Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses belajar mengajar pada jurusan radiografi, terdiri dari praktek di
laboratorium (PBP). Praktek kerja lapangan (PKL), dan praktek kerja nyata
(PKN), yang selalu menggunakan peralatan sinar-X.
Dengan meningkatnya teknologi pencitraan di Instalasi Radiologi telah
memberikan banyak manfaat tidak hanya dalam perluasaan wawasan ilmu
akan tetapi kemampuan diagnostik radiologi yang dapat menegakkan diagnosa
yang jelas dari suatu penyakit sesuai dengan kebutuhan klinis yang merupakan
aspek penting dalam pelayanan yang perlu mendapat perhatian secara
berkelanjutan sehingga dapat meningkatkan taraf kesehatan masyrakat.
Radiografer sebagai petugas instalasi radiologi harus memberikan pelayanan
dan hasil radiograf yang baik. (http://rumah-sakit.findthebest.co.id).
Corpus alienum adalah masuknya benda asing. Merupakan salah satu
penyebab cedera yang mengenai bagian dearah dalam pelvis seperti vagina
dan masuk tanpa disengaja. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis
ingin

mengangkatnya

kedalam

penelitian

yang

berjudul

TEKNIK

PEMERIKSAAN RADIOGRAFI PELVIS DENGAN KLINIS CORPUS


ALIENUM DI INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH DR. MUHAMMAD ZEIN
Alasan kami mengangkat kasus ini menjadi judul makalah kami
dikarenakan biasanya yang kami temukan untuk melakukan pemeriksaan
radiografi pelvis dengan klinis fraktur, tetapi di RSUD Dr. Muhammad Zein
Painan kami menemukan kasus pemeriksaan radiografi pelvis dengan klinis
corpus alienum. Pada pelvis dengan klinis corpus alienum merupakan klinis
yang jarang ditemukan

1.2 Profil Rumah Sakit Muhammad. Zein Painan


RSUD Dr. Muhammad. Zein Painan merupakan salah satu rumah sakit
yang memanfaatkan sinar-X didirikan pada tahun 1930 sebagai Rumah Sakit
pembantu pada zaman coloneal Belanda. Dr. Muhammad Zein Painan
merupakan nama dokter pertama di Pesisir Selatan. Merupakan Rumah Sakit
Umum tipe D berdasarkan SK Menkes RI No.51/Menkes/SK/I/79 tanggal 2
Februari 1979 dengan kepemilikan Pemda Tk.I. Tahun 1993 RS kelas C (SK
Menkes No.1154/Menkes/SK/XII/1993) milik Pemda Tk.II. Rumah sakit ini
mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis terbatas. Rumah sakit ini
juga menampung pelayanan rujukan dari puskesmas. Rumah sakit ini
menyediakan 160 tempat tidur inap, 6 diantaranya merupakan VIP, lebih
banyak dibanding setiap rumah sakit di Sumatera Barat yang tersedia rata-rata
65 tempat tidur inap. (http://rumah-sakit.findthebest.co.id).
Pelayanan medis yang ada terdiri dari pelayanan Instalasi Gawat
Darurat, pelayanan poli klinik seperti poli umum, poli anak, poli bedah, poli
kebidanan, poli penyakit dalam, poli mata, poli gigi, poli THT, poli jiwa, poli
neuro, poli orthopedic, poli paru, poli fisioterapi. Adapun pelayanan
penunjamg terdiri dari instalasi radiologi, instalasi farmasi, instalasi
laboratorium, instalasi gas medis.
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana teknik pemeriksaan Pelvis pada klinis Corpus Alienum yang
ada di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Dr. Muhammad Zein Painan?
2. Bagaimana upaya proteksi radiasi yang di lakukan pada pemeriksaan
Pelvis pada klinis Corpus Alienum?
1.4 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana teknik pemeriksaan Pelvis dengan klinis
Corpus Alienum yang di lakukan di Instalasi Radiologi RSUD Dr.
Muhammad Zein Painan.

