729 1522 1 SM PDF
729 1522 1 SM PDF
This research aims to study techniques bioethanol production from cassava to produce ethanol
from cassava and determines the quality of the bioethanol produced by analyzing the ethanol content
and pH as well as knowing the yield of bioethanol produced from the process is used. The results have
been known to a variety of constraints in the production process from raw material storage,
fermentation and distillation that can affect the end result in obtaining bioethanol from cassava. By
using 5 kg of cassava feedstock with 3 times distillation process which has produced 215 ml of
ethanol to 53% ethanol content and pH 6.902; 185 ml of ethanol to 74% ethanol content and pH
6.927, and 130 ml ethanol with 49% ethanol content and pH 6.573.
Keywords: Bioethanol.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari teknik produksi bioetanol dari singkong hingga
menghasilkan bioetanol dari singkong dan menentukan nilai mutu dari bioetanol yang dihasilkan
dengan menganalisis kadar etanol dan pH serta mengetahui rendemen yang dihasilkan dari proses
bioetanol yang digunakan. Hasil penelitian telah diketahui berbagai macam kendala dalam proses
produksi mulai dari penyimpanan bahan baku, fermentasi dan destilasi yang dapat mempengaruhi
hasil akhir dalam memperoleh bioetanol dari singkong. Dengan menggunakan bahan baku 5 kg
singkong dengan 3 kali proses destilasi telah dihasilkan yaitu 215 ml bioetanol dengan kadar etanol
53% dan pH 6,902; 185 ml bioetanol dengan kadar etanol 74% dan pH 6.927; dan 130 ml bioetanol
dengan kadar etanol 49% dan pH 6,573.
Kata kunci : Bioetanol.
PENDAHULUAN
Sebagaimana halnya kebutuhan pangan
dan sandang, kebutuhan energi secara global
maupun nasional meningkat seiring dengan
peningkatan jumlah penduduk dan dipacu oleh
pertumbuhan ekonomi secara global dan
pengaruh perkembangan teknologi (Zen,
1988).
Demikian juga keadaan ekonomi suatu
negara yang berpengaruh pada kesejahteraan
warganya yang tercermin dari corak dan gaya
hidup juga menjadi pemacu peningkatan
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian
ini
dilaksanakan
di
Laboratorium Keteknikan Perbengkelan dan
Laboratorium Pasca Panen Jurusan Teknologi
Pertanian Universitas Sam Ratulangi Manado.
Penelitian ini telah dilakukan pada bulan
Agustus - September 2012.
Proses Destilasi
Proses destilasi dilakukan untuk
memisahkan etanol dari larutan hasil
fermentasi dengan cara memanaskan larutan
tersebut dengan menjaga suhu pemanasan
pada titik didih etanol yaitu 78C, sehingga
etanol lebih dahulu menguap dan penguapan
tersebut dialirkan pada pipa, terkondensasi dan
kembali lagi menjadi etanol cair.
Pada wadah masak telah terhubung pada
termokopel dengan cara menempelkan kawat
sensor panas termokopel ke wadah masak. Hal
ini bertujuan untuk mengetahui berapa
temperatur pada wadah masak sehingga
memudahkan untuk pengaturan besarnya
pembakaran agar dapat mempertahankan
temperatur wadah masak pada suhu 78C.
Alat destilasi terdiri dari kompor
minyak tanah 14 sumbu untuk pembakaran,
wadah masak untuk bahan hasil fermentasi
terbuat dari panci stainless steel berkapasitas
10 liter, pipa untuk menyalurkan uap etanol
dan proses kondensasi terdiri dari 2 bagian
dengan ukuran masing-masing 3 meter, dan
wadah untuk menampung hasil destilasi yaitu
botol kaca.
Etanol cair yang telah dihasilkan dari
proses destilasi selanjutnya dilanjutkan untuk
pengukuran parameter kadar etanol dan pH
(derajat keasaman).
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan
adalah metode deskriptif terhadap pembuatan
bioetanol dari singkong dengan skala
laboratorium.
