USULAN PENELITIAN
YUSUF BAHTIAR
NIM : 4442132676
JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2016
Judul
Oleh
: YUSUF BAHTIAR
NIM
: 4442132676
Pembimbing II,
Ketua Jurusan,
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang maha pengasih lagi maha
pemurah dengan curahan rahmat dan kasih sayang-Nya kita manusia yang lemah
ini masih di berikan kenikmatan yang tak terhingga sehingga kesyukuranlah satusatunya hal yang patut dan harus dilakukan oleh kita hamba-hamba-Nya. Shalawat
dan salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW.
yang menuntun umatnya dari masa jahiliyah hingga saat ini kita berada di jaman
yang modern dan penuh dengan pengetahuan serta telah menuntun umatnya
menuju jalan yang lurus yaitu jalan yang di ridhoi oleh Allah SWT.
Tidak lupa penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1
Dewi Hastuti, SP., M.Sc. sebagai Dosen Pembimbing II yang telah berkenan
memberikan pengarahan dan petunjuk dalam penyusunan usulan penelitian
ini.
Dr. Sri Suhesti, SP., MP. sebagai Pembimbing III yang telah berkenan
memberikan pengarahan, bimbingannya serta bantuan baik materil maupun
nonmateril selama penelitian ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
iii
DAFTAR ISI ..
iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
2.1. Rumusan Masalah ... 3
3.1. Tujuan Penelitian . 3
4.1. Hipotesis ..... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Nilam .. 4
2.2. Tanaman Transgenik .........
11
Latar Belakang
Nilam adalah tanaman penghasil minyak atsiri yang telah
parfum/kosmetika, meningkatnya kebutuhan untuk industri obatobatan serta belum berkembangnya substitusi essential oil yang
bersifat pengikat (fiksasi) dalam industri parfum/kosmetika.
(Ditjenbun, 2013)
Pada tahun 2014 luas tanaman nilam di Indonesia mencapai 31.288 ha
dengan produksi 2.690 ton (Ditjenbun, 2014). Salah satu masalah dalam budidaya
dan pengembangan nilam adalah adanya serangan penyakit. Beberapa penyakit
penting pada tanaman nilam yaitu penyakit layu bakteri, penyakit budok, dan
penyakit yang disebabkan oleh nematode dan virus. Turunnya produktivitas dan
mutu minyak nilam antara lain disebabkan oleh berkembangnya penyakit tanaman
yaitu penyakit budok (Synchytrium pogostemonis) (Nasrun et al., 2009). Penyakit
budok dapat menurunkan produksi terna sebesar 16,74% dan produksi minyak
nilam 11,15-50,38% (Nurmansyah, 2011)
Penyakit budok saat ini banyak ditemukan dan menjadi kendala utama di
beberapa sentra pertanaman nilam di Jawa, di Sumatera dan di Kalimantan. Gejala
di lapang nampak daun menjadi ungu kemerahan dan disertai adanya bengkakbengkak (scabies). Hasil pengamatan secara mikroskopis menunjukkan bahwa
penyakit tersebut disebabkan oleh jamur Synchytrium pogostemonis (Wahyuno et
al., 2007). Penyakit ini juga telah berkembang dan di temukan
pada pertanaman nilam di India (EPPO, 2007).
Penggunaan varietas tahan atau toleran merupakan cara
yang paling efektif untuk pengendalian penyakit budok. Sampai
saat ini belum ditemukan adanya varietas nilam yang tahan
terhadap penyakit. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilam
jawa tahan terhadap penyakit budok pada pengujian di rumah
kaca dan di lapang, dan varietas sidikalang lebih toleran
terhadap penyakit layu bakteri. Hal ini menunjukan adanya gen
kandidat ketahanan terhadap penyakit. Transformasi genetik
faktor transkripsi berpeluang untuk dilakukan dalam upaya
mendapatkan tanaman toleran terhadap penyakit, karena faktor
transkripsi berperan besar dalam meregulasi sejumlah gen-gen
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Hipotesis
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Angiospermae
Ordo
: Lamiales
Famili
: Labiateae
Genus
: Pogostemon
Spesies
pasar. Tiga varietas nilam unggul yang sudah dilepas dengan kadar dan
mutu minyak tinggi, yaitu Lhokseumawe, Tapak Tuan, dan Sidikalang
(Nuryani, 2006). Hasil pengujian seleksi ketahanan nilam terhadap layu
bakteri (Ralstonia solanacearum) menunjukkan bahwa varietas Sidikalang
lebih toleran terhadap layu bakteri dibanding Lhokseumawe dan Tapak
Tuan (Nasrun et al. 2004). Varietas Sidikalang juga lebih toleran terhadap
nematoda (Mustika dan Nuryani, 2006). Namun, ketiga varietas nilam itu
tidak tahan terhadap penyakit budok (Wahyuno dan Sukamto, 2010)
2. Nilam Jawa (Pogostemon heyneanus Benth)
Sering juga dinamakan nilam jawa atau nilam hutan berasal dari
India, disebut juga nilam kembang karena dapat berkembang. Kandungan
minyaknya lebih rendah 2-3 kali lipat dari nilam aceh, yaitu berkisar
antara 0,5-1,5%. Oleh karena itu, nilam jenis ini kurang diminati oleh
petani meskipun bentuk tanamannya lebih besar dan rimbun dibanding
nilam aceh. Namun, nilam jawa (Girilaya) lebih tahan terhadap penyakit
layu bakteri dan nematoda dibanding nilam aceh. Wahyuno dan Sukamto
(2010) juga melaporkan bahwa nilam jawa tahan terhadap penyakit budok
yang disebabkan oleh jamur Synchytrium pogostemonis
3. Nilam Sabun (Pogostemon hortensis Backer)
Nilam jenis ini disebut juga sebagai nilam sabun. Jenis ini hanya
terdapat di Banten. Kandungan minyaknya juga rendah, berkisar antara
0,5-1,5%. Mutu minyaknya juga kurang baik sehingga kurang diminati
oleh pasar. Daunnya tipis, ujung daun agak runcing, dan tidak berbunga.
