OPTIMASI PABRIK
(HMKB 766)
Disusun Oleh :
FAJAR ANUGERAH PERDANA P.
(H1F113061)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Penggunaan
Energi
fosil
yang
terus
meningkat
setiap
tahunnya,
samping dari proses ekstraksi tebu. Selama ini ampas tebu hanya menjadi
limbah yang tidak dimanfaatkan. Bahkan limbah itu menjadi sumber pencemaran
lingkungan di sekitar pabrik gula. Pemanfaatan energi pada pabrik gula dapat
berlangsung efisien karena melalui sistem pembangkitan ganda atau yang
populer disebut dengan sistem cogeneration. Dimana uap yang diproduksi dari
ketel pembakaran ampas pertama digunakan untuk turbin penggerak generator
listrik atau penggerak gilingan, yang secara simultan dihasilkan uap bekas untuk
proses pemanasan nira, penguapan nira pada evaporator dan kristalisasi pada
vacuum pan. Bersamaan dengan penerapan sistem bleeding di evaporator, dan
digunakan uap nira untuk proses pemanasan dan kristalisasi, maka dapat
diperoleh kelebihan ampas hingga 29 %. Dan jika, Digunakan cogeneration
tekanan tinggi dengan turbin uap tipe kondensasi ekstraksi ganda dan sistem
elektrifikasi untuk penggerak seluruh peralatan, kelebihan ampas tersebut dapat
mencapai hingga 60 %, sehingga dapat memberi peluang PG untuk menjual
tenaga listrik sepanjang tahun dengan melewati jaringan listrik negara (Kong, at
al. 1999; Miguel. 1994; Reviere. 1989).
Suplesi bahan bakar termasuk pemakaian listrik PLN di beberapa pabrik
gula yang tidak efisien, dapat menyebabkan biaya produksi gula bertambah
hingga mencapai 10 % dan bahkan lebih (Kurniawan dkk. 2006). Ciri ciri dari
pabrik yang kurang efisien tersebut dapat ditandai mempunyai produksi uap per
kg ampas rendah mencapai sekitar 1,8 kg (normalnya > 2,2 kg) dan konsumsi
uap per tebu tinggi mencapai hingga > 60 % (normalnya < 50 %). Potensi energi
yang ada pada pabrik gula dapat diwujudkan apabila dilakukan optimasi
terhadap jumlah dan kualitas ampas di gilingan, produksi uap di stasiun ketel dan
penggunaan uap dalam pabrik.
1.2
Tujuan Penulisan
1. Mengetahui kegunaan Optimasi dalam menjalankan Produksi pada
Perusahaan/Pabrik.
2. Memahami manfaat dari Energi Limbah Ampas Tebu.
BAB II
HASIL dan PEMBAHASAN
2.1
Definisi Optimasi
Kalimat optimasi sifatnya termasuk global, karena banyak digunakan
sebagai kata kunci paling populer, oleh karena itu saya akan menjelaskan apa itu
optimasi yang sepertinya masih banyak yang bingung. Optimasi secara umum
adalah untuk memaksimalkan atau mengoptimalkan sesuatu hal yang bertujuan
untuk mengelola sesuatu yang dikerjakan, sehingga optimasi bisa dikatakan kata
benda yang berasal dari kata kerja, dan optimasi bisa dianggap baik sebagai
ilmu pengetahuan dan seni menurut tujuan yang ingin dimaksimalkan. Menurut
definisi, optimasi adalah "proses produksi lebih efisien (lebih kecil dan / atau lebih
cepat) program melalui seleksi dan desain struktur data, algoritma, dan urutan
instruksi dan lain-lainnya.
2.2
sistem terintegrasi yang terdiri dari 5 variable utama yang saling berkaitan, yaitu
manusia, material, informasi, perlengkapan, dan energi. Tugas utama dari
praktisi optimasi adalah menetapkan level yang optimum dan mengalokasikan
kelima variable tersebut pada posisi yang tepat agar menghasilkan suatu sistem
terintegrasi yang optimal.
