Anda di halaman 1dari 22

Psikologi Abnormal

03
MATERI UJIAN AKHIR SEMESTER

1
GANGGUAN DISOSIATIF DAN SOMATOFORM
Gangguan Disosiatif : Kelompok gangguan yang ditandai oleh suatu
kekacauan atau disosiasi dari fungsi identitas, ingatan, atau kesadaran
(nevid, 2005).
Tipe Gangguan :
A. Gangguan identitas disosiatif/ kepribadian ganda
Gangguan dimana seseorang dapat memiliki dua atau lebih
kepribadian yang berbeda atau kepribadian alter, yang masing masing
memiliki trait dan ingatan yang terdefinisikan dengan baik menempati
tubuh satu orang. Dalam DSM-IV-TR disebutkan beberapa kriteria
gangguan identitas disosiatif, yang diantara lain adalah:
Keberadaan dua atau lebih kepribadian atau identitas
Sekurang-kurangnya dua kepribadian mengendalikan perilaku
secara berulang.
Ketidakmampuan untuk mengingat informasi pribadi yang penting.
B. Amnesia Disosiatif
Gangguan yang menyebabkan individu tidak mampun menyebutkan
kembali informasi pribadi yang penting, biasanya melibatkan
pengalaman yang traumatis atau penuh tekanan, dalam bentuk yang
tidak dapat dianggap sebagai lupa biasa. Dalam PPDGJ-III dan DSM-5
gangguan Amnesia disosiatif mempunyai kode diagnostik F44.0.
C. Fugue disosiatif
Gangguan disosoatif dimana seseorang tiba-tiba pergi dari lingkup
kehidupannya, melakukan perjalanan ke lokasi baru, mengasumsikan
identitas baru, dan mengalami amnesia untuk hal-hal pribadi. Kode
diagnostik yang tercantum dalam PPDGJ-III dan DSM-5 untuk fugue
adalah F44.5.
D. Gangguan Depersonalisasi
Gangguan yang ditandai oleh episode yang perisisien atau berulang
dari depersonalisasi. Sedangkan depersonalisasi adalah perasaan
ketidaknyamanan atau keterpisahan dari self atau dirinya. Munculnya
depersonalisasi umumnya dipicu oleh stres, sehingga menyebabkan
individu secara mendadak kehilangan rasa diri mereka.
Etiologi Gangguan Disosiatif
1. Teori berasumsi bahwa gangguan disosiatif berawal pada masa kanakkanak yang diakibatkan oleh penyiksaan berat secara fisik atau seksual.

2. Teori lain beranggapan bahwa gangguan disosiatif merupakan


pelaksanaan peran sosial yang dipelajari berbagai kepribadian yang
muncul pada masa dewasa, umumnya karena berbagai sugesti yang
diberikan terapis.
Terapi Gangguan Disosiatif
1. Gangguan disosiatif dikarenakan proses repress, oleh karena itu para
terapis psikodinamik membantu orang yang menderita gangguan
identitas disosiatif yang mengungkapkan dan belajar mengatasi
trauma-trauma masa kecil. Mereka sering merekomendasikan
membangun kontak langsung dengan kepribadian alter.
2. Penanganan biomedis dengan menggunakan terapi obat membantu
gangguan depersonalisasi. Terapi psikodinamika untuk gangguan
identitas disosiatif, terapi psikoanalitik dapat dipergunakan untuk
mendapatkan integrasi kembali dari kebribadian.

Gangguan Somatoform : Kata somatoform diambil dari bahasa Yunani


soma, yang berarti tubuh. Dalam gangguan somatoform (somatoform
disorder), seseorang memiliki simtom fisik yang mengingatkan pada
gangguan fisik, namun tidak terdapat abnormalitas organik yang dapat
ditemukan sebagai penyebabnya.
Tipe-Tipe Gangguan Somatoform
A. Gangguan konversi
Gangguan konversi (conversion disorder) dicirikan dengan suatu
perubahan besar dalam fungsi fisik atau hilangnya fungsi fisik, meski
tidak terdapat temuan medis yang dapat ditemukan sebagai penyebab
simtom atau kemunduran fisik tersebut. Ciri dalam diagnostik gangguan
konversi, antara lain:
1. Paling tidak terdapat satu simtom yang melibatkan fungsi
motoriknya atau fungsi sensorik yang menunjukkan adanya
gangguan fisik.
2. Kambuhnya simtom fisik terkait
psikososial atau situasi konflik.

dengan

munculnya

stresor

3. Orang tersebut tidak sengaja menciptakan simtom fisik dengan


tujuan tertentu.
B. Gangguan hipokondriasis
Orang dengan gangguan hipokondriasis meyakini atau memiliki
ketakutan jika mereka memiliki penyakit yang serius, sedangkan pada
kenyataanya mereka hanya mengalami reaksi tubuh yang normal.

Individu dengan gangguan hipokondriassis menjadi sangat sensitif


terhadap perubahan ringan dalam sensasi fisik, seperti sedikit
perubahan dalam detak jantung dan sedikit sakit serta nyeri (Nevid,
2005).
C. Gangguan Dismorfik Tubuh
Pada gangguan dismorfik tubuh seseorang dipenuhi kekhwatiran
dengan kerusakan penampilan yang hanya dalam bayanganya atau
dilebih-lebihkan, sering kali pada wajah. Mereka dapat menghabiskan
waktu berjam-jam untuk memeriksa diri di depan cermin bahkan
menjalani operasi plastik yang tidak dibutuhkan.
D. Gangguan Somatisasi
Sama seperti gangguan konversi, gangguan somatisasi melibatkan
pengekspresian permasalahan psikologis melalui permasalahan yang
terjadi pada tubuh yang tidak dapat dijelaskan dengan kondisi medis
apapun. Gangguan somatisasi memiliki banyak simtom fisik dan terjadi
berulang kali, tidak hanya terdiri atas satu keluhan fisik saja (Halgin,
2010). Keluhan-keluhan yang diutarakkan biasanya mencakup sistemsistem organ yang berbeda.
Etiologi Gangguan Somatoform
1.

2.
3.

Freud menyatakan dalam hipotesisnya bahwa gangguan konversi


pada perempuan berakar pada kompleks electra di masa awal yang
tidak terselesaikan.
Teori perilaku menggangap gangguan konversi sebagai malingering.
Dukungan terhadap faktor-faktor sosial dan budaya juga diberikan
oleh berbagai studi. Namun, Faktor-faktor genetik
berdasarkan
berbagai studi yang telah dilakukan sejauh ini, tampaknya tidak
memiliki peran penting.

