Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
mengendap di dalam tabung uji dengan satuan mm/jam. [1] [2] Uji LED
umumnya dilakukan menggunakan metode Westergren dan bertujuan untuk memantau
keberadaan radang atau infeksi di dalam tubuh. [3] Dalam metode tersebut, sampel darah yang
telah diberi antikoagulan diletakkan di dalam tabung vertikal 200 mm dan kemudian
didiamkan selama 1 sampai 2 jam untuk diamati seberapa jauh sel darah merah jatuh menuju
dasar tabung tersebut. [2] [3]
Faktor - faktor yang mempengaruhi hasil uji LED adalah kadar fibrinogen, rasio sel darah
merah dibandingkan dengan plasma darah, keadaan sel darah merah yang abnormal, dan
beberapa faktor teknis. [3] [4] Kadar fibrinogen dalam darah akan meningkat saat terjadi radang
atau infeksi dan menyebabkan sel - sel darah merah lebih mudah membentuk rouleaux atau
menggumpal sehingga sel darah merah lebih cepat mengendap. [3]
Laju endap darah cenderung dikaitkan dengan keberadaan radang atau infeksi, namun dapat
juga membantu pemantauan kelainan kekebalan tubuh, diabetes, tuberkulosis, anemia,
bahkan kanker. [2] [4] [5] Laju endap darah juga mengalami peningkatan saat masa kehamilan
atau seiring dengan bertambahnya usia. [4] [6]
Faktor teknis
Faktor teknis yang dapat mempengaruhi hasil uji LED mencakup posisi dan tinggi tabung
pengujian, proses pencampuran sampel darah dengan antikoagulan, serta pengaruh
lingkungan terhadap tabung pengujian dalam proses pengamatan. [4] Perhatian yang kurang
terhdap hal - hal teknis tersebut dapat memberikan pengaruh yang cukup besar terhdap hasil
uji LED. [4]
Pria
Wanita
: < 20 mm / 1 Jam
Implikasi Klinik
1. Nilai LED meningkat terjadi pada ; kondisi infeksi akut dan kronis, misalnya
tuberkulosis,
arthitisreumatoid,
infark
miokard
akut,
kanker,
penyakitHodkin's, gout, Systemic Lupus Erithematosus (SLE), penyakit tiroid,
luka bakar, kehamilan trimester II dan III. Peningkatan nilai LED > 50
mm/jam, harus diinvestigasi lebih lanjut dengan melakukan pemeriksaan
terkait infeksi akut maupun kronis, yaitu : kadar protein dalam serum atau
protein immunoglobulin,Anti Nuclear Antibody (ANA) tes, reumatoid factor.
Sedangkan Peningkatan LED > 100 mm/jam selalu dihubungkan dengan
kondisi serius, misalnya infeksi, malignansi, paraproteinemia, primary
macroglobulinaemia, hiperfibrinogenaemia, polymyalgia rheumatic.
2. Nilai LED menurun terjadi pada ; Polisitemia, gagal jantung kongesti,
anemia sel sabit, Hipofibrinogenemia, serum protein rendah interaksi obat
dengan hasil laboratorium, :etambutol, kuinin, aspirin, dan kortison.
http://ericandhilaryrose.blogspot.com/2014/03/interpretasi-hasil-laju-endapdarah-esr.html
Laju endap darah (erithrocyte sedimentation rate, ESR) yang juga disebut kecepatan endap
darah (KED) atau laju sedimentasi eritrosit adalah kecepatan sedimentasi eritrosit dalam
darah yang belum membeku, dengan satuan mm/jam. LED merupakan uji yang tidak
spesifik. LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi akut, infeksi akut dan kronis,
kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi, dan kondisi stress
fisiologis (misalnya kehamilan). Sebagian ahli hematologi, LED tidak andal karena tidak
spesifik, dan dipengaruhi oleh faktor fisiologis yang menyebabkan temuan tidak akurat.
Metode
Metode yang digunakan untuk pemeriksaan LED ada dua, yaitu metode Wintrobe
dan Westergreen. Hasil pemeriksaan LED dengan menggunakan kedua metode
tersebut sebenarnya tidak seberapa selisihnya jika nilai LED masih dalam batas
normal. Tetapi jika nilai LED meningkat, maka hasil pemeriksaan dengan metode
Wintrobe kurang menyakinkan. Dengan metode Westergreen bisa didapat nilai
yang lebih tinggi, hal itu disebabkan panjang pipet Westergreen yang dua kali
panjang pipet Wintrobe. Kenyataan inilah yang menyebabkan para klinisi lebih
menyukai metode Westergreen daribada metode Wintrobe. Selain itu,
International Commitee for Standardization in Hematology (ICSH)
merekomendasikan untuk menggunakan metode Westergreen.
LED berlangsung 3 tahap, tahap ke-1 penyusunan letak eritrosit (rouleaux
formation) dimana kecepatan sedimentasi sangat sedikit, tahap ke-2 kecepatan
sedimentasi agak cepat, dan tahap ke-3 kecepatan sedimentasi sangat rendah.
Prosedur
1. Metode Westergreen
o
Tabung diletakkan pada rak dengan posisi tegak lurus, jauhkan dari
getaran maupun sinar matahari langsung.
2. Metode Wintrobe
o
Sampel yang digunakan berupa darah EDTA atau darah Amoniumkalium oksalat. Homogenisasi sampel sebelum diperiksa.
Nilai Rujukan
1. Metode Westergreen :
Pria : 0 - 15 mm/jam
Wanita : 0 - 20 mm/jam
2. Metode Wintrobe :
o
Pria : 0 - 9 mm/jam
Wanita 0 - 15 mm/jam
Masalah Klinik
Faktor yang mengurangi LED : bayi baru lahir (penurunan fibrinogen), obat
(lihat pengaruh obat), gula darah tinggi, albumin serum, fosfolipid serum,
kelebihan antikoagulan, penurunan suhu.
http://labkesehatan.blogspot.com/2009/12/laju-endap-darah-led.html
Satu-satunya yang mampu memberikan hasil dalam 20 detik dengan mengukur
sel darah merah agregasi mengatasi variabel dan keterbatasan metode
sedimentasi juga tercantum dalam dokumen CLSI adalah analisa Alifax ESR. Hasil
pertama adalah di tangan setelah 5 menit dari analisis awal. Ia juga memiliki
korelasi yang tinggi dengan metode Westergren. Analisa ini menggunakan
tabung CBC yang sama dengan hanya 800 sampel ul. Thermo dinyatakan di 37
C dan memiliki printer thermal. Kartu cerdas dan kalibrasi lateks dan kontrol
yang hadir. Jarum dapat dengan mudah diganti dan memiliki fitur cuci otomatis.
Alifax ESR analisis adalah satu-satunya yang mampu memberikan hasil dalam 20
detik dengan mengukur sel darah merah agregasi mengatasi variabel dan
keterbatasan metode sedimentasi juga tercantum dalam dokumen CLSI.
