Anda di halaman 1dari 7

PEMERIKSAAN FISIK

Dr ZEN AHMAD
Pulmonology division, Internal Medicine Department, Medical Faculty of Sriwijaya

PATOKAN PEMERIKSAAN FISIK PADA DINDING DADA


Garis
1. Linea mid sternalis
Garis yang melalui tengah tengah sternum
2. Linea sternalis
Garis yang melalui tepi sternum; ada dua, linea sternalis dextra dan linea sternalis
sinistra
3. Linea parasternalis
Garis yang melalui pertemuan iga rawan dan iga sejati; ada dua, linea parasternalis
kanan dan kiri.
4. Linea midclavikularis
Garis vertical yang melalui tengah tengah clavikula, biasanya melalui papilla
mammae, sehingga disebut juga linea mammaris
5. Linea aksilaris
Linea mid aksilaris (linea aksilaris media)
Garis vertikal yang melalui tengah tengah ketiak
Linea aksilaris anterior
Garis vertikal yang melalui lipatan ketiak bagian depan
Linea aksilaris posterior
Garis vertikal yang melalui lipatan ketiak bagian belakang.
6. Linea skapularis
Garis vertikal melalui ujung bawah skapula, setinggi iga ke 7 atau korpus vertebra
torakal 8 (T8).

Angulus sterni ludovici

Tempat pertemuan korpus sterni dan manubrium sterni


Lokasinya setinggi bifurkatio trakea (tempat percabangan trakea menjadi
bronkus utama kanan dan kiri.
Tempat melekatnya iga dua ke sternum; bagian dibawahnya adalah sela
iga ke dua.

PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan fisik paru
2. Pemeriksan fisik diluar paru, yang ada kaitannya dengan kelainan pada paru.
PEMERIKSAAN FISIK PARU
1. Inspeksi
2. Palpasi
3. Perkusi
4. Auskultasi

INSPEKSI
Pada inspeksi perlu diperhatikan beberapa hal:
- Pemeriksa harus tenang
Sikap pemeriksa yang tenang akan memberikan rasa nyaman pada penderita.
Seorang penderita yang gugup/gelisah akan bernapas lebih cepat dari biasanya.
- Penderita berbaring lurus, ke dua kaki diluruskan dan sejajar, kedua tangan
diletakkan lurus disamping badan
- Pemeriksa berdiri didepan penderita, diantara kedua kakinya. Posisi ini memungkinkan pemeriksa untuk melihat penderita secara simetris
Statis
Perhatikan secara cermat kedua sisi dada, apakah simetris atau tidak, adakah
edema, emfisema subkutan, retraksi, bendungan vena ataupun tonjolan/tumor
Perhatikan juga:
Bentuk torak
- Normal
Torak dalam kondisi simetris kanan dan kiri. Pada potongan melintang berbentuk ellips, dengan jarak transversal lebih panjang dari jarak anteroposterior
(7:5).
- Torak paralitikus
Bentuk dada kecil, dengan diameter sagital/depan belakang yang pendek.
Sela iga sempit.
Angulus costae (sudut pertemuan arkus kosta kanan dan kiri) < 900
- Torak emfisematikus (Barrel Chest)
Dada mengembang, diameter sagital dan anteroposterior membesar.
Sela iga melebar
Angulus costae > 900

Kelainan bentuk
Kifosis dan lordosis dari kolumna vertebralis.
Pektus ekskavatio
Kelainan bawaan, dimana tulang sternum cekung ke dalam
Pektus karinatus
Kelainan bawaan, dimana tulang sternum cembung ke depan seperti dada
burung (Pigeon Chest)

Dinamis
Perhatikan hal hal sebagai berikut:

Frekuensi pernapasan
- Frekuensi pernapasan normal bervariasi antara 16 sampai 24 kali permenit.
- Frekuensi pernapasan yang kurang dari 16 x/menit disebut bradipneu, sebaliknya
frekuensi pernapasan yang lebih dari 24 x/menit disebut takhipneu.

Sipat pernapasan


a.
b.

c.

d.
e.
f.

