Anda di halaman 1dari 13

Antidepresan terdiri dari 5 golongan obat yaitu

Antidepresan trisiklik
Antidepresan tetrasiklik
Mono Amin Oksidase Inhibitor (MAOI)
Selective Serotonine Re-uptake Inhibitor (SSRI)
Selective Norepinephrine and Serotonin Re-Uptake Inhibitor (SNRI)
N

Golonga

Trisiklik

Efficacy

safety

++
Farmakodinamik;

+
Efek samping:
Antimuskarinik

menghambatre-uptake
neurotransmitter

(penglihatan

secara

kabur,mulut

tidak selektif
Farmakokinetik:
Mudah diabsorbsi

kering,retensi

SSP
Waktu paruh panjang

Dimetabolisme oleh
microsomal

glukoronat
Ekskresi

++
Mutabon-D
(Tab 150 : Rp
406.380
Imipramin
HCL (Tab 25
mg x 50 x 10,

glaokoma

hati dan dikonjugasi


dengan
asam

+
Kontraindikasi:

mania
IMA
Penggunaan bersama

MAOI
hipersensitivitas

,memperberat

lipofilik,mudah masuk

system

urin

Cost

,kostipasi

oral ,bersifat

suitability

dan

Rp 260.546)
Clomipramine

epilepsy
Kardiovaskuler

HCL (tab 25

(stimulasi

355.815

mg x 50, Rp

jantung

berlebihan)
Hipotensi ortostatik
sedasi

sebagai

metabolit non aktif di


ginjal

Tetrasiklik

++
Farmakodinamik:
menghambat

++
re-uptake

secara

tidak selektif
Farmakokinetik:
Absobsi
sempurna

neurotransmitter

secara oral
Ikatan protein

secara

ekstensif menurut kinetic


first order

Ekskresi

70%

+++

Konyraindikasi

Epilepsy
IMA
Efek
kardiologik
Defek hantaran jantung
Glaucoma sudut
rlatif kecil
Efek
otonomik
sempit

Retensi urin
relative kecil

metabolit

Ludiomil ( tab
10 mg x 5 x 10,
Rp

197.538,

tab 25 mg x 5 x
10, Rp 285.929
tab 50 mg x 5 x
10,

90%,

volume distribusi 23 L/kg


Waktu paruh eliminasi obat
antara 43-51 jam
Metabolisme

Efek samping:
Sedasi

Rp

450.387)
Ludios (tab 25
mg x 5 x 10.
Rp.125.000)

melalui urin

MAOI

++

Farmakodinamik:

Efek samping:
Kontraindikasi
Sedasi
Makanan
yang
menghambat enzim MAO
Hipotensi ortostatik
mengandung tiramin
Efek otonomik
Farmakokinetik:
karna dapat terjadi
Efek antidepresan perlu Efek SSP ( tremor,
takikardi,aritmia
insomnia, konvulsi)
2-4 minggu pengobatan
Penghambat
enzim
jantung,stroke
Penggunaan bersama
ireversibel
Metabolism di hati
amfetamin,dopamine,
Ekskresi dengan cepat di
norepinefrin,antihipert
urin

SSRI

ensi
++++
+++
Efek samping
Farmakodinamik:
Kontraindikasi

Sedasi minimal
Hipersensitif
menghambat
re-uptake Efek
otonomik Penggunaan bersama
secara selektif serotonin
minimal
MAOI
Efek
hipotensi Epilepsy
Farmakokinetik:

Gagal ginjal kronik


sangat minimal
Diabsorbsi baik di oral
Hamil dan laktasi
Efek puncak 4 8 jam

+++

Metabolism oleh hati


Waktu paruh panjang

+++
Fluoxetine
( caps 20 mg x
3 x 10, Rp
138.000)
Sertalin (tab 50
mg x 30, Rp
225.000)
Fluvoxamine
(tab 50 mg x
60,

Rp

599.000)

SNRI

+++
Farmakodinamik:
menghambat

+
re-uptake

secara selektif serotonin dan


norepinefrin
Farmakokinetik:

