Orchitis Sinistra
Pembimbing :
dr. Prawoto, Sp.PD
Disusun Oleh :
Billy Gustomo H2A011012
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2017
1
Orchitis Sinistra
Disusun untuk Memenuhi Tugas Kepanitraan Komprehensif
RSU PKU Muhammadiyah Delanggu
Disusun Oleh
Dipresentasikan
: 6 Januari 2017
Disetujui
Mengetahui,
Pembimbing
.........................
dr.
BAB I
LAPORAN KASUS
A. Identitas
Nama
: Ny. M
Usia
: 47 tahun
Alamat
: Kaligawe, Pedan
Jenis Kelamin
: laki-laki
Agama
: Islam
Pendidikan terakhir
: SD
Pekerjaan
: Buruh Bangunan
Status pernikahan
: Menikah
: 200118
Mausk IGD
: 30 desember 2016
B. Anamnesis
1. Keluhan Utama
Nyeri Pada buah zakar kiri
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada hari Jumat 30 Desember 2016, pasien datang ke IGD RSU PKU
Delanggu dengan keluhan nyeri pada buah zakar kiri sejak 1 hari SMRS.
Nyeri baru pertama kali dan dirasakan hilang timbul dan nyeri bertambah
saat pasien beraktivitas. Nyeri dirasakan menjalar ke bagian abdomen.
Pasien juga mengeluh benjolan pada buah zakar kiri 1 hari SMRS.
Benjolan pada buah zakar kiri, benjolan dirasakan kecil pada saat pertama
kali ditemukan dan bertambah besar. Pasien sebelumnya mengeluh demam
1 hari. sebelumnya Benjolan pada buah zakar, tidak hilang timbul baik saat
tidur, berdiri ataupun mengedan. Tidak terdapat discharge yang keluar dari
benjolan. Tidak terdapat keluhan nyeri pada benjolan saat berhubungan
seksual. Tidak terdapat keluhan mual dan muntah. Riwayat trauma dan
penyakit menular seksual disangkal. BAK normal tidak ada lendir ataupun
darah, tidak ada nyeri saat BAK, BAB tidak ada keluhan.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit serupa
: (-)
Riwayat Hipertensi
: Disangkal
Riwayat DM
: Disangkal
Riwayat ISK
: Disangkal
Riwayat trauma
: Disangkal
Riwayat Hernia
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
Sistem serebrospinal
: pasien sadar, tidak ada keluhan
Sistem kardiorespiratori :Tidak ada nyeri dada, sesak, dan batuk
Sistem gastrointestinal
: Terdapat nyeri perut, BAB tak ada keluhan
Sistem muskuloskeleta
: Tidak ada nyeri dan keterbatasan gerak
Sistem integumen
: suhu raba tidak demam, tidak gatal
Sistem urogenital
: BAK lancar dan tidak nyeri saat BAK
C. Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis
Keadaan umum
Kesadaran
Vital sign
TD
: 120/60 mmHg
Nadi
RR
: 20 x/menit
Suhu
: 38,80C (aksiler)
Warna kulit
Kepala
: Conjungtiva anemis -/- sklera ikterik -/Pupil isokor 3mm/3mm, bulat central reguler
Reflek pupil direk +/+ indirek +/+ Mata cowong
Hidung
Leher
Thoraks
Cor
Inspeksi
Palpasi
Pulmo
Pulmo
Depan
Inspeksi
Dextra
1. Statis
kulit
sama
warna
sekitar, dengan
warna
kulit
bentuk
datar
rendah
2. Dinamis
Sinistra
kulit
dari
diameter
AP
simetris,
ICS
<
Pergerakan hemithoraks
Pergerakan hemithoraks
dextra=sinistra, retraksi
intercostal (-)
intercostal (-)
Palpasi
1. Statis
massa
(-),
ICS
linea
midclavicula
dextra
Auskultasi
Suara dasar
Vesikuler (+)
Vesikuler (+)
Suara
tambahan
Wheezing (-)
Wheezing (-)
Stridor (-)
Stridor (-)
Belakang
Inspeksi
kulit
sama
1. Statis
warna
warna
kulit
kulit
diameter
AP
simetris,
ICS
sekitar, dengan
<
Palpasi
dextra = sinistra
1. Statis
melebar
Auskultasi
Suara dasar
Vesikuler (+)
Vesikuler (+)
Suara
tambahan
Wheezing (-)
Wheezing (-)
Abdomen
Inspeksi
:
: Warna kulit sama dengan warna kulit sekitar,
permukaan datar.