Penanganan Gangguan Somatoform


A. Penanganan Biomedis
Penggunaan anti depresan dalam gangguan hipokondriasis.
B. Kognitif-Behavioral
Menghilangkan
sumber
reinforcement
sekunder,
memperbaiki
perkembangan ketrampilan coping untuk mengatasi stres, dan
memperbaiki keyakinan yang berlebihan atau terdistorsi mengenai
kesehatan atau penampilan sesorang.
C. Psikodinamika
Orientasi terhadap pemahaman dapat ditujukan untuk mengidentifikasi
dan menegnali konflik-konflik tidak sadar yang mendasari .

2
GANGGUAN KEPRIBADIAN
Gangguan kepribadian (personality disorder) adalah pola perilaku atau
cara berhubungan dengan orang lain yang bersifat kaku. Kekakuan
tersebut menghalangi mereka untuk menyesuaikan terhadap tuntutan
eksternal sehingga pola tersebut bersifat self defeating (Nevid, 2005).
Gangguan kepribadian adalah kelompok gangguan yang sangat
heterogen, diberi kode pada aksis II dalam DSM dan dianggap sebgai pola
perilaku dan pengalaman internal yang bertahan lama, pervasif dan tidak
fleksibel yang menyimpang dari ekspektasi budaya orang orang yang
bersangkutan danmenyebabkna hendaya dlam keberfungsian sosial dan
pekerjaan (Davison.2010)
Dalam DSM gangguan kepribadian dikelompokan menjadi 3 bagian, yaitu:

Kelompok A : individu
yang dianggap aneh atau eksentrik.
Kelompok ini mencakup gangguan kepribadian paranoid, skizoid dan
skizotipal

Kelompok B : individu dengan perilaku yang terlalu dramatis,


emosional dan eratik (tidak menentu). Kelompok ini terdiri dari
gangguan kepribadian antisosial, ambang, histrionik dan narsistik.

Kelompok C : individu yang sering terlihat cemas atau ketakutan.


Kelompok ini terdiri dari gangguan kepribadian menghindar,
dependen dan obsesif-kompulsif.

Perilaku Aneh atau Eksentrik


1. Paranoid (paranoid personality disorder)
perasaan
curiga
yang
pervasif
atau
kecendrungan
untuk
menginterprestasikan perilaku orang lain sebagai hal yang mengancam
atau merendahkan. Kode diagnostik : aksis II F60.0
2. Skizoid (scizoid personality disorder)
Skizoid adalah gangguan kepribadian yang ditandai oleh kurangnya
minat dalam hubungan sosial, afek yang datar dan penarikan diri dari
lingkungan sosial (social withdrawal). Kode diagnostik : aksis II F60.1
3. Skizotipal (scizotypal personality disorder)
Skizotipal adalah gangguan kepribadian yang ditandai dengan
keeksentrikan dalam pikiran dan perilaku namun tanpa ciri psikotik
yang jelas. kepribadian skizotipal memiliki kesulitan dalam hubungan
interpersonal, memiliki kepercayaan magis atau takhayul, perilaku dan
penampilannya eksentrik.
Penyebab Gangguan Perilaku Aneh atau Eksentrik

1.

Faktor Genetik
Keluarga yang mengalami gangguan skizofrenia akan lebih besar
peluang menyumbang ke penderita paranoid, skizoid terutama
skizotipal. Para penderita gangguan kepribadian skizotipal mengalami
kelemahan kognitif dan berkurangnya fungsi neuropsikologis yang sama
dengan para penderita skizofrenia.

Gangguan Kepribadian Dramatik atau Eratik


1. Antisosial dan psikopati (antisocial personality disorder)
Antisosial merupakan sebuah gangguan kepribadian yang ditandai oleh
perilaku antisosial dan tidak bertanggung jawab serta kurangnya
penyesalan terhadap kesalahan yang mereka lakukan. Kode diagnostik
aksis II F60.2.
Sedangakan psikopati adalah gangguan kepribadian yang ditandai
dengan perilaku kemiskinan emosi, tidak memiliki rasa malu, rasa
cemas yang rendah.
2. Ambang (boerderline personality disorder)
Ambang merupakan gangguan kepribadian yang ditandai oleh suatu
cakupan ciri perilaku emosional, dan kepribadian yang berintikan pola
pervasif dari ketidakstabilan dalam hubungan, self-image dan mood,
serta kurangnya kontrol atas impuls.
3. Histrionik (histrionic personality disorder)
Histrionik merupakan gangguan kepribadian yang ditandai dengan
kebutuhan yang berlebihan akan perhatian, pujian, dukungan yang
berulang dan persetujuan. Orang yang mengalami gangguan
kepribadian histrionik akan menunjukan perilaku terlalu mempedulikan
daya tarik fisik dan merasa tidak nyaman bila tidak menjadi pusat
perhatian. Kode diagnostik gangguan kepribadian histrionik dalam aksis
II F60.4
4. Narsistik
Narsistik merupakan gangguan kepribadian yang ditandai oleh selfimage yang tinggi serta tuntutan akan perhatian dan pemujaan.
Penyebab Gangguan Gangguan Kepribadian Dramatik atau Eratik
1. Faktor Genetik
Kepribadian fundamental yang menentukan gangguan seperti
neurotisisme dan impulsivitas dipengaruhi oleh genetik yang terjadi
pada penderita gangguan kepribadian ambang.
2. Faktor Lingkungan
Konsekuansi negatif dari kehilangan, pengabaian dan perlakuan salah
dari orang tua pada masa kanak-kanak.

Gangguan Kepribadian Pencemas atau Ketakutan


1. Gangguan Kepribadian Menghindar (Avoidant Personality Disorder)
Gangguan kepribadian menghindar adalah sebuah gangguan yang
ditandai oleh penghindaran terhadap hubungan sosial karena takut
akan penolakan. Kode diagnostik aksis II F60.6
2. Dependen
Gangguan kepribadian dependen adalah kurangnya kepercayaan diri
dan perasaan otonom. Orang yang mengalami gangguan kepribadian
dependen akan menganggap dirinya lemah dan orang lain sebagai
orang yang penuh kekuatan. Kode diagnostik aksis II F60.7
3. Obsesif-Kompulsif
Gangguan kepribadian obsesif-kompulsif
adalah gangguan dimana
seseorang yang perfeksionis, terfokus pada hal detail, aturan, jadwal
dan sejenisnya. Orang yang memiliki gangguan kepribadian ditunjukan
dengan perilaku tidak pernah menyelesaikan proyek , berorientasi pada
pekerjaan buakan kesenangan dan sulit mengambil keputusan.