2. Untuk mengetahui upaya proteksi radiasi yang dilakukan pada


pemeriksaan Pelvis pada klinis Corpus Alienum.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penulisan kasus ini adalah :
1. Bagi Penulis
Makalah ini dapat menambah pengetahuan di bidang Radiodiagnostik
terutama mengenai teknik radiografi Pelvis dengan proyeksi AP.
2. Bagi Rumah Sakit
Penelitian

ini

diharapkan

dapat

menambah

pengetahuan

bagi

radiografer tentang prosedur pemeriksaan Pelvis.


1.6 Metode Pengumpulan Data
1. Pustaka
Penulis membaca buku-buku penunjang yang berhubungan dengan
teknik Pelvis dan upaya proteksi radiasi yang dilakukan pada saat
pemeriksaan berlangsung.
2. Wawancara
Penulis mewawancarai radiografer dan pasien untuk mengetahui hal-hal
yang berhubungan dengan teknik pemeriksaan Pelvis.
3. Observasi
Penulis melakukan pengamatan terhadap hasil radiograf yang telah
diperiksa.

BAB II
DASAR TEORI
2.1 Sinar-X
2.1.1 Sejarah Sinar-X
Pada tanggal 8 November 1895 Wilhelm

Conrad Rontgen

melakukan penelitian tabung katoda. Ia membungkus tabung dengan


suatu kertas hitam agar tidak terjadi kebocoran fotoluminisensi dari
dalam tabung keluar. Lalu ia membuat ruang penelitian menjadi gelap.
Pada saat membangkitkan sinar katoda, ia mengamati sesuatu yang diluar
dugaan. Plat fotoluminesensi yang ada diatas meja mulai berpendar
didalam kegelapan. Walaupun dijauhkan dari tabung plat tersebut tetap
berpendar. Dijauhkan sampai lebih 1 meter dari tabung masih tetap
berpendar. Rontgen berpikir pasti ada jenis radiasi baru yang belum
diketahui terjadi didalam tabung sinar katoda dan membuat plat
fotoluminensasi berpendar. Radiasi ini disebut sinar-X yang maksudnya
adalah radiasi yang belum diketahui. (Oktavia, 2010)

Gambar 2.1.1 Wilhelm Conrad Rontgen penemu Sinar-X


2.1.2 Pengertian Sinar-X
Sinar-X merupakan suatu gelombang elektromagnetik dengan
panjang gelombang yang cendrung pendek, akan tetapi memiliki energi
yang sangat besar. Sinar-X juga mempunyai daya tembus yang sangat

tinggi. Selain itu sinar-X juga memiliki kemampuan mengionisasi atom


dari materi yang dilewati, selanjutnya menjadikan salah satu sebagai
bentuk radiasi elektromagnetik.
Sinar-X mempunyai ukuran panjang gelombang mulai dari 0,01
sampai 10 nm dengan frekuensi mulai dari 30 petaHertz sampai 30
exahertz dan mempunyai energi mulai dari 120 Volt sampai dengan 120
Kilo electronVolt. Kemampuan sinar-X menembus bahan sering kali
dimanfaatkan pada bidang medis, seperti dalam radiologi diagnostik.
2.1.3 Proses Terjadi Sinar-X
Tabung sinar-X merupakan sebuang tabung yang terbuat dari
gelas yang hampa udara. Didalam tabung sinar-X terdapat dua diode
yaitu katoda yang bermuatan negatif dan anoda bermuatan positif. Saat
filamen yang berada dikatoda dipanaskan, filamen ini akan mengeluarkan
elektron. Semakin lama dipanaskan, electron yang keluar dari filamen
semakin banyak sehinga terbentuklah awan elektron.

Gambar. 2.1.3 Tabung Sinar-X


Kemudian antara anoda dan katoda diberi beda potensial yang
sangat tinggi, sehingga elektron yang berada dikatoda bergerak dengan
cepat menuju anoda. Elektron yang bergerak menuju ke anoda dengan
5