Prosedur Penelitian
Penyiapan Bahan Baku
Bahan baku singkong dipersiapkan
sebanyak 5 kg yang telah dikupas dan dicuci
bersih, kemudian selanjutnya diadakan
pemarutan hingga menghasilkan singkong
yang telah halus. Masukan singkong halus
kedalam panci dan tambahkan air sebanyak 4
liter per 1 kg singkong. Kemudian dipanaskan
hingga suhu 100C kurang lebih 30 menit
sambil diaduk hingga mengental menjadi
bubur. Setelah campuran singkong halus dan
air telah menjadi bubur pati, dinginkan dahulu
sebelum dilanjutkan untuk proses fermentasi.
Proses Fermentasi
Setelah bubur pati dingin, maka
selanjutnya
diadakan
fermentasi
yang
bertujuan untuk mengkonversi larutan yang
mengandung glukosa menjadi alkohol.
Bubur pati yang dihasilkan dipindahkan
ke dalam wadah fermentasi.
Tambahkan bakteri Saccharomyces
cerevisiae sebanyak 10% dari total bubur pati
yang terdapat dalam wadah fermentasi sedikit
demi sedikit sambil diaduk agar tercampur
rata.
Tutup rapat wadah fermentasi untuk
mencegah
kontaminasi
dan
bakteri
Saccharomyces cerevisiae akan bekerja secara
optimal. Fermentasi berlangsung anaerob yaitu
tak memerlukan udara dan tetap menjaga
suhunya pada 30C - 40C.
Proses fermentasi berlangsung selama
2-3 hari dan setelah itu larutan pati akan
berubah menjadi 3 lapisan yaitu lapisan
Bp
dimana :
Rf = Rendemen fermentasi (%)
Hf = Larutan hasil fermentasi yang telah
disaring dan siap untuk didestilasi (liter)
Bp = Volume bubur pati (liter)
Rendemen destilasi
Untuk mengetahui presentase hasil bagi antara
bioetanol hasil destilasi dengan jumlah larutan
etanol dan air hasil fermentasi dengan
menggunakan persamaan (2).
Bd
Rd =
x 100% .(2)
Hf
dimana :
Rd = Rendemen destilasi (%)
Bd = Bioetanol hasil destilasi (liter)
Hf = Larutan hasil fermentasi (liter)
Perhitungan hasil bioetanol dari per kilogram
singkong
Suhu (C)
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
0
9 12 15 18 21 24 27 30 33 36 39 42 45 48 51 54 57 60
Waktu (Menit)
Wadah destilasi
Pipa 1
Pipa 2
Gambar 1. Grafik hubungan waktu dengan perubahan suhu pada destilasi ke-1
Suhu (C)
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
0
12 15 18 21 24 27 30 33 36 39 42 45 48 51 54 57 60
Waktu (Menit)
Wadah destilasi
Pipa 1
Pipa 2
Gambar 2. Grafik hubungan waktu dengan perubahan suhu pada destilasi ke-2
120
Suhu (C)
100
80
60
40
20
0
0
12 15 18 21 24 27 30 33 36 39 42 45 48 51 54 57 60
Waktu (Menit)
Wadah destilasi
Pipa 1
Pipa 2
Gambar 3. Grafik hubungan waktu dengan perubahan suhu pada destilasi ke-3
besar adalah air, sedangkan uap yang keluar
bersama tetesan air tersebut adalah uap air.
Tindakan yang harus dilakukan adalah
mengganti wadah penampung agar bioetanol
yang diperoleh pada wadah penampung
pertama tidak banyak tercampur dengan air
yang telah terkondensasi. Jadi di setiap proses
destilasi masing-masing terjadi pergantian
wadah penampung dan yang dipakai sebagai
bioetanol hasil destilasi adalah pada wadah
penampung yang pertama saja, karena cairan
yang diperoleh dalam wadah kedua di masingmasing proses destilasi sudah tidak lagi
mengandung etanol.
dengan
buffer
yang
berguna
untuk
menstabilkan indikator pengukuran pada
angka pH 7. Adapun hasil pengukuran yang
telah diperoleh dan dapat dilihat dalam tabel 1.