Disebut nilam sabun karena biasanya digunakan sebagai bahan untuk
pembuatan sabun.
2.1.3. Perbanyakan Nilam
Tanaman nilam tidak menghasilkan bunga. Oleh karena itu nilam
biasa diperbanyak secara vegetatif, sehingga keragaman genetiknya
sangat sempit (Nuryani, 2005). Tanaman nilam dikembangakan secara
vegetatif,
yaitu
dengan
mempergunakan
potongan
potongan
cabang/batang (stek). Benih yang baik untuk ditanam harus berasal dari
induk yang sehat, berasal dari bahan tanaman yang baik dan dijamin
terbebas dari kontaminasi hama dan penyakit utama, karena hal itu dapat
menggagalkan panen sampai 100%.
Hasil penelitian oleh sukarman dan melati (2009) melaporkan
bahwa viabilitas benih/daya tumbuh benih stek nilam tidak berbeda antara
benih yang berasal dari bagian pangkal, tengah, dan pucuk. Walaupun stek
pucuk menghasilkan pertumbuhan (tinggi dan jumlah ruas benih/bibit)
yang lebih cepat dibandingkan benih yang berasal dari stek bagian pangkal
dan tengah.
Stek nilam yang dipanen hendaknya dengan kriteria sebagai
berikut :
1. Umur tanaman induk > 6 bulan
2. Diameter stek ; 0,3 0,5 cm
3. Ukuran stek ; stek panjang > 30 cm dan stek pendek 15 20 cm
4. Fisik stek ; segar, sehat, tanpa kahat hara, bebas dari serangan hama dan
penyakit dan telah mengayu, tetapi tidak yang sudah tua.
5. Kualifikasi stek dapat berasal dari batang, cabang primer, cabang
sekunder.
2.1.4. Syarat Tumbuh Nilam
Tanaman nilam dapat tumbuh di dataran rendah hingga di dataran
tinggi yang mempunyai ketinggian 2.200 meter di atas permukaan laut.
Ketinggian optimal agar nilam dapat berproduksi tinggi ada pada
ketinggian tempat 10-400 meter di atas permukaan laut. Curah hujan yang
diperlukan bagi pertumbuhan tanaman nilam berkisar antara 2.500-3.500
mm/tahun dan merata sepanjang tahun. Suhu udara yang optimal untuk
tanaman nilam berkisar antara 240-28 0C dengan kelembaban udara lebih
dari 75%. Meskipun tanaman nilam tetap dapat tumbuh di bawah naungan,
tetapi tanaman nilam memerlukan sinar matahari yang cukup agar tumbuh.
Tanaman Transgenik
Tanaman transgenik adalah tanaman GMO (Genetically Modified
Organism), yaitu tanaman yang telah disisipi atau memiliki gen asing dari
5 spesies tanaman yang berbeda atau makhluk hidup lainnya.
Penggabungan gen asing ini bertujuan untuk mendapatkan tanaman
dengan sifat-sifat yang diinginkan, misalnya pembuatan tanaman yang
tahan suhu tinggi, suhu rendah, kekeringan, resisten terhadap organisme
pengganggu tanaman, serta kuantitas dan kualitas yang lebih tinggi dari
tanaman alami. Sejarah penemuan tanaman transgenik dimulai pada tahun
1977
ketika
bakteri
Agrobacterium
tumefaciens
diketahui
dapat
yang diinginkan).
Gen yang diinginkan dapat diambil dari tanaman lain, hewan, cendawan,
atau bakteri.
Setelah gen yang diinginkan didapat maka dilakukan perbanyakan gen
tersebut.
Apabila gen yang diinginkan telah diperbanyak dalam jumlah yang cukup
maka akan dilakukan transfer gen asing tersebut ke dalam sel tumbuhan
yang berasal dari bagian tertentu, salah satunya adalah bagian daun.