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Ekstermitas
Pemeriksaan
Akral dingin
Superior
-/-
Inferior
-/-
Kuku sendok
-/-
-/-
Oedem
-/-
-/-
Sianosis
-/-
-/-
CPR
< 2
< 2
tremor
Motorik
-/-
-/-
Reflek fisiologis
+/+
+/+
Reflek patologis
-/-
-/-
Kekuatan
555/555
555/555
Tonus
555/555
555/555
Range of motion
555/555
555/555
b. Palpasi
: (-)
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium (11 Januari 2016)
Pemeriksaan
- Hematologi
Hemoglobin
Lekosit
Trombosit
Eritrosit
Hematokrit
- Hitung Jenis
Granulosit
Limfosit
Monosit
- MCV, MCH, MCHC
MCV
MCH
MCHC
- Fungsi Ginjal
Ureum
Creatinin
- Fungsi Hati
SGOT
SGPT
- Glukosa Sewaktu
GDS
Hasil
Nilai Normal
15,1
11,0
238.0
4.38
41.6
14.0-18.0
4.0-12.0
150.0-400.0
4.50-5.50
40.0-48.0
80.6
12.6
7
50.0-80.0
20.5-51.1
2-9
94.9
34
36.3
80.3-103.4
26,0-34.4
31.8-36.3
19
0.86
10-50
0.60-1.10
20
26
0-40
0-40
81
<180
2. Pemeriksaan EKG
Gambaran :
a. HR : 1500/14: 107 takikardi
b. Irama : Atrial Fluter
c. Axis : lead I (-) dan AVF (+) : deviasi ke kanan
d. Gelombang P : Tinggi : 1x 0,04 : 0,04
Lebar : 2 x 0,04 : 0,008
e. Gelombang QRS : lebar : 2 x 0,04 : 0,08
f. Interval PR : 4 x 0,04 : 0,16 (N)
g. Interval QT : 5 x 0,04 : 0,20 (N)
h. Segmen ST : lebar : 2,5 x 0,04 : 0,1 (N)
10
3. USG Scrotum
11
3. Sesak
4. Benjolan dileher (kiri-kanan)
5. Berat badan turun
6. Nafsu makan meningkat
7. Lelah saat aktivitas berat
8. Sering berkeringat
9. Telapak tangan panas
10. Tangan berkeringat
11. Suka udara dingin
12. Konstipasi
13. Riwayat penyakit serupa 10 tahun lalu
14. Riwayat operasi benjolan dileher 10 tahun lalu
15. Suka makan sayur kol/kubis
Pemeriksaan Fisik
16. Keadaan umum tampak hiperaktif
17. Nadi 105x/menit
18. RR 23x/menit
19. Suhu 37C
20. Exopthalmus (+/+)
21. Von graeff sign (+/+)
22. Jaffroy sign (+/+)
23. Stelwalg sign (+/+)
24. Rosenbach sign (+/+)
25. Batas jantung melebar
26. Ronkhi basah halus
27. Oedem inferior (+/+) minimal
28. Kedua tangan tremor
29. Benjolan dileher lobus dextra & sinistra
Pemeriksaan Penunjang
30. GDS 225
31. FT4 5,38
32. TSHS < 0,05
33. Rongten thorax kesan cardiomegali
34. EKG : HR 107 (takikardi), irama Atrial Fluter
35. USG : gambaran Struma nodusa Bilateral
F. Analisis dan Sintesis
1. Abnormalitas 1,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23,
24,28,29,31,32,34,35 = Krisis Hipertiroid
2. Abnormalitas 2,3,7,17,18,25,26,27,33,34 = CHF NYHA II
3. Abnormalitas 5,6,7,30 = Diabetes melitus tipe II
G. Problem
1. Krisis Hipertiroid
2. CHF NYHA II
3. Diabetes Melitus tipe II
12
13
2. CHF NYHA II
Assesment CHF NYHA II
a. Problem
Subjektif : batuk malam hari,sesak, lelah saat aktivitas berat.
Objektif : nadi 105x/menit, RR 23x/menit, batas
jantung
pengobatan,
komplikasi
yang
mungkin
timbul,
b. Initial Plan
1) IpDx
Pemeriksaan laboratorium : GDP, HbA1C
2) IpTx
Insulin prandial (Novorapid) ( jam 06.00 12.00 18.00)
3) IpMx
Monitoring keadaan umum, monitoring keluhan, monitoring tanda
vital, efek terapi, evaluasi GDS
4) IpEx
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien tentang kondisi
penyakit, pengobatan, komplikasi yang mungkin timbul baik
komplikasi
akut
maupun
kronik,
pencegahan
berulangnya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
15
A. Anatomi testis
Testis merupakan sepasang struktur organ yang berbentuk oval dengan
ukuran 4x2,5x2,5 cm dan berat kurang lebih 20 gr. Terletak di dalam scrotum
dengan axis panjang pada sumbu vertical dan biasanya testis kiri lebih rendah
diabnding kanan, Letak anatomis testis adalah caudolateral dan craniomedial.