Fitur:
Hasil dalam 20 detik yang terkait dengan sel darah merah agregasi
Hasil pertama yang tersedia setelah 5 menit dari analisis awal
Tidak ada reagen yang dibutuhkan
Hasil dinyatakan dalam mm / jam
Korelasi yang tinggi dengan metode Westergren
Tidak ada pengaruh tingkat hematokrit rendah
Penggunaan tabung CBC yang sama
Hanya 800 sampel ml diminta dalam tabung
Lateks Kalibrasi & Kontrol
Kartu cerdas
Thermostated pada 37 C
Pencampuran siklus sesuai dengan persyaratan CLSI
Koneksi ke LIS
Pengganti jarum Sederhana
Printer thermal
Otomatis cuci
Termasuk 1 Barcode Reader
Infosehat09hartonoprasetyo's Blog
Agar hidup makin sehat
Feeds:
Pos
Komentar
INSOMNIA (3)
BAHAYA DI BALIK DENGKURAN
LAJU ENDAP DARAH (LED) TINGGI = DARAH KENTAL ?
Siang itu saya mengantar Mama ke dokter jantung karena hasil pemeriksaan laboratorium
seminggu sebelumnya menyatakan hasil Laju Endap Darah (LED) sangat tinggi. Dan ada
salah seorang teman yang mengatakan bahwa Laju Endap Darah (LED) yang tinggi berarti
kekentalan darah juga tinggi sehingga berbahaya bagi jantung. Namun ternyata menurut
dokter jantung kedua hal tersebut tidak sama. Laju Endap Darah (LED) yang tinggi dapat
merupakan indikasi adanya peradangan/infeksi.
Apa yang dimaksud dengan Laju Endap Darah / LED /Erythrocyte Sedimentation Rate
/ ESR ?
Laju Endap Darah (LED) atau dalam bahasa Inggrisnya Erythrocyte Sedimentation Rate
(ESR) merupakan salah satu pemeriksaan rutin untuk darah untuk mengetahui tingkat
peradangan dalam tubuh seseorang. Proses pemeriksaan sedimentasi (pengendapan) darah ini
diukur dengan memasukkan darah kita ke dalam tabung khusus LED dalam posisi tegak lurus
selama satu jam. Sel darah merah akan mengendap ke dasar tabung sementara plasma darah
akan mengambang di permukaan. Kecepatan pengendapan sel darah merah inilah yang
disebut LED. Atau dapat dikatakan makin banyak sel darah merah yang mengendap maka
makin tinggi Laju Endap Darah (LED)-nya.
Dasar teori
Di dalam tubuh, suspensi sel-sel darah merah akan merata di seluruh plasma sebagai akibat
pergerakan darah. Akan tetapi jika darah ditempatkan dalam tabung khusus yang sebelumnya
diberi antikoagulan dan dibiarkan 1 jam, sel darah akan mengendap dibagian bawah tabung
karena pengaruh gravitasi. Laju endap darah ( LED ) berfungsi untuk mengukur kecepatan
pengendapan darah merah di dalam plasma ( mm/jam ).
Tinggi ringannya nilai pada Laju Endap Darah (LED) memang sangat dipengaruhi oleh
keadaan tubuh kita, terutama saat terjadi radang. Namun ternyata orang yang anemia, dalam
kehamilan dan para lansia pun memiliki nilai Laju Endap Darah yang tinggi. Jadi orang
normal pun bisa memiliki Laju Endap Darah tinggi, dan sebaliknya bila Laju Endap Darah
normalpun belum tentu tidak ada masalah. Jadi pemeriksaan Laju Endap Darah masih
termasuk pemeriksaan penunjang, yang mendukung pemeriksaan fisik dan anamnesis dari
sang dokter.
Namun biasanya dokter langsung akan melakukan pemeriksaan tambahan lain, bila nilai Laju
Endap Darah di atas normal. Sehinggai mereka tahu apa yang mengakibatkan nilai Laju
Endap Darahnya tinggi. Selain untuk pemeriksaan rutin, Laju Endap Darah pun bisa
dipergunakan untuk mengecek perkembangan dari suatu penyakit yang dirawat. Bila Laju
Endap Darah makin menurun berarti perawatan berlangsung cukup baik, dalam arti lain
pengobatan yang diberikan bekerja dengan baik.
Standar Laju Endap Darah / LED
Proses pengendapan darah terjadi dalam 3 tahap yaitu tahap pembentukan rouleaux sel
darah merah berkumpul membentuk kolom, tahap pengendapan dan tahap pemadatan. Di
laboratorium cara untuk memeriksa Laju Endap Darah (LED) yang sering dipakai adalah cara
Wintrobe dan cara Westergren. Pada cara Wintrobe nilai rujukan untuk wanita 0 20
mm/jam dan untuk pria 0 10 mm/jam, sedang pada cara Westergren nilai rujukan untuk
wanita 0 15 mm/jam dan untuk pria 0 10 mm/jam.
Hasil pemeriksaan LED dengan menggunakan kedua metode tersebut sebenarnya tidak
seberapa selisihnya jika nilai LED masih dalam batas normal. Tetapi jika nilai LED
meningkat, maka hasil pemeriksaan dengan metode Wintrobe kurang menyakinkan. Dengan
metode Westergren bisa didapat nilai yang lebih tinggi, hal itu disebabkan panjang pipet
Westergren yang dua kali panjang pipet Wintrobe. Kenyataan inilah yang menyebabkan para
klinisi lebih menyukai metode Westergren daribada metode Wintrobe. Selain itu,
International Commitee for Standardization in Hematology (ICSH) merekomendasikan untuk
menggunakan metode Westergreen.
Variasi hasil Laju endap Darah / LED/ CSR
Pada orang yang lebih tua nilai Laju Endap Darah juga lebih tinggi.
Dewasa (Metode Westergren):
Pria < 50 tahun
= kurang dari 15 mm/jam
Pria > 50 tahun
= kurang dari 20 mm/jam
Wanita < 50 tahun = kurang dari 20 mm/jam
Wanita > 50 tahun = kurang dari 30 mm/jam
Anak-anak (Metode Westergren):
Baru lahir
= 0 2 mm/jam
Baru lahir sampai masa puber = 3 13 mm/jam
Faktor-faktor yang mempengaruhi Laju Endap Darah / LED
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Laju Endap Darah (LED) adalah faktor eritrosit,
faktor plasma dan faktor teknik.
LED dapat meningkat karena :
Faktor Eritrosit
Jumlah eritrosit kurang dari normal
Ukuran eritrosit yang lebih besar dari ukuran normal, sehingga lebih mudah/cepat
membentuk rouleaux LED .
Faktor Plasma
Peningkatan kadar fibrinogen dalam darah akan mempercepat pembentukan rouleaux
LED .