Penyebab Gangguan
1. Menurut Freud gangguan kepribadian obsesif-kompulsif disebabkan oleh
fiksasi pada tahap anal dalam perkembangan psikoseksual.
2. Pola asuh yang terlalu melindungi dan otoriter yang menghambat
perkembangan perasaan self-efficacy.
Intervensi Berdasarkan Perspektif
1. Pendekatan Psikodinamika
Pendekatan psikodinamika sering digunakan untuk menolong orang
yang didiagnosis dengan gangguan kepribadian agar menjadi lebih
sadar akan akar dari pola perilaku self defeating mereka dan belajar
cara yang lebih adaptif dalam berhubungan dengan orang lain.
2. Pendekatan Behavioral
Terapis perilaku memandang tugas mereka adalah untuk mengubah
perilaku klien dan bukan mengubah struktur kepribadian mereka.
Banyak teoritikus behavioral yang sama sekali tidak berpikir dalam
kerangka kepribadian klien, namun lebih dalam kerangka perilaku
maladaptif yang dipelajari dan dipertahankan oleh kemungkinan adanya
reinforcement.
3. Pendekatan Biologis
Terapi obat tidak secara langsung menangani gangguan kepribadian.
Meski demikian, obat antidepresan atau anti kecemasan kadang
digunakan untuk menangani distress emosional yang dialami individu

penderita gangguan kepribadian. Obat tidak mengubah pola persisten


dari perilaku maladaptif yang dapat menyebabkan distress.
3
SKIZOFRENIA DAN GANGGUAN PSIKOTIK LAINNYA
Skizofrenia adalah gangguan psikotik menetap yang mencakup gangguan
perilaku, pikiran, emosi dan persepsi. Ciri utama skizofrenia :
a.
b.
c.
d.
e.

Gangguan pada Pikiran dan Pembicaraan


Kekurangan dalam Pemusatan Perhatian
Gangguan Gerakan Mata
Gangguan Persepsi
Gangguan Emosi
Tanda-tanda gangguan terjadi secara terus menerus selama masa
setidaknya 6 bulan

Gangguan Isi Dalam Pikiran


1.
2.
3.
4.
5.

Waham persekusi, paling umum dialami, melibatkan tema-tema


seperti dimata-matai, adanya konspriasi yang menentang dirinya
Waham referensi, contoh: orang-orang di kampus membicarakan
tentang saya
Waham dikendalikan, contoh: orang yang segala pikiran, perasaan,
tindakan dikendalikan oleh dunia luar, seperti dikendalikan oleh iblis
Waham kebesaran, contoh: menyelamatkan dunia dari ancaman
tertentu
Waham cinta/erotomania, merasa dicintai oleh selebriti terkenal

Gangguan Persepsi
1.
2.
3.
4.
5.

Halusinasi
Halusinasi
Halusinasi
Halusinasi
Halusinasi
ada)
6.
Halusinasi

Visual
Auditoris
Taktil (digelitik, sensasi listrik/terbakar)
Somatis (ada ular yang manjalar dalam perut)
Gustatoris (merasakan dengan lidah sesuatu yang tidak
Olfaktori (penciuman)

Simtom Positif
Tanda-tanda yang berkelebihan, yang biasanya tidak ada pada
kebanyakan orang:
a.
Delusi (Waham) Pengertian: keyakinan salah yang dipegang teguh,
tidak sesuai dengan kenyataan, dan tidak dapat diubah (resisten)
meskipun diberikan bukti-bukti yang menunjukkan kebalikannya

b.

Halusinasi Pengertian: pengalaman sensoris yang dialami tanpa


adanya stimulasi sensoris; bedakan dengan ilusi

Simtom Negatif
Simtom yang defisit; perilaku yang seharusnya dimiliki orang normal, tapi
tak dimiliki pasien:
a.
Hilang minat/tidak mampu melaksanakan aktivitas rutin
b.
Miskin kuantitas dan/atau isi pembicaraan
c.
Tidak mampu menikmati kesenangan
d.
Kehilangan kehendak
e.
Gangguan/buruk dalam hubungan sosial
f.
Afek datar
Fase Skizofrenia
1. Fase Aktif : periode 6 bulan pertama, simtom-simtom yang timbul
seperti delusi, halusinasi, ucapan yang tidak teratur, dan simtom
negatif
2. Fase Prodromal : suatu periode yang mendahului fase aktif, ditandai
dengan perununan progresif dalam fungsi sosial dan interpersonal.
3. Fase Residu : fase yang mengikuti fase akut, tingkah mereka kembali
pada fase prodromal.

Tipe-Tipe Skizofrenia
1. Tipe Paranoid (paranid type)

Adanya satu atau lebih halusinasi dan waham yang sistematik

Tidak menonjol: disorganisasi bicara, gangguan afek datar atau


tidak sesuai (KODE DIAGNOSTIK: F20.0)
2. Tipe Hebefrenik
Gejala yang menyolok ialah gangguan kemauan, pemalu, senang
menyendiri. Perilaku kekanak-kanakan biasa terdapat pada tipe ini kode
diagnostik: F20.1
3. Tipe Katatonik (catatonic type)
Subtipe skizofrenia yang ditandai oleh gangguan yang nyata dari
aktivitas motorik, mereka terkadang mempertahankan postur yang
aneh dalam beberapa jam. Kode diagnostik : F20. 2
4. Skizofrenia Tak Terinci
Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia namun tidak
memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid, hebefrenik,
atau katatonik. Kode diagnostik: F20.3
5. Skizofrenia Residual
Pada skizofrenia jenis ini terdapat satu stadium kronis dalam
perkembangan suatu gangguan skizofrenia dimana telah terjadi