Torakal (gerakan/pernapasan dada yang dominant), abdominal (gerakan/pernapasan abdomen yang dominat) atau torakoabdominal.
Sifat pernapasan torakoabdominal dijumpai pada kondisi normal.
Kondisi pernapasan abdominal yang dominant, dijumpai pada PPOK. Akibat
hambatan arus ekspirasi, dibutuhkan dorongan dari abdomen untuk mengeluarkan
CO2.
Irama/ritme pernapasan
Normal
Kussmaul
- Ritme pernapasan yang cepat dan dalam.
- Dijumpai pada keadaan asidosis, baik metabolik asidosis (gagal ginjal, koma
diabetikum) ataupun respiratori asidosis (PPOK).
Cheyne stokes
- Ritme pernapasan dengan amplitudo yang berubah-ubah. Amplitudo mulanya
kecil, makin lama makin membesar, lalu surut dan menghilang (apnea), diulangi
lagi dari kecil dan seterusnya.
- Dijumpai pada gangguan saraf pusat seperti meningitis dan sklerotik.
BIOT
- Ritme pernapasan yang tidak teratur, diselingi priode apnea
- Dijumpai pada kerusakan otak/pusat pernapasan.
Pernapasan dangkal
- Dijumpai pada respiratori alkalosis, emfisema.
Asimetri pernapasan
Pergerakan salah satu hemitorak, tertinggal dibanding hemitorak
sebelahnya.
Dapat dijumpai pada kondisi efusi pleura unilateral, pneumotorak ataupun
skwarte (penebalan pleura).

Perubahan posisi
Perhatikan gejala yang timbul pada saat penderita merubah posisinya, apakah dari
baring keduduk, miring ke arah kiri atau miring ke arah kanan.
Penderita dengan efusi pleura massif, lebih senang berbaring miring ke arah posisi
yang sakit, oleh karena bagian yang sehat posisinya akan berada di atas, sehingga
memungkinkan bagian dada/paru tersebut lebih mengembang.
Penderita bronkiektasis akan batuk bila berubah posisi berbaringnya, dari terlentang
menjadi miring.
Penderita pneumotorak lebih nyaman dalam posisi duduk.
PALPASI
Melalui perabaan dengan telapak tangan, dapat dirabakan kelainan pada dinding
dada, seperti: pembesaran kelenjar getah bening, kelainan iga, letak trakea, adanya nyeri
tekan dan suhu badan.
Tujuan utama palpasi paru adalah mendengar stem fremitus, yaitu getaran suara
napas yang dihantarkan ke tapak tangan pemeriksa.
Cara

Letakkan kedua telapak tangan (pemeriksa) ke dinding dada penderita.


Penderita disuruh menyebut angka tujuh tujuh (77)
Dengarkan getaran suara yang menyentuh ke telapak tangan (stem fremitus)
Telapak tangan pemeriksa harus menyentuh seluruh lapangan paru. Untuk itu
letakkan telapak tangan pada bagian puncak paru (lobus superior), lalu geser ke
bagian tengah (lobus media) dan bagian bawah paru (lobus inferior)
Tangan dapat pindah posisi, biar lebih pasti.
Interpretasi: Stem fremitus normal, meningkat (TB) atau menurun (air)

PERKUSI
Perkusi paru adalah tindakan memukul dinding dada dengan memakai jari tangan.
Tindakan ini akan menggetarkan udara didalam paru (terutama yang berdekatan dengan
dinding dada) yang akan memberikan pantulan suara.
Perkusi dilakukan dengan meletakkan jari tengah tangan kiri pemeriksa pada
dinding dada penderita, sementara jari tengah tangan kanan melakukan totokan. Gerakan
perkusi menyusuri sela iga, dilakukan dari atas (infra clavicula) ke bawah (iga terakhir)
dan dari lateral ke medial.
Perhatikan intensitas bunyi pantulan yang ditimbulkan perkusi tersebut. Hasil
perkusi menggambarkan komposisi jaringan padat dan udara di dalam rongga dada/paru:
Sonor
- Komposisi udara sama banyak dengan jaringan padat
- Kondisi normal yang didapatkan pada perkusi paru
Hipersonor
Komposisi udara lebih banyak dibanding jaringan padat
Ditemukan pada emfisema paru dan pneumothorak
Redup
Komposisi jaringan padat lebih banyak dari udara
Ditemukan pada efusi pleura, fibrosis paru, penebalan pleura (schwarte),
tumor atau adanya konsolidasi pada parenkim paru.

