yang seringkali menyebabkan
rupturnya pembuluh darah utama di otak, yang diikuti oleh kematian pada
sebagian besar otak, keadaan ini disebut infark serebral. Secara klinis keadaan ini
dikenal dengan nama stroke. Bergantung pada bagian otak mana yang terkena,
stroke dapat menyebabkan kelumpuhan, demensia, kebutaan, atau berbagai 14
gangguan otak yang serius lainnya. (3) Tekanan yang tinggi hampir selalu
menyebabkan berbagai pendarahan pada ginjal, yang menimbulkan banyak
kerusakan pada area ginjal, dan akhirnya terjadi gagal ginjal, uremia, dan
kematian.
Beberapa kelompok obat antihipertensi yaitu diuretic, obat antiadrenergic,
vasodilatator antihipertensi, sistem bloker renin-angiotensin-aldosteron, dan
antagonis reseptor angiotensin II. Perspektif baru dalam pengobatan hipertensi
arterial yaitu dengan mengkombinasikan inhibitor vasodilatasi angiotensin
converting enzyme (ACE) dan neutral endopeptidase (NEP) (Kostova, et al.
2005). Dimana mekanisme kerja ACE-inhibitor (enalapril, lisinopril, captopril
dan sebagainya) yaitu dengan menghambat konversi angiotensin I inaktif menjadi
angiotensin II yang aktif (vasokonstriktor poten).
Angiotensin converting enzyme (ACE) dengan nomor EC 3.4.15.1
terkenal juga dengan nama peptidil dipeptidase A atau kinase II yang
mengkatalisis konversi decapeptida angiotensin I menjadi oktapeptida angiotensin
II. ACE susah lama dikenal sebagai bagian kunci pada sistem renin angiotensin
yang penting pada pengaturan tekanan darah. Gambar struktur dari Angiotensin I
converting enzyme (peptidyl-dipeptidase A) 1 adalah sebagai berikut:
Bentuk
yang panjang
dikenal
dengan
somatic
ACE
(sACE),
ditranskripsikan dari ekson 1-12 dan 14-26, sedangkan bentuk yang pendek
dikenal sebagai germinal atau testicular ACE (gACE) ditranskripsikan dari ekson
13-26.
1.1. Pengaturan Tekanan Darah
Tekanan darah arteri merupakan hasil dari cardiac output
dan
resistensi veskular sistemik. Peningkatan tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi
melalui beberapa cara, antara lain: jantung memompa lebih kuat sehingga
mengalirkan lebih banyak darah, arteri besar kehilangan kelenturannya dan
menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung
memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut
jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit dari biasa dan menyebabkan
naiknya tekanan darah.
Bertambahnya cairan dalam sirkulasi darah bisa menyebabkan
meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal
sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh,
volume darah dalam tubuh meningkat sehingga tekanan darah juga meningkat.
Sebaliknya jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri mengalami
pelebaran atau banyak cairan yang keluar dari sirkulasi maka tekanan darah akan
menurun. Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara antara lain
jika tekanan darah meningkat maka ginjal akan menambah pengeluaran garam
dan air yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan
tekanan darah ke normal. Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi
pembuangan garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah
kembali ke normal. Ginjal juga dapat meningkatkan tekanan darah dengan
menghasilkan enzim renin, yang memicu pembentukan angiotensin yang
selanjutnya akan memicu pelepasan aldosteron seperti ditunjukkan Gambar 2.
yang lebih aman terus ditingkatkan. Pada umumnya senyawa bioaktif tanaman
obat yang memiliki kemampuan penghambatan aktivitas ACE adalah senyawa
golongan flavonoid. Kelemahan penggunaan tanaman obat adalah rasanya yang
pahit dengan bau aromatik yang tajam. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah
dengan penyalutan dalam bentuk mikroenkapsulasi. Dalam bidang farmasi
pembuatan obat dalam bentuk mikroenkapsulasi bertujuan mengubah bentuk zat
aktif, dan usaha melindungi, menutupi rasa, melepaskan partikel zat aktif secara
terkendali, serta untuk meningkatkan potensinya dibanding ekstrak biasa.
Hansen et al. (1995) telah mempelajari kemampuan penghambatan
aktivitas ACE dari tanaman yang berasal dari India, China dan Chili.
Penelitiannya
menunjukkan
bahwa
pegagan
mempunyai
kemampuan
penghambatan yang paling baik. Selain itu Tsutsumi et al.(2000), telah melakukan
penelitian penapisan tanaman obat Indonesia dan Peru yang memiliki kemampuan
penghambatan terhadap aktivitas ACE secara in vitro, di antaranya adalah
tanaman tempuyung. Selain komponen bioaktif dari bahan alam, peptida sintetis
dari protein makanan yang dimikroenkapsulasi dan dimodifikasi ternyata mampu
menurunkan tekanan darah tikus yang hipertensi spontan (Chen et al. 2003).
Dalam penelitian sebelumnya, formulasi pegagan dan tempuyung
menunjukkan kemampuan antihipertensi tetapi daya inhibisi formula ekstraknya
terhadap aktivitas ACE masih rendah (51.27%) (Darusman et al. 2009). Pada
penelitian ini, formulasi gabungan ekstrak pegagan, kumis kucing, dan sambiloto
diproses menjadi mikroenkapsulasi. Formulasi ekstrak diharapkan setelah menjadi
mikropartikel akan meningkatkan potensinya dibanding ekstrak biasa.
Inhibitor Angiotensin I Converting Enzyme (ACE)
Angiotensin I converting enzyme (ACE) inhibitor adalah obat yang
digunakan untuk mengobati hipertensi dengan mencegah tubuh membuat hormon
angiotensin II, hormon ini menyebabkan pembuluh darah menyempit, yang dapat
menaikkan tekanan darah. ACE inhibitor membiarkan pembuluh darah melebar
dan membiarkan lebih banyak darah mengalir ke jantung, sehingga menurunkan
tekanan darah (Depkes 2006).
Angiotensin converting enzyme ini dapat dilihat dari mekanisme hipertensi
oleh angiotensin II (Hansen et al. 1995).