ABSTRAK
Kuat tekan beton merupakan kemampuan beton menahan beban yang identik dengan kuat
hancur beton dalam satuan Mpa atau Kg/Cm. Pengujian bisa dilakukan dilaboratorium
seperti dengan mesin uji tekan maupun dilakukan uji dilapangan diantaranya dengan
menggunakan alat hammer test atau palu beton, dari beberapa jenis metode pengujian yang
ada tersebut, penggunaan uji dengan alat hammer test bisa digunakan pada saat umur
beton atau pada beton yang telah lama dilaksanakan. Hammer test bisa dilakukan lebih
efektif dan sangat praktis dalam penggunaan nya namun tingkat ketelitian atau akurasinya
terletak pada alat dan kejelian para engineer atau teknisi lapangan.
Ai
r
10%
Agregat
Kasar
Semen
15%
40%
Agregat
Halus
35%
fc =
Dimana :
P
---A
2. Metode perancangan
3. Perawatan
4. Keadaan pada saat pengecoran dilaksanakan
Maksud dari penulisan ini untuk mengetahui bagaimana hasil yang di
peroleh apabila terjadi kesalahan dalam pengambilan sample uji dengan alat
hammer test dengan tujuan untuk mengetahui berapa nilai tekan beton yang
terpasang atau pengecekan beton pada konstruksi bangunan lama guna
mengetahui seberapa besar mutu betonnya. Hal tersebut perlu dilakukan
untuk menghindari semua permasalahan yang sering terjadi di lapangan
pada konstruksi yang tidak tahu seberapa besar kekuatan mutu betonnya
dapat dinilai.
METODOLOGI
Uji Tekan Beton dengan Alat Hammer Test
Untuk mengetahui seberapa besar nilai mutu beton dalam menahan
beban yang sudah terpasang dapat dilakukan dengan menggunakan alat
salah satunya adalah Hammer Test/Palu beton (NDT)
1. Prosedur Pelaksanaan Pengujian
Sewaktu pelaksanaan penelitian prosedur pemeriksaan sebaiknya
harus dipenuhi antara lain :
a. Alat hammer test yang digunakan harus telah di kalibrasi terlebih dahulu
sebelum di gunakan dengan alat kalibrasi ANVIL.
b. Pemeriksaan mutu beton dengan alat hammer test.
c. Evaluasi mutu beton.
d. Analisa secara teknik.
2. Pengukuran
Pengukuran sangat diperlukan untuk menentukan lokasi beton
yang akan di uji dan penentuan pusat-pusat titik uji. Kesalahan
pengambilan titik uji akan mengurangi nilai keakuratan mutu beton yang
terbaca pada alat. Kesalahan bisa disebabkan antara lain dikarenakan
kurang bersihnya lokasi titik uji atau beton yang tertutup oleh selimut atau
plesteran beton yang berakibat berkurang nya mutu beton yang terbaca
pada alat hammer.
3. Perhitungan
Rumus-rumus yang digunakan dalam metode pangujian dengan Alat
Hammer test dalam Mega Pascal (MPa) yang dikorelasikan dengan (Kg/cm)
Peraturan Beton Indonesia (PBI 71) adalah sebagai berikut :
S=
n
(b bm)2
1
n1
Dimana :
S
= Standar Deviasi (Kg/Cm)
b = Kuat Tekan beton yang didapat dari titik uji(Kg/Cm)
bm = Kuat tekan rata-rata (Kg/cm2)
Kuat tekan rata-rata (bm) menurut rumus adalah :
n
(b bm)2
l
bm =
n
n
PEMBAHASAN
Beberapa pemeriksaan atau pengujian beton baik yang dilakukan di
laboaratorium maupun dilapangan, diantaranya diawali dengan 1. Pengujian
material untuk dapat menentukan formula sesuai dengan seberapa besar
mutu yang dikehendaki. 2. Pemeriksaan slump test guna melihat kadar
semen yang akan digunakan sebelum pelaksanaan beton dimulai di
lapangan. 3. Pengujian kuat tekan dan kuat lentur dengan pengambilan
sample dilapangan dan dibuatkan cetakan benda ujinya berupa kubus atau
silinder sesuai ukuran yang telah disyaratkan, kemudian benda uji test yang
dilakukan dengan menggunakan mesin kuat tekan universal testing machine
kuat tekan beton (kubus atau silinder) diketahui dengan cara memberikan
beban secara kontiniu pada benda uji sampai benda uji mengalami
kehancuran dan beban ini merupakan beban maksimum yang mampu dipikul
benda uji. Sedangkan untuk pengujian kuat lentur digunakan dengan mesin
yang sama dengan perbedaan pada benda ujinya.