progresi yang jelas dari stadium awal. Intensitas dan frekuensi simtom
positif telah sangat berkurang dan timbul sindrom negatif dari
skizofrenia. Kode diagnostik: F20.5
6. Skizofrenia Simplex
Subtipe skizofrenia sulit dibuat secara meyakinkan. Gejala utama
adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Waham dan
halusinasi jarang ditemukan, mereka akan menarik diri dari pergaulan
dan bila tidak ditolong bisa mengarah pada tindakan asusila lain. Kode
Diagnostik: F 20.6
7. Tipe Tidak Terorganisir (disorganized type)
Subtipe dari skizofrenia yang ditandai oleh perilaku yang tidak
terorganisasi, waham yang aneh dan halusinasi yang hidup. Ciri lain
dari tipe ini adalah keadaan emosi mereka yang gamang, cekikikan,
berbicara yang tidak-tidak, mengabaikan penampilan, dan juga
kehilngan kontrol terhadap kandung kemih dan saluran pembuangan.
Perspektif Teoritis Tentang Skizofrenia
1. Perspektif Psikodinamika
Skizofrenia mencerminkan ego yang dibanjiri oleh impuls-impuls yang
berasal dari id, dimana impuls-impuls tersebut mengancam ego dan
berkembang menjadi konflik intrapsikis yang kuat. Kerusakan pada ego
tersebut dapat berpengaruh terhadap adanya jarak terhadap realitas.
2. Perspektif Belajar
Prinsip-prinsip conditioning dan belajar observasi mungkin memegang
peranan dalam perkembangan beberapa bentuk perilaku skizofrenik.
Kajian dalam perpektif belajar adalah sejauh mana prinsip-prinsip
belajar dapat berpengaruh terhadap pola perilaku aneh yang
ditunjukkan oleh orang yang mengalami skizofren.
3. Perspektif Biologis
a. Faktor Genetis, Semakin dekat hubungan genetis antara orang yang
didiagnosis skizofren, maka semakin besar kecendersngan mengidap
skizofren pada keluarga tersebut.
*Penelitian adopsi
*Penelitian lintas pengasuhan
b. Faktor Biokimia, difokuskan pada peranan neurotransmitter dopamin.
Teori Dopamin -> bahwa skizofrenia melibatkam aktivitas yang
berlebihan dari reseptor dopamin di otak. Efek dari obat penenang
jika dilepas secara berlebihan dapat menimbulkan waham dan
halusinasi.
4. Teori-teori Keluarga
a. Ibu yang skizofrenogeni, Konsep ibu yang dingin dan overprotektif
yang mampu menyebabkan skizofrenia pada anak-anak.
b. Komunikasi double-bind, Pola komunikasi yang melibatkan pesan
yang bertolak belakang atau bercampur tanpa mengetahui konflik
yang termuat didalamnya.

c. Sumber stres keluarga

Penyimpangan dalam komunikasi

Ekspresi Emosi
Intervensi Skizofrenia
1. Terapi Biologis
Muncul obat-obatan anti psikotik, dikenal sbg obat penenang mayor
atau neuroleptik (1950). Kecenderungan melepas pasien ke sosial
meningkat. Antipsikotik -> pintu putar. Jenis: phenotiazines
chlopromazine, Mellaril, Stelazine, dan Prolixin. Resiko: potensi
melumpuhkan
2. Terapi Psikodinamika
Freud tidak yakin psikodinamika dapat digunakan sebagai intervensi
skizofrenia. Harry Stack Sullivan & Frieda Fromm: psikodinamika tidak
efektif
3. Terapi- terapi berdasarkan belajar
Beberapa terapis meyakini intervensi ini efektif. Teknik- teknik terapi :
Reinforcement selektif, Token ekonomi, dan Pelatihan keterampilan
sosial
4. Rehabilitasi Psikososial
Skizofrenia -> sulit melakukan peran sosial. Membatasi mereka
beradaptasi. Munculnya kelompok self-help (clubhouse) membantu
penderita sizofrenia untuk menemukan tempat di masyarakat.
5. Program Intervensi Keluarga
Intervensi lebih kepada peran keluarga dalam menangani penderita
skizofrenia tersebut.
Klinisi telah bekerjasama dengan keluarga yang memiliki anggota
keluarga skizofrenia, guna memberi edukasi terkait penanganan
penderita skizofrenia dalam keluarga.

Gangguan Psikotik Lainnya


1. Gangguan Psikotik Singkat
Berlangsung antara 1 hari hingga 1 bulan, ditandai dengan setidaknya
satu dari ciri-ciri berikut: waham, halusinasi, pembicaraan yang tidak
terorganisir, dan perilaku yang aneh
2. Gangguan Skizofreniform
Abnormal yang sudah menetap selama 1 bulan, namun belum sampai 6
bulan. Bisa berubah menjadi diagnosa skizofrenia namun bisa juga
hanya sekedar gangguan psikosis lain.
3. Gangguan Delusi
Jenis psikosis ditandai dengan waham yang terus ada, sering kali
bersifat paranoid. Kasus yang sering terjadi yatu merasa curiga dengan

motif orang lain, penganiyaan oleh orang lain, atau merebut cinta dari
orang yang terkenal.
4. Gangguan Spektrum Skizofrenia
5. Gangguan skizoafektif yaitu suatu jenis gangguan psikotik dimana
individu mengalami gangguan mood yang parah dan juga ciri-ciri lain
yang berhubungan dengan skizofrenia

4
KEKERASAN DAN PENGANIAYAN
Kekerasan dalam keadaan tertentu juga dipandang sebagai prilaku
abnormal. Kita mengadopsi standar berikut. Kita menganggap tindak
kekerasan sebagai abnormal bila (1) hal itu terjadi di luar suatu konteks
sosial yang disepakati (2) bersifat self-defeating atau berbahaya (bagi diri
sendiri atau orang lain).
Etiologi Kekerasan
1. Pespektif Biologi
Biologi Klasik, agresi merupakan produk dari insting (instinct).
Sosiobiologis, manusia mewarisi kecenderungan-kecenderungan atau
disposisi-disposisi perilaku, termasuk kecenderungan agresi
Neurobiologis, Penelitian neurobiologis kontemporer tentang agresi
banyak memfokuskan pada peran dari transmiter saraf
2. Perspektif Sosiokultural
Menurut perspektif sosiokultural, tindak kekerasan berakar pada
penyebab-penyebab sosial, yang banyak di antaranya berjalan
beriringan, seperti kemiskinan, kurangnya kesempatan, keretakan
keluarga, dan pemaparan terhadap model-model peran yang
menyimpang.
3. Sosial Kognitif
Teoritikus sosial kognitif seperti Albert Bandura (1973, 1986)
mengajukan pandangan bahwa agresi merupakan perilaku yang
dipelajari, dimunculkan melalui cara yang sama seperti perilakuperilaku lain.
Intervensi Kekerasan
1. Pelatihan empati, yang menolong anak-anak mengidentifikasi perasaanperasaan mereka sendiri dan menjadi lebih peka terhadap perasaan
anak-anak lain
2. Pelatihan pengelolaan amarah, anak-anak diajarkan penguasaan
ketrampilan untuk mengendalikan amarah

