Dekubitus
Dekubitus
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Epidermis merupakan bagian kulit paling luar yang paling menarik untuk
diperhatikan dalam perawatan kulit, karena kosmetik dipakai pada bagian epidermis.
Ketebalan epidermis berbeda-beda pada berbagai bagian tubuh, yang paling tebal
berukuran 1 milimeter misalnya pada telapak tangan dan telapak kaki, dan yang paling
tipis berukuran 0,05 milimeter terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi dan perut. Sel-sel
epidermis disebut keratinosit. Tidak ada terdapat pembuluh darah pada epidermis.
Epidermis melekat erat pada dermis karena secara fungsional epidermis memperoleh zatzat makanan dan cairan antar sel dari plasma yang merembes melalui dinding-dinding
kapiler dermis ke dalam epidermis. Pada epidermis dibedakan atas lima lapisan kulit,
yaitu :
2.2.1 Lapisan tanduk (stratum corneum)
Merupakan lapisan epidermis yang paling atas, dan menutupi semua lapisan
epiderma lebih ke dalam. Lapisan tanduk terdiri atas beberapa lapis sel pipih, tidak
memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna dan sangat sedikit
mengandung air.
Pada telapak tangan dan telapak kaki jumlah baris keratinosit jauh lebih
banyak, karena di bagian ini lapisan tanduk jauh lebih tebal. Lapisan tanduk ini sebagian
besar terdiri atas keratin yaitu sejenis protein yang tidak larut dalam air dan sangat
resisten terhadap bahan-bahan kimia. Lapisan ini dikenal dengan lapisan horny, terdiri
dari milyaran sel pipih yang mudah terlepas dan digantikan oleh sel yang baru setiap 4
minggu, karena usia setiap sel biasanya hanya 28 hari. Pada saat terlepas, kondisi kulit
akan terasa sedikit kasar sampai muncul lapisan baru.
Proses pembaruan lapisan tanduk, terus berlangsung sepanjang hidup,
menjadikan kulit ari memiliki self repairing capacity atau kemampuan memperbaiki
diri. Bertambahnya usia dapat menyebabkan proses keratinisasi berjalan lebih lambat.
Bentuk sel berkisar antara bulat ke bersudut banyak (polygonal), dan makin ke
arah permukaan kulit makin besar ukurannya. Di antara sel-sel taju terdapat celah antar
sel halus yang berguna untuk peredaran cairan jaringan ekstraseluler dan pengantaran
butir-butir melanin. Sel-sel di bagian lapis taju yang lebih dalam, banyak yang berada
dalam salah satu tahap mitosis. Kesatuankesatuan lapisan taju mempunyai susunan
kimiawi yang khas; inti inti sel dalam bagian basal lapis taju mengandung kolesterol,
asam amino dan glutation
2.2.5 Lapisan benih (stratum germinativum atau stratum basale)
Merupakan lapisan terbawah epidermis, dibentuk oleh satu baris sel torak
(silinder) dengan kedudukan tegak lurus terhadap permukaan dermis. Alas sel-sel torak
ini bergerigi dan bersatu dengan lamina basalis di bawahnya. Lamina basalis yaitu
struktur halus yang membatasi epidermis dengan dermis. Pengaruh lamina basalis cukup
besar terhadap pengaturan metabolisme demo-epidermal dan fungsi-fungsi vital kulit. Di
dalam lapisan ini sel-sel epidermis bertambah banyak melalui mitosis dan sel-sel tadi
bergeser ke lapisan-lapisan lebih atas, akhirnya menjadi sel tanduk. Di dalam lapisan
benih terdapat pula sel-sel bening (clear cells, melanoblas atau melanosit) pembuat
pigmen melanin kulit.