Peningkatan jumlah leukosit (sel darah putih) biasanya terjadi pada proses infeksi akut
maupun kronis
Reaksi:
I.
Judul Praktikum
II.
III.
Prinsip Percobaan
Landasan Teori
Di dalam tubuh, suspensi sel-sel darah merah akan merata di seluruh plasma sebagai
akibat pergerakan darah. Akan tetapi jika darah ditempatkan dalam tabung khusus yang
sebelumnya diberi antikoagulan dan dibiarkan 1 jam, sel darah akan mengendap dibagian
bawah tabung karena pengaruh gravitasi. Laju endap darah (LED) berfungsi untuk mengukur
kecepatan pengendapan darah merah di dalam plasma (mm/jam).
Tiga fase LED meliputi :
Beberapa menit setelah percobaan dimulai, sel darah merah dalam keadaan melayang,
sulit mengendap ( 1-30 menit)
Terjadi setelah darah saling berikatan membentuk rauleaux permukaan relatife kecil ,
masa menjadi lebih berat (30-60 menit)
Terjadi setelah sel darah mengendap, menampak di dasar tabung (60-120 menit)
Dalam keadaan normal nilai LED jarang melebihi 10 mm per jam. LED ditentukan
dengan mengukur tinggi cairan plasma yang kelihatan jernih berada di atas sel darah merah
yang mengendap pada akhir 1 jam ( 60 menit ).
LED tidak spesifik untuk penyakit/gangguan kesehatan tertentu. Perlu data-data lain
untuk menyimpulkan penyebab dari naiknya nilai LED. Baik dari anamnesa meliputi keluhan
dan riwayat kesehatan karyawan, pemeriksaan fisik, serta hasil pemeriksaan penunjang
lainnya (laboratorium, rontgen, dll).
LED tinggi bisa merupakan indikasi adanya gangguan kesehatan dalam tubuh kita.
Namun seseorang yang hasil pemeriksaan LEDnya tinggi belum tentu memiliki gangguan
kesehatan. Sebaliknya seseorang yang memiliki gangguan kesehatan bisa saja nilai LEDnya
normal.
V.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
b.
1.
2.
3.
VI.
Bahan
Kapas Alkohol
Natrium Sitrat
Sampel darah EDTA
Prosedur Kerja
Cara Westergren
A. Pra Analitik
1.
2.
Persiapan sampel:
Darah vena dicampur dengan antioagulan larutan Natrium Sitrat 0,109 M dengan
perbandingan 4 : 1. dapat juga dipakai darah EDTA yang diencerkan dengan larutan sodium
sitrat 0,109 M atau NaCl 0,9% dengan perbandingan 4:1.
3.
Prinsip: mengukur kecepatan sendimentasi sel eritrosit di dalam plasma. Satuannya mm/jam
4.
a. Pipet Westergren
b. Rak untuk pipet Westergren
c. Natrium sitrat 0,109 M
B.
Analitik
1.
Isi pipet Westergren dengan darah yang telah diencerkan sampai garis tanda 0. Pipet harus
bersih dan kering.
2.
Letakkan pipet pada rak dan perhatikan supaya posisinya betul-betul tegak lurus pada sushu
18-250C. Jauhkan dari cahaya matahari dan getaran.
3.
C.
Pasca Analitik
Nilai rujukan :
Laki-laki
: 0 15 mm/jam
Perempuan
: 0 20 mm/jam
Pasien II
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Hasil
:
:
:
:
Siti Nuryani
18 Tahun
Perempuan
29 mm/jam
:
:
:
:
Ika Anggriani
18 Tahun
Perempuan
20 mm/jam
VIII. Pembahasan
Laju Endap Darah (LED) atau Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR) merupakan
salah satu pemeriksaan rutin untuk darah untuk mengetahui tingkat peradangan dalam tubuh
seseorang. Proses pemeriksaan sedimentasi (pengendapan) darah ini diukur dengan
memasukkan darah ke dalam tabung khusus LED dalam posisi tegak lurus selama satu jam.
Sel darah merah akan mengendap ke dasar tabung sementara plasma darah akan
mengambang di permukaan. Kecepatan pengendapan sel darah merah inilah yang disebut
LED. Atau dapat dikatakan makin banyak sel darah merah yang mengendap maka makin
tinggi Laju Endap Darah (LED)-nya.
Di dalam tubuh, suspensi sel-sel darah merah akan merata di seluruh plasma sebagai
akibat pergerakan darah. Akan tetapi jika darah ditempatkan dalam tabung khusus yang
sebelumnya diberi antikoagulan dan dibiarkan 1 jam, sel darah akan mengendap dibagian
bawah tabung karena pengaruh gravitasi. Laju endap darah ( LED ) berfungsi untuk
mengukur kecepatan pengendapan darah merah di dalam plasma ( mm/jam ).
Pada praktikum ini, dilakukan perhitungan Laju Endap Darah (LED) terhadap Siti
Nuryani dan Ika Anggriani. Pada hasil pengamatan, pasien Siti Nuryani memiliki nilai LED
lebih dari normal yaitu 29 mm/jam. Sementara Pasien kedua, Ika Anggriani memiliki LED
yang masih dalam rentang nilai normal yaitu 20 mm/jam.
Tinggi rendahnya nilai pada Laju Endap Darah (LED) memang sangat dipengaruhi
oleh keadaan tubuh kita, terutama saat terjadi radang. Namun ternyata orang yang anemia,
dalam kehamilan dan para lansia pun memiliki nilai Laju Endap Darah yang tinggi. Jadi
orang normal pun bisa memiliki Laju Endap Darah tinggi, dan sebaliknya bila Laju Endap
Darah normalpun belum tentu tidak ada masalah. Jadi pemeriksaan Laju Endap Darah masih
termasuk pemeriksaan penunjang, yang mendukung pemeriksaan fisik dan anamnesis dari
sang dokter.
Namun biasanya dokter langsung akan melakukan pemeriksaan tambahan lain, bila nilai Laju
Endap Darah di atas normal. Sehingga mereka tahu apa yang mengakibatkan nilai Laju
Endap Darahnya tinggi. Selain untuk pemeriksaan rutin, Laju Endap Darah pun bisa
dipergunakan untuk mengecek perkembangan dari suatu penyakit yang dirawat. Bila Laju
Endap Darah makin menurun berarti perawatan berlangsung cukup baik, dalam arti lain
pengobatan yang diberikan bekerja dengan baik.
Hasil Laju Endap Darah/LED/ ESR yang tinggi dapat terjadi karena :
Anemia
Kehamilan
Penyakit Thyroid
Diabetes
Penyakit jantung
Selain karena faktor diatas, nilai Laju endap darah (LED) dapat dipengaruhi oleh
faktor-faktor
eritrosit,
faktor
plasma
dan
faktor
teknik.