Transfer gen ini dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu metode
senjata
gen,
metode
transformasi
DNA
yang
diperantarai
10
nilam
merupakan
tanaman
tropik
yang
banyak
(Ipomoea
batatas),
gandum
liar
(Avena
fatua),
parsley
11
2005), kentang (Dellagi et al., 2000). Faktor transkripsi WRKY pada padi
menunjukkan bahwa dari 45 gen yang diuji, ekspresi dari 15 gen WRKY
meningkat secara nyata dalam sebuah interaksi antara tanaman padi dan
M. grisea (Ryu et al., 2006). Dua belas dari gen-gen yang diinduksi M.
grisea ini juga berubah ekspresinya pada tanaman padi yang diinfeksi
dengan Xanthomonas oryzae pv. Oryzae (Ryu et al., 2006) Hal tersebut
menunjukkan bahwa factor transkripsi WRKY berpotensi untuk digunakan
dalam meningkatkan ketahanan terhadap beberapa penyakit pada tanaman
nilam.
OsWRKY76 merupakan satu gen yang termasuk keluarga gen
WRKY yang diidentifikasi dari padi yang memperlihatkan peningkatan
ekspresi pada tanaman padi yang tahan setelah diinokulasi dengan
cendawan Pyricularia grisea (Ryu et al., 2006). Gen OsWRKY76 terletak
pada segmen dikromosom yang diidentifikasi terkait dengan ketahanan
penyakit spectrum luas (Wisser et al., 2005). OsWRKY76 yang digunakan
dalam penelitian ini diisolasi dari padi Nipponbare (Japonica) di konstruk
dalam vector pCAMBIA-1301 dengan kendali promoter 35SCaMV.
pCAMBIA-1301-OsWRKY76 ditranformasikan ke dalam Agrobacterium
tumefaciens stran EHA 105. Untuk mengetahui ekspresi gen OsWRKY76
asal padi pada tanaman nilam maka dilakukan introduksi pada tanaman
nilam varietas sidikalang. Teknik infeksi Agrobacterium tumefaciens ke
eksplan tanaman nilam dilakukan dengan metode leaf disc (Horsch et al.,
1988)
2.3.
Penyakit Budok
12
tanaman yang telah terinfeksi pada stadia lebih lanjut. (Wahyuno dkk,
2011)
Menurut Wahyuno dkk (2011), struktur bertahan cendawan
Synchytrium berbentuk spora bulat, besar dan berdinding tebal konsisten
ditemukan permukaan dalam kutil yang terbentuk pada batang maupun
daun dari semua contoh tanaman nilam sakit yang diamati. Hal ini
membuat Synchytrium mampu bertahan di jaringan tanaman yang telah
terserang untuk waktu yang lama Dari hasil pengujian menggunakan
penularan buatan memperkuat asumsi di atas, bahwa cendawan
Synchytrium merupakan organisme penyebab penyakit budok pada
tanaman nilam di Indonesia yang juga ditemukan pada pertanaman nilam
di India.
Jamur Synchytrium pogostemonis bersifat parasit obligat yaitu
jamur yang hanya bisa tumbuh pada jaringan yang hidup, oleh sebab itu
jamur Synchytrium pogostemonis tidak bisa diisolasi pada media buatan.
Sehingga mengalami kesulitan menguji jamur Synchytrium pogostemonis
pada skala laboratorium. Parasit obligat bila menyerang tumbuhan
inangnya, parasit ini tidak mematikan sel-sel inangnya terlebih dahulu
tetapi langsung mengabsorpsi bahan makanan dengan cara mempenetrasi
sel-sel hidup tumbuhan inangnya. Pengurangan bahan makanan ini
walaupun mengganggu pertumbuhan serta menimbulkan gejala penyakit
namun tidak selalu mematikan tumbuhan inangnya. Lama kelamaan sel-sel
yang diabsorbsi bahan makanannya oleh parasit obligat akan mengalami
kematian, dan kematian sel-sel ini akan menghambat perkembangan
selanjutnya dari parasit sehingga akhirnya parasit tersebut akan mati juga.
2.3.2. Gejala Penyakit Budok
Gejala dari penyakit budok adalah adanya kutil berupa benjolan
berwarna putih yang banyak terbentuk di permukaan batang atau daun
khususnya yang ada di dekat permukaan tanah. Pada stadia awal, kutil
terlihat berwarna putih, dan pada stadia lanjut struktur bertahan
Synchytrium pogostemonis berupa spora yang sebenarnya merupakan
13
14
3.2.
3.3.
Rancangan Penelitian
15
Perlakuan
petak
adalah
perlakuan
inokulasi
jamur
Synchytrium
Perlakuan anak petak adalah genotip nilam trasgenik dan tetua sebagai
berikut :
G1
G2
G3
G4
G5
G6
Dari
berikut :
JIG1
sidikalang
J1G2
J1G3
J1G4
J1G5
J1G6
J2G1
sidikalang
J2G2 : Inokulum Budok 2 gram/tanaman dan nilam varietas T2