2.3 Dermis
Kulit jangat atau dermis menjadi tempat ujung saraf perasa, tempat keberadaan
kandung rambut, kelenjar keringat, kelenjar-kelenjar palit atau kelenjar minyak,
pembuluh-pembuluh darah dan getah bening, dan otot penegak rambut (muskulus
arektor pili). Sel-sel umbi rambut yang berada di dasar kandung rambut, terus-menerus
membelah dalam membentuk batang rambut. Kelenjar palit yang menempel di saluran
kandung rambut, menghasilkan minyak yang mencapai permukaan kulit melalui muara
kandung rambut. Kulit jangat sering disebut kulit sebenarnya dan 95 % kulit jangat
Berkurangnya protein akan menyebabkan kulit menjadi kurang elastis dan mudah
mengendur hingga timbul kerutan. Faktor lain yang menyebabkan kulit berkerut yaitu
faktor usia atau kekurangan gizi. Dari fungsi ini tampak bahwa kolagen mempunyai
peran penting bagi kesehatan dan kecantikan kulit. Perlu diperhatikan bahwa luka yang
terjadi di kulit jangat dapat menimbulkan cacat permanen, hal ini disebabkan kulit jangat
tidak memiliki kemampuan memperbaiki diri sendiri seperti yang dimiliki kulit ari.
Di dalam lapisan kulit jangat terdapat dua macam kelenjar yaitu kelenjar keringat dan
kelenjar palit.
2.3.1 Kelenjar keringat
Kelenjar keringat terdiri dari fundus (bagian yang melingkar) dan duet yaitu
saluran semacam pipa yang bermuara pada permukaan kulit membentuk pori-pori keringat.
Semua bagian tubuh dilengkapi dengan kelenjar keringat dan lebih banyak terdapat
dipermukaan telapak tangan, telapak kaki, kening dan di bawah ketiak. Kelenjar keringat
mengatur suhu badan dan membantu membuang sisa-sisa pencernaan dari tubuh.
Kegiatannya terutama dirangsang oleh panas, latihan jasmani, emosi dan obat-obat tertentu.
Ada dua jenis kelenjar keringat yaitu :
a) Kelenjar keringat ekrin, kelenjar keringat ini mensekresi cairan jernih, yaitu keringat
yang mengandung 95 97 persen air dan mengandung beberapa mineral, seperti garam,
sodium klorida, granula minyak, glusida dan sampingan dari metabolism seluler.
Kelenjar keringat ini terdapat di seluruh kulit, mulai dari telapak tangan dan telapak
kaki sampai ke kulit kepala. Jumlahnya di seluruh badan sekitar dua juta dan
menghasilkan 14 liter keringat dalam waktu 24 jam pada orang dewasa. Bentuk
kelenjar keringat ekrin langsing, bergulung-gulung dan salurannya bermuara langsung
pada permukaan kulit yang tidak ada rambutnya.
b) Kelenjar keringat apokrin, yang hanya terdapat di daerah ketiak, puting susu, pusar,
daerah kelamin dan daerah sekitar dubur (anogenital) menghasilkan cairan yang agak
kental, berwarna keputih-putihan serta berbau khas pada setiap orang. Sel kelenjar ini
mudah rusak dan sifatnya alkali sehingga dapat menimbulkan bau. Muaranya
berdekatan dengan muara kelenjar sebasea pada saluran folikel rambut. Kelenjar
keringat apokrin jumlahnya tidak terlalu banyak dan hanya sedikit cairan yang
disekresikan dari kelenjar ini. Kelenjar apokrin mulai aktif setelah usia akil baligh dan
aktivitas kelenjar ini dipengaruhi oleh hormon.
3.3.2 Kelenjar palit (sebasea)
Kelenjar palit terletak pada bagian atas kulit jangat berdekatan dengan kandung
rambut terdiri dari gelembung-gelembung kecil yang bermuara ke dalam kandung rambut
(folikel). Folikel rambut mengeluarkan lemak yang meminyaki kulit dan menjaga kelunakan
rambut. Kelenjar palit membentuk sebum atau urap kulit. Terkecuali pada telapak tangan dan
telapak kaki, kelenjar palit terdapat di semua bagian tubuh terutama pada bagian muka.
Pada umumnya, satu batang rambut hanya mempunyai satu kelenjar palit atau
kelenjar sebasea yang
bermuara
pada
Pada
kulit
kepala,
kelenjar palit atau kelenjar sebasea menghasilkan minyak untuk melumasi rambut dan kulit
kepala.
Pada
kebotakan
orang
dewasa,
ditemukan
bahwa
kelenjar sebasea membesar sedangkan folikel rambut mengecil. Pada kulit badan termasuk
pada bagian wajah, jika produksi minyak dari kelenjar palitatau kelenjar sebasea berlebihan,
maka kulit akan lebih berminyak sehingga memudahkan timbulnya jerawat.
bantalan atau penyangga benturan bagi organ-organ tubuh bagian dalam, membentuk kontur
tubuh dan sebagai cadangan makanan.
