PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses belajar mengajar pada jurusan radiografi, terdiri dari praktek di
laboratorium (PBP). Praktek kerja lapangan (PKL), dan praktek kerja nyata
(PKN), yang selalu menggunakan peralatan sinar-X.
Dengan meningkatnya teknologi pencitraan di Instalasi Radiologi telah
memberikan banyak manfaat tidak hanya dalam perluasaan wawasan ilmu
akan tetapi kemampuan diagnostik radiologi yang dapat menegakkan diagnosa
yang jelas dari suatu penyakit sesuai dengan kebutuhan klinis yang merupakan
aspek penting dalam pelayanan yang perlu mendapat perhatian secara
berkelanjutan sehingga dapat meningkatkan taraf kesehatan masyrakat.
Radiografer sebagai petugas instalasi radiologi harus memberikan pelayanan
dan hasil radiograf yang baik. (http://rumah-sakit.findthebest.co.id).
Corpus alienum adalah masuknya benda asing. Merupakan salah satu
penyebab cedera yang mengenai bagian dearah dalam pelvis seperti vagina
dan masuk tanpa disengaja. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis
ingin
mengangkatnya
kedalam
penelitian
yang
berjudul
TEKNIK
ini
diharapkan
dapat
menambah
pengetahuan
bagi
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Sinar-X
2.1.1 Sejarah Sinar-X
Pada tanggal 8 November 1895 Wilhelm
Conrad Rontgen
cepat akan menumbuk bagian kecil dari anoda yang disebut dengan
target.
Elektron yang bergerak dari katoda ke anoda pada tabung hampa,
biasa disebut dengan electron proyektil. Saat electron prokyetil ini
berbenturan dengan atom logam berat dari target, elektron berinteraksi
dengan atom-atom inti dan mentransfer energi kinetiknya ke target.
Interaksi ini terjadi pada kedalaman yang sedikit ditarget.Saat terjadi hal
tersebut, elektron proyektil melambat dan akhirnya sampai hampir
berhenti.
Elektron proyektil berinteraksi dengan elektron lintasan atau inti
dari atom target. Interaksi tersebut menghasilkan konversi energi kinetik
menjadi energi panas dan energi elekromagnetik ke dalam bentuk sinarX. Kemudian hampir semua energi kinetik dari elektron proyektil
dikonversi menjadi energi panas. Elektron proyektil berinteraksi dengan
elektron pada kulit terluar atom target tetapi tidak memberikan energi
yang cukup pada elektron kulit terluar ini untuk mengionisasinya
sehingga menyebabkan elektron terluar tereksitasi. Elektron kulit terluar
ini akan langsung kembali ke status energi normal.(Oktavia, 2010)
2.1.4 Sifat-Sifat Sinar-X
Menurut Puspita Sari sifat sinar X adalah sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
phospor)
e. Dapat menghitamkan elmusi film
Sumber Elektron
Gaya mempercepat electron
Ruang yang hampa udara
Alat pemusat berkas electron
Benda penghenti gerakan elektron/target
2.2 Kaset
Kaset berfungsi sebagai meletakan film saat film itu hendak di ekspose
oleh sinar X dengan kaset, film yang berada didalamnya tidak akan terbakar
akibat cahaya tampak sebab kaset dirancang kedap cahaya tampak
maksudnya tidak ada satupun cahaya yang bisa masuk kedalam.
24x30 cm
30x40 cm
Gambar.2.2 Kaset
35x35 cm
2.3 Film
Film mempunyai fungsi sebagai pencatat bayangan sehingga gambaran
yang kita inginkan dapat dilihat melalui film setelah ditembus sinar-X
dengan kaset, film yang berada didalamnya tidak terbakar akibat cahaya
tampak sebab kaset dirancang kedap cahaya maksunya tidak satupun
cahaya yang bisa masuk kedalam kaset.
35x35 cm
24x30 cm
30x40 cm
Gambar. 2.3 Film
2.4 Automatic Processing Film / APF
Automatic Processing Film/APF merupakan mesin pengolahan film
yang dilakukan secara automatic. Dalam automatic processing semua
sudah diatur oleh mesin mulaimasuk ke developer, fixer, washing
sehingga film keluar dari mesin dalam keadaan kering dengan waktu
2,5 menit. Tahapan automatic procesing adalah developer, fixer,
washing, dan drying.
a. Developer
Fungsi dasar dari developing adalah mereduksi butiran butiran
perak promida menjadi butiran perak metalik. Di developer ini
gambaran sudah terbentuk tapi belum permanen.
b. Fixing
Memberhentikan proses pembangkitan merubah bayangan
tampak yang belum permanen menjadi permanen.
c. Washing
Untuk menghilangakan bahan bahan yang diperoleh selama
penetapan (fixing) yang bila dibiarkan melekat film akan merusak
gambaran.
d. Drying
Merupakan tahap paling akhir dalam siklus pengolahan film
untuk menghilangkan air dalam emulsi.
