Askep Cva
Askep Cva
5. Kontrasepsi oral peningkatan oleh hipertensi yang menyertai usia di atas 35 tahun.
C. Manifestasi Klinis CVA (Stroke)
Manifestasi klinis CVA atau stroke adalah kehilangan motorik disfungsi motorik yang paling
umum adalah hemiplegi karena lesi pada otak yang berlawanan, hemparesis atau kelemahan
salah satu sisi tubuh. Pada awal stroke biasanya paralisis menurunnya reflek tendon dalam,
kehilangan komunikasi, gangguan persepsi, kerusakan kognitif dan efek psikologis, disfungsi
kandung kemih (Smeltzer, 2002 : 213).
D. Pathofisiologi CVA (Stroke)
Menurut Hudak dan Gallo aliran darah di setiap otak terhambat karena trombus atau embolus,
maka terjadi kekurangan oksigen ke jaringan otot, kekurangan oksigen pada awalnya mungkin
akibat iskemia imun (karena henti jantung atau hipotensi) hipoxia karena proses kesukaran
bernafas suatu sumbatan pada arteri koroner dapat mengakibatkan suatu area infark (kematian
jaringan).
Berdasarkan Price SA dan Wilson Lorraine M (perdarahan intraksional) biasanya disebabkan
oleh ruptura arteri cerebri ekstravasasi darah terjadi di daerah otak atau subarachnoid, sehingga
jaringan yang terletak di dekatnya akan tertekan. Darah ini sangat mengiritasi jaringan otak,
sehingga mengakibatkan vasospasme pada arteri di sekitar pendarahan, spasme ini dapat
menyebaar ke seluruh hemisfer otak, bekuan darah yang semua lunak akhirnya akan larut dan
mengecil, otak yang terletak di sekitar tempat bekuan dapat membengkak dan mengalami
nekrosis.
E. Pemeriksaan Penunjang CVA (Stroke)
1. Angiografi cerebral membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti
perdarahan atau obstruksi arteri adanya titik oklusi atau ruptur.
2. CT Scan : memperlihatkan adanya oedem
3. MRI : mewujudkan daerah yang mengalami infark
4. Penilaian kekuatan otot
5. EEG : mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak.
F. Penatalaksanaan CVA (Stroke)
Menurut Listiono D (1998 : 113) penderita yang mengalami stroke dengan infark yang luas
melibatkan sebagian besar hemisfer dan disertai adanya hemiplagia kontra lateral hemianopsia,
selama stadium akut memerlukan penanganan medis dan perawatan yang didasari beberapa
prinsip.
4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan gangguan mobilitas fisik dan gangguan
proses kognitif.
1. Intervensi :
1. Kaji derajat ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas perawatan diri
(mandi, makan, toile training).
2. Lakukan perawatan kulit selama 4-5 jam, gunakan loiton yang
mengandung minyak, inspeksi bagian di atas tulang yang menonjol setiap
hari untuk mengetahui adanya kerusakan.
3. Berikan hygiene fisik total, sesuai indikasi, sisi rambut setiap hari, kerams
setiap minggu sesuai indikasi.
4. Lakukan oral hygiene setiap 4-8 jam, sikat gigi, bersihkan membran
mukosa dengan pembilas mulut, jaga agar kuku tetap terpotong rapi dan
bersih.
5. Kaji dan pantau status nutrisi.
6. Perbanyak masukan cairan sampai 2000 ml/hari kecuali terhadap kontra
indikasi.
7. Pastikan eliminasi yang teratur.
8. Berikan pelunak feses enema sesuai pesanan (Tucker, 1998).
5. Gangguan harga diri berhubungan dengan biofisik, psikososial, perseptual kognitif.
1. Intervensi:
1. Kaji luasnya gangguan persepsi dan hubungkan dengan derajat
ketidakmampuan.
2. Identifikasi arti dari kehilangan atau disfungsi perubahan pada pasien.
3. Anjurkan kepada pasien untuk mengeskpresikan perasaannya termasuk
rasa bermusuhan dan perasaan marah.
4. Catat apakah pasien menunjukkan daerah yang sakit atau pasien
mengingkari daerah tersebut dan mengatakan hal tersebut telah mati.
5. Akui pernyataan perasaa pasien tentang pengingkaran terhadap tubuh,
tetap pada kenyataan bahwa pasien masih dapat menggunakan bagian
tubuhnya yang sakit.
2. Doengoes, M.E., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, EGC, Jakarta.
3. Hudak, C.M., Gallo, B.M., 1986, Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik, EGC,
Jakarta.
4. Long, B.C., 1996, Perawatan Medikal Bedah, Yayasan Ikatan Alumni, Pendidikan
Keperawatan, Padjajaran, Bandung.
5. Lumban Tobing, S.M., 1998, Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
6. Price, S.A., dan Wilson, L.M, 1995, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit,
EGC, Jakarta.