Testis diliputi oleh tunica albuginea pada 2/3 anterior kecuali pada sisi dorsal
dimana terdapat epidiymis dan pedikel vaskuler. Sedangkan epididymis
merupakan organ yang berbentuk kurva yang terletak di sekeliling bagian
dorsal dari testis. Suplai darah arteri pada testis dan epididimis berasal dari
arteri renalis.
16
testis
terkena,
dan
jika
terjadi
bilateral
kemandulan
sering
diakibatkannya, steril tidak terjadi bila bersifat unilateral. (Long, 1996: 468)
17
1. Etiologi
Orchitis bisa disebabkan oleh sejumlah bakteri dan virus. Virus yang
paling sering menyebabkan Orchitis adalah virus gondongan (mumps).
Virus lainnya meliputi Coxsackie virus, varicella, dan echovirus. Bakteri
yang biasanya menyebabkan Orchitis antara lain Neisseria gonorhoeae,
Chlamydia trachomatis, E.coli, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas
aeruginosa,
Staphylococcus
sp
dan
Streptococcus
sp.
Pasien
19
testis:
(1)
detorsi
manual,
yaitu
dengan
20
berlawanan dengan arah torsio, dengan local anastesi (lidokain 1%) pada
funikulus spermatikus di annulus 10-20 ccbila gagal dilakukan operasi.
(2) operasi, tujuannya adalah untuk mengembalikan testis kea rah yang
benar. Bila testis viabeldilakukan orkidopeksi pada tunica dartos,
dilanjutkan orkidopeksi sisi kontralateral pada 3 tempat. Bila testis
nekrosisdilakukan orkidektomi disusul orkidopeksi sisi kontralateral.
b. Epididimitis
Epididimitis adalah reaksi inflamasi yang terjadi pada epididimis.
Reaksi inflamasi ini dapat terjadi secara akut atau kronis. Diduga reaksi
inflamasi ini berasal dari bakteri yang berada di dalam buli-buli, prostat
atau uretra yang secara ascending menjalar ke epididimis. Dapat pula
terjadi refluks urine melalui duktus ejakulatorius atau penyebaran bakteri
secara hematogen atau langsung ke epididimis.
Mikroba penyebab
infeksi pada pria dewasa muda (<35 tahun) yang tersering adalah
chlamidia trachomatis atau neisseria gonorhoika, sedangkan pada anakanak dan orang tua yang tersering adalah E.coli atau ureoplasma
ureolitikum. Biasanya pasien datang dengan keluhan nyeri mendadak
pada daerah skrotum diikuti dengan bengkak pada kauda hingga caput
epididimis. Tidak jarang disertai demam, malese, dan nyeri dirasakan
hingga ke pinggang. Pada pemeriksaan menunjukkan pembengkakan
pada hemiskrotum dan kadang kala pada palpasi sulit memisahkan antara
epididimis dengan testis. Reaksi inflamasi dan pembengkakan dapat
menjalar ke funikulus spermatikus pada daerah inguinal. Gejala klinis
epididimitis akut sulit dibedakan dengan torsio testis. Pada epididimitis
akut jika dilakukan elevasi (pengangkatan) testis, nyeri akan berkurang;
hal ini berbeda dengan torsio testis.
c. Hidrokel
Hidrokel adalah penumpukkan cairan yang berlebihan di antara
lapisan parietalis dan visceralis tunica vaginalis. Dalam keadaan normal,
cairan yang berbeda di dalam rongga itu memang ada dan berada dalam
21
22
dengan
aktivitas
terhadap
pseudomonas,
DNA
bakteri
dan
akibatnya
pertumbuhan
bakteri
23
i.
j. Yang lebih penting adalah azoospermia yang jauh lebih tidak umum,
yang disebabkan oleh gangguan saluran epididymal yang diamati pada
laki-laki penderita epididymitis yang tidak diobati dan yang diobati tidak
tepat. Kejadian kondisi ini masih belum diketahui.
11. Prognosis
Sebagian besar kasus orchitis karena mumps menghilang secara spontan
dalam 3-10 hari. Dengan pemberian antibiotik yang sesuai, sebagian besar
kasus orchitis bakteri dapat sembuh tanpa komplikasi.
BAB IV
PEMBAHASAN
24
BAB V
KESIMPULAN
25
glucocorticoid
100mg/8jam.
Sedangkan
untuk
mengatasi
komplikasinya tergantung kondisi penderita dan gejala yang ada. Tindakan harus
secepatnya karena angka kematian pada penderita ini cukup besar.
DAFTAR PUSTAKA
26
27