cepat akan menumbuk bagian kecil dari anoda yang disebut dengan
target.
Elektron yang bergerak dari katoda ke anoda pada tabung hampa,
biasa disebut dengan electron proyektil. Saat electron prokyetil ini
berbenturan dengan atom logam berat dari target, elektron berinteraksi
dengan atom-atom inti dan mentransfer energi kinetiknya ke target.
Interaksi ini terjadi pada kedalaman yang sedikit ditarget.Saat terjadi hal
tersebut, elektron proyektil melambat dan akhirnya sampai hampir
berhenti.
Elektron proyektil berinteraksi dengan elektron lintasan atau inti
dari atom target. Interaksi tersebut menghasilkan konversi energi kinetik
menjadi energi panas dan energi elekromagnetik ke dalam bentuk sinarX. Kemudian hampir semua energi kinetik dari elektron proyektil
dikonversi menjadi energi panas. Elektron proyektil berinteraksi dengan
elektron pada kulit terluar atom target tetapi tidak memberikan energi
yang cukup pada elektron kulit terluar ini untuk mengionisasinya
sehingga menyebabkan elektron terluar tereksitasi. Elektron kulit terluar
ini akan langsung kembali ke status energi normal.(Oktavia, 2010)
2.1.4 Sifat-Sifat Sinar-X
Menurut Puspita Sari sifat sinar X adalah sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.

Mempunyai panjang gelombang 0,1 nm s/d 1 nm


Mengalami atenuasi (perlemahan) intensitas setelah mengenai bahan
Tidak terlihat, tidak terasa, tidak berbau
Dapat memendarkan beberapa jenis bahan tertentu (biasanya

phospor)
e. Dapat menghitamkan elmusi film

2.1.5 Syarat-Syarat Terjadinya Sinar-X

Syarat-syarat terjadinya sinar-X adalah :


a.
b.
c.
d.
e.

Sumber Elektron
Gaya mempercepat electron
Ruang yang hampa udara
Alat pemusat berkas electron
Benda penghenti gerakan elektron/target

2.1.6 Komponen-komponen utama tabung sinar-X


Komponen-komponen utama tabung sinar-X adalah :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Katoda / elektron negatif (sumber elektron)


Anoda / elektroda positif (acceleration potential
Focusing cup
Rotor atau stator (Target Device)
Glass mental envalope (vacum tube)
Oil
Window

2.2 Kaset
Kaset berfungsi sebagai meletakan film saat film itu hendak di ekspose
oleh sinar X dengan kaset, film yang berada didalamnya tidak akan terbakar
akibat cahaya tampak sebab kaset dirancang kedap cahaya tampak
maksudnya tidak ada satupun cahaya yang bisa masuk kedalam.

24x30 cm

30x40 cm

Gambar.2.2 Kaset
35x35 cm

2.3 Film
Film mempunyai fungsi sebagai pencatat bayangan sehingga gambaran
yang kita inginkan dapat dilihat melalui film setelah ditembus sinar-X
dengan kaset, film yang berada didalamnya tidak terbakar akibat cahaya
tampak sebab kaset dirancang kedap cahaya maksunya tidak satupun
cahaya yang bisa masuk kedalam kaset.

35x35 cm

24x30 cm

30x40 cm
Gambar. 2.3 Film
2.4 Automatic Processing Film / APF
Automatic Processing Film/APF merupakan mesin pengolahan film
yang dilakukan secara automatic. Dalam automatic processing semua
sudah diatur oleh mesin mulaimasuk ke developer, fixer, washing
sehingga film keluar dari mesin dalam keadaan kering dengan waktu
2,5 menit. Tahapan automatic procesing adalah developer, fixer,
washing, dan drying.
a. Developer
Fungsi dasar dari developing adalah mereduksi butiran butiran
perak promida menjadi butiran perak metalik. Di developer ini
gambaran sudah terbentuk tapi belum permanen.

b. Fixing
Memberhentikan proses pembangkitan merubah bayangan
tampak yang belum permanen menjadi permanen.
c. Washing
Untuk menghilangakan bahan bahan yang diperoleh selama
penetapan (fixing) yang bila dibiarkan melekat film akan merusak
gambaran.
d. Drying
Merupakan tahap paling akhir dalam siklus pengolahan film
untuk menghilangkan air dalam emulsi.
Tray
Output
Processing