Pelaksanaan pengujian kuat tekan maupun kuat lentur dilakukan pada benda
uji sesuai dengan yang disyaratkan PBI 71 adalah pada umur 3, 7, 14, 28
hari dan dilakukan di laboratorium.
Pengujian Mutu Beton dengan Alat Hammer Test
Pengujian dengan alat hammer test dilakukan apabila akan
mengetahui seberapa besar mutu beton yang ada baik pada beton baru
maupun beton lama dengan memukulkan atau memantulkan alat
palu/hammer test pada titik-titik uji seperti pada plat, kolom atau balok.
Kesalahan bisa terjadi apabila kurang teliti dalam membersikan lokasi titik uji
seperti kurang bersih, atau melakukan test pada beton yang sudah di
selimuti plester yang berakibat berkurangnya bacaan pada alat hammer.
Pengujian yang dilakukan pada ruang yang sama seharusnya akan
menghasilkan angka bacaan sama, namun apabila dilakukan pada titik yang
satu langsung menyentuh beton dan titik yang lainnya pada beton yang
terselimut plester atau kurang bersih akan menurunkan nilai bacaan mutu
beton tersebut, seperti :
PENUTUP
Kesimpulan
1. Pengujian kuat tekan beton bisa dilakukan uji pada saat mulai atau
sedang yang dilakukan di laboratorium dan uji setelah selesai
pelaksanaan yang dilakukan dengan menggunakan alat uji hammer test.
2. Alat hammer test yang akan digunakan untuk test kuat tekan beton,
terlebih dahulu dilakukan kalibrasi dengan alat yang namanya anvil agar
hasil bacaan yang diperoleh akurat.
3. Sebaiknya pengujian beton dilakukan di laboratorium diantaranya dengan
alat uji tekan sehingga hasil yang didapat akan lebih akurat dikarenakan
dilakukan pada saat pengerjaan beton atau beton masih berumur muda.
4. Akibat dari kesalahan dalam penentuan titik uji seperti kasus diatas
dimana titik pertama pada beton yang tertutup selimut/plesteran dan di
titik yang lain pada beton yang tidak adalagi selimut/plesterannya
walaupun pada satu ruang plat, dalam dua kasus uji tersebut akan
mengurangi nilai pembacaan pada alat hammer test 44% pada titik uji
terselimut plester sehingga terjadi penyimpulan mutu beton yang bias.
5. Kesalahan dari berkurangnya nilai mutu beton yang didapat di sebabkan
oleh banyak faktor yang terjadi dilapangan diantaranya tidak bersihnya
lokasi uji, penempatan atau penggunaaan alat uji yang tidak tegak lurus.
6. Kesalahan yang paling sering ditemukan dilapangan akibat dari kurang
telitinya petugas engineer atau teknisi dilapangan / human error dalam
penentuan titik uji.
Saran
1. Perlunya ketelitian pada saat menentukan lokasi titik uji beton dengan
alat hammer test.
2. Perlakuan penggunaan alat dilapangan harus seirama agar hasil yang
didapat akurat.
DAFTAR PUSTAKA
ASTM,1995, Concrete and Aggregates, Annual Book Of ASTM Standard,
Vo.04.02.1995, Philadelphia.
Departemen Pekerjaan Umum, 1991, Tata Cara Rencana Pembuatan
Campuran Beton Normal (Cetakan Pertama Bandung, SK SNI T 151991-03), Yayasan LPMB, Bandung.
Departemen Pekerjaan Umum, 1991, Tata Cara Pembuatan Rencana
Campuran Beton Normal Berdasarkan SK SNI T 15 1990 03.
Departemen Pekerjaan Umum, 1991, Tata Cara Pembuatan Rencana
Campuran Beton Normal Berdasarkan SNI 03-2834 -1993, Balitbang
Departemen Kimpraswil, Edisi Pertama, Desember 2002.
Departemen Pekerjaan Umum, 1971, Peraturan Beton Indonesia 1971/PBI
71, April 1971.
Gunawan Rudi, 1993, Perencanaan Beton Bertulang, Kanisius, Yogyakarta.
Sagel, R & P. Cole, 1995, Pedoman Pengerjaan Beton Berdasarkan SK SNI
T-15-1991-03, Erlangga, Jakarta.