Tray
Output
Processing
Tray Input
Eksposure
Processing
Time
Gambar 2.4 Automatic Processing Film
Merk
: Carestream
Tray Output
Processing
Type
: Processor 2000
Serial Number
: 15945 Z-77.41-2
Negara Asal
: Germany
Daya
: 150 Watt
Tegangan
: 220 Volt
10
11
Posisi Objek :
a) Kaki ekstensi
b) Atur pelvis pada posisi true AP (Pedis menghadap ke
atas)
c) Atur pelvis pada pertengahan kaset.
d) Kaki dibuka sekitar 20-24 cm, kemudian ujung
jempol kaki disatukan.
e) Pastikan nantinya tidak ada gambambaran yang
terpotong.
: 100 cm
f. Kaset
: 35x35cm
13
Sacroiliaca Joint
Sacrum
Ilium
Sympisis Pubis
Foramen
Gambar. 3.2 Hasil Radiograf Pelvis
Kriteria Radiograf :
1. Tampak femur proksimal
2. Vetebra berada pada pertengahan kaset
3. Foramen obturator simetris
14
Obturatum
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
3.1.1 Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan adalah penyusunan laporan ini
adalah jenis penelitian studi eksperimental.
3.1.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan diruangan Instalasi Radiologi RSUD Dr.
Muhammad Zein Painan.
3.1.3 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan juni 2016
3.2 Persiapan Alat dan Bahan
a. Pesawat Rontgen
Merk
Model
: 0.6/1.2 p 18 DE
Serial Number
: CM6F3B019011
Made in
: Japan
Output kV Max
: 150
: 800
Tube
15
Kolimator
BuckyStand
Bucky Table
Tray Input
Eksposure
Processing
Time
Gambar 3.2 Automatic Processing Film
Adapun spesifikasi Alat Processing Film yang digunakan di RSUD
Dr. Muhammad Zein Painan:
Nama Alat
Merk
: Carestream
Type
: Processor 2000
Serial Number
: 15945 Z-77.41-2
Negara Asal
: Germany
16
Tegangan
: 220 Volt
Daya
: 150 Watt
17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Identitas Pasien
a. Nama
: An. I
b. Umur
: 7 Tahun
c. Jenis Kelamin
: Perempuan
d. Alamat
: Sago
e. Dokter
f. Pemeriksaan
: Foto Pelvis
g. Diagnosa
: Corpus alienum
h. Tanggal
18
Model
: 0.6/1.2 p 18 DE
Serial Number
: CM6F3B019011
Made in
: Japan
Output kV Max
: 150
: 800
Tube
19
Kolimator
BuckyStand
Bucky Table
Gambar 3.4 X-Ray Tube
b. Kaset 35 x 35 cm
c. Marker R/L
d. Automatic Processing merk Carestream
4.4 Persiapan Pasien
Semua benda yang menimbulkan gambaran radioopaque dilepaskan
seperti kancing celana,
4.5 Teknik Pemeriksaan Radiografi Pelvis di Rumah Sakit Muhammad Zein
Painan.
1. Proyeksi AP (Anterior Posterior)
a. Posisi Pasien :Pasien
20
21
a. Central Ray
b. Central Point
c. FFD
: 100 cm
d. Ukuran Kaset
: 35 X 35 cm
e. Tegangan
: 67 kV
f. Kuat Arus
: 12.5 mAs
SIAS
Ilium
Sympisis pubis
Sacrum
Foramen Obturatum
Kriteria Gambaran:
22
Corpus
Alienum
1) Tampak os ilium
2) Tampak os sacrum
3) Tampak sympisis pubis
4) Tampak foramen obturatum
5) Tampak SIAS
6) Tampak corpus alienum
BAB V
23
5.1 Kesimpulan
Teknik pemeriksaan radiografi untuk pelvis dapat dilakukan dengan proyeksi
AP (Anterior Posterior) saja karena dengan proyeksi AP (Anterior Posterior)
sudah tampak gambaran dimana letak benda asing tersebut (corpus alienum)
dan kedalaman letak benda tersebut dalam tubuh. Dan untuk diagnosa yang
lebih akurat.
5.2 Saran.
Disarankan untuk pemeriksaan ini ditambah dengan Pelvis proyeksi lateral
untuk menegakan diagnosa yang lebih akurat.
Untuk Radiografer di Instalasi Rumah Sakit Muhammad Zein Painan:
a. Untuk menyediakan marker khusus untuk diognosa corpus alienum.
b. Radiografer memberikan instruksi dan memberitahu kepada mahasiswa
praktek di RSUD Dr. Muhammad Zein Painan untuk membatasi luas
lapangan penyinaran sehingga dapat meminimalisir dosis radiasi yang
diterima oleh pasien.
24
DAFTAR PUSTAKA
D. Frank, Eugene dkk. 1999. Merrils Atlas Of Radiographic Positioning.
Rasad, Sjahriar.2010. Radiologi Diagnostik. Jakarta : Balai penerbit FKUI.
Rasad,S.2006. Radiologi Diagnostik. Jakarta: Frakture Kedokteran Universitas
Indonesia.
Warner, Spalteholz. 1987. Atlas Anatomi Manusia. Jakarta : EGC.
http://rumah-sakit.findthebest.co.id
25