3. Pelatihan pengendalian impuls, murid-murid belajar ketrampilan


menyelesaikan masalah dalam mengelola situasi-situasi bermasalah
(Nevid, 2005).
Kekerasan Domestik
Pola-pola Penganiayaan :
pemukulan tipikal terjadi dalam pola penganiayaan yang lebih luas,
mencakup penganiayaan fisik pada anak dan penganiayaan seksual pada
pasangan. Kekerasan pasangan sering terjadi setelah adanya peristiwa
pemicu bagi pengniaya untuk kehilangan kendali. Peristiwa pemicu
mungkin menyangkut kritikan atau penolakan dari pasangan, maupun
insiden yang membawa lelaki merasa terperangkap, tidak aman atau
terancam. Penggunaan alcohol dan obat terlarang selanjutnya
meningkatkan resiko peristiwa akan menjadi episode penganiayaan. Lakilaki pelaku penganiayaan umumnya memiliki harga diri yang rendah dan
merasa diri inadekuat.
Etiologi Kekerasan Domestik
1. Pandangan Sosiokultural
Teori feminis menganggap kekerasan domestic sebagai produk dari
perbedaan kekuatan dalam hubungan laki-laki dan perempuan dalam
masyarakat kita. Laki-laki yang menganiaya, mungkin kurang memiliki
kekuasaan dalam hubungannya dan ingin menutupi kekurangan
kekuasaan itu dengan menggunakan kekuatan fisik. .
Intervensi Kekerasan Domestik
1. Teraapi pasangan atau keluarga dapat berguna bagi pasangan atau
keluarga dengan sejarah kekerasan domestik.
2. Terapi kelomppok untuk laki-laki penganiaya sapat membiarkan pelaku
merasa cukup aman untuk mengekspresikan perasaan terdalam
mereka.
3. Kelompok dukungan untuk perempuan saling memberi dukungan dan
membantu perempuan yang dianiaya untuk menyadari siklus
kekerasan, mengembangkan strategi untuk menyelamatkan diri
Penganiayan pada Anak
Penganiayaan pada anak pada era ini telah melampaui batasan etnis, ras
dan batas-batas kenegaraan. Sayangnya, kebanyakan dari kita
menanggapi peristiwa penganiayaan pada anak dengan kurang serius.
Padahal menurut fakta, di Amerika Serikat saja sekitar satu juta anak
menjadi korban penganiayaan dan kekerasan dalam berbagai macam
bentuk sepanjang tahun, di mana sekitar seribu di antaranya meninggal
Aspek Penganiayan

1. Penganiayaan fisikluka-luka fisik pada anak yang bukan karena


kecelakaan, yang disebabkan oleh tindakan orang tua atau pengasuh.
2. Penelantaran fisikgagal memberi atau sengaja menahan makanan,
tempat tinggal, pakaian, kebersihan, perawatan medis, atau
pengawasan yang adekuat
3. Penganiayaan seksualeksploitasi seksual pada anak, mencakup aksiaksi yang bervariasi
4. Perlakuan yang salah secara emosionalpenggunaan kritikan kasar
yang terus menerus terhadap anak, mencakup penggunaan bahasabahasa verbal yang bersifat aniaya, atau penelantaran emosional
Terlepas dari adanya definisi ini, tetap saja sulit untuk membedakan
antara pukulan yang dianggap pukulan yang dapat ditolerir dengan yang
dianggap penganiayaan nyata pada anak.
Etiologi Penganiayaan Anak
Faktor-faktor yang berkontribusi atas munculnya tindakan penganiayaan
oleh orang tua (khususnya ibu) terhadap anak salah satunya adalah faktor
kognitif. Sejumlah faktor lain yang menjadi penyebab terjadinya kekerasan
orang tua terhadap anak di antaranya adalah faktor stres, pernah
menyaksikan kekerasan dalam rumah tangga, mengalami penganiayaan
pada masa kecil, gagal membangun kedekatan yang tepat dengan anak,
buruknya anger management, konsumsi alkohol berlebih, pola asuh dan
pikir yang kaku, dan anggapan bahwa kekerasan merupakan solusi terbaik
untuk menyelesaikan konflik dan mengendalikan perilaku anak.
Intervensi Penganiayaan Anak
Upaya intervensi yang sejauh ini menimbulkan kemajuan yang paling
pesat terhadap orang tua pelaku aniaya terhadap anak menurut penelitian
adalah penggunaan program-program perilaku dan kognitif behavioral
yang terfokus pada pelatihan bagi orang tua tentang berbagai
keterampilan terkait pengelolaan stres, pengendalian amarah, dan teknikteknik menjadi orang tua.
Agresi Seksual
1. Deskripsi
Secara umum, istilah agresi seksual merujuk pada segala macam aksiaksi kekerasan seksual yang nyata dari mulai pemerkosaan dan
penyerangan seksual, hingga pelecehan seksual di mana seseorang
melakukan agresi seksual pada orang lain dengan menjadikan orang
lain sebagai target ajakan-ajakan, tuntutan atau komentar-komentar
birahi seksual yang tidak menyenangkan.
2. Pemerkosaan
Meskipun pemerkosaan tidak didiagnosis sebagai sebuah gangguan
mental dan kebanyakan pelakunya tidak lebih terganggu secara mental
dibanding pelaku-pelaku tindak kriminal lainnya, tindakan pemerkosaan