Pekak
- Kondisi ekstrim dari redup, udara tidak ada sama sekali.
- Ditemukan pada tumor yang sangat luas.
Melalui perkusi, tidak semua proses dalam rongga toraks dapat ditemukan.
Kelainan minimal pada paru, seperti efusi pleura minimal, infiltrat/massa dengan ukuran
< 2 cm tidak menimbulkan kelainan pada perkusi.
Perkusi, dapat menentukan juga:
1. Batas jantung
- Pada keadaan normal, batas kiri jantung adalah di ICS V, linea midclavicularis
sinistra, sedangkan batas kanan adalah di linea sternalis dekstra.
- Batas jantung akan mengecil (bergeser ke medial) pada kondisi emfisema yang
moderat. Pada kondisi emfisema yang berat batas jantung akan sukar dinilai (oleh
karena terjadi peningkatan komposisi udara dibanding padat, sehingga kita tidak
bisa membedakan antara sonor dan redup).

- Batas jantung akan bergeser ke arah berlawanan pada kondisi efusi pleura yang
banyak dan pneumothorak. Efusi pleura kiri akan mendorong jantung kekanan,
sehingga batas jantung kanan akan bergeser ke arah lateral, sementara batas kiri
akan sukar dinilai karena suara menjadi redup, demikian pula sebaliknya.
2. Batas paru hati
- Perkusi yang sonor, berubah menjadi redup/pekak
- Normal ditemukan pada sela iga 5 kanan
- Batas akan berbeda pada waktu ekspirasi dan inspirasi. Pada waktu inspirasi, terjadi
peningkatan udara didalam paru. Keadaan ini akan mendorong diafragma dan hati
kebawah, akibatnya batas paru hati bergeser ke sela iga 6 kanan (bergeser 1 sela
iga). Kondisi ini disebut peranjakan.
- Batas paru hati akan bergeser ke bawah pada emfisema paru, sebaliknya akan
bergeser ke atas pada proses subdiafragma (kelainan pada abdomen, misalnya:
tumor hati dan asites).
- Batas paru hati menjadi sukar ditentukan pada efusi pleura
3. Batas paru lambung
- Perkusi yang sonor, berubah menjadi timpani
- Normal ditemukan pada sela iga 8, di linea aksilaris anterior.
AUSKULTASI
Auskultasi mempunyai peranan yang sangat penting untuk menentukan kelainan
pada paru. Prinsip auskultasi sama dengan palpasi, dimana getaran suara yang berasal
dari parenkim paru dihantarkan ke dinding stetoskop.
Auskultasi harus dilakukan secara sistematis, dimulai dari paru bagian atas,
bergeser ke bagian tengah dan bawah. Suara napas pokok harus didengarkan lebih
dahulu, baru suara napas (bising) tambahan. Pemeriksa harus melatih diri untuk
memisahkan bising bising yang didengar.
Suara napas pokok

Vesikular
Bunyi napas, dimana fase inspirasi terdengar lebih panjang dan lebih keras
dibanding fase ekspirasi.
Pada kondisi normal, bunyi vesikular akan terdengar pada semua lapangan paru,
kecuali pada daerah interscapularis.
Bunyi vesikular dapat menurun pada kerusakan alveoli (gangguan sumber suara),
efusi pleura (jarak sumber suara ke dinding dada menjauh) atau tumor paru dan
emfisema (media penghantar yang jelek, jarak menjauh).
Bunyi vesikular akan meningkat pada TB paru lesi minimal, oleh karena sumber
suaranya (alveoli) masih baik dan infiltrat (lesi TB) adalah media penghantar
suara yang baik.
Bronkial
Bunyi napas, dimana fase ekspirasi lebih panjang dan lebih kuat dari fase inspirasi
Bunyi bronkial adalah bunyi yang bersumber dari bronkus. Pada keadaan normal
bunyi ini akan terdengar di daerah trakhea dan interskapularis, oleh karena dekat
dengan sumber suaranya. Pada keadaan abnormal, ia dapat dijumpai pada

penyakit yang mengakibatkan kerusakan alveoli yang cukup luas tetapi bronkus
atau bronkiolusnya tetap terbuka (misal: penyakit TB paru).
Vesikulobronkial
Bunyi napas dimana fase inspirasi sama panjang dengan fase ekspirasi, tetapi fase
inspirasi terdengar lebih kuat dari fase ekspirasi.
Bronkovesikular
Bunyi napas dimana fase inspirasi sama panjang dengan fase ekspirasi, namun
fase ekspirasinya lebih kuat dari fase inspirasi.

Suara napas tambahan


PEMERIKSAAN LUAR PARU
Clubbing finger
Sianosis
Hepar teraba
Peningkatan JVP
Edem tungkai
Pembesaran KGB

Anda mungkin juga menyukai