Efek samping
Efek otonomik
Hipertensi
Insomnia
Somnolen
Ruam kulit

++
Kontraindikasi
Pennggunaan

Venlafaxine (caps
75 mg x 2 x 14)

bersama MAOI
Hamil-laktasi

Berdasarkan efikasi,safety,suitabilitas dan harga, golongan obat antidepresi tersebut maka


yang dipilih adalah golongan SSRI. Contoh obat SSRI adalah fluoxetine, sertalin, dan
fluvoxamine.

no
1

Nama obat

efficacy

Fluoxetine

safety

+++
Farmakodinamik:
menghambat re-uptake
secara selektif
serotonin

+++

suitability

Cost

+++

+++
Anti prestin (caps

Efek samping
Sedasi minimal

Kontraindikasi
Hiprsensitif

Otonomik

\penggunaan

minimal

bersama MAOI

Efek hipotensi

Epilepsy
sangat minimal Gagal ginjal

Farmakokinetik:
Absorbsi baik

secara oral

kronik
Hamil-laktasi

Waktu paruh 1-10

20 mg x 3 x 10,
Rp 164.450)
Courage (caps 20
mg x 30, Rp
40.000)
Deproz (caps 20
mg x 3 x 10, Rp
138.000)

hari
Efek puncak 4-8
jam

Metabolism oleh
hati

Sertalin

+++

+++

Farmakodinamik:

efek samping

Sedasi minimal
menghambat re-uptake
Otonomik
secara selektif
minimal
serotonin
Efek hipotensi
Farmakokinetik:
sangat minimal
Diabssorbsi baik

+++
Kontraindikasi
Hipersensitif

Penggunaan
bersama MAOI
Epilepsy

mg x 3 x 10, Rp
270.000)

Gagal ginjal

Fatral (tab 50 mg

kronik

Fridep (tab 50 mg

secara oral
Waktu paruh

x 30 ,Rp 240.000)

x 30, Rp 247.500)
Zoloft (tab 50 mg

panjang

Efek puncak 4-8

++
Anexin (tab 50

x 30, Rp 434.820)

jam
Metabolism oleh
hati

fluvoxamine

+++

+++

+++

Farmakodinamik:
Menghambat re-uptake

Efek samping
Sedasi minimal

Kontraindikasi
Hipersensitif

secara selektif

Otonomi

Penggunaan

serotonin
Farmakodinamik:
Diabsorbsi baik
secara oral

Waktu paruh
panjang

Efek puncak 4-8


jam

Metabolism oleh
hati

minimal
Efek hipotensi
sangat minimal

bersama MAOI
Epilepsy

Gagal jantung

kronik
Hamil-laktasi

+
luvox ( tab salut
selaput 50 mg x
60, Rp 599.000,
tab salut selaput
100 mg x 30,
399.000)

Berdasarkan efikasi,safety,suitability dan harga, obat antidepresan golongan SSRI maka obat
yang dipilif sesuai dengan kondisi pasien tersebut adalah fluoxetine.
Antidepresi trisiklik dan tetrasiklik
Antidepresan trisiklik adalah sejenis obat yang digunakan sebagai antidepresan sejak
tahun 1950an. Dinamakan trisiklik karena struktur molekulnya mengandung 3 cincin atom.
Mekanisme kerja antidepresan trisiklik masih belum sepenuhnya diketahui. Diduga
penghambatan re up take dari pelepasan biogenik monoamin, sepertinorepinefrin dan serotonin,
diujung syaraf pada sistem syaraf pusat. Antidepresan trisiklik menyebabkan efek dengan
menghambat neuronal uptake dari noradrenaline dan menyebabkan aktifitas antikolinergik.
Antidepresan trisiklik juga menghambat neuronal uptake dari 5HT dan dopamine.
Antidepresan ini efeknya terlihat setelah tiga sampai empat minggu dari pemberian obat. Obat ini
dapat mempunyai efek perbaikan suasana perasaan (mood), bertambahnya aktivitas fisik,
kewaspadaan mental, perbaikan nafsu makan, pola tidur yang lebih baik, serta berkurangnya
pikiran morbid. Obat depresi golongan ini biasanya menyebabkan mulut kering, tremor ringan,
detak jantung cepat, konstipasi, mengantuk, dan bertambah berat badan. Khususnya pada
penderita yang lebih tua dapat menyebabkan kebingungan, menjadi lambat atau terhenti sewaktu
berkemih, pingsan bila tekanan darah rendah dan koma.
Obat-obatan golongan tetrasiklik merupakan antidepresi yang relatif baru. Obat-obatan
ini merupakan hasil dari usaha mendapatkan obat yang efek sampingnya lebih ringan dari
antidepresan terdahulu.
Farmakokinetik
Absorpsi dari pemberian sebagian besar obat trisiklik dan tetrasiklik adalah tidak
lengkap, dan terdapat metabolisme bermakna dari efek lintas pertama. Trisiklik dimetabolisme
melalui dua jalur utama: transformasi nukleus trisiklik dan perubahan rantai cabang alifatik. Jalur
pertama melibatkan hidroksilasi dan konjugasi cincin untuk membentuk glucuronide; jalur
kedua, terutama dimetilasi nitrogen. Imipramine pamoate adalah suatu obat dalam bentuk depot
yang digunakan untuk pemberian intramuskular (IM); indikasi untuk pemakaian preparat
tersebut adalah terbatas. Ikatan protein biasanya lebih dari 75 persen, kelarutan dalam lemak