Tray Input
Eksposure

Processing

Time
Gambar 2.4 Automatic Processing Film

Adapun spesifikasi Alat Automatic Processing Film yang


digunakan di RSUD Dr. Muhammad Zein Painan:
Nama Alat

: Automatic Processing Film

Merk

: Carestream

Tray Output
Processing

Type

: Processor 2000

Serial Number

: 15945 Z-77.41-2

Negara Asal

: Germany

Daya

: 150 Watt

Tegangan

: 220 Volt

2.5 Efek Radiasi


Gangguan kesehatan dalam bentuk apapun yg merupakan akibat paparan
radiasi bermulah dari interaksi pengion dengan sel maupun jaringan tubuh
manusia, akibat interaksi tersebut sel-sel dapat mengalami perubahan struktur
normal, namun sel yang mengalmi perubahan tersebut mempunyai kemampuan
untuk melakukan proses perbaikan, karena sel tersebut mengandung informasi
untuk melakukan perbaikan seperti struktur semula.
2.5.1 Efek Stokastik
Efek stokastik berkaitan dengan paparan radiasi dosis rendah adalah yang
dapat muncul dalam tubuh manusia dalam bentuk kanker (kerusakan
somatik) atau cacat pada keturunan (kerusakan genetik). Dalam efek
stokastik tidak dikenal dengan adanya dosis ambang. Jadi sekecil apapun
dosis radiasi yang diterima tubuh ada kemungkinannya menimbulkan
kerusakan sel somatik maupun genetik.
1) Paparan radiasi dosis rendah (0,25-100 Sv).
2) Permunculan efek stokastik berlangsung lama setelah
penyinaran.
3) Keparahan tidak tergantung dosis.
4) Tidak adanya penyembuhan spontan.

10

2.5.2 Efek non Stokastik (deterministik)


Adalah efek radiasi dimana tingkat keparahan bergantung pada dosis
radiasi yang terima dengan suatu nilai dosis ambang.
Ciri-ciri deterministik yaitu :
1)
2)
3)
4)

Efek ini umumnya timbul beberapa saat setelah radiasi.


Efek ini yang mengenal dosis ambang.
Tingkat keparahan efek tergantung dosis.
Adanya penyembuhan spontan.

2.6 Anatomi dan Fisiologi Pelvis


Tulang panggul terdiri dari 3 jenis yaitu:
1)os coxae (os ilium, os ischium, os pubis)
2) os sacrum
3) os coccigeus
Tulang-tulang tersebut satu sama lain saling berhubungan. Os illium
merupakan tulang terbesar dengan permukaan anterior berbentuk konkaf yang
disebut fossa iliaka. Bagian atasnya disebut Krista iliaka. Ujung-ujungnya disebut
Spina Iliaka Anterior Superior (SIAS) dan Spina Iliaka Posterior Superior (SIPS).
Os ischium merupakan bagian terendah dari os coxae. Tonjolan di belakang
disebut tuberischii yang menyangga tubuh waktu duduk. Os pubis terdiri dari
ramus superior dan inferior. Ramus superior berhubungan dengan os ilium,
sedangkan ramus inferior kanan dan kiri membentuk arkus pubis. Ramus inferior
berhubungan dengan os ischium kira-kira 1/3 distal dari foramen obturatorius.
Kedua os pubis bertemu dan simetris.
Sakrum berbentuk baji, terdiri atas 5 vertebra sakralis. Vertebra pertama
paling besar menghadap ke depan. Pinggir atas vertebta ini dikenal sebagai
promontorium, merupakan suatu tanda penting dalam penilaian ukuran-ukuran
panggul. Permukaan sacrum berbentuk konkaf. Os koksigis merupakan tulang
kecil, terdiri atas 4 vertebra koksigis.

11

Gambar 2.7 Tulang Pelvis


2.7 Klinis Pemeriksaan Pelvis
Patologi yang sering terjadi sehingga dilakukkannya pemeriksaan radiograf
Pelvis adalah fraktur, dan corpus alienum.
a. Faktur
Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan
eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang.
b. Corpus alienum
Adalah Masuknya benda asing. Merupakan salah satu penyebab cedera
yang paling sering mengenai bagian dearah dalam pelvis seperti vagina
dan masuk tanpa disengaja.
2.8 Patofisiologi
Corpus Alienum (benda asing) pada Os Pelvis adalah kasus yang mungkin
jarang terjadi, dalam menegakkan diagnosanya dibutuhkan pencitraan dari organ
tersebut (radiograf). Pemeriksaan radiografi Os Pelvis dapat dilakukan dengan
teknik pemeriksaan radiografi dengan proyeksi AP. Faktor eksposi yang
digunakan cenderung tinggi karena disesuaikan dengan keadaan obyek yang
diperiksa.
2.9 Teknik Pemeriksaan Radiografi Pelvis
Proyeksi AP
12