Ukuran eritrosit yang lebih besar dari ukuran normal, sehingga lebih
mudah/cepat
Suhu saat pemeriksaan lebih tinggi dari suhu ideal (>200 C) akan mempercepat
pengendapan LED .
LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi/peradangan akut, infeksi akut dan
kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi, dan kondisi
stress
fisiologis
(misalnya
kehamilan).
Bila dilakukan secara berulang laju endap darah dapat dipakai untuk menilai perjalanan
penyakit seperti tuberkulosis, demam rematik, artritis dan nefritis. Laju Endap Darah (LED)
yang cepat menunjukkan suatu lesi yang aktif, peningkatan Laju Endap Darah (LED)
dibandingkan sebelumnya menunjukkan proses yang meluas, sedangkan Laju Endap Darah
(LED) yang menurun dibandingkan sebelumnya menunjukkan suatu perbaikan.
Selain pada keadaan patologik, Laju Endap Darah (LED) yang cepat juga dapat
dijumpai pada keadaan-keadaan fisiologik seperti pada waktu haid, kehamilan setelah bulan
ketiga dan pada orang tua.
Dalam pemeriksaan Laju endap Darah (LED), terdapat sumber-sumber kesalahan
yang mungkin terjadi saat melakukan pemeriksaan. Antara lain:
1. Kesalahan dalam persiapan penderita, pengambilan dan penyiapan bahan pemeriksaan
2. Dalam suhu kamar pemeriksaan harus dilakukan dalam 2 jam pertama, apabila darah
EDTA disimpan pada suhu 4 oC pemeriksaan dapat ditunda selama 6 jam.
3. Perhatikan agar pengenceran dan pencampuran darah dengan larutan antikoagulans
dikerjakan dengan baik.
4. Mencuci pipa Westergren yang kotor dapat dilakukan dengan cara membersihkannya
dengan air, kemudian alkohol dan terakhir aseton. Cara lain adalah dengan
membersihkan dengan air dan biarkan kering satu malam dalam posisi vertikal. Tidak
dianjurkan memakai larutan bichromat atau deterjen.
5. Nilai normal pada umumnya berlaku untuk 18-25O C.
6. Pada pemeriksaan pipet harus diletakkan benar-benar posisi vertikal.
IX. Penutup
a. Kesimpulan
1. Pasien I memiliki nilai laju endap darah melebihi dari nilai normal yaitu 29 mm/jam.
2. Pasien II memiliki laju endap darah yang masih dalam rentang nilai normal yaitu 20
mm/jam.
b. Saran
Apabila anda memiliki nilai LED yang tinggi, alangkah baiknya:
1. Menjadi vegetarian (hanya makan sayuran saja).
2. Kurangi penggunaan minyak dan lemak. Biasanya dalam 2 sampai 3 bulan LED sudah
3.
normal kembali.
Terapi akupuntur
Reaksi:
I.
Judul Praktikum
II.
III.
Prinsip Percobaan
Landasan Teori
Di dalam tubuh, suspensi sel-sel darah merah akan merata di seluruh plasma sebagai
akibat pergerakan darah. Akan tetapi jika darah ditempatkan dalam tabung khusus yang
sebelumnya diberi antikoagulan dan dibiarkan 1 jam, sel darah akan mengendap dibagian
bawah tabung karena pengaruh gravitasi. Laju endap darah (LED) berfungsi untuk mengukur
kecepatan pengendapan darah merah di dalam plasma (mm/jam).
Tiga fase LED meliputi :
Beberapa menit setelah percobaan dimulai, sel darah merah dalam keadaan melayang,
sulit mengendap ( 1-30 menit)
Terjadi setelah darah saling berikatan membentuk rauleaux permukaan relatife kecil ,
masa menjadi lebih berat (30-60 menit)
Terjadi setelah sel darah mengendap, menampak di dasar tabung (60-120 menit)
Dalam keadaan normal nilai LED jarang melebihi 10 mm per jam. LED ditentukan
dengan mengukur tinggi cairan plasma yang kelihatan jernih berada di atas sel darah merah
yang mengendap pada akhir 1 jam ( 60 menit ).
LED tidak spesifik untuk penyakit/gangguan kesehatan tertentu. Perlu data-data lain
untuk menyimpulkan penyebab dari naiknya nilai LED. Baik dari anamnesa meliputi keluhan
dan riwayat kesehatan karyawan, pemeriksaan fisik, serta hasil pemeriksaan penunjang
lainnya (laboratorium, rontgen, dll).
LED tinggi bisa merupakan indikasi adanya gangguan kesehatan dalam tubuh kita.
Namun seseorang yang hasil pemeriksaan LEDnya tinggi belum tentu memiliki gangguan
kesehatan. Sebaliknya seseorang yang memiliki gangguan kesehatan bisa saja nilai LEDnya
normal.
V.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Pipet wetergreen
Rak tabung
Rak Westergreen
Spoit
Tabung EDTA
Tabung Serologi
Tabung reaksi (kecil)
Tourniquet
b.
1.
2.
3.
Bahan
Kapas Alkohol
Natrium Sitrat
Sampel darah EDTA
VI.
Prosedur Kerja
Cara Westergren
A. Pra Analitik
1.
2.
Persiapan sampel:
Darah vena dicampur dengan antioagulan larutan Natrium Sitrat 0,109 M dengan
perbandingan 4 : 1. dapat juga dipakai darah EDTA yang diencerkan dengan larutan sodium
sitrat 0,109 M atau NaCl 0,9% dengan perbandingan 4:1.
3.
Prinsip: mengukur kecepatan sendimentasi sel eritrosit di dalam plasma. Satuannya mm/jam
4.
a. Pipet Westergren
b. Rak untuk pipet Westergren
c. Natrium sitrat 0,109 M
B.
Analitik
1.
Isi pipet Westergren dengan darah yang telah diencerkan sampai garis tanda 0. Pipet harus
bersih dan kering.
2.
Letakkan pipet pada rak dan perhatikan supaya posisinya betul-betul tegak lurus pada sushu
18-250C. Jauhkan dari cahaya matahari dan getaran.
3.
C.
Pasca Analitik
Nilai rujukan :
Laki-laki
: 0 15 mm/jam
Perempuan
: 0 20 mm/jam
Pasien II
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Hasil
:
:
:
:
Siti Nuryani
18 Tahun
Perempuan
29 mm/jam
:
:
:
:
Ika Anggriani
18 Tahun
Perempuan
20 mm/jam
VIII. Pembahasan
Laju Endap Darah (LED) atau Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR) merupakan
salah satu pemeriksaan rutin untuk darah untuk mengetahui tingkat peradangan dalam tubuh
seseorang. Proses pemeriksaan sedimentasi (pengendapan) darah ini diukur dengan
memasukkan darah ke dalam tabung khusus LED dalam posisi tegak lurus selama satu jam.