adalah tinggi, dan volume distribusi terentang dari 10 sampai 30 L per kg untuk amin tersier
sampai 20 sampai 60 L per kg untuk amin sekunder yang bersangkutan. Waktu paruh obat
trisiklik dan tetrasiklik adalah bervariasi dari 10 sampai 70 jam, tetapi nortriptyline, maprotiline,
dan terutama protriptyline dapat memiliki waktu paruh yang lebih panjang. Waktu paruh yang
panjang memungkinkan semua senyawa diberikan sekali sehari; diperlukan waktu lima sampai
tujuh hari untuk mencapai kadar plasma yang stabil.
Sediaan dan posologi
Imipramin tersedia dalam bentuk tablet berlapis gula 10 dan 25 mg dan dalam bentuk
sediaan suntik 25 mg/2 mL. dosis harus ditentukan untuk tiap kasus. Biasanya dimulai dengan 75
atau 100 mg terbagi dalam beberapa kali pemberian dalam 2 hari pertama, kemudian 50 mg tiap
hari sampai dicapai dosis total harian 200-250 mg. biasanya efek muai timbul setelah 2-3
minggu. Dosis yang memberikan efek antidperesi dipertahankan selam beberapa minggu.
Lambat laun dosis dikurangi hingga 50-100 mg sehari dan dipertahankan selama 2-6 bulan, atau
lebih. Pada awal pengobatan mungkin diperlukan pemberian IM, baru setelah pasien lebih
kooperatif dapat diberikan pengobatan peroral.
Desmetilipiramin berbentuk tablet 25 mg. Dosis permulaan biasanya 3 kali 25 mg sehari,
selama 7-10 hari. Dosis kemudian ditambahkan atau dikurangi sesuai dengan kebutuhan. Dosis
pemeliharaan 50 mg sehari dengan dosis maksimal per hari 200 mg.
Amitripilin tersedia dalam bentuk tablet 10 dan 25 mg dan dalam bentuk larutan suntik
100 mg/10 mL. dosis permulaan 75 mg sehari. Dosis ini kemudian ditinggikan sampai timbul
efek terapeutik biasanya antara 150-300 mg perhari.
Efek Samping :

Efek psikiatrik: suatu efek merugikan yang utama dari obat trisiklik dan tetrasiklik dan
antidepresan lainnya adalah kemungkinan menginduksi episode manik pada pasien
gangguan bipolar I dan pada pasien tanpa riwayat gangguan bipolar I. Adalah penting
untuk menggunakan dosis rendah obat risiklik dan tetrasiklk pada pasien tersebut atau
menggunakan obat seperti fluoxetine (Prozac) atau berupa bupropion (Willbutrin), yang
lebih kecil kemungkinannya menyebabkan episode manik.