Menurut Bontrager (2010), tujuan dilakukannya proyeksi AP adalah untuk


menampakkan patologi Fraktur dan corpus alienum. Persiapan alat dan bahan,
meliputi :
Alat dan bahan yang harus dipersiapkan adalah pesawat sinar-X, kaset dan
film ukuran 35 x 35cm, marker R dan L dan plester, apron, grid dan alat
prossesing film. Penggunaan identitas pada radiograf dengan marker meliputi
informasi tanggal pemeriksaan, nama atau nomor pasien, kanan atau kiri dan
institusi.
1. Persiapan Pasien
Persiapan pasien sebelum dilakukan pemeriksaan radiografi Pelvis antara
lain melepaskan benda-benda logam, plastik atau benda lain yang terdapat di
panggul. Pengambilan radiograf dengan pasien tidur dengan posisi telentang.
2. Prosedur pelaksanaan
a. Posisi Pasien : Pasien diposisikan supine
b.

Posisi Objek :
a) Kaki ekstensi
b) Atur pelvis pada posisi true AP (Pedis menghadap ke
atas)
c) Atur pelvis pada pertengahan kaset.
d) Kaki dibuka sekitar 20-24 cm, kemudian ujung
jempol kaki disatukan.
e) Pastikan nantinya tidak ada gambambaran yang
terpotong.

c. Central point (CP) : pertengahan antara SIAS dan sympisis


pubis
d. Central Ray (CR) : vertikal tegak lurus kaset
e. FFD

: 100 cm

f. Kaset

: 35x35cm

13

Gambar. 3.1 Posisi Pasien AP

Sacroiliaca Joint

Sacrum

Ilium

Sympisis Pubis

Foramen
Gambar. 3.2 Hasil Radiograf Pelvis

Kriteria Radiograf :
1. Tampak femur proksimal
2. Vetebra berada pada pertengahan kaset
3. Foramen obturator simetris

14

Obturatum

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
3.1.1 Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan adalah penyusunan laporan ini
adalah jenis penelitian studi eksperimental.
3.1.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan diruangan Instalasi Radiologi RSUD Dr.
Muhammad Zein Painan.
3.1.3 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan juni 2016
3.2 Persiapan Alat dan Bahan
a. Pesawat Rontgen
Merk

: Shimadzu X-ray Tube Assembly

Model

: 0.6/1.2 p 18 DE

Serial Number

: CM6F3B019011

Made in

: Japan

Output kV Max

: 150

Output mAs Max

: 800
Tube
15

Kolimator
BuckyStand

Bucky Table

Gambar 3.1 Shimadzu X-ray Tube Assembly


b.Kaset 35x35 cm
c. Marker R/L
d.Automatic Processing Carestream Medical X-ray Processor 2000
Tray
Output
Processing

Tray Input
Eksposure

Processing

Time
Gambar 3.2 Automatic Processing Film
Adapun spesifikasi Alat Processing Film yang digunakan di RSUD
Dr. Muhammad Zein Painan:
Nama Alat

: Automatic Processing Film

Merk

: Carestream

Type

: Processor 2000

Serial Number

: 15945 Z-77.41-2

Negara Asal

: Germany

16

Tegangan

: 220 Volt

Daya

: 150 Watt

3.3 Langkah-langkah penelitian


Langkah-langkah penelitian atau cara kerja yang ditempuh dalam
melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Menyiapkan alat dan bahan seperti pesawat Sinar-X, kaset ukuran
35x35 cm, film, marker.
2) Melakukan pemeriksaan pelvis dengan menggunakan proyeksi AP
dengan arah sinar vertikal.
3) Melakukan pencucian film dikamar gelap menggunakan automatic
processing film sehingga didapatkan hasil gambaran pelvis dengan
proyeksi AP.
4) Radiograf yang telah didapat, lalu dinilai oleh Dr. Radiolog dan
Radiografer.