Sel darah merah akan mengendap ke dasar tabung sementara plasma darah akan
mengambang di permukaan. Kecepatan pengendapan sel darah merah inilah yang disebut
LED. Atau dapat dikatakan makin banyak sel darah merah yang mengendap maka makin
tinggi Laju Endap Darah (LED)-nya.
Di dalam tubuh, suspensi sel-sel darah merah akan merata di seluruh plasma sebagai
akibat pergerakan darah. Akan tetapi jika darah ditempatkan dalam tabung khusus yang
sebelumnya diberi antikoagulan dan dibiarkan 1 jam, sel darah akan mengendap dibagian
bawah tabung karena pengaruh gravitasi. Laju endap darah ( LED ) berfungsi untuk
mengukur kecepatan pengendapan darah merah di dalam plasma ( mm/jam ).
Pada praktikum ini, dilakukan perhitungan Laju Endap Darah (LED) terhadap Siti
Nuryani dan Ika Anggriani. Pada hasil pengamatan, pasien Siti Nuryani memiliki nilai LED
lebih dari normal yaitu 29 mm/jam. Sementara Pasien kedua, Ika Anggriani memiliki LED
yang masih dalam rentang nilai normal yaitu 20 mm/jam.
Tinggi rendahnya nilai pada Laju Endap Darah (LED) memang sangat dipengaruhi
oleh keadaan tubuh kita, terutama saat terjadi radang. Namun ternyata orang yang anemia,
dalam kehamilan dan para lansia pun memiliki nilai Laju Endap Darah yang tinggi. Jadi
orang normal pun bisa memiliki Laju Endap Darah tinggi, dan sebaliknya bila Laju Endap
Darah normalpun belum tentu tidak ada masalah. Jadi pemeriksaan Laju Endap Darah masih
termasuk pemeriksaan penunjang, yang mendukung pemeriksaan fisik dan anamnesis dari
sang dokter.
Namun biasanya dokter langsung akan melakukan pemeriksaan tambahan lain, bila nilai Laju
Endap Darah di atas normal. Sehingga mereka tahu apa yang mengakibatkan nilai Laju
Endap Darahnya tinggi. Selain untuk pemeriksaan rutin, Laju Endap Darah pun bisa
dipergunakan untuk mengecek perkembangan dari suatu penyakit yang dirawat. Bila Laju
Endap Darah makin menurun berarti perawatan berlangsung cukup baik, dalam arti lain
pengobatan yang diberikan bekerja dengan baik.
Hasil Laju Endap Darah/LED/ ESR yang tinggi dapat terjadi karena :
Anemia
Kehamilan
Penyakit Thyroid
Diabetes
Penyakit jantung
Selain karena faktor diatas, nilai Laju endap darah (LED) dapat dipengaruhi oleh
faktor-faktor
eritrosit,
faktor
plasma
dan
faktor
teknik.
mudah/cepat
Suhu saat pemeriksaan lebih tinggi dari suhu ideal (>200 C) akan mempercepat
pengendapan LED .
LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi/peradangan akut, infeksi akut dan
kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi, dan kondisi
stress
fisiologis
(misalnya
kehamilan).
Bila dilakukan secara berulang laju endap darah dapat dipakai untuk menilai perjalanan
penyakit seperti tuberkulosis, demam rematik, artritis dan nefritis. Laju Endap Darah (LED)
yang cepat menunjukkan suatu lesi yang aktif, peningkatan Laju Endap Darah (LED)
dibandingkan sebelumnya menunjukkan proses yang meluas, sedangkan Laju Endap Darah
(LED) yang menurun dibandingkan sebelumnya menunjukkan suatu perbaikan.
Selain pada keadaan patologik, Laju Endap Darah (LED) yang cepat juga dapat
dijumpai pada keadaan-keadaan fisiologik seperti pada waktu haid, kehamilan setelah bulan
ketiga dan pada orang tua.
Dalam pemeriksaan Laju endap Darah (LED), terdapat sumber-sumber kesalahan
yang mungkin terjadi saat melakukan pemeriksaan. Antara lain:
1. Kesalahan dalam persiapan penderita, pengambilan dan penyiapan bahan pemeriksaan
2. Dalam suhu kamar pemeriksaan harus dilakukan dalam 2 jam pertama, apabila darah
EDTA disimpan pada suhu 4 oC pemeriksaan dapat ditunda selama 6 jam.
3. Perhatikan agar pengenceran dan pencampuran darah dengan larutan antikoagulans
dikerjakan dengan baik.
4. Mencuci pipa Westergren yang kotor dapat dilakukan dengan cara membersihkannya
dengan air, kemudian alkohol dan terakhir aseton. Cara lain adalah dengan
membersihkan dengan air dan biarkan kering satu malam dalam posisi vertikal. Tidak
dianjurkan memakai larutan bichromat atau deterjen.
5. Nilai normal pada umumnya berlaku untuk 18-25O C.
6. Pada pemeriksaan pipet harus diletakkan benar-benar posisi vertikal.
IX. Penutup
a. Kesimpulan
1. Pasien I memiliki nilai laju endap darah melebihi dari nilai normal yaitu 29 mm/jam.
2.
Pasien II memiliki laju endap darah yang masih dalam rentang nilai normal yaitu 20
mm/jam.
b. Saran
Apabila anda memiliki nilai LED yang tinggi, alangkah baiknya:
1. Menjadi vegetarian (hanya makan sayuran saja).
2. Kurangi penggunaan minyak dan lemak. Biasanya dalam 2 sampai 3 bulan LED sudah
3.
normal kembali.
Terapi akupuntur
Reaksi:
I.
Judul Praktikum
II.
III.
Prinsip Percobaan
Landasan Teori
Di dalam tubuh, suspensi sel-sel darah merah akan merata di seluruh plasma sebagai
akibat pergerakan darah. Akan tetapi jika darah ditempatkan dalam tabung khusus yang
sebelumnya diberi antikoagulan dan dibiarkan 1 jam, sel darah akan mengendap dibagian
bawah tabung karena pengaruh gravitasi. Laju endap darah (LED) berfungsi untuk mengukur
kecepatan pengendapan darah merah di dalam plasma (mm/jam).
Tiga fase LED meliputi :
Beberapa menit setelah percobaan dimulai, sel darah merah dalam keadaan melayang,
sulit mengendap ( 1-30 menit)
Terjadi setelah darah saling berikatan membentuk rauleaux permukaan relatife kecil ,
masa menjadi lebih berat (30-60 menit)
Terjadi setelah sel darah mengendap, menampak di dasar tabung (60-120 menit)
Dalam keadaan normal nilai LED jarang melebihi 10 mm per jam. LED ditentukan
dengan mengukur tinggi cairan plasma yang kelihatan jernih berada di atas sel darah merah
yang mengendap pada akhir 1 jam ( 60 menit ).
