03
MATERI UJIAN AKHIR SEMESTER
1
GANGGUAN DISOSIATIF DAN SOMATOFORM
Gangguan Disosiatif : Kelompok gangguan yang ditandai oleh suatu
kekacauan atau disosiasi dari fungsi identitas, ingatan, atau kesadaran
(nevid, 2005).
Tipe Gangguan :
A. Gangguan identitas disosiatif/ kepribadian ganda
Gangguan dimana seseorang dapat memiliki dua atau lebih
kepribadian yang berbeda atau kepribadian alter, yang masing masing
memiliki trait dan ingatan yang terdefinisikan dengan baik menempati
tubuh satu orang. Dalam DSM-IV-TR disebutkan beberapa kriteria
gangguan identitas disosiatif, yang diantara lain adalah:
Keberadaan dua atau lebih kepribadian atau identitas
Sekurang-kurangnya dua kepribadian mengendalikan perilaku
secara berulang.
Ketidakmampuan untuk mengingat informasi pribadi yang penting.
B. Amnesia Disosiatif
Gangguan yang menyebabkan individu tidak mampun menyebutkan
kembali informasi pribadi yang penting, biasanya melibatkan
pengalaman yang traumatis atau penuh tekanan, dalam bentuk yang
tidak dapat dianggap sebagai lupa biasa. Dalam PPDGJ-III dan DSM-5
gangguan Amnesia disosiatif mempunyai kode diagnostik F44.0.
C. Fugue disosiatif
Gangguan disosoatif dimana seseorang tiba-tiba pergi dari lingkup
kehidupannya, melakukan perjalanan ke lokasi baru, mengasumsikan
identitas baru, dan mengalami amnesia untuk hal-hal pribadi. Kode
diagnostik yang tercantum dalam PPDGJ-III dan DSM-5 untuk fugue
adalah F44.5.
D. Gangguan Depersonalisasi
Gangguan yang ditandai oleh episode yang perisisien atau berulang
dari depersonalisasi. Sedangkan depersonalisasi adalah perasaan
ketidaknyamanan atau keterpisahan dari self atau dirinya. Munculnya
depersonalisasi umumnya dipicu oleh stres, sehingga menyebabkan
individu secara mendadak kehilangan rasa diri mereka.
Etiologi Gangguan Disosiatif
1. Teori berasumsi bahwa gangguan disosiatif berawal pada masa kanakkanak yang diakibatkan oleh penyiksaan berat secara fisik atau seksual.
dengan
munculnya
stresor
2.
3.
2
GANGGUAN KEPRIBADIAN
Gangguan kepribadian (personality disorder) adalah pola perilaku atau
cara berhubungan dengan orang lain yang bersifat kaku. Kekakuan
tersebut menghalangi mereka untuk menyesuaikan terhadap tuntutan
eksternal sehingga pola tersebut bersifat self defeating (Nevid, 2005).
Gangguan kepribadian adalah kelompok gangguan yang sangat
heterogen, diberi kode pada aksis II dalam DSM dan dianggap sebgai pola
perilaku dan pengalaman internal yang bertahan lama, pervasif dan tidak
fleksibel yang menyimpang dari ekspektasi budaya orang orang yang
bersangkutan danmenyebabkna hendaya dlam keberfungsian sosial dan
pekerjaan (Davison.2010)
Dalam DSM gangguan kepribadian dikelompokan menjadi 3 bagian, yaitu:
Kelompok A : individu
yang dianggap aneh atau eksentrik.
Kelompok ini mencakup gangguan kepribadian paranoid, skizoid dan
skizotipal
1.
Faktor Genetik
Keluarga yang mengalami gangguan skizofrenia akan lebih besar
peluang menyumbang ke penderita paranoid, skizoid terutama
skizotipal. Para penderita gangguan kepribadian skizotipal mengalami
kelemahan kognitif dan berkurangnya fungsi neuropsikologis yang sama
dengan para penderita skizofrenia.
Penyebab Gangguan
1. Menurut Freud gangguan kepribadian obsesif-kompulsif disebabkan oleh
fiksasi pada tahap anal dalam perkembangan psikoseksual.
2. Pola asuh yang terlalu melindungi dan otoriter yang menghambat
perkembangan perasaan self-efficacy.