2.3
Optimasi Pabrik
Optimasi pabrik adalah salah satu metode/cara memaksimalkan hasil
produksi dan efisiensi pabrik. Memaksimalkan efisiensi pabrik merupakan
masalah memahami hal-hal seperti energi, tenaga kerja, penggunaan fasilitas,
dan menerapkan prosedur-prosedur yang membuat penggunaan terbaik dari
mereka. Memaksimalkan hasil adalah cara terbaik yang didefinisikan dengan
menyatakan pemanfaatan limbah menjadi energi alternatif (dalam hal Pabrik
pertanian). Tujuannya di sini adalah untuk menghasilkan sebanyak mungkin
produk akhir dari bahan baku sesedikit mungkin. melibatkan evaluasi proses dan
mengambil langkah yang diperlukan untuk memastikan bahwa tanaman memiliki
peralatan yang terbaik dalam produksi menggunakan bahan baku, dan bahwa
peralatan ini digunakan dengan cara yang paling efisien.
2.4
Quality Control
Pengendalian kualitas mutu dalam proses produksi sangat penting untuk
diperhatikan dalam menjamin kualitas produk yang dihasilkan bekualitas
sehingga dapat memberikan kepuasan kepada konsumen atau pemakai dari
produk tersebut. Mengontrol proses manufaktur yang sebenarnya memenuhi
persyaratan yang ditetapkan oleh designer dapat dipahami juga sebagai
pengendali kualitas. Meskipun banyak perusahaan mempromosikan kualitas
sebagai faktor penentu keberhasilan, tidak ada kesepakatan umum tentang
definisi apa dan bagaimana menghitung biaya kualitas (Schiffauerova dan
Thomson, 2006). Proses standar kontrol kualitas didefinisikan dan ditentukan
oleh Quality control serta idealnya didukung dan divalidasi melalui proses audit
yang dirancang untuk menjamin kepatuhan yang tepat untuk standar tersebut.
Standar laporan yang ditetapkan adalah tonggak penunjuk dimana penilaian
harus diselesaikan. Standar ini harus ditulis dan dipahami dengan jelas oleh staf
produksi.
Quality control memberikan ruang lingkup dan minimalnya diulas dengan
mengidentifikasi masalah umum dan bagian-bagian penting yang harus dikaji
secara rinci untuk memastikan bahwa produk cacat dapat dikoreksi. Proses
Quality control yang efektif melibatkan audit. Meskipun standar dipahami dengan
baik, namun tidak akan berguna jika parameter yang telah ditentukan tidak
diikuti. Tujuan dari proses Quality control adalah untuk membantu pengiriman
jaminan penilaian yang secara konsisten memenuhi atau melebihi harapan
pelanggan sementara mengikuti standar industri dan peraturan yang berlaku.
Proses ini harus didokumentasikan dan jelas referensi dan memasukkan laporan
perusahaan dan standar Quality control. Tinjauan Quality control adalah tentu
"baris pertahanan terakhir" untuk menangkap dan memperbaiki produk cacat
yang mungkin telah masuk selama proses produksi.
2.5
Efisiensi produksi
Pengertian efisiensi adalah komponen produktivitas dan mengacu pada
perbandingan aktual dan jumlah optimal dari input dan output (Lovell, 1993), di
mana produktivitas merupakan hubungan antara output dan input dalam bentuk
rasio. Susantun (2000) menyatakan bahwa pengertian efisiensi dalam produksi
adalah perbandingan output dan input berhubungan dengan tercapainya output
maksimum dengan sejumlah input, artinya apabila rasio output/input besar maka
efisiensi dikatakan tinggi. Soekartawi (1990) mengartikan efisiensi sebagai upaya
penggunaan input yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan produksi yang
sebesar-besarnya, di mana situasi tersebut dapat terjadi apabila proses produksi
membuat suatu upaya kalau nilai produk marginal untuk suatu input sama
dengan harga input tersebut. Pada umumnya bertambahnya efisiensi disebabkan
karena (Komaruddin, 1986):
a
ekonomi
produksi
pertanian
yang
kemudian
aplikasinya
Peningkatan Produktivitas
Lean manufacturing dapat didefinisikan sebagai suatu pendekatan sistemik dan
sistematik untuk mengidentifikasi dan menghilangkan pemborosan (waste) atau
aktivitas-aktivitas yang tidak bernilai tambah (non-value-adding activities) melalui
peningkatan terus menerus secara radikal (radical continuous improvement)
dengan cara mengalirkan produk (material, work in process, output) dan
informasi menggunakan sistem tarik (pull system) dari pelanggan internal dan
eksternal untuk mengejar keunggulan dan kesempurnaan dalam industri
manufaktur.