memiliki beberapa aspek yang menjadi kriteria perilaku abnormal


pemerkosaan secara sosial tidak diterima, melanggar norma sosial, dan
secara memprihatinkan dapat membahayakan korbannya.
Tindakan pemerkosaan terbagi menjadi 2 macam:
Pemerkosaan
dengan
paksaan
(forcible
rape)merupakan
penggunaan kekuatan, kekerasan, dan atau ancaman kekerasan
untuk memaksa seseorang melakukan persetubuhan.
Pemerkosaan berdasarkan batasan hukum (statutory rape)adalah
persetubuhan dengan seseorang yang tidak atau belum mampu
memberikan persetujuan, bisa karena berada di bawah usia yang
dianggap
mampu
memberikan
persetujuan
atau
karena
ketidakmampuan mental, meski orang tersebut tidak menolak.
Etiologi Agresi Seksual
1)
pemerkosaan karena kemarahan (anger rape) )
2)
pemerkosaan untuk kekuasaan (power rape)
3)
pemerkosaan sadistis (sadistic rape)
Pada
aspek
sosiokultural,
teoritisi-teoritisi
berpendapat
bahwa
penempatan laki-laki pada posisi yang terlalu dominan di masyarakat oleh
lingkungan sosial juga berpotensi untuk memicu tindak kekerasan seksual.
Intervensi Agresi Seksual
1. Upaya intervensi yang dilakukan mengacu pada program-program
rehabilitatif yang diberikan oleh pihak penjara kepada para napi agar
perilaku pemerkosaan tidak muncul kembali saat napi dibebaskan ke
dunia luar. Terapi yang paling umum adalah terapi berkelompok yang
melibatkan konselor psikologis.
2. Penanganan berbasis biologis yang menggunakan obat antiandrogen
(penurun testosteron) seperti Deprovera juga dapat dilakukan.
5
PENYALAHGUNAAN DAN KETERGANTUNGAN ZAT
Penyalahgunaan zat adalah penggunaan zat psikoaktif secara terus
menerus meski tahu dampak yang akan terjadi, seperti masalah sosial,
pekerjaaan, psikologis, dan fisik. Ketergantungan zat merupakan
ketidakmampuan mengontrol diri dalam penggunaan zat psikoaktif yang
sering di tandai dengan ketergantungan fisiologis ditandai yaitu
peningkatan terhadap dosis penggunan za. Gangguan akibat zat :
gangguan fisiologis maupun psikologis
Jalan penyalahan zat
1. Depresan

Merupakan obat yang menghambat aktiitas sistem saraf pusat, dimana


obat tersebut dapat mengurangi perasaaan tegang dan cemas,
membuat gerakan melambat, dan merusak kognitif serta kematian
2. Stimulan
Meningkatkan aktivitas sistem saraf, dengan memberikan perasaan
euforia dan self-confidence.
Faktor-faktor
1.
Bologis. Adanya efek menyenangkan yang dirasakan dan daya adikif
obat terhadap sistem neurotransmiter di otak.
2.
Psikososial. Adanya tatanan minum minum dalam keluarga dan
teman-teman, reinforcement positif dan reinforcment negatif yang
didapat dari penggunaal awal zat
3.
Genetis terdapat harapan positif terhadap penggunaan zat, dapat
mendongkrak keyakinan self-efficacy
4.
Sosiokultural tekanan teman sebaya yang menggunakan obat

F10. digunakan untuk gangguan mental dan perilaku akibat


penggunaan alkohol, penggunaan alkohol secara tak terkontrol atau
ketergantungan akan alkohol sering disebut sebagai alkoholisme.
Penggunaan alkohol sendiri dapat memberikan perasaan euforia,
menghapus self-doubts dan juga self-criticism alkohol sering di kenal
sebagai obat bagi penggunanya. (Nevid,2005:14).
F11. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan opioida.
Penggunaan opioida ini dapat memberikan perasaan nikmat pada
penggunanya dan sebagai pelarian mental dan stres. Sindrom putus zat
pada opioida gejala tidak menimbulkan kematian namun tetap memiliki
efek yang keras pada penggunanya (Nevid,2005:17).
F12. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kanabinoida
F13. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan saditiva
atau hipnotika
F14. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kokain
dimana dengan penggunaan kokai dapat menimbulkan perilakupsikotik
seperti kecurigaan yang berat, mood depresi, perilaku komplusif, penuh
kritik, iritabilitas dan paranoia (Nevid,2005:19)
F15. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan stimulasi
lain termasuk kafein
F16. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan
halusinogenika.
F17. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan tembakau
F18. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan pelarut
yang mudah menguap
F19. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat multiple
dan penggunaan zat psikoaktif lainnya.

Pendekatan Perspektif
1. Biologis.
Terfokus pada neurotransmiter dan faktor genetis. Begley, dalam Nevid
(2005) mengemukakan bahwa obat-obatan seperti heroin, nikotin,
alkohol, amfetamin, kokain dan sejenisnya daat meningkatkan dopamin
yang kisarannya dari rasa bahagia hingga euforia.
2. Perspektif belajar.
Operan conditioning, Dalam penggunaan alkohol, manusia belajar
bahwa
mengkonsumsinya
dapat
mengurangi
ketegangan.
Penyalahgunaannyapun kebanyakan mendapat reinforcement sosial
dari teman sesama pengguna. Belajar observasial, Kenyataannya,
banyak perilaku penggunaan obat dan alkohol yang dilakukan sebagai
akibat dari pengamatan
3. Perspektif kognitif
Berbagai faktor kognitif seperti ekspektasi dan keyakinan juga berperan
dalam penyalahgunaan dan ketergantungan zat. Penilaian kita terhadap
efek suatu zat obat atau alkohol akan mempengaruhi kita untuk
menggunakannya atau tidak, kita akan memilih
4. Perspektif psikodinamika
Penggunaan obat dan alkohol secara berlebihan merupakan ciri dari
kepribadian tergantung-oral, alkoholisme merupakan pola perilaku oral.
Minum banyak pada orang dewasa dianggap sebagai usaha mencari
kepuasan oral. Sebagian alkoholisme memiliki kebribadian antisosial,
mereka mencari kemandirian dengan cara membangkang dan
melanggar hukum (Graham, dalam Nevid).
5. Perspektif sosio-kultur
Ada beberapa pendapat menyatakan bahwa perilaku alkoholik juga
dipengaruhi oleh faktor lingkungan soial, siapa yang mereka hormati,
dan norma sosial yang berlaku. Cockerham dkk, dalam Nevid (2005).
Penanganan Gangguan
1. Biologis
Detoksifikasi yang membantu melewati putus zat dari zat-zat adiktif
Disulfiram, yaitu sejenis antabuse yang menekan penggunaan alkohol
Antidepresan, yang mengatur syaraf dalam mengelola perasaan nikmat
dari kegiatan sehari-hari
2. Residensial
Penanganan dengan melibatkan rumah sakit atau tempat terapi, untuk
perawatan dalam rumah sakit ditunjukkan untuk penggunaobat yang
tidak dapat mengendalikan diri mereka dlam lingkungannya dan
berbahaya untuk orang lain.
3. Psikodinamika

Menganggap penyalahgunaan dan ketergantungan zat merupakan


tanda-tan konflik yang berakar dari pengalaman masa kecil, terapi
dinilai sebagai terapi yang tidak mendalam.
4. Behavioral
Penanganan lebih menekankan pada modifikasi pola perilaku
penyalahgunaan dan dependen. Cara penangan penyalahgunaan dan
ketergantungan zat dengan cara strategi self-control berfokus pada
pengembangan ketrampilan mereka. Ketrampilan sosial, Pelatihan
pencegahan kambuh dilakukan dengan pembelajaran self-relaxation
untuk mengatasi kecemasan dan menolak tekanan sosial untuk
kembali menggunakan zat.