LED tidak spesifik untuk penyakit/gangguan kesehatan tertentu. Perlu data-data lain
untuk menyimpulkan penyebab dari naiknya nilai LED. Baik dari anamnesa meliputi keluhan
dan riwayat kesehatan karyawan, pemeriksaan fisik, serta hasil pemeriksaan penunjang
lainnya (laboratorium, rontgen, dll).
LED tinggi bisa merupakan indikasi adanya gangguan kesehatan dalam tubuh kita.
Namun seseorang yang hasil pemeriksaan LEDnya tinggi belum tentu memiliki gangguan
kesehatan. Sebaliknya seseorang yang memiliki gangguan kesehatan bisa saja nilai LEDnya
normal.
V.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
b.
1.
2.
3.
VI.
Bahan
Kapas Alkohol
Natrium Sitrat
Sampel darah EDTA
Prosedur Kerja
Cara Westergren
A. Pra Analitik
1.
2.
Persiapan sampel:
Darah vena dicampur dengan antioagulan larutan Natrium Sitrat 0,109 M dengan
perbandingan 4 : 1. dapat juga dipakai darah EDTA yang diencerkan dengan larutan sodium
sitrat 0,109 M atau NaCl 0,9% dengan perbandingan 4:1.
3.
Prinsip: mengukur kecepatan sendimentasi sel eritrosit di dalam plasma. Satuannya mm/jam
4.
a. Pipet Westergren
b. Rak untuk pipet Westergren
c. Natrium sitrat 0,109 M
B.
Analitik
1.
Isi pipet Westergren dengan darah yang telah diencerkan sampai garis tanda 0. Pipet harus
bersih dan kering.
2.
Letakkan pipet pada rak dan perhatikan supaya posisinya betul-betul tegak lurus pada sushu
18-250C. Jauhkan dari cahaya matahari dan getaran.
3.
C.
Pasca Analitik
Nilai rujukan :
Laki-laki
: 0 15 mm/jam
Perempuan
: 0 20 mm/jam
Pasien II
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Hasil
:
:
:
:
Siti Nuryani
18 Tahun
Perempuan
29 mm/jam
:
:
:
:
Ika Anggriani
18 Tahun
Perempuan
20 mm/jam
VIII. Pembahasan
Laju Endap Darah (LED) atau Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR) merupakan
salah satu pemeriksaan rutin untuk darah untuk mengetahui tingkat peradangan dalam tubuh
seseorang. Proses pemeriksaan sedimentasi (pengendapan) darah ini diukur dengan
memasukkan darah ke dalam tabung khusus LED dalam posisi tegak lurus selama satu jam.
Sel darah merah akan mengendap ke dasar tabung sementara plasma darah akan
mengambang di permukaan. Kecepatan pengendapan sel darah merah inilah yang disebut
LED. Atau dapat dikatakan makin banyak sel darah merah yang mengendap maka makin
tinggi Laju Endap Darah (LED)-nya.
Di dalam tubuh, suspensi sel-sel darah merah akan merata di seluruh plasma sebagai
akibat pergerakan darah. Akan tetapi jika darah ditempatkan dalam tabung khusus yang
sebelumnya diberi antikoagulan dan dibiarkan 1 jam, sel darah akan mengendap dibagian
bawah tabung karena pengaruh gravitasi. Laju endap darah ( LED ) berfungsi untuk
mengukur kecepatan pengendapan darah merah di dalam plasma ( mm/jam ).
Pada praktikum ini, dilakukan perhitungan Laju Endap Darah (LED) terhadap Siti
Nuryani dan Ika Anggriani. Pada hasil pengamatan, pasien Siti Nuryani memiliki nilai LED
lebih dari normal yaitu 29 mm/jam. Sementara Pasien kedua, Ika Anggriani memiliki LED
yang masih dalam rentang nilai normal yaitu 20 mm/jam.
Tinggi rendahnya nilai pada Laju Endap Darah (LED) memang sangat dipengaruhi
oleh keadaan tubuh kita, terutama saat terjadi radang. Namun ternyata orang yang anemia,
dalam kehamilan dan para lansia pun memiliki nilai Laju Endap Darah yang tinggi. Jadi
orang normal pun bisa memiliki Laju Endap Darah tinggi, dan sebaliknya bila Laju Endap
Darah normalpun belum tentu tidak ada masalah. Jadi pemeriksaan Laju Endap Darah masih
termasuk pemeriksaan penunjang, yang mendukung pemeriksaan fisik dan anamnesis dari
sang dokter.
Namun biasanya dokter langsung akan melakukan pemeriksaan tambahan lain, bila nilai Laju
Endap Darah di atas normal. Sehingga mereka tahu apa yang mengakibatkan nilai Laju
Endap Darahnya tinggi. Selain untuk pemeriksaan rutin, Laju Endap Darah pun bisa
dipergunakan untuk mengecek perkembangan dari suatu penyakit yang dirawat. Bila Laju
Endap Darah makin menurun berarti perawatan berlangsung cukup baik, dalam arti lain
pengobatan yang diberikan bekerja dengan baik.
Hasil Laju Endap Darah/LED/ ESR yang tinggi dapat terjadi karena :
Anemia
Kehamilan
Penyakit Thyroid
Diabetes
Penyakit jantung
Selain karena faktor diatas, nilai Laju endap darah (LED) dapat dipengaruhi oleh
faktor-faktor
eritrosit,
faktor
plasma
dan
faktor
teknik.
mudah/cepat
Suhu saat pemeriksaan lebih tinggi dari suhu ideal (>200 C) akan mempercepat
pengendapan LED .
LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi/peradangan akut, infeksi akut dan
kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi, dan kondisi
stress
fisiologis
(misalnya
kehamilan).
Bila dilakukan secara berulang laju endap darah dapat dipakai untuk menilai perjalanan
penyakit seperti tuberkulosis, demam rematik, artritis dan nefritis. Laju Endap Darah (LED)
yang cepat menunjukkan suatu lesi yang aktif, peningkatan Laju Endap Darah (LED)
dibandingkan sebelumnya menunjukkan proses yang meluas, sedangkan Laju Endap Darah
(LED) yang menurun dibandingkan sebelumnya menunjukkan suatu perbaikan.
Selain pada keadaan patologik, Laju Endap Darah (LED) yang cepat juga dapat
dijumpai pada keadaan-keadaan fisiologik seperti pada waktu haid, kehamilan setelah bulan
ketiga dan pada orang tua.
Dalam pemeriksaan Laju endap Darah (LED), terdapat sumber-sumber kesalahan
yang mungkin terjadi saat melakukan pemeriksaan. Antara lain:
1. Kesalahan dalam persiapan penderita, pengambilan dan penyiapan bahan pemeriksaan
2. Dalam suhu kamar pemeriksaan harus dilakukan dalam 2 jam pertama, apabila darah
EDTA disimpan pada suhu 4 oC pemeriksaan dapat ditunda selama 6 jam.