Intervensi Berdasarkan Perspektif
1. Pendekatan Psikodinamika
Pendekatan psikodinamika sering digunakan untuk menolong orang
yang didiagnosis dengan gangguan kepribadian agar menjadi lebih
sadar akan akar dari pola perilaku self defeating mereka dan belajar
cara yang lebih adaptif dalam berhubungan dengan orang lain.
2. Pendekatan Behavioral
Terapis perilaku memandang tugas mereka adalah untuk mengubah
perilaku klien dan bukan mengubah struktur kepribadian mereka.
Banyak teoritikus behavioral yang sama sekali tidak berpikir dalam
kerangka kepribadian klien, namun lebih dalam kerangka perilaku
maladaptif yang dipelajari dan dipertahankan oleh kemungkinan adanya
reinforcement.
3. Pendekatan Biologis
Terapi obat tidak secara langsung menangani gangguan kepribadian.
Meski demikian, obat antidepresan atau anti kecemasan kadang
digunakan untuk menangani distress emosional yang dialami individu
Gangguan Persepsi
1.
2.
3.
4.
5.
Halusinasi
Halusinasi
Halusinasi
Halusinasi
Halusinasi
ada)
6.
Halusinasi
Visual
Auditoris
Taktil (digelitik, sensasi listrik/terbakar)
Somatis (ada ular yang manjalar dalam perut)
Gustatoris (merasakan dengan lidah sesuatu yang tidak
Olfaktori (penciuman)
Simtom Positif
Tanda-tanda yang berkelebihan, yang biasanya tidak ada pada
kebanyakan orang:
a.
Delusi (Waham) Pengertian: keyakinan salah yang dipegang teguh,
tidak sesuai dengan kenyataan, dan tidak dapat diubah (resisten)
meskipun diberikan bukti-bukti yang menunjukkan kebalikannya
b.
Simtom Negatif
Simtom yang defisit; perilaku yang seharusnya dimiliki orang normal, tapi
tak dimiliki pasien:
a.
Hilang minat/tidak mampu melaksanakan aktivitas rutin
b.
Miskin kuantitas dan/atau isi pembicaraan
c.
Tidak mampu menikmati kesenangan
d.
Kehilangan kehendak
e.
Gangguan/buruk dalam hubungan sosial
f.
Afek datar
Fase Skizofrenia
1. Fase Aktif : periode 6 bulan pertama, simtom-simtom yang timbul
seperti delusi, halusinasi, ucapan yang tidak teratur, dan simtom
negatif
2. Fase Prodromal : suatu periode yang mendahului fase aktif, ditandai
dengan perununan progresif dalam fungsi sosial dan interpersonal.
3. Fase Residu : fase yang mengikuti fase akut, tingkah mereka kembali
pada fase prodromal.
Tipe-Tipe Skizofrenia
1. Tipe Paranoid (paranid type)
progresi yang jelas dari stadium awal. Intensitas dan frekuensi simtom
positif telah sangat berkurang dan timbul sindrom negatif dari
skizofrenia. Kode diagnostik: F20.5
6. Skizofrenia Simplex
Subtipe skizofrenia sulit dibuat secara meyakinkan. Gejala utama
adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Waham dan
halusinasi jarang ditemukan, mereka akan menarik diri dari pergaulan
dan bila tidak ditolong bisa mengarah pada tindakan asusila lain. Kode
Diagnostik: F 20.6
7. Tipe Tidak Terorganisir (disorganized type)
Subtipe dari skizofrenia yang ditandai oleh perilaku yang tidak
terorganisasi, waham yang aneh dan halusinasi yang hidup. Ciri lain
dari tipe ini adalah keadaan emosi mereka yang gamang, cekikikan,
berbicara yang tidak-tidak, mengabaikan penampilan, dan juga
kehilngan kontrol terhadap kandung kemih dan saluran pembuangan.
Perspektif Teoritis Tentang Skizofrenia
1. Perspektif Psikodinamika
Skizofrenia mencerminkan ego yang dibanjiri oleh impuls-impuls yang
berasal dari id, dimana impuls-impuls tersebut mengancam ego dan
berkembang menjadi konflik intrapsikis yang kuat. Kerusakan pada ego
tersebut dapat berpengaruh terhadap adanya jarak terhadap realitas.