6
GANGGUAN MAKAN, OBESITAS, DAN GANGGUAN TIDUR
Gangguan makan merupakan gangguan yang terjadi pada perilaku
makan.
Dieting disorders ketakutan akan penambahan berat badan dan obsesi
mengurangi berat badan sering menjadi fitur sentral gangguan makan.
Jenis-jenis Gangguan Makan
1. Anoreksia Nervosa : Menolak makan lebih dari kebutuhannya.
2. Bulmia Nervosa : Makan terus-menerus dalam porsi besar.
3. Gangguan Makan Berlebihan :Pola makan secara berlebihan berulang
kali, dan tidak mnegeluarkan makanan tersebut sesudahnya.
Faktor Penyebab
1. Sosiokultural : Tekanan sosial dan harapan dari masyarakat untuk
mencapai standar kurus yang tidak realistis.
2. Psikososial : Adanya diet yang kaku atau sangat membatasi dapat
menyebabkan berkurangnya kontrol yang diikuti dengan pelanggaran
diet dan menghasilkan makan berlebihan yang bersifat bulmik.
3. Keluarga : Keluarga dari penderita makan sering mempunyai
karakteristik yang sama, adanya konflik, kurangnya kedekatan.
4. Biologis : Ketidak-seimbangan pada sistem neurotransmiter di otak
yang mengatur mood dan nafsu makan.
Penanganan
5. Biomedis : Meliputi perawatan di rumah sakit untuk membantu
penderita anoreksia lebih terkontrol dalam mencapai berat badan yang
sehat.
6. Psikoterapi : Dapat menggunakan terapi psikodinamika, yaitu berusaha
untuk mengeksplorasi dan menyelesaikan konflik psikologi yang ada.

7. Terapi Behavioral Kognitif : Memodifikasi perilaku membantu penderita


anoreksia yang dirawat di rumah sakit untuk menaikan berat badan
dengan memberikan hadiah yang diinginkan untuk perilaku makan yang
tepat.
8. Terapi Keluarga : Mengatasi konflik keluarga dan meningkatkan
komunikasi diantara anggota keluarga.
Obesitas Suatu kondisi kelebihan lemak tubuh, biasanya ditentukan oleh
indeks massa tubuh (IMT) diatas 30. (nevid, 2003). IMT dapat dihitung
dengan membagi berat badan (dalam kilogram) dengan kuadrat tinggi
badan (dalam meter). Gambaran klinis yang esensial untuk diagnosis
pasti terdapat dalam PPDGJ nomor F50.4

Faktor Penyebab
1. Genetik
Studi ini menunjukkan bahwa berat badan anak-anak lebih erat
kaitannya dengan orang tua biologis daripada orang tua angkatnya.
2. Metabolisme
Ketika kehilangan berat badan, terutama dalam jumlah yang signifikan,
tubuh bereaksi seakan-akan kelaparan. Tubuh merespon penurunan
berat badan dengan memperlambat tingkat metabolism, tingkat
pembakaran kalori tubuh.
3. Gaya Hidup
Menerapkan pola makan tinggi lemak dan makan dalam porsi besar.
4. Psikologi
Mengatasi stress dengan aktifitas oral yang berlebih seperti makan
berlebihan.
5. Sosio Ekonomi
Orang-orang dengan ekonomi yang berada memiliki akses lebih
mengetahui mengenai nutrisi dan kesehatan.
Penanganan Gangguan
1. Biomedis : Pengobatan antidepresan.
2. Psikoterapi
Terapi
psikodinamika
bertujuan
untuk
mengeksplorasi
dan
menyelesaikan konflik psikologis yang ada
3. Keluarga
Mengatasi konflik keluarga dan meningkatkan komunikasi diantara
anggota keluarga.
Gangguan Tidur merupakan masalah yang berhubungan dengan tidur
yang berulang dan terus ada yang menimbulkan distress.
Jenis-jenis Gangguan Tidur

Dissomnia (Dyssomnias)
o Insomnia
o Hipersomnia (Hypersomnia)
o Narkolepsi (Narcolepsy)
o Gangguan tidur yang berhubungan dengan
pernafasan (Breathing-related sleep disorder)
o Gangguan irama tidur sirkandia
Parasomnia (Parasomnias)
o Gangguan mimpi buruk (Nightmare disorder)
o Gangguan terror tidur (Sleep terror disorder)
o Gangguan berjalan sambil tidur (Sleep walking)

Faktor Penyebab
1.
Biologis
Masalah fisik yang mendasari (dalam insomnia, apnea, dan narkolepsi).
Kerusakan genetis yang mungkin mengganggu mekanisme otak untuk
mengontrol tidur (dalam narkolepsi). Penggunaan obat-obatan yang
memperngaruhi tidur normal
2.
Psikologis
Faktor psikologis, seperti kecemasan atau depresi, yang mengganggu
untuk dapat tertidur atau tetap tidur. Seringnya terjadi perubahan
dalam waktu tidur dan bangun (pada gangguan irama tidur sirkadia).
Pemaparan terhadap trauma (dalam gangguan mimpi buruk)
Penanganan Gangguan
1. Terapi Obat
Digunakan untuk penyembuhan jangka pendek bagi insomnia
untuk mengatasi gangguan tidur lelap (teror dalam tidur
sleepwalking), narkolepsi, dan tidur apnea.
2. Biomedis
Pasien apnea dapat menggunakan alat bantu mekanik
pembedahan untuk membuka jalan udara.
3. Kognitif Behavior
Digunakan untuk mengubah kebiasaan tidur yang maladaptif
pemikiran atau keyakinan yang disfungsional mengenai tidur.