Efek neurologis: dua trisiklik, desipramine dan protriptyline, dikaitkan dengan stimulasi
psikomotor. Kedutan mioklonik dan tremor lidah dan anggota gerak atas adalah sering
terjadi. Amoxapine adalah unik dalam hal menyebabkan gejala parkinsonisme, akathisia,
dan malahan diskinesia karena aktivitas penghambatan dopaminergik yang dimiliki oleh
salah satu metabolitnya. Amoxapine juga dapat menyebabkan sindroma neuroleptik
malignan pada kasus yang jarang. Maprotiline dapat menyebabkan kejang jika dosis
ditingkatkan terlalu cepat atau dipertahankan pada kadar yang tinggi untuk jangka waktu
yang lama. Clomipramine dan amoxapine dapat menurunkan ambang kejang lebih dari
obat lain dalam kelasnya. Tetapi, sebagai satu kelas, obat trisiklik dan tetrasiklik memiliki
risiko relatif rendah untuk menimbulkan kejang, kecuali pada pasien yang memiliki risiko
untuk kejang (sebagai contohnya, pasien epileptik dan pasien dengan lesi otak). Dosis

awal harus lebih rendah dari biasanya, dan peningkatan dosis selanjutnya harus bertahap.
Efek antikolinergik: dapat berupa mulut kering, konstipasi, pandangan kabur, dan retensi
urin. Glaukoma sudut sempit juga dapat diperberat oleh obat antikolinergik, dan
pencetusan glaukoma memerlukan terapi gawat darurat dengan obat miotik. Obat trisiklik
dan tetrasiklik dapat digunakan pada pasien dengan glaukoma, asalkan tetes mata
pilocarpine diberikan bersama-sama. Efek antikolinergik yang berat dapat menyebabkan
sindroma antikolinergik sistem saraf pusat dengan konfusi dan delirium, khususnya jika

obat trisiklik dan tetrasiklik diberikan dengan obat antipsikotik atau antikolinergik.
Sedasi: merupakan efek yang paling sering ditemukan pada obat trisiklik dan tetrasiklik
dan dapat diperkirakan jika mengantuk telah menjadi masalah. Efek sedatif dari obat
trisiklik dan tetrasiklik adalah akibat dari aktivitas serotonergik, kolinergik dan

histaminergik (H1).
Efek autonomik: diakibatkan penghambatan adrenergik-1, adalah hipotensi ortostatik,
yang dapat menyebabkan terjatuh dan cedera pada pasien yang terkena. Nortriptyline
mungkin merupakan obat yang paling kecil kemungkinannya menyebabkan masalah
tersebut, dan beberapa pasien berespon terhadap fluorocotisone (Florinef), 0,02 sampai
0,05 mg dua kali sehari. Efek autonomik lain yang mungkin terjadi adalah keringat

berlebihan, palpitasi, dan peningkatan tekanan darah.


Efek jantung: jika diberikan dalam dosis terapetik yang lazimnya, obat trisiklik dan
tetrasiklik dapat menyebabkan takikardia, pendataran gelombang T, perpanjangan
interval QT, dan depresi segmen ST dalam pencatatan elektrokardiografik (EKG).

Imipramine memiliki efek mirip quinidine pada kadar terapetik plasma dan dapat
menurunkan jumlah kontraksi prematur ventrikular. Pada pasien dengan riwayat penyakit
jantung, obat trisiklik dan tetrasiklik harus dimulai dengan dosis kecil, dengan

peningkatan dosis secara bertahap dan memantau fungsi jantung.


Efek merugikan lain: penambahan berat badan terutama suatu efek penghambatan
reseptor histamin tipe 2 (H2), sering terjadi. Impotensi suatu masalah yang kadangkadang ditemukan kemungkinan lebih sering berhubungan dengan amoxapine karena
penghambatan

reseptor

dopamin

yang

disebabkan

oleh

obat

dalam

traktus

tuberoinfundibular

Penghambat ambilan kembali serotonin yang selektif (SSRI)