2. Perspektif Belajar
Prinsip-prinsip conditioning dan belajar observasi mungkin memegang
peranan dalam perkembangan beberapa bentuk perilaku skizofrenik.
Kajian dalam perpektif belajar adalah sejauh mana prinsip-prinsip
belajar dapat berpengaruh terhadap pola perilaku aneh yang
ditunjukkan oleh orang yang mengalami skizofren.
3. Perspektif Biologis
a. Faktor Genetis, Semakin dekat hubungan genetis antara orang yang
didiagnosis skizofren, maka semakin besar kecendersngan mengidap
skizofren pada keluarga tersebut.
*Penelitian adopsi
*Penelitian lintas pengasuhan
b. Faktor Biokimia, difokuskan pada peranan neurotransmitter dopamin.
Teori Dopamin -> bahwa skizofrenia melibatkam aktivitas yang
berlebihan dari reseptor dopamin di otak. Efek dari obat penenang
jika dilepas secara berlebihan dapat menimbulkan waham dan
halusinasi.
4. Teori-teori Keluarga
a. Ibu yang skizofrenogeni, Konsep ibu yang dingin dan overprotektif
yang mampu menyebabkan skizofrenia pada anak-anak.
b. Komunikasi double-bind, Pola komunikasi yang melibatkan pesan
yang bertolak belakang atau bercampur tanpa mengetahui konflik
yang termuat didalamnya.
Ekspresi Emosi
Intervensi Skizofrenia
1. Terapi Biologis
Muncul obat-obatan anti psikotik, dikenal sbg obat penenang mayor
atau neuroleptik (1950). Kecenderungan melepas pasien ke sosial
meningkat. Antipsikotik -> pintu putar. Jenis: phenotiazines
chlopromazine, Mellaril, Stelazine, dan Prolixin. Resiko: potensi
melumpuhkan
2. Terapi Psikodinamika
Freud tidak yakin psikodinamika dapat digunakan sebagai intervensi
skizofrenia. Harry Stack Sullivan & Frieda Fromm: psikodinamika tidak
efektif
3. Terapi- terapi berdasarkan belajar
Beberapa terapis meyakini intervensi ini efektif. Teknik- teknik terapi :
Reinforcement selektif, Token ekonomi, dan Pelatihan keterampilan
sosial
4. Rehabilitasi Psikososial
Skizofrenia -> sulit melakukan peran sosial. Membatasi mereka
beradaptasi. Munculnya kelompok self-help (clubhouse) membantu
penderita sizofrenia untuk menemukan tempat di masyarakat.
5. Program Intervensi Keluarga
Intervensi lebih kepada peran keluarga dalam menangani penderita
skizofrenia tersebut.
Klinisi telah bekerjasama dengan keluarga yang memiliki anggota
keluarga skizofrenia, guna memberi edukasi terkait penanganan
penderita skizofrenia dalam keluarga.
motif orang lain, penganiyaan oleh orang lain, atau merebut cinta dari
orang yang terkenal.
4. Gangguan Spektrum Skizofrenia
5. Gangguan skizoafektif yaitu suatu jenis gangguan psikotik dimana
individu mengalami gangguan mood yang parah dan juga ciri-ciri lain
yang berhubungan dengan skizofrenia
4
KEKERASAN DAN PENGANIAYAN
Kekerasan dalam keadaan tertentu juga dipandang sebagai prilaku
abnormal. Kita mengadopsi standar berikut. Kita menganggap tindak
kekerasan sebagai abnormal bila (1) hal itu terjadi di luar suatu konteks
sosial yang disepakati (2) bersifat self-defeating atau berbahaya (bagi diri
sendiri atau orang lain).
Etiologi Kekerasan
1. Pespektif Biologi
Biologi Klasik, agresi merupakan produk dari insting (instinct).
Sosiobiologis, manusia mewarisi kecenderungan-kecenderungan atau
disposisi-disposisi perilaku, termasuk kecenderungan agresi
Neurobiologis, Penelitian neurobiologis kontemporer tentang agresi
banyak memfokuskan pada peran dari transmiter saraf
2. Perspektif Sosiokultural
Menurut perspektif sosiokultural, tindak kekerasan berakar pada
penyebab-penyebab sosial, yang banyak di antaranya berjalan
beriringan, seperti kemiskinan, kurangnya kesempatan, keretakan
keluarga, dan pemaparan terhadap model-model peran yang
menyimpang.
3. Sosial Kognitif
Teoritikus sosial kognitif seperti Albert Bandura (1973, 1986)
mengajukan pandangan bahwa agresi merupakan perilaku yang
dipelajari, dimunculkan melalui cara yang sama seperti perilakuperilaku lain.
Intervensi Kekerasan
1. Pelatihan empati, yang menolong anak-anak mengidentifikasi perasaanperasaan mereka sendiri dan menjadi lebih peka terhadap perasaan
anak-anak lain
2. Pelatihan pengelolaan amarah, anak-anak diajarkan penguasaan
ketrampilan untuk mengendalikan amarah
Pendekatan Perspektif
1. Biologis.
Terfokus pada neurotransmiter dan faktor genetis. Begley, dalam Nevid
(2005) mengemukakan bahwa obat-obatan seperti heroin, nikotin,
alkohol, amfetamin, kokain dan sejenisnya daat meningkatkan dopamin
yang kisarannya dari rasa bahagia hingga euforia.
2. Perspektif belajar.
Operan conditioning, Dalam penggunaan alkohol, manusia belajar
bahwa
mengkonsumsinya
dapat
mengurangi
ketegangan.
Penyalahgunaannyapun kebanyakan mendapat reinforcement sosial
dari teman sesama pengguna. Belajar observasial, Kenyataannya,
banyak perilaku penggunaan obat dan alkohol yang dilakukan sebagai
akibat dari pengamatan
3. Perspektif kognitif
Berbagai faktor kognitif seperti ekspektasi dan keyakinan juga berperan
dalam penyalahgunaan dan ketergantungan zat. Penilaian kita terhadap
efek suatu zat obat atau alkohol akan mempengaruhi kita untuk
menggunakannya atau tidak, kita akan memilih
4. Perspektif psikodinamika
Penggunaan obat dan alkohol secara berlebihan merupakan ciri dari
kepribadian tergantung-oral, alkoholisme merupakan pola perilaku oral.
Minum banyak pada orang dewasa dianggap sebagai usaha mencari
kepuasan oral. Sebagian alkoholisme memiliki kebribadian antisosial,
mereka mencari kemandirian dengan cara membangkang dan
melanggar hukum (Graham, dalam Nevid).
5. Perspektif sosio-kultur
Ada beberapa pendapat menyatakan bahwa perilaku alkoholik juga
dipengaruhi oleh faktor lingkungan soial, siapa yang mereka hormati,
dan norma sosial yang berlaku. Cockerham dkk, dalam Nevid (2005).
Penanganan Gangguan
1. Biologis
Detoksifikasi yang membantu melewati putus zat dari zat-zat adiktif
Disulfiram, yaitu sejenis antabuse yang menekan penggunaan alkohol
Antidepresan, yang mengatur syaraf dalam mengelola perasaan nikmat
dari kegiatan sehari-hari
2. Residensial
Penanganan dengan melibatkan rumah sakit atau tempat terapi, untuk
perawatan dalam rumah sakit ditunjukkan untuk penggunaobat yang
tidak dapat mengendalikan diri mereka dlam lingkungannya dan
berbahaya untuk orang lain.
3. Psikodinamika
6
GANGGUAN MAKAN, OBESITAS, DAN GANGGUAN TIDUR
Gangguan makan merupakan gangguan yang terjadi pada perilaku
makan.
Dieting disorders ketakutan akan penambahan berat badan dan obsesi
mengurangi berat badan sering menjadi fitur sentral gangguan makan.
Jenis-jenis Gangguan Makan
1. Anoreksia Nervosa : Menolak makan lebih dari kebutuhannya.
2. Bulmia Nervosa : Makan terus-menerus dalam porsi besar.
3. Gangguan Makan Berlebihan :Pola makan secara berlebihan berulang
kali, dan tidak mnegeluarkan makanan tersebut sesudahnya.
Faktor Penyebab
1. Sosiokultural : Tekanan sosial dan harapan dari masyarakat untuk
mencapai standar kurus yang tidak realistis.
2. Psikososial : Adanya diet yang kaku atau sangat membatasi dapat
menyebabkan berkurangnya kontrol yang diikuti dengan pelanggaran
diet dan menghasilkan makan berlebihan yang bersifat bulmik.
3. Keluarga : Keluarga dari penderita makan sering mempunyai
karakteristik yang sama, adanya konflik, kurangnya kedekatan.
4. Biologis : Ketidak-seimbangan pada sistem neurotransmiter di otak
yang mengatur mood dan nafsu makan.
Penanganan
5. Biomedis : Meliputi perawatan di rumah sakit untuk membantu
penderita anoreksia lebih terkontrol dalam mencapai berat badan yang
sehat.
6. Psikoterapi : Dapat menggunakan terapi psikodinamika, yaitu berusaha
untuk mengeksplorasi dan menyelesaikan konflik psikologi yang ada.
Faktor Penyebab
1. Genetik
Studi ini menunjukkan bahwa berat badan anak-anak lebih erat
kaitannya dengan orang tua biologis daripada orang tua angkatnya.
2. Metabolisme
Ketika kehilangan berat badan, terutama dalam jumlah yang signifikan,
tubuh bereaksi seakan-akan kelaparan. Tubuh merespon penurunan
berat badan dengan memperlambat tingkat metabolism, tingkat
pembakaran kalori tubuh.
3. Gaya Hidup
Menerapkan pola makan tinggi lemak dan makan dalam porsi besar.
4. Psikologi
Mengatasi stress dengan aktifitas oral yang berlebih seperti makan
berlebihan.
5. Sosio Ekonomi
Orang-orang dengan ekonomi yang berada memiliki akses lebih
mengetahui mengenai nutrisi dan kesehatan.
Penanganan Gangguan
1. Biomedis : Pengobatan antidepresan.
2. Psikoterapi
Terapi
psikodinamika
bertujuan
untuk
mengeksplorasi
dan
menyelesaikan konflik psikologis yang ada
3. Keluarga
Mengatasi konflik keluarga dan meningkatkan komunikasi diantara
anggota keluarga.
Gangguan Tidur merupakan masalah yang berhubungan dengan tidur
yang berulang dan terus ada yang menimbulkan distress.
Jenis-jenis Gangguan Tidur
Dissomnia (Dyssomnias)
o Insomnia
o Hipersomnia (Hypersomnia)
o Narkolepsi (Narcolepsy)
o Gangguan tidur yang berhubungan dengan
pernafasan (Breathing-related sleep disorder)
o Gangguan irama tidur sirkandia
Parasomnia (Parasomnias)
o Gangguan mimpi buruk (Nightmare disorder)
o Gangguan terror tidur (Sleep terror disorder)
o Gangguan berjalan sambil tidur (Sleep walking)
Faktor Penyebab
1.
Biologis
Masalah fisik yang mendasari (dalam insomnia, apnea, dan narkolepsi).
Kerusakan genetis yang mungkin mengganggu mekanisme otak untuk
mengontrol tidur (dalam narkolepsi). Penggunaan obat-obatan yang
memperngaruhi tidur normal
2.
Psikologis
Faktor psikologis, seperti kecemasan atau depresi, yang mengganggu
untuk dapat tertidur atau tetap tidur. Seringnya terjadi perubahan
dalam waktu tidur dan bangun (pada gangguan irama tidur sirkadia).
Pemaparan terhadap trauma (dalam gangguan mimpi buruk)
Penanganan Gangguan
1. Terapi Obat
Digunakan untuk penyembuhan jangka pendek bagi insomnia
untuk mengatasi gangguan tidur lelap (teror dalam tidur
sleepwalking), narkolepsi, dan tidur apnea.
2. Biomedis
Pasien apnea dapat menggunakan alat bantu mekanik
pembedahan untuk membuka jalan udara.
3. Kognitif Behavior
Digunakan untuk mengubah kebiasaan tidur yang maladaptif
pemikiran atau keyakinan yang disfungsional mengenai tidur.
dan
dan
atau
dan
7
GANGGUAN ANXIETY
Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa
Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti
1.