Tujuan
dari
penerapan
Lean
Manufacturing
adalah
untuk
Value stream mapping adalah sebuah metode visual untuk memetakan jalur
produksi dari sebuah produk yang di dalamnya termasuk material dan informasi
dari masing-masing stasiun kerja.Value stream mapping ini dapat dijadikan titik
awal bagi perusahaan untuk mengenali pemborosan dan mengidentifikasi
penyebabnya. Menggunakan value stream mapping berarti memulai dengan
gambaran besar dalam menyelesaikan permasalahan bukan hanya pada prosesproses tunggal dan melakukan peningkatan secara menyeluruh dan bukan
hanya pada proses-proses tertentu saja. Peta atngan kiri dan kangan kanan
merupakan suatu alat dari studi gerakan untuk menentukan gerakan yang efisien
yaitu gerakan-gerakan yang diperlukan untuk melaksanakan suatu pekerjaan.
Peta ini sangat praktis untuk memperbaiki suatu pekerjaan manual dimana tiap
siklus dari pekerja terjadi dengan cepat dan terus berulang. Kegunaan peta
tangan kanan dan tangan kiri :
a
Sebagai alat untuk melatih pekerjaan baru dengan cara yang ideal.
Karyawan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dapat
karyawan
dan
insentif
keuangan
tampaknya
meningkatkan
karyawan
tampaknya
setidaknya
meningkatkan
produktivitas
2.7
Jumlah Ampas
Pada Pabrik gula (PG) ampas sebagai sumber energi tersedia sebagai
keluaran dari stasiun gilingan. Ampas dari gilingan akhir melalui elevator dan
distributor conveyor dibawa menuju stasiun ketel, dengan pengaturan sebagian
ampas akan diumpankan ke dalam dapur dan sisanya menuju gudang. Jumlah
ampas dipengaruhi oleh kadar sabut yang terkait dengan varitas, karena tinggi
rendahnya kadar sabut adalah bawaan genetik varitas. Tebu redemen tinggi
cenderung mempunyai kadar sabut rendah. Disamping kadar sabut juga
dipengaruhi oleh umur tebu, tebu muda umumnya memiliki kadar sabut rendah
dan sebaliknya tebu semakin masak memiliki kadar sabut tebu yang lebih tinggi.
Dari hasil audit energi di beberapa pabrik gula diperoleh kadar sabut tebu di
giling berkisar antara 11 sd. 16 % atau dengan kadar ampas tebu antara 27 sd.
38 % . Pada awal giling kebanyakan kadar sabut tebu masih rendah sekitar 11
%, sehingga pabrik gula cenderung kekurangan ampas. Hal tersebut perlu
dihindari dengan penataan varietas masak awal dan penggunanan tebu berkadar
sabut tinggi.
2.8
Kualitas Ampas
Yang
semakin tinggi kualitas ampas berarti semakin tinggi kalorinya. Kualitas ampas
dipengaruhi oleh kadar air. Dengan meningkatkan supervisi pada gilingan
diharapkan kadar air ampas keluar gilingan akhir lebih kecil dari 50 % dan kadar
gula (pol) 2,5 %. Menurut rumus Pritzelwitz (Hugot, 1986); NCV = 4250 48w
10 pol kkal/kg, maka tiap kilogram ampas dengan kadar air 50 % dan pol 2,5 %
memiliki nilai bakar rendah ampas (net calorific value = NCV) 1825 kkal. Dengan
meningkatnya kadar air, nilai bakar ampas akan menurun. Pada Tabel I
ditunjukkan pengaruh ampas yang semakin basah terhadap penurunan kalori.
Pada pabrik yang memiliki kapasitas 5500 TCD dengan waktu giling 160 hari,
dari kadar air ampas 51 % naik 54 % akan terjadi penurunan kalori setara minyak
IDO hingga 3.960 t. senilai Rp. 23,76 milyar.
