Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh :
WAHYU NUR ATIKAH
DAHLIANA
MARIATI
ARISMAWATI
ESIWARTI
PG PAUD
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN AISYIYAH RIAU
TP : 2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan
Tugas
individu
penulis
DAFTAR ISI
3
3
3
4
5
5
5
6
6
7
11
12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu organisasi sosial keagamaan terbesar dan terpenting yang ada di
Indonesia adalah Muhammadiyah yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada
tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H bertepatan dengan tanggal 18 November 1912M di
Yogyakarta. Muhammadiyah didirikan dengan tujuan menegakkan dan
menjunjung tinggi ajaran Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya.
Jauh sebelum Muhammadiyah resmi berdiri pada tahun 1912, KH. Ahmad
Dahlan telah merintis pendidikan modern yang memadukan antara pendidikan
Barat yang hanya mengajarkan ilmu-ilmu umum dan pendidikan Islam yang
hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama.Gagasan pembaharuan Muhammadiyah di
dalamnya sudah termasuk gagasan pembaharuan di bidang pendidikan. KH.
Dahlan melihat adanya problematika obyektif yang dihadapi oleh pribumi yaitu
terjadinya keterbelakangan pendidikan yang takut karena adanya dualisme model
pendidikan yang masing-masing memiliki akar dan kepribadian yang saling
bertolak belakang. Di satu pihak pendidikan Islam yang berpusat di pesantren
mengalami kemunduran karena terisolasi dari perkembangan pengetahuan dan
perkembangan masyarakat modern, di pihak lain sekolah model Barat bersifat
sekuler dan a-nasional mengancam kehidupan batin para pemuda pribumi karena
dijauhkan dari agama dan budaya negerinya.
Dalam sejarah perkembangan kehidupan manusia, pendidikan telah
menjadi semacam teknologi yang memproduksi manusia masa depan paling
efektif. Dari fenomena perkembangan yang terakhir, memberikan petunjuk bahwa
pendidikan bukan saja menjadi alat suatu lembaga atau suatu masa dalam berbagai
proyeksi berbagai macam tujuan mereka, pendidikan bahkan telah menjadi
bidang pendidikan?
Apa cita-cita pendidikan Muhammadiyah?
Bagaimana bentuk dan model pendidikan Muhammadiyah?
Bagaimana pemikiran dan praksis pendidikan Muhammadiyah?
Apa saja tantangan dan revitalisasi pendidikan Muhammadiyah?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui faktor yang melatarbelakangi gerakan Muhammadiyah di
2.
3.
4.
5.
bidang pendidikan?
Mengetahui cita-cita pendidikan Muhammadiyah?
Mengetahui bentuk dan model pendidikan Muhammadiyah?
Mengetahui pemikiran dan praksis pendidikan Muhammadiyah?
Mengetahui tantangan dan revitalisasi pendidikan Muhammadiyah?
BAB II
PEMBAHASAN
menimbulkan
persoalan
ketika
percampuradukkan
itu
Faktor Eksternal
a.
Kristenisasi
Faktor eksternal yang paling banyak mempengaruhi kelahiran
Muhammadiyah adalah Kristenisasi, yakni kegiatan kegiatan
yang terprogram dan sistematis untuk mengubah agama penduduk
asli, baik yang muslim maupun bukan, menjadi kristen. Kristenisasi
ini mendapatkan peluang bahkan didukung sepenuhnya oleh
pemerintah Kolonialisme Belanda. Misi Kristen, baik Katholik
maupun Protestan di Indonesia, memiliki dasar hukum yang kuat
dalam Konstitusi Belanda. Bahkan kegiatan kegiatan Kristenisasi
ini didukung dan dibantu dana dana negara Belanda. Efektifitas
penyebaran agama Kristenisasi inilah yang terutama menggugah
K.H. Ahmad Dahlan untuk membentengi umat Islam dari
pemurtadan.
b.
Kolonialisme Belanda
Penjajahan Belanda telah membawa pengaruh yang sangat buruk
bagi perkembangan Islam di wilayah Nusantara ini, baik secara
sosial politik, ekonomi maupun kebudayaan. Ditambah dengan
praktek politik Islam Pemerintah Hindia Belanda yang secara sadar
dan terencana ingin menjinakkan kekuatan Islam, semakin
menyadarkan umat Islam untuk melakukan perlawanan. Menyikapi
hal ini, K.H. Ahmad Dahlan dengan mendirikan Muhammadiyah
berupaya melakukan perlawanan terhadap kekuatan penjajahan
melalui pendekatan kultural, terutama upaya meningkatkan kualitas
sumber daya manusia melalui jalur pendidikan.
c.
yang
sebenar-benarnya.