17

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Identitas Pasien
a. Nama

: An. I

b. Umur

: 7 Tahun

c. Jenis Kelamin

: Perempuan

d. Alamat

: Sago

e. Dokter

: Dr. Andri & Dr. Fitria

f. Pemeriksaan

: Foto Pelvis

g. Diagnosa

: Corpus alienum

h. Tanggal

: Rabu, 15 Juni 2016

18

Gambar 3.3 Surat Permintaan dari Dokter


4.2. Riwayat Pasien
Menurut keterangan pasien, pasien sedang asyik bermain kelereng
kemudian pasien merasakan sakit yang hebat pada bagian bawah atau vagina
sehingga pasien pergi ke IGD Rumah Sakit Dr. Muhammad Zein Painan pada
hari Rabu tanggal 15 juni 2016. Dokter menyarankan untuk melakukan
rontgen Pelvis. Sehingga hasil rontgen tersebut dapat meningkatkan diagnosa
dan dapat mengetahui tindakan medis yang akan diberikan selanjutnya.
4.3 Persiapan Alat dan Bahan
a. Pesawat Rontgen
Merk

: Shimadzu/X- Ray Tube Assembly

Model

: 0.6/1.2 p 18 DE

Serial Number

: CM6F3B019011

Made in

: Japan

Output kV Max

: 150

Output mAs Max

: 800
Tube

19

Kolimator
BuckyStand

Bucky Table
Gambar 3.4 X-Ray Tube
b. Kaset 35 x 35 cm
c. Marker R/L
d. Automatic Processing merk Carestream
4.4 Persiapan Pasien
Semua benda yang menimbulkan gambaran radioopaque dilepaskan
seperti kancing celana,
4.5 Teknik Pemeriksaan Radiografi Pelvis di Rumah Sakit Muhammad Zein
Painan.
1. Proyeksi AP (Anterior Posterior)
a. Posisi Pasien :Pasien

diposisikan dalam keadaan supine atau

tidur telentang dimeja pemeriksaan.


b. Posisi Objek :Pelvis diletakkan pada pertengahan kaset dan kedua
tangan diletakkan disamping tubuh.

20

21

Gambar I 4.5 Posisi Objek

a. Central Ray

: Vertikal tegak lurus

b. Central Point

: Pada petengahan pelvis (Sympisis Pubis)

c. FFD

: 100 cm

d. Ukuran Kaset

: 35 X 35 cm

e. Tegangan

: 67 kV

f. Kuat Arus

: 12.5 mAs

SIAS

Ilium

Sympisis pubis
Sacrum

Foramen Obturatum

Gambar II 4.5 Radiograf Pelvis

Kriteria Gambaran:

22

Corpus
Alienum

1) Tampak os ilium
2) Tampak os sacrum
3) Tampak sympisis pubis
4) Tampak foramen obturatum
5) Tampak SIAS
6) Tampak corpus alienum

BAB V
23

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Teknik pemeriksaan radiografi untuk pelvis dapat dilakukan dengan proyeksi
AP (Anterior Posterior) saja karena dengan proyeksi AP (Anterior Posterior)
sudah tampak gambaran dimana letak benda asing tersebut (corpus alienum)
dan kedalaman letak benda tersebut dalam tubuh. Dan untuk diagnosa yang
lebih akurat.
5.2 Saran.
Disarankan untuk pemeriksaan ini ditambah dengan Pelvis proyeksi lateral
untuk menegakan diagnosa yang lebih akurat.
Untuk Radiografer di Instalasi Rumah Sakit Muhammad Zein Painan:
a. Untuk menyediakan marker khusus untuk diognosa corpus alienum.
b. Radiografer memberikan instruksi dan memberitahu kepada mahasiswa
praktek di RSUD Dr. Muhammad Zein Painan untuk membatasi luas
lapangan penyinaran sehingga dapat meminimalisir dosis radiasi yang
diterima oleh pasien.

24

DAFTAR PUSTAKA
D. Frank, Eugene dkk. 1999. Merrils Atlas Of Radiographic Positioning.
Rasad, Sjahriar.2010. Radiologi Diagnostik. Jakarta : Balai penerbit FKUI.
Rasad,S.2006. Radiologi Diagnostik. Jakarta: Frakture Kedokteran Universitas
Indonesia.
Warner, Spalteholz. 1987. Atlas Anatomi Manusia. Jakarta : EGC.
http://rumah-sakit.findthebest.co.id

25

Anda mungkin juga menyukai