Ketebalan dan kedalaman jaringan lemak bervariasi sepanjang kontur tubuh, paling
tebal di daerah pantat dan paling tipis terdapat di kelopak mata. Jika usia menjadi tua, kinerja
liposit dalam jaringan ikat bawah kulit juga menurun. Bagian tubuh yang sebelumnya berisi
banyak lemak, lemaknya berkurang sehingga kulit akan mengendur serta makin kehilangan
kontur. Sel lemak ini dipisahkan oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan terdalam banyak
mengandung sel limposit yang menghasilkan banyak lemak. Disebut juga panikulus adiposa
yang berfungsi sebagai cadangan makanan. Sel lemak berfungsi juga sebagai bantalan antara
kulit dan setruktur internal seperti otot dan tulang. Sebagai mobilitas kulit, perubahan kontur
tubuh dan penyekatan panas.Sebagai bantalan terhadap trauma. Tempat penumpukan energi.
Vaskularisasi Kulit
Arteri yang memberi nutrisi pada kulit membentuk pleksus terletak antara lapisan
papiler dan retikuler dermis dan selain itu antara dermis dan jaringan subkutis. Cabang kecil
meninggalkan pleksus ini memperdarahi papilla dermis, tiap papilla dermis punya satu arteri
asenden dan satu cabang vena. Pada epidermis tidak terdapat pembuluh darah tapi mendapat
nutrient dari dermis melalui membran epidermis. Vaskularisasi dikulit diatur oleh 2 pleksus,
yaitu pleksus superfisialis dan pleksus profunda.
1.
C.
Definisi
Dekubitus merupakan nekrosis jaringan lokal yang cenderung terjadi ketika jaringan lunak
tertekan di antara tonjolan tulang dengan permukaan eksternal dalam jangka waktu lama
(National Pressure Ulcer Advisory Panel [NPUAP], 1989a, 1989b).
Ulkus Dekubitus (Luka akibat penekanan, Ulkus kulit, Bedsores) adalah kerusakan kulit yang
terjadi akibat kekurangan aliran darah dan iritasi pada kulit yang menutupi tulang yang
menonjol, dimana kulit tersebut mendapatkan tekanan dari tempat tidur, kursi roda, gips,
pembidaian atau benda keras lainnya dalam jangka panjang.
Dekubitus adalah kerusakan atau kematian kulit sampai jaringan dibawah kulit, bahkan
menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu area secara
terus-menerus sehingga mengakibtakan ganguan sirkulasi darah setempat (Hidayat,2009).
Dekubitus adalah kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal akibat dari tekanan
eksternal yang berhubungan dengan penonjolan tulang dan tidak sembuh dengan urutan dan
waktu biasa. Selanjutnya, gangguan ini terjadi pada individu yang berada di atas kursi atau di
atas tempat tidur , sering kali pada inkontinensia dan malnutrisi ataupun individu yang
mengalami kesulitan makan sendiri, serta mengalami gangguan tingkat kesadaran.
1.
D.
Etiologi
Primer : Iskemia, tekanan intraokuler dan suprakapiler, dan dilatasi pembuluh darah.
Sekunder : Gangguan saraf vasomotorik, sensorik dan motorik, malnutrisi, anemia,demam,
infeksi, hygine yg buruk, kemunduran mental dan penurunan kesadaran.
Faktor Resiko
Luka Dekubitus disebabkan oleh kombinasi dari faktor ekstrinsik dan intrinsik pada pasien.
a. Faktor Ekstrinsik
1.
Tekanan : kulit dan jaringan dibawahnya tertekan antara tulang dengan permukaan
keras lainnya, seperti tempat tidur dan meja operasi. Tekanan ringan dalam waktu yang lama
sama bahayanya dengan tekanan besar dalam waktu singkat. Terjadi gangguan mikrosirkulasi
lokal kemudian menyebabkan hipoksi dan nekrosis. tekanan antar muka ( interface pressure).
Tekanan antar muka adalah kekuatan per unit area antara tubuh dengan permukaan matras.
Apabila tekanan antar muka lebih besar daripada tekanan kapiler rata rata, maka pembuluh
darah kapiler akan mudah kolap, daerah tersebut menjadi lebih mudah untuk terjadinya
iskemia dan nekrotik. Tekanan kapiler rata rata adalah sekitar 32 mmHg.