Dan
pada
prinsipnya,
sebagaimana
murid-muridnya
Kyai
Dahlan
akhirnya
mendirikan
persyarikatan
bagaimana
merumuskan
sistem
pendidikan
ala al-Maun
sebagaimana
sekolah-sekolah sendiri dimana agama dan pengetahuan umum bersamasama diajarkan. Kedua tindakan itu sekarang sudah menjadi fenomena
umum; yang pertama sudah diakomodir negara dan yang kedua sudah
banyak dilakukan oleh yayasan pendidikan Islam lain. Namun, ide model
pendidikan integralistik mampu melahirkan muslim ulama-intelek masih
terus dalam proses pencarian.
Sistem pendidikan integralistik inilah sebenarnya warisan yang mesti
dieksplorasi terus sesuai dengan konteks ruang dan waktu, masalah
teknik pendidikan bisa berubah sesuai dengan perkembangan ilmu
pendidikan atau psikologi perkembangan. Dalam rangka menjamin
kelangsungan sekolahan yang ia dirikan maka atas saran muridmuridnya, ia akhirnya mendirikan persyarikatan Muhammadiyah tahun
1912.
Metode pembelajaran yang dikembangkan Ahmad Dahlan bercorak
kontekstual melalui proses penyadaran. Contoh klasik adalah ketika ia
menjelaskan surat al-Maun kepada santri-santrinya secara berulangulang sampai santri itu menyadari bahwa surat itu menganjurkan supaya
kita memperhatikan dan menolong fakir-miskin, dan harus mengamalkan
isinya. Setelah santri-santri itu mengamalkan perintah itu baru diganti
surat berikutnya. Ada semangat yang harus dikembangkan oleh pendidik
Muhammadiyah, yaitu bagaimana merumuskan sistem pendidikan ala alMaun sebagaimana dipraktekkan Ahmad Dahlan. Anehnya, yang
diwarisi oleh warga Muhammadiyah adalah teknik pendidikannya, bukan
cita-cita pendidikan, sehingga tidak aneh apabila ada yang tidak mau
menerima
inovasi
pendidikan.
Inovasi
pendidikan
dianggap
sebagai bidah. Sebenarnya, yang harus kita tangkap dari Ahmad Dahlan
adalah semangat untuk melakukan perombakan atau etos pembaruan,
bukan bentuk atau hasil ijtihadnya. Menangkap api tajdid, bukan
arangnya.
pendidikan
di
atas
baru
disadari
sesudah
24 tahun
10
11
satu rangkaian yang berjalan beriringan. Suatu tindakan dilakukan setelah berpikir
mendalam, suatu pemikiran mendalam harus berujung pada sebuah tindakan.
12
4.
5.
teknologi
sampai
kini,
adalah
bersifat
fasilitatif
13
7.
14
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Muhammadiyah sebagai organisasi Islam sejak awal berdiri memiliki
komitmen yang teguh dalam mencerdaskan kehidupan bangsa melalui jalur
pendidikan, hingga saat ini lembaga pendidikan yang dimiliki Muhammadiyah
terus berkembang dan bertambah baik secara kuantitas maupun kualitas,
walaupun di sisi lain tidak dapat dipungkiri ada lembaga pendidikan
Muhammadiyah yang mengalami keterpurukan bahkan ada yang tutup, hal ini
merupakan dinamika lembaga pendidikan yang dimiliki oleh Muhammadiyah.
Muhammadiyah didirikan untuk menyerukan pentingnya kembali pada Al
Quran dan Sunnah sebagai usaha mengatasi perbuatan menyimpang dalam
kehidupan beragama umat islam di Indonesia yang melakukan praktik takhayul,
bidah, dan kurafat dengan tidak mendasarkan dirinya pada madzhab atau
pemikiran tertentu. Dari latar belakang yang demikian, membuat Ahmad Dahlan
mendirikan Muhammadiyah dan didalamnya didirikan Lembaga Pendidikan yang
disesuaikan dengan sistem pendidikan Islam agar tidak terisolasi. Bahwa pada
dasarnya pendidikan di sekolah-sekolah Muhammadiyah cenderung mengarah
kepada pendidikan umum. Dalam pelaksanaan pendidikannya Muhammadiyah
merupakan sistem pendidikan yang memadukan antara sistem pendidikan
pesantren dengan sistem pendidikan sekolah, menjadi sistem pendidikan
madrasah atau sekolah agama.
B. Saran
Manajemen yang selama ini berlaku di Muhammadiyah justru membuat
para perintis lembaga pendidikan di Muhammadiyah bersemangat untuk
berkompetisi secara positif, walaupun demikian, menurut hemat penulis
manajemen yang sekarang berlaku membutuhkan evaluasi secara mendalam untuk
peningkatan mutu pendidikan Muhammadiyah secara umum.
16
DAFTAR PUSTAKA