3. Perhatikan agar pengenceran dan pencampuran darah dengan larutan antikoagulans
dikerjakan dengan baik.
4. Mencuci pipa Westergren yang kotor dapat dilakukan dengan cara membersihkannya
dengan air, kemudian alkohol dan terakhir aseton. Cara lain adalah dengan
membersihkan dengan air dan biarkan kering satu malam dalam posisi vertikal. Tidak
dianjurkan memakai larutan bichromat atau deterjen.
5. Nilai normal pada umumnya berlaku untuk 18-25O C.
6. Pada pemeriksaan pipet harus diletakkan benar-benar posisi vertikal.
IX. Penutup
a. Kesimpulan
1. Pasien I memiliki nilai laju endap darah melebihi dari nilai normal yaitu 29 mm/jam.
2. Pasien II memiliki laju endap darah yang masih dalam rentang nilai normal yaitu 20
mm/jam.
b. Saran
Apabila anda memiliki nilai LED yang tinggi, alangkah baiknya:
1. Menjadi vegetarian (hanya makan sayuran saja).
2. Kurangi penggunaan minyak dan lemak. Biasanya dalam 2 sampai 3 bulan LED sudah
3.
normal kembali.
Terapi akupuntur
LABORATORIUM DARAH
Di Susun
O
L
E
H
Kelompok 1 :
Alan Jabir
Citra Sari
Dela Febrianti
Faulina
Fauzia Pakaya
Ni Putu Ani Pratiwi
Sulfianti
Widya Ningsi
XI C KEPERAWATAN
SMK NUSANTARA PALU
2013-2014
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Pemurah,
karena berkat kemurahanNya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan.
Dalam makalah ini kami membahas LABORATORIUM DARAH.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata pelajaran Mulok dengan jurusan
Keperawatan.
Dan
disusun
dengan
tujuan
untuk
membantu
memperdalam
ilmu
Meskipun kami berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan, namun, selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi.
Penyusun
Kelompok 1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
ii
Bab 1
Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Bab 2
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
Pembahasan
Pengertian
Jenis-jenis
Indikasi
Kontraindikasi
Persiapan Pasien
Persiapan alat
Prosedur Kerja
Manfaat
Bab 3
2
2
Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
3
4
9
9
10
11
Bab 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu plasma darah
(cairan) dan sel darah. Sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu trombosit (keping-keping
darah), leukosit (sel darah putih) dan eritrosit (sel darah merah).
Fungsi utama eritrosit adalah mengangkut oksigen dari paru-paru ke sel jaringan
tubuh dan mengangkut karbondioksida dari sel jaringan tubuh ke paru-paru. Hemoglobin
adalah protein pernapasan (respiratory protein) yang mengandung besi, yang merupakan
tempat terikatnya molekul-molekul oksigen.
Dalam menunjang diagnosa suatu penyakit adalah dengan pemeriksaan
laboratorium yang baik. Salah satu pemeriksan laboratorium yang sering digunakan
adalah pemeriksaan hemoglobin.
Pengumpulan atau pengambilan sampel darah yang baik merupakan langkah awal
dalam menjamin ketelitian dan kepercayaan terhadap hasil pemeriksaan laboratorium.
Specimen darah untuk pemeriksaan hematologi (pemeriksaan hemoglobin) dapat
diperoleh dari darah vena ataupun darah kapiler.
Pembuluh darah vena yang membawa darah dari bagian tubuh yang masuk ke
dalam jantung. Pada umumnya darah vena banyak mengandung gas CO2. Pembuluh ini
terdapat katup yang tersusun sedemikian rupa sehingga darah dapat mengalir ke jantung
tanpa jatuh kearah sebaliknya. Pembuluh darah kapiler pada umumnya meliputi sel-sel
jaringan, oleh karena itu secara langsung berhubungan dengan sel. Karena dindingnya
yang tipis maka plasma dan zat makanan merembes kecairan jaringan antar sel.
Susunan darah dalam kapiler dan dalam vena berbeda-beda. Darah vena berwarna
lebih tua dan agak ungu kerena banyak dari oksigennya sudah diberikan kepada jaringan.
Darah dalam kapiler terus-menerus berubah susunan dan warnanya karena terjadinya
pertukaran gas.
Pemeriksaan laboratorium sangat penting untuk membantu menegakkan diagnosis
penyakit. Agar hasil pemeriksaan laboratorium akurat dan dapat dipercaya harus
dilakukan pengendalian terhadap pra analitik, analitik, dan pasca analitik. Tahap pra
analitik: persiapan pasien, pengambilan sampel darah, persiapan sampel, penyimpanan
sampel, persiapan kertas kerja. Tahap analitik:persiapan alat, kalibrasi alat, pengolahan
sampel, interpretasi hasil. Tahap pasca analitik: pencatatan hasil dan pelaporan.
Internasional Commite for Standardization in Hematology (ICSH) menganjurkan
pemeriksaan hemoglobin melalui metode cyanmethehemoglobin. Cara ini mudah dilakukan
karena mempunyai standart yang stabil dan dapat mengukur semua jenis hemoglobin
kecuali sulf hemoglobin.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan di bahas pada makalah ini antara lain adalah:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
C. Tujuan Penulisan
Bab 2
Pembahasan
A. Pengertian laboratorium darah
a.
b.
Darah
Sel : Ruang lingkup hematologi
Eritrosit / RBC
Lekosit / WBC
Trombosit / PLT (platelet)
Plasma : Laju Endap Darah / LED (imunokimia)
Pemeriksaan darah lengkap (selanjutnya ditulis DL) adalah suatu tes darah yang
diminta oleh dokter untuk mengetahui sel darah pasien. Terdapat beberapa tujuan dari
DL, di antaranya adalah sebagai pemeriksaaan penyaring untuk menunjang diagnosa,
untuk melihat bagaimana respon tubuh terhadap suatu penyakit dan untuk melihat
kemajuan atau respon terapi
Pada lembar hasil DL, yang umum tercatat adalah kadar hemoglobin, jumlah
trombosit, jumlah leukosit, dan hematokrit (perbandingan antara sel darah merah dan
jumlah plasma darah.). Kadang juga dicantumkan LED (Laju Endap Darah) dan hitung
jenis leukosit.
a.
b.
c.
d.
e.
i.