2.
integritas jaringan rusak. Kulit mengalami regangan, lapisan kulit bergeser terjadi gangguan
mikrosirkulasi lokal.
3.
keringat. Jaringan yang mengalami maserasi akan mudah mengalami erosi. Selain itu
kelembapan juga mengakibatkan kulit mudah terkena pergesekan (friction) dan perobekan
jaringan (shear). Inkontinensia alvi lebih signifikan dalam perkembangan luka tekan daripada
inkontinensia urin karena adanya bakteri dan enzim pada feses dapat merusak permukaan
kulit.
4.
Kebersihan tempat tidur, alat-alat tenun yang kusut dan kotor, atau peralatan medik
yang menyebabkan klien terfiksasi pada suatu sikap tertentu juga memudahkan terjadinya
dekubitus.
b. Fase Intrinsik
1.
Usia : pada usia lanjut akan terjadi penurunan elastisitas dan vaskularisasi. Pasien yang
sudah tua memiliki resiko yang tinggi untuk terkena luka tekan karena kulit dan jaringan akan
berubah seiring dengan penuaan. Penuaan mengakibatkan kehilangan otot, penurunan kadar
serum albumin, penurunan respon inflamatori, penurunan elastisitas kulit, serta penurunan
kohesi antara epidermis dan dermis. Perubahan ini berkombinasi dengan faktor penuaan lain
akan membuat kulit menjadi berkurang toleransinya terhadap tekanan, pergesekan, dan
tenaga yang merobek. Selain itu, akibat dari penuaan adalah berkurangnya jaringan lemak
subkutan, berkurangnya jaringan kolagen dan elastin. menurunnya efesiensi kolateral kapiler
pada kulit sehingga kulit menjadi lebih tipis dan rapuh.
2.
Penurunan sensori persepsi : Pasien dengan penurunan sensori persepsi akan mengalami
penurunan untuk merasakan sensari nyeri akibat tekanan diatas tulang yang menonjol. Bila
ini terjadi dalam durasi yang lama, pasien akan mudah terkena luka tekan. karena nyeri
merupakan suatu tanda yang secara normal mendorong seseorang untuk bergerak. Kerusakan
saraf (misalnya akibat cedera, stroke, diabetes) dan koma bisa menyebabkan berkurangnya
kemampuan untuk merasakan nyeri.
3.
4.
lapisan lemak sebagai pelindung dan kulitnya tidak mengalami pemulihan sempurna karena
kekurangan
zat-zat
gizi
yang
penting.
Karena itu klien malnutrisi juga memiliki resiko tinggi menderita ulkus dekubitus. Selain itu,
malnutrisi dapat gangguan penyembuhan luka. Biasanya berhubungan dengan hipoalbumin.
Hipoalbuminemia, kehilangan berat badan, dan malnutrisi umumnya diidentifikasi sebagai
faktor predisposisi untuk terjadinya luka tekan. Menurut penelitian Guenter (2000) stadium
tiga dan empat dari luka tekan pada orang tua berhubungan dengan penurunan berat badan,
rendahnya kadar albumin, dan intake makanan yang tidak mencukupi.
5.
mengontrol posisi tubuh, sedangkan aktivitas adalah kemampuan untuk berpindah. Pasien
yang berbaring terus menerus ditempat tidur tanpa mampu untuk merubah posisi beresiko
tinggi untuk terkena luka tekan. Orang-orang yang tidak dapat bergerak (misalnya lumpuh,
sangat lemah, dipasung). Imobilitas adalah faktor yang paling signifikan dalam kejadian luka
tekan.
6.
Merokok : Nikotin yang terdapat pada rokok dapat menurunkan aliran darah dan
memiliki efek toksik terhadap endotelium pembuluh darah. Menurut hasil penelitian Suriadi
(2002) ada hubungaan yang signifikan antara merokok dengan perkembangan terhadap luka
tekan.
7.
9.
Anemia
10.
Hipoalbuminemia,
beresiko
tinggi
terkena
dekubitus
dan
memperlambat
penyembuhannya.
11.
E.
Menurut NPUAP ( National Pressure Ulcer Advisory Panel ), luka tekan dibagi menjadi
empat stadium ,yaitu :
Stadium 1 : Ulserasi terbatas pada epidermis dan dermis dengan eritema pada kulit.