Dalam tabel 1 memperlihatkan bahwa
pada jumlah larutan sebelum destilasi dalam
hal ini larutan tersebut adalah hasil fermentasi
yang telah disaring dibagi tiga bagian yaitu 6
liter untuk destilasi ke-1, 6 liter untuk destilasi
ke-2, dan 6,34 liter untuk destilasi ke-3.
Keseluruhan larutan yang siap didestilasi
tersebut sebelumnya telah diukur kadar
etanolnya yaitu 6,7 %. Setelah destilasi,
larutan yang masih terdapat di dalam wadah
masak kemudian diukur berapa banyak yang
tidak terdestilasi dan tetap berada dalam
wadah masak. Dan hasil pengukuran tersebut
yaitu pada proses destilasi ke-1 jumlah larutan
yang tidak terdestilasi sebanyak 5,42 liter,
pada proses destilasi ke-2 jumlah larutan yang
tidak terdestilasi sebanyak 5,45 liter, dan pada
destilasi ke-3 jumlah larutan yang tidak
terdestilasi sebanyak 5,58.
Dalam proses destilasi ke-1, bioetanol
yang dihasilkan yaitu sebanyak 215 ml dengan
kadar etanol 53% dan pH 6,902. Pada proses
Pengukuran Parameter
Pengukuran kadar alkohol dilakukan
dengan
menggunakan
alkohol
meter.
Sebelumnya alkohol meter telah dikalibrasi
untuk
mengetahui
bagaimana
akurasi/ketepatan (presisi) dengan mengukur
alkohol 75% berlabel yang didapatkan dari
apotek. Sedangkan untuk pengukuran pH yaitu
dengan menggunakan pH meter, sedangkan
kalibrasi untuk pH meter tak perlu lagi karena
pH meter yang digunakan telah dilengkapi
Ke-3
6,34
6,7 %
5,58
49 %
130 ml
6,573
KESIMPULAN
Penelitian ini menghasilkan bioetanol
dari singkong dengan sistem produksi
sederhana berskala laboratorium. Penulis juga
telah mempelajari dan mengetahui berbagai
macam kendala-kendala dalam proses
produksi mulai dari penyiapan bahan baku,
fermentasi dan destilasi yang dapat
mempengaruhi hasil akhir dalam memperoleh
bioetanol dari singkong, sehingga jika untuk
penelitian lanjutan akan dapat meminimalkan
kesalahan-kesalahan tersebut.
Dari tiga kali proses destilasi yang telah
dilakukan dan hasil yang telah diperoleh yaitu,
pada destilasi ke-1 menghasilkan bioetanol
sebanyak 215 ml dengan kadar etanol 53% dan
pH 6,902, pada destilasi ke-2 menghasilkan
bioetanol sebanyak 185 ml dengan kadar
etanol 74% dan pH 6,927, dan pada destilasi
ke-3 menghasilkan bioetanol sebanyak 130 ml
dengan kadar etanol 49% dan pH 6,573.
Walaupun pH dari bioetanol yang dihasilkan
telah memenuhi syarat dalam standar mutu
bioetanol untuk bahan bakar, namun untuk
kadar etanol yang didapatkan dalam tiga kali
destilasi masih belum memenuhi syarat untuk
dijadikan sebagai bahan bakar.
Hasil penelitian menunjukkan rendemen
dengan menggunakan bahan baku singkong 5
kg, air 20 liter dan ragi 500 gr, maka
persentase hasil fermentasi yang akan
dihasilkan dari campuran tersebut yaitu 67,93
%, sedangkan presentase antara larutan hasil
fermentasi yang telah disaring dan siap
didestilasi dengan hasil destilasi yaitu 2.89 %
dan setiap 1 kg singkong akan menghasilkan
bioetanol sebanyak 0.106 liter.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous,
2012.
Singkong
dapat
memperkuat
ketahanan
pangan.
http://www.ekon.go.id/news/2012/04/17
/singkong-dapat-perkuat-ketahananpangan. Diakses tanggal 12 November
2012.
10
11