dan
dan

atau

dan

7
GANGGUAN ANXIETY
Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa
Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti

mencekik. Anxietas atau kecemasan merupakan suatu keadaan khawatir


yang mengeluhkan bahwa sesuatu hal buruk akan terjadi. Kecemasan
juga dapat menjadi respons yang tepat ketika menghadapi ancaman.
Jenis-jenis Anxiety:
Fobia dapat dideskripsikan sebagai ketakutan dan penolakan terhadap
objek atau situasi yang tidak mengandung bahaya yang sesungguhnya
(Davison, 2010).
Fobia spesifik adalah ketakutan yang beralasan yang disebabkan
oleh kehadiran atau antisipasi suatu objek atau situasi spesifik.
Fobia sosial adalah ketakutan menetap dan tidak rasional yang pada
umumnya berkitan dengan keberadaan orang lain (Davison, 2010).
Etiologi Fobia
1. Teori psikoanalisis
Menurut Freud, fobia merupakan pertahanan terhadap kecemasan
yang disebabkan oleh impuls-impuls id yang ditekan. Kecemasan ini
dialihkan dari impuls id yang ditakuti dan dipindahkan ke suatu
objek atau situasi yang memiliki koneksi simbolik dengannya.
2. Teori Kognitif Sudut pandang kognitif terhadap kecemasan secara
umum dan fobia secara khusus berfokus pada bagaimana proses
berfikir manusia dapat berperan sebagai diathesis dan pada
bagaimana pikiran dapat membuat fobia menetap.
3. Perspektif biologis Dasar perspektif biologis fobia spesifik adalah
bahwa manusia di program secara khusus terhadap rasa takut pada
situasi atau stimulus yang dapat mengancam keberlangsungan
hidup kita (Mobbs dkk, 2007).
Gangguan Panik dan Agorafobia
Gangguan panik mencakup munculnya serangan panik yang berulang dan
tidak terduga (Nevid, 2005). Periode ketakutan dan ketidaknyamanan fisik
yang sangat, yang membuat orang dengan gangguan panik merasa
kewalahan dan ketakutan oleh sejumlah sensasi tubuh yang
menyebabkan mereka merasa kehilangan kendali (Halgin, 2010).
Etiologi Gangguan Panik dan Agorafobia
1. Teori biologis. Para peneliti telah menemukan fakta bahwa kerabat yang
memiliki hubungan biologis pada seseorang dengan gangguan panik
dan agorafobia 8 kali lebih besar mengembangkan kondisi tersebut.
2. Teori psikologis. Teori pskologis utama mengenai agorafobia yang sering
menyertai gangguan panik adalah hipotesis ketakutan-terhadapketakutan, yang berpendapat bahwa agorafobia bukanlah ketakutan
terhadap tempat-tempat umum itu sendiri, melainkan ketakutan
mengalami serangan pada tempat umum. (Davison, 2010)
Gangguan Kecemasan Menyeluruh

Gangguan Kecemasan Menyeluruh (Generalized anxiety disorder/GAD)


ditandai oleh perasaan cemas yang persisten yang tidak dipicu oleh suatu
objek, situasi, atau aktivitas yang spesifik, tetapi lebih merupakan apa
yang disebut oleh Freud sebagai mengambang bebas (free floating).
Etiologi Gangguan Kecemasan Menyeluruh
1.
Pandangan Psikoanalisis. Teori psikoanalisis berpendapat bahwa
sumber kecemasan menyeluruh adalah konflik yang tidak disadari antar
ego dan impuls-impuls id.
2.
Pandangan Kognitif-Behavioral Pemikiran utama teori kognitifbehavioral GAD adalah ganguan tersebut disebabkan oleh prosesproses berpikir menyimpang.
3.
Perspektif Biologis Beberapa studi mengindikasikan bahwa GAD
dapat memuat komponen genetic.
Gangguan Obsesif-Kompulsif
Suatu obsesi (obsession) adalah pikiran, ide, atau dorongan yang intrusife
dan berulang yang sepertinya berada di luar kemampuan seseorang untuk
mengendalikannya.
Suatu kompulsi (compulsion) adalah tingkah laku yang reptitif (seperti
mencuci tangan atau memeriksa kunci pintu atau gembok) atau tindakan
mental repetitive (seperti berdoa, mengulang-ulang kata-kata tertentu,
atau menghitung) yang dirasakan oleh seseorang sebagai suatu
keharusan atau dorongan yang harus dilakukan (APA, 2000).
Etiologi Gangguan Obsesif-Kompulsif
1.
Teori Psikoanalisis Dalam teori psikoanalisis, obsesi dan kompulsi
dipandang sebagai hal yang sama, yang disebabkan oleh dorongan
instingual, seksual, atau agresif yang tidak dapat dikendalikan karena
toilet training yang terlalu keras.
2.
Teori Behavioral dan Kognitif. Teori behavioural menganggap
kompulsi sebagai perilaku yang dipelajari yang dikuatkan oleh reduksi
rasa takut (Meyer & Chesser, 1970).
3.
Faktor Biologis Encefalitis, cedera kepala, dan tumor otak
didiasosiasikan dengan terjadinya gangguan obsesif-kompulsif (Jenike,
1986).
Gangguan Stres Pascatrauma
Gangguan stress pascatrauma (Postraumatis Stress Disorder-PTSD),
dimasukkan sebagai diagnosis dalam DSM-III, mencakup respons ekstrem
terhadap suatu stressor berat, termasuk meningkatnya kecemasan,
penghindaran stimuli yang diasosiasikan dengan trauma, dan tumpulnya
respons emosional.
Etiologi Gangguan Stres Pascatrauma

1.

Faktor-faktor Risiko Menilik kejadian yang dialami, predictor PTSD


mencakup ancaman yang dirasakan nyawa, berjenis kelamin
perempuan, pemisahan dari orang tua di masa kecil, gangguan dalam
keluarga, berbagai pengalaman traumatis sebelumnya, dan gangguan
yang dialami sebelumnya (suatu gangguan anxietas atau depresi)
2.
Teori-Teori Psikologis Para teoritis belajar beramsumsi bahwa PTSD
terjadi karena pengkondisian klasik terhadap rasa takut
3.
Teori-teori Biologis Penelitian pada orang kembar dan keluarga
menuntut kemungkinan diathesis genetic dalam PTSD
Intervensi Gangguan
1. Pendekatan Psikodinamika
Psikodinamika tradisional mencoba untuk menyadarkan klien tentang
konflik dalam (inner conflict) melalui simmbolisasi. Sehingga energi
yang ada tidak lagi dihabiskan utnuk represi namun lebih kepada tugastugas kreatif.
2. Pendekatan Belajar
Yang menjadi inti dari pendektan jenis ini adalah usaha untuk
membantu individu-individu menjadi lebih efektif dalam menghadapi
objek-objek atau situasi-situasi yang menimbulkan ketakutan dan
kecemasan.
3. Pendekatan Biologis
Pendekatan ini menekankan pada penggunaan obat-obat untuk
melakukan intervensi.
4. Pendekatan Kognitif Behavioral
Metode ini mengkolaborasikan terknik behavioural, seperti pemaparan,
dan kognitif, seperti restruturiasi kognitif.

Anda mungkin juga menyukai