Penderita dengan sensibilitas baik akan mengeluh nyeri, stadium ini biasanya reversible
dan dapat sembuh dalam 5-10 hari.
Stadium 3 : Ulserasi meluas sampai ke lapisan lemak subkulit dan otot sudah mulai
terganggu dengan adanya edema dan inflamasi, infeksi akan hilang struktur fibril.
Kerusakan seluruh lapisan kulit sampai subkutis, tidak melewati fascia. Biasanya sembuh
dalam 3-8 minggu.
Stadium 4 : Ulserasi dan nekrosis meluas mengenai fasia,otot serta sendi. Dapat
sembuh dalam 3-6 bulan.
1.
F.
Stadium 1
Manifestasi klinis
setempat yang menetap, atau bila ditekan dengan jari, tanda eritema tidak kembali putih.
Penderita dengan sensibilitas baik akan mengeluh nyeri. Adanya perubahan temperatur kulit
(lebih dingin/lebih hangat), perubahan konsistensi jaringan (lebih keras/lunak). Eritema ini
akan sembuh dalam 5-10 hari.
Stadium 2
: Adanya kerusakan pada epitel kulit yaitu lapisan epidermis dan dermis.
Kemudian ditandai dengan adanya luka lecet atau melepuh. Biasanya akan sembuh dalam 1015 hari.
Stadium 3
: kerusakan pada semua lapisan kulit atau sampai jaringan subkutis dan
mengalami nekrosis dengan tanpa kapasitas yang dalam. Adanya edema, inflamasi, infeksi
dan hilangnya struktur fibril. Tepi ulkus tidak teratur dan terlihat hiper/hipopigmentasi
dengan fibrosis. Biasanya sembuh 3-8 minggu.
Stadium 4
: adanya kerusakan pada ketebalan kulit dan nekrosis hingga jaringan bahkan
tulang atau tendon dengan kapasitas yang dalam. Biasanya sembuh dalam 3-6 bulan. Purulen,
bau, busuk, sepsis
1.
G.
Pencegahan dekubitus
Untuk mencegah terbentuknya ulkus dekubitus bisa dilakukan beberapa tindakan berikut:
Merubah posisi pasien yang tidak dapat bergerak sendiri, minimal setiap
Jika pasen harus menjalani tirah baring dalam waktu yang lama, bias
digunakan kasur khusus, yaitu kasur yang diisi dengan air atau udara
Lakukan teknik pengangkatan pasien yang memperkecil gesekan dan friksi pada kulit.
Menyediakan penyangga yang nyaman dan ventilasi yang baik dan tidak membatasi
gerakan.
1.
H. Penatalaksanaan
Stadium I
Kulit yang kemerahan dibersihkan hati-hati dengan air hangat dan sabun, diberi lotion.
Kemudian dimassage selama 2-3 kali sehari.
Stadium II
Perawatan luka harus memperhatikan teknik aseptic dan antiseptic. Daerah bersangkutan
digesek dengan es dan dihembus dengan udraa hangat secara bergantian untuk merangsang
sirkulasi. Dapat diberikan juga salep topical, mungkin juga untuk merangsang tumbuhnya
jaringan muda. Pergantian balutan dan salep ini jangna terlalu sering karena justru akan
merusak pertumbuhan jaringan yang di harapkan.
Stadium III
Usahakan luka selalu bersih dan eksudat diusahakan dapat mengalir keluar. Balutan jangan
terlalu tebal dan sebaiknya transparan sehingga permeable untuk masuknya udara atau
oksigen dan penguapan lebih mudah. Kelembapan luka dijaga tetap basah, karen a akan
mempermudah regenerasi sel-sel kulit. Jika luka kotor dapat di cuci dengan larutan NaCl
fisiologis, antibiotic sistemik juga mungkin akan diperlukan.
Stadium IV
Penatalaksanaan dari stadium I-III tetap dilaksanakan dan jaringan nekrotik harus dibersihkan
karena akan menghalangi pertumbuhan jaringan yang baru. Beberapa preparat enzim coba
diberikan untuk tujuan mengurangi perdarahan, dibanding tindakan bedah yang juga
merupakan alternative lain. Memberikan oksigenasi pada daerah luka. Tindakan dengan
ultrasonografi untuk membuka sumbatan-sumbatan pembuluh darah dan sampai pada
transplantasi kulit.