SSRIs umumnya adalah obat yang digunakan dalam pengobatan depresi. Obat ini
merupakan golongan obat yang secara spesifik menghambat ambilan serotonin (SSRIs =
Selective Serotonin Reuptake Inhibitors). Obat ini merupakan inhibitor spesifik P450 isoenzim.
Diduga SSRI meningkatkan 5-HT di celah sinaps, pada awalnya akan meningkatkan
aktivitas autoreseptor yang justru menghambat pelepasan 5-HT sehingga kadarnya turun
dibanding sebelumnya. Tetapi pada pemberian terus menerus autoreseptor akan mengalami
desensitisasi sehingga hasilnya 5-HT akan meningkat dicelah sinaps di area forebrain yang
menimbulkan efek terapetik.
Golongan obat ini kurang memperlihatkan pengaruh tehadap sistem kolinergik,
adrenergik atau histaminergik, sehingga efek sampingnya lebih ringan. Masa kerjanya panjang
antara 15-24 jam, fluoksetin paling panjang 24-96 jam. Paroksetin dan fluoksetin dapat
meningkatkan kadar antidepresi trisiklik berdasarkan hambatan enzim CYP.
Interaksi farmakodinamik yang berbahaya akan tejadi apabia SSRI dikombinasikan
dengan MAO Inhibitor, yaitu akan terjadi peningkatan efek serotonin secara berlebihan yang
disebut sindrom serotonin dengan gejala hipertermia, kekakuan otot, kejang, kolaps
kadiovaskular dn gangguan perilaku serta gangguan tanda vital.
Farmakodinamik

SSRI memiliki dua ciri yang sama: Pertama, mereka memiliki aktivitas spesifik dalam hal
inhibisi ambilan kembali serotonin tanpa efek pada ambilan kembali norepinefrin dan dopamin.
Kedua, SSRI pada intinya tidak memiliki sama sekali aktivitas agonis dan antagonis pada tiap
reseptor neurotransmiter. Tidak adanya aktivitas pada reseptor antikolinergik, antihistaminergik,
dan anti-adrenergik-1 adalah dasar farmakologis untuk rendahnya insidensi efek samping yang
terlihat pada pemberian SSRI.
Fluoksetin
Obat ini merupakan golongan SSRI yang paling luas digunakan, karena obat ini kurang
menyebabkan antikolinergik, hampir tidak menimbulkan sedasi dan cukup diberikan satu kali
sehari.
Dosis awal dewasa 20 mg/hari diberikan setiap pagi, bila tidak diperoleh efek terapi
setelah beberapa minggu, dosis dapat ditingkatkan 20 mg/hari hingga 30 mg/hari. Belakangan ini
tengah diujicobakan pemberian fluoksetin 1 kali/minggu dalam bentuk tablet salut enterik 90 mg
sebagai terapi pemeliharaan.
Sertralin
Suatu SSRI serupa fluoksetin , tetapi bersifat lebih selektif terhadap SERT (transporter
serotonin) dan kurang selektif terhadap DAT (transporter dopamin). Sama dengan fluoksetin
dapat meningkatkan kadar benzodiazepin, klozapin dan warfarin.

Flufoksamin
Efek sedasi dan efek antimuskarinik kurang dari fluosetin. Obat ini cenderung
meningkatkan metabolit oksidatif benzodiazepin, klozapin, teofilin dan warfarin. Karena
menghambat CYP 1A2, CYP 2C19 dan CYP 3A3/4.
Paroksetin
Dimetabolisme oleh CYP 206, masa paruh 22 jam . obat ini dapat meningkatkan kadar
klozapin , teofilin dan warfarin. Irritabilitas terjadi pada penghentian obat secara mendadak.

R-S-Sitalopram dan S-Sitalopram


Selektivitasnya terhadap SERT paling tinggi. Tidak jelas apakah secara klinis.
Metabolismenya oleh CYP 3A4 dan CYP 2C19 meningkatkan interaksinya dengan obat lain.
Efek samping
Fluoxetine: efek merugikan yang paling sering dari fluoxetine melibatkan sistem saraf pusat dan
sistem gastrointestinal. Efek sistem saraf pusta yang paling sering adalah nyeri kepala,
ketegangan, insomnia, mengantuk, dan kecemasan. Keluhan gastrointestinal yang paling sering
adalah mual, diare, anoreksia, dan dispepsia. Data menyatakan bahwa mual adalah berhubungan
dengan dosis dan merupakan suatu efek merugikan di mana pasien tampaknya mengembangkan
toleransi. Efek yang lainnya melibatkan fungsi seksual dan kulit. Fluoxetine dieksresi dalam air
susu; dengan demikian, ibu menyusui tidak boleh menggunakan fluoxetine. Fluoxetine juga
harus digunakan dengan berhati-hati oleh pasien dengan penyakit hati.