Transferin
Nama
: Transferin
Kelompok
: Hematologi
Subkelompok :
Jenis Sampel : serum
Metoda
:
Persiapan Pasien
:
Keterangan : Pemeriksaan Transferin dilakukan untuk menilai kadar b globin (pengikat
E. Persiapan pasien
a. Puasa
Dua jam setelah makan sebanyak kira-kira 800 kalori akan mengakibatkan
peningkatan volume plasma, sebaliknya setelah berolahraga volume plasma akan
berkurang. Perubahan volume plasma akan mengakibatkan perubahan susunan kandungan
bahan dalam plasma dan jumlah sel / l darah.
b. Obat
Penggunaan obat dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan hematologi misalnya : asam
folat, Fe, vitamin B12 dll. Pada pemberian kortikosteroid akan menurunkan jumlah
eosinofil, sedang adrenalin akan meningkatkan jumlah leukosit dan trombosit. Pemberian
transfusi darah akan mempengaruhi komposisi darah sehingga menyulitkan pembacaan
morfologi sediaan apus darah tepi maupun penilaian hemostasis. Antikoagulan oral atau
heparin mempengaruhi hasil pemeriksaan hemostasis.
c. Waktu pengambilan
Umumnya bahan pemeriksaan laboratorium diambil pada pagi hari tertutama pada
pasien rawat inap. Kadar beberapa zat terlarut dalam urin akan menjadi lebih pekat pada
pagi hari sehingga lebih mudah diperiksa bila kadarnya rendah. Kecuali ada instruksi dan
indikasi khusus atas perintah dokter.
Selain itu juga ada pemeriksaan yang tidak melihat waktu berhubung dengan tingkat
kegawatan pasien dan memerlukan penanganan segera disebut pemeriksaan sito.
Beberapa parameter hematologi seperti jumlah eosinofil dan kadar besi serum
menunjukkan variasi diurnal, hasil yang dapat dipengaruhi oleh waktu pengambilan. Kadar
besi serum lebih tinggi pada pagi hari dan lebih rendah pada sore hari dengan selisih 40100 g/dl. Jumlah eosinofil akan lebih tinggi antara jam 10 pagi sampai malam hari dan
lebih rendah dari tengah malam sampai pagi.
d. Posisi pengambilan
Posisi berbaring kemudian berdiri mengurangi volume plasma 10 % demikian pula
sebaliknya. Hal lain yang penting pada persiapan penderita adalah menenangkan dan
memberitahu apa yang akan dikerjakan sebagai sopan santun atau etika sehingga
membuat penderita atau keluarganya tidak merasa asing atau menjadi obyek.
F. Persiapan Alat
o
o
o
o
o
o
o
o
Spuit 3 atau 5 cc
Bengkok
Sarung tangan steril
Kapas alcohol dalam tempatnya
Plester dan gunting plester
Karet pembendung vena/ tourniquet
Perlak/ kain pengalas
Botol bertutup yg bersih& kering tempat bahan pemeriksaan/ specimen
Lokasi Pengambilan darah:
Tujuan:
Mendapatkan spesimen darah kapiler yang memenuhi persyaratan untuk
pemeriksaan golongan darah dan beberapa pemeriksaan rapid test imunologi.
c. Pengambilan darah EDTA
Persiapan alat:
o
o
o
o
o
kapas alkohol
diaspossible syringe / vacutainer 10 cc
Tabung reaksi pyrex 10 cc/tabung EDTA
kapas steril
plester
Reagensia : EDTA 10%
Lokasi Pengambilan darah:
G. Prosedur Kerja
a. Pengambilan darah vena
Pelaksanaan
Cuci tangan
Pasang perlak/ kain pengalas dibawah daerah/ tempat yang akan diambil darahnya
Ikat bagian diatas daerah yang akan diambul darahnya dengan karet
pembendung/tourniquet, pasien dianjurkan mengepalkan tangannya.
Disinfeksi kulit yang akan ditusuk dengan kapas alcohol secara sirkuler
Tegangkan kulit dengan tangan yang tidak dominan/tangan kiri
Tusukkan jarum kedalam vena dengan tangan dominan, lalu aspirasi apakah jarum sudah
masuk vena
Buka karet pembendung ,lepaskan kepalan tanganya kemudian hisap sesuai kebutuhan.
Tarik jarum bersama spuitnya lalu bekas tusukan tekan dengan kapas alcohol dan
diplester
Masukkan darah dalam spuit kedalam botol yang tersedia (memasukkan agak miring
Beri label pada botol dan siap dibawa ke laboratorium untuk pemeriksaan
Cuci tangan.
b. Pengambilan darah Perifer (pembuluh darah tepi)
Pelaksanaan:
Cuci tangan
Bersihkan daerah yang akan di tusuk alcohol 70% dan biarkan menjadi kering kembali
Pegang bagian yang akan di tusuk supaya tidak bergerak dan di tekan sedikit agar rasa
nyeri berkurang
Tusuk dengan cepat memakai lancet steril, Pada ibu jari tusukan tegak lurus dengan
Cuci tangan
c. Pengambilan darah EDTA
Pelaksanaan:
Darah yang telah diambil dialirkan kedalam tabung yang telah berisi EDTA 10%
Darah yang telah diambil sebanyak 1.6 ml dialirkan kedalam tabung yang telah berisi
H. Manfaat Pemeriksaan
Kegunaan pemeriksaan hematologis:
a)
b)
c)
d)
e)
Bab 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur pemeriksaan
khusus dengan mengambil bahan atau sample dari penderita dimana dapat berupa urine,
darah, sputum(dahak) dll. Yang mana, pemeriksaan laboratorium berfungsi untuk uji
saring adanya penyakit subklinis, Konfirmasi pasti diagnosis, Menemukan kemungkinan
diagnostik yang dapat menyamarkan gejala klinis, Membantu pemantauan pengobatan,
Menyediakan informasi prognosis atau perjalanan penyakit, Memantau perkembangan
penyakit, Mengetahui ada tidaknya kelainan serta Memberi ketenangan baik pada pasien
maupun klinisi karena tidak didapati penyakit. Dalam pemeriksaan laboratorium terdapat
beberapa tahap yakni: Pra-analitik, Analitik, dan Pasca analitik.
B. Saran
Bagi siswa keperawatan diharapkan dapat memanfaatkan makalah ini untuk
menambah pengetahuan tentang pemeriksaan laboratorium khususnya pada pemeriksaan
laboratorium darah yang berguna bagi profesi dan orang disekitar kita. Serta
mengetahui pemeriksaan khusus guna mengetahui penyakit yang diderita.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.hi-lab.co.id/index.php/our-advice/164-hematologi
http://vivanaliz.wordpress.com/2009/04/10/pengambilan-sampel-darah-untukpemeriksaan-hematologi-kimia-klinik-dan-imunoserologi/
http://electiveposting.fk.ui.ac.id/?
page=elective_posting.download_syllabus_process&id=31.
http://laboratorium-analisys-rafsan.blogspot.com/2012/07/homeostatis.html
http://labkesehatan.blogspot.com/2010/02/urinalisis-1.html
http://alfakowombon.blogspot.com/2010/11/faal-hati.html
http://akatsuki-ners.blogspot.com/2011/02/hemoglobin-hba1c.html
http://kamuskesehatan.com/arti/profil-lipid/
http://ambartwins.wordpress.com/
http://asuhankeperawatankesehatan.blogspot.com/2012/10/pengambilan-darahuntuk-bahan.html