Mengangkat jaringan nekrotik ada 7 metode
a)
c)
d)
mengnagkatnya
e)
f)
g)
menggunakan ultrasonik
1.
I.
Pemeriksaan
1.
Kultur dan analisis urin: Kultur ini dibutuhakan pada keadaan inkontinensia
untuk melihat apakah ada masalah pada ginjal atau infeksi saluran kencing, terutama
pada trauma medula spinalis.
2.
Kultur Tinja: Pemeriksaan ini perlu pada keadaan inkontinesia alvi untuk
melihat leukosit dan toksin Clostridium difficile ketika terjadi pseudomembranous
colitis.
3.
Biopsi: Biopsi penting pada keadaan luka yang tidak mengalami perbaikan
dengan pengobatan yang intensif atau pada ulkus dekubitus kronik untuk melihat
apakah terjadi proses yang mengarah pada keganasan. Selain itu, biopsi bertujuan
untuk melihat jenis bakteri yang menginfeksi ulkus dekubitus. Biopsi tulang perlu
dilakukan bila terjadi osteomyelitis.
4.
5.
2.
J. Legal Etik
1.
Autonomy
(hak
pasien
memilih)
Beneficence
(Bertindak
untuk
keuntungan
orang
lain/pasien)
Kewajiban untuk melakukan hal tidak membahayakan pasien/ orang lain dan secara aktif
berkontribusi bagi kesehatan dan kesejahteraan pasiennya
3.
Non-Maleficence
(utamakan-tidak
mencederai
orang
lain)
kewajiban perawat untuk tidak dengan sengaja menimbulkan kerugian atau cidera
Prinsip
Jangan membunuh, menghilangkan nyawa orang lain, jangan menyebabkab nyeri atau
penderitaan pada orang lain, jangan membuat orang lain berdaya dan melukai perasaaan
orang lain.
4.
Confidentiality
menghargai
(hak
kerahasiaan
terhadap
semua
kerahasiaan)
informasi
tentang
pasien/klien
yang
Justice
(keadilan)
kewajiban untuk berlaku adil kepada semua orang. Perkataan adil sendiri berarti tidak
memihak atau tidak berat sebelah.
6.
Fidelity
(loyalty/ketaatan)
yang
telah
diambil
Era modern , pelayanan kesehatan : Upaya Tim (tanggungjawab tidak hanya pada satu
profesi).
80%
Masing-masing
kebutuhan
profesi
memiliki
pt
aturan
dipenuhi
tersendiri
perawat
yang
berlaku
Memiliki keterbatasan peran dan berpraktik dengan menurut aturan yang disepakati.
7.
Veracity
(Truthfullness
Kewajiban
untuk
Terkait
erat
dengan
prinsip
&
mengatakan
otonomi,
khususnya
honesty)
kebenaran.
terkait
informed-consent
Prinsip veracity mengikat pasien dan perawat untuk selalu mengutarakan kebenaran.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1.
A.
Pengkajian fokus
Identitas
Nama
: Bpk. S
Usia
: 75 tahun
Keluhan Utama
Riwayat Kesehatan
Sekarang :
pasien hanya bisa berubah posisi bila dibantu oleh anggota keluarganya, suit makan, dan
porsi makan yang dihabiskan hanya 2-3 sendok setiap kali makan itupun hanya bubur tanpa
sayur dan ikan, pasien juga minum hanya 5 gelas perhari.
Dahulu :
Pernah dirawat di rumah sakit lain selama 2 minggu karena penurunan kesadaran, saat
dimandikan anaknya melihat ada boro diarea bokong yang sudah membesar.
Keluarga :
Hasil pemeriksaan
Fisik :
Ukuran 10x15x3 cm
TD 140/90 MmHg
Nadi 60 x/ menit
RR 18x/ menit
1.
B.
Analisa Data
No
Data Menyimpang
Etiologi
Masalah
.
1. DS : sehari yang lalu, anaknya menemukan ada borok Faktor pencetus Kerusakan
di area bokong yang sudah membesar. DO : luka ulcer
Integritas Kulit
darah
Hipoksia
Iskemia
dekubitus
atau
hilangnya
sebagian kulit
kerusakan
itegritas kulit
Factor pencetus
Aliran
darah
berkurang
Hipoksia
Cedera iskemia
Dekubitus
DS : Anak Bapak S menyampaikan bahwa ayahnya
Hilang sebagian
sulit makan, dan porsi makan yang dihabiskan hanya 2kulit
2.