52
53
54
Kalori ampas
(kkal/kg)
1729
1681
1633
Penurunan kalori
ampas {kkal/160 hr.
gil.
(x 10 ) 9}
Penurunan kalori
ampas setara
minyak IDO, t
10,5
60
21,12
0
31,680
1.32
0
2.640
3.960
Penurunan kalori
ampas setara harga
IDO, Rp. milyard
7,92
0
15,84
0
23,760
di luar
negeri (Maranhao. 1980; Miller. 1977; Abilio. and Faul. 1987). Kualitas ampas
sebagai bahan bakar juga dipengaruhi oleh tingkat kelembutan dan kandungan
tanah atau pasir dalam ampas (Lamb, 1977 & 1980). Stasiun pembangkit uap
akan dapat bekerja secara optimal apabila ampas yang dibakar memiliki
kelembutan yang sesuai dengan sistem pembakaran dari ketel yang digunakan.
Ketel jenis lama dengan dapur Step Grate, Ward, Hourse Shoe dan Dutch Oven
lebih sesuai untuk ampas kasar yang dihasilkan gilingan dengan Crusher,
sedangkan jenis ketel Spreader Stoker lebih sesuai untuk ampas halus yang
dihasilkan gilingan dengan Unigrator atau shreader (Magaziner. 1989). Ampas
dengan kadar abu kurang dari 2,5 % dapat dikatagorikan sebagai ampas yang
berkualitas baik sebagai bahan bakar. Kehadiran tanah atau pasir dalam ampas
akan meningkatkan kadar abu, menurunkan efisiensi ketel dan menimbulkan
kesulitan seperti rate pembakaran menurun serta timbulnya abrasi pada
perpipaan dan blower IDFan.
2.9
Penggunaan Uap
Uap yang digunakan dapat dibedakan dan dibagi dalam dua kategori
yaitu,uap baru (UBA) dan uap bekas (UBE). UBA adalah uap yang keluar dari
ketel pada tekanan sesuai desain operasi ketel dan UBE adalah uap bekas yang
keluar dari mesin atau turbin penggerak turboalternator, gilingan, peralatan di
stasiun ketel dengan tekanan uap hingga 1kg/cm.
apabila
menggunakan
penggerak
elektromotor.
peralatan
Pada
menuju
prinsipnya
ke
sistem
penggunaan
elektrifikasi
UBA
dapat
7,5 kg/kWh ketika sebagian uap di ekstraksi pada tekanan 17,5 kg/cm untuk
kebutuhan turbin tipe back pressure penggerak gilingan (Paturao,1989; Reviere,
1998).
(-) Mesin
Uap Torak
(-) Turbin
uap, Tipe
Back
pressure :
1 Single
Stage
2 Multi
Stage
(-) Turbin
Uap
(Atmospher
ic
Condenser)
(-) Double
Extraction
Condesing
Turbine
(DECT)
Uap Baru
Tekanan
(Kg/cm
)
8
Suhu
(C)
Uap Bekas
(kondensat*)
Tekanan
Suhu (C)
(Kg/cm)
Konsumsi
uap
(kg/kWh)
170
0,6
130
26
15 17,5
250 325
0,8
170
13,5 - 20
15 17,5
250
325
0,6
135
10-5 - 15
17,5
325
0,3 0,8
95* - 135
9,5 10,5
30 - 70
450 500
0,0517,5
40* - 325
4,2 7,5
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Optimasi Pabrik berguna untuk memaksimalkan hasil produksi, hasil
2.
3.2
Saran
Agar lebih memperhatikan tanda baca dan penulisan kalimat yang benar
dalam menulis jurnal. Dapat disertai dengan gambar yang jelas agar pembaca
lebih memahami dan memiliki gambaran mengenai artikel didalam jurnal
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Abilio, A and F. Faul, 1987, Bagasse drying, Sugar Journal, Vol. 89, No. 1060
: 68-71.
Hugot, E. 1986, Handbook of Cane Sugar Engineering, (3rd ed), Elsevier,
New York, 1165 p.
Hansjoachim, Wunsch and Pedro, Avram Walganoff, (1999), Technology
transfer between beet and cane sugar industries, Possibilities for
energy savings including cogeneration, Proc.
of XXIII
th
ISSCT
th