Penghambat Mono-Amin-Oksidase (MAO)


MAO dalam tubuh berfungsi alam proses deaminasi oksidatif katekolamin

di

mitokondria. Penhambat MAO digunakan untuk mengatasi depresi, tetapi penggunaanya sangat
terbatas karena toksik. Kadang-kadang dapat dicapai efek yang baik, pasien menjadi aktif dan
mau bicara. Hipotensi dan hipertensi, kedua-duanya dapat terjadi. Hipertensi dapat disebabkan
oleh tertimbunya katekolamin di dekat reseptor. Hipotensi mungkin terjadi kerena penghambatan
MAO mencegah pelepasan norepinefrin dari ujung saraf. Efek samping penghambat MAO
merangsang SSP berupa gejala tremor, insomnia dan konvulsi. Penghambat MAO dapat merusak
sel hati. Penghambat MAO jangan diberikan bersama makanan mengandung tiramin,
fenipropanolamin, amfetamin, norepinefrin, dopamin, obat antihipertensi dan levoda.
Farmakokinetik
MAOI yang sekarang tersedia diabsorpsi cepat jika diberikan peroral. Tranylcypromine
mencapai konsentrasi plasma puncak dalam kira-kira dua jam dan memiliki waktu paruh dua
sampai tiga jam. Tidak seperti MAOI hydrazine, konsentrasi plasma tranylcypromine adalah

disertai dengan efek hipotensinya. Dengan demikian, klinisi dapat memberikan tranylcypromine
dalam sejumlah dosis kecil harian untuk menurunkan efek hipotensif. Pendekatan pemberian
tersebut tidak menurunkan efek hipotensif dari MAOI hydrazine.
Farmakodinamik
Monoamin oksidase (MAO) adalah enzim yang terdistribusi luas dalam tubuh dan
berlokasi terutama intraselular, dimana enzim biasanya berikatan dengan sisi luar membran
mitokondrium. Konsentrasi MAO paling tinggi adalah di hati, saluran gastrointestinal, sistem
saraf pusat, dan sistem saraf simpatik. MAOA dalam saluran gastrointestinal adalah bertanggung
jawab untuk metabolisme tyramine diet; jika MAOA diinhibisi oleh MAOI, tyramine makanan
dapat memasuki sirkulasi secara langsung dalam bentuk tidak termetabolisme dan selanjutnya
dapat bertindak sebagai presor, yang menyebabkan suatu krisis hipertensif.
MAO dapat dibagi menjadi beberapa generasi, yaitu
-

Generasi pertama yaitu iproniazid dan tranilsipromine.


Generasi kedua yaitu MAO A (simoksaton, klorgiline, harmine, pirlindole, dan
toloksaton) dan MAO B (almoksaton, benmoksin, karosazone, pargiline, dan

selegiline)
Generasi ketiga yaitu benzamide, oksazolidine, dan metralindole
MAOA relatif lebih spesifik untuk metabolisme norepinefrin dan serotonin; MAOB

relatif spesifik untuk metabolisme phenylethylamine; baik MAOA maupun MAOB terlibat
dalam metabolisme dopamin. Jika digunakan MAOI ireversibel untuk mengobati pasien,
diperlukan waktu sekurangnya dua minggu setelah dosis obat terakhir sebelum pasien dapat
dengan aman memakan makanan yang mengandung tyramine, karena tubuh memerlukan kirakira dua minggu untuk mensintesis ulang MAO yang telah diinhibisi secara ireversibel dan
dihancurkan oleh MAOI yang ireversibel.
Sediaan dan Posologi
Isokarboksazid sebagai tablet 10 mg. Dosis isokarboksazid 3 kali 10 mg sehari. Efek
terapi baru terlihat setelah 1-4 minggu. Nialamid sebagai tablet 25 dan 100 mg. sifat obat ini
kurang toksik, tetapimjuga kurang efektif.

Moklobemid menghambat MAO-A secara spesifik dan reversibel. Moklobemid


menghambat deaminasi katekolamin. Setelah pemberian pemberian 100 mg, 3,4-dihidrosifenil
glikol dalam plasma jelas turun. Dalam uji klinik efek antidepresi obat ini terlihat mulai hari ke7. Dosis rata-rata kurang lebih 300 mg/hari. Dalam dosis terapi, obat ini tidak mempengaruhi
sekresi GH (Gonadotropic Hormone) dan kortisol. Dosis yang umum digunakan ialah 150 oral 23 kali sehari.
Efek samping
Efek merugikan yang paling sering dari MAOI adalah hipotensi ortostatik, penambahan
berat badan, edema, disfungsi seksual, dan insomnia. Jika hipotensi ortostatik berhubungan
dengan pemakaian phenelzine atau isocarboxazid adalah parah, keadaan ini mungkin berespon
terhadap terapi dengan fludrocortisone (florinef), suatu mineralokortikosteroid 0,1 sampai 0,2
mg sehari; kaus kaki elastik (support stocking); hidrasi; dan peningkatan asupan garam.
Hipotensi ortostatik yang berhubungan dengan pemakaian tranylcypromine, adalah suatu krisis
hipertensif spontan yang terjadi setelah pemaparan pertama dengan obat dan tidak berhubungan
dengan ingesti tyramine. Penambahan berat badan, edema, dan disfungsi seksual seringkali tidak
responsif terhadap terapi apapun dan mungkin mengharuskan mengganti dari hydralazine
menjadi MAOI nonhydralazine atau sebaliknya. Mioklonus, nyeri otot, dan parathesia kadangkadang ditemukan pada pasien yang diobati dengan MAOI. Parathesia mungkin sekunder karena
defisiensi pyrodoxine akibat MAOI, yang berespon dengan suplementasi pyrodoxine, 50 sampai
150 mg peroral setiap hari. Kadang-kadang, pasien mengeluh merasa mabuk atau kebingungan,
kemungkinan menyatakan bahwa dosis harus diturunkan dan selanjutnya ditingkatkan perlahanlahan. Efek hepatotoksik jarang dilaporkan. MAOI kurang kardiotoksik dan kurang
epileptogenik jika dibandingkan obat trisiklik yang digunakan untuk mengobati depresi. MAOI
harus digunakan dengan berhati-hati oleh pasien dengan penyakit ginjal, gangguan kejang,
penyakit kardiovaskular, atau hipertiroidisme. MAOI dikontraindikasikan selama kehamilan,
walaupun data tentang risiko teratogeniknya adalah minimal. MAOI tidak boleh digunakan oleh
wanita menyusui karena obat dapat keluar melalui air susu.

DAFTAR PUSTAKA
1
2
3
4
5

Katzung B, Masters S, Trevor A. Basic and Clinical Pharmacology. 10th ed. USA: The
McGraw-Hill Companies; 2006.
Maslim R. Obat antidepresi. Panduan praktis penggunaan klinis obat psikotropik. Edisi 3.
Jakarta (2001).
Neal, M.M. At a Glance Farmakologi Medis. Edisi kelima. Jakarta :Erlangga; 2006.
Tjay T H, Rahardja K. Antidepresiva. Obat-obat penting khasiat, penggunaan dan efekefek sampingnya. Edisi 5. Jakarta: PT Elex Media Komputindo; 2002.
Santoso S O, Wiria M S S. Psikotropik. Dalam: Ganiswarna S G, Setiabudy R, Suyatna F
D, Purwantyastuti, Nafraidi, editor. Farmakologi dan terapi. Edisi 4. Jakarta: Bagian
farmakologi FKUI; 2001. hal 157-160.

1. Mansjoer A, Dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta Penerbit Media Aesculapius Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia 2001: 518.
2. Sukandar, Elin Y, dkk. 2009. ISO Farmakoterapi. Jakarta: PT.ISFI Penerbitan.
3. Katzung B.G. 2001. Farmakologi Dasar dan Klinik. Diterjemahkan oleh Dripa Sjabana, dkk.
Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
4. Tjay, HT dan Rahardja Kirana. 2007. Obat-obat Penting. Edisi keenam. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo.

Anda mungkin juga menyukai