Perubahan
Keterbatasan
gerak
Nutrisi kurang
dari kebutuhan
Intake makanan
yg tdk adekuat
Resti Perubahan
Nutrisi
Resti
kurang
dari kebutuhan
Factor pencetus
Aliran
darah
berkurang
Hipoksia
Cedera iskemia
DS: kelumpuhan pada kedua ekstremitas atas dan
bawah. Bapak S hanya berbaring di tempat tidur dan
Dekubitus
Kerusakan
3.
dirawat oleh keluarganya. Pasien hanya bisa berubah
posisi bila dibantu oleh anggota keluarganya.
Hilang sebagian
Mobilitas Fisik
kulit
Keterbatasan
gerak
Kerusakan
Mobilitas fisik
darah
berkurang
Leukosi : kurang dari normal (dikaji)
Hipoksia
Cedera iskemia
Dekubitus
Hilang sebagian
kulit,adanya luka
Resiko infeksi
1.
C.
No Diagnosa
Tujuan
Intervensi
. Keperawatan
1. Kerusakan
integritas Setelah
kulit
b.d
iskemia asuhan
Rasional
diberikan Mandiri:
keperawatan
Lakukan
tindakan
hari
pencegahan
yang
lalu
dimandikan
menemukan borok di
bokong.
berbentuk
DS:
luka
kawah
ukuran 10x15x3 cm
pada
Menunjukkan
adalah
pasien
Menunjukkan
Meningkatkan
sirkulasi,
gerakan
sendi
kulit.
pengobatan
terbaik
risiko kerusakan
regenerasi kulit.
Pencegahan
Ubah posisi
penyembuhan
di tempat tidur
dekubitus.
jam
tekanan.
Mengurangi risiko
abrasi kulit.
rotasi
dalam
Menghindari
friksi/ abrasi kulit.
Gunakan
jadwal
waktu
sekali.
Memberi
Intervensi
tepat
membalikan
waktu
pasien.
mencegah kerusakan
Pertahankan
agar
sprei,
dapat
selimut
tetap
Gunakan
pelindung lutut,
siku, bantalan di
setiap
tonjolan
tulang.
Observasi
meningkatkan
bagian-bagian
yang
kesembuhan
berisiko
terjadi
Membantu dalam
penembuhan/
dekubitus.
regenerasi seluler.
Kolaborasi
Bantu
penggunaan
topikal.
Berikan
tambahan
zat
perubahan Setelah
kurang
kebutuhan
b.d
dari perawatan
nafsu diharapkan
dilakukan
124
jam
pasien
Jelaskan
pentingnya
nutrisi
Akan
meningkatkan
bagi
daya
makan
hanya
sendok bubur
tubuh
Anjurkan
klien
bb yg lebih baik
penyakit
makan
sedikit
tapi
sering
Meminimalkan
Kontrol terhadap
pembatasan diet &
Berikan
klien
meningkatkan
daftar
makanan
yang
diijinkan
dan
dorong
klien
terlibat
dalam
nafsu
makan
Perawatan mulut
membantu
meningkatkan
nafsu
makan
pemilihan menu
Lakukan oral
badan
hygiene sebelum
ketidak
makan
Timbang
a. Tim gizi
Immobilitas dapat
bising
a.
Menentukan
Kolaborasi
dengan:
seimbangan
usus
bising usus
menunjukkan
menurunkan
hari
Auskultasi
berat
cairan
Perubahan
nutrisi
b. Menghilangkan
mual dan munta
b.
Pemberian
antiemetik
c.
Penurunan
menghambat
infus
proses
penyembuhan luka
albumin behring
3. Kerusakan
dilakukan
Mobilitas Setelah
Fisik
Yang asuhan
keluarga
fisik
membantu klien
Dengan Mobilitas
Pembatasan
Status
Tak
Dikondisikan,
Kehilangan
Motorik
Perubahan
Mental.
klien
mobilisasi
Menunjukkan
Atur
posisi
keinginan berpartisipasi
Perhatikan
Menunjukkan
gerakan
perilaku
yg
sensasi
mampu
melakukan aktivitas
rentang
dan
secara
dengan
Mencegah secara
progresif
untuk
engencangkan
jaringan
parut
latihan
meningkatka
gerak
pemeliharaan
secara konsisten
yang
yang
menyebabkan edema
Banti klien
untuk
Sirkulasi
sering
Penghilangan
tekanan intermiten
sirkulasi,
Atau
Status
Menghilangkan
keperawatan
Bergubungan
Yang
Anjurkan
diawalai
pasif
kemudian aktif
dan
fungsi
Meningkatkan
kemandirian
harga diri
dan
Dorong
partisipasi klien
dalam
semua
aktivitas
sesuai
kemampuannya
Mengurangi
kelelahan
Buat jadwal
latihan
meningkatkan
secara
toleransi
teratur
terhadap
aktivitas
Tingkatkan
latihan
dan
ADL
Meningkatkan
hasil latihan secara
melalui
fisioterapi,
hidroterapi, dan
melatih pergerakan
perawatan
Membantu
Kolaborasi
dengan
fisioterapi
Berhubungan tanda
Pemajangan
Decubitus
menunjukan
tanda
infeksi
Pantau
terhadap tanda-
tanda
Feses/Drainase Urine.
2) Tanda- tanda vital
rubor,
dolor,
kalor,
fungsiolesa)
Observasi
jaringan
terhadap infiltrasi
infeksi(
Respon
Patogen
yang
bersirkulasi
merangsang
hipotalamus
untuk
menaikkan
suhu
tandavital
tanda
(
suhu,
respirasi
rate,
tubuh
terjadinya
nadi, tensi)
Cuci tangan
dan
sesudah
luka
dengan
tehnik
aseptik
dan
mengganti
rusak,
mempercepat proses
penyembuhan.
untuk
menghabiskan
Sesuatu
kotor
yang
merupakan
kuman.
tinggi
dan
vitamin.
Peningkatan
leukosit
dan
merupakan
yang
tersedian
protein
jaringan
yang
Anjurkan
terutama
Meningkatkan
daya tahan tubuh &
antiseptik.
porsi
dan
kontaminasi bakteri.
Lakukan
klien
invasi
kuman
tindakan.
Mencegah
terjadinya
melakukan
rawat
infeksi
sebelum
Mencegah
Jaga
personal higiene
LED
indikasi
terjadinya infeksi
klien(
badan,
tempat, pakaian)
Kolaborasi
dengan
tim
medisdalam
penentuan
antibiotik
dan
pemeriksaan
leukosit
dan
LED
BAB IV
KESIMPULAN
Dekubitus terjadi akibat iskemi jaringan yang berlanjut. Tekanan menyebabkan iskemi
jaringan dan hal ini lebih berat terjadi bila tubuh dibaringkan pada suatu permukaan yang
tidak mengikuti seluruh lekukan bagian tubuh yang di bawah.
Sebagai dasar dari semua faktor penyebab di atas adalah immobilitas. Bila dapat diusahakan
pemerataan kontak bagian-bagian tubuh dengan permukaan alas tidur akan dapat mengurangi
besarnya faktor tekanan.
Keadaan umum yang jelek ditambah suplai darah ke jaringan berkurang pada lanjut usia juga
mempunyai peran untuk terjadinya iskemi jaringan dan timbulnya dekubitus.
Pengelolaan diawali dengan kewaspadaan mengenal penderita dengan resiko tinggi terjadi
dekubitus. Suatu sistem skor, skor dari Norton cukup praktis untuk penapisan awal dan
penilaian selanjutnya dalam kaitan dengan resiko dekubitus. Setelah terjadi dekubitus
tindakan medik disesuaikan dengan stadium/derajat dari dekubitus
Daftar Pustaka
Tambayong,J.2000.PatofisiologiuntukKeperawatan.Jakarta:EGC
Syaifuddin, H. 2006. ANATOMI FISIOLOGI untuk mahasiswa keperawatan Edisi
3. Jakarta:EGC
Willms,J.2003. Diagnosis Fisik: Evaluasi Diagnosis dan Fungsi di Bangsal.Jakarta:EGC
Suriadi.2004.Perawatan Luka.Jakarta:Sagung Seto
Morison, M. 1995. Manajemen Luka. Jakarta: EGC.
Corwin, E. 2007. Buku saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Berman, A. dkk. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Kozier & Erb, Ed. 5. Jakarta:
EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 1995. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik. Edisi
6, Jakarta : EGC
Doenges, M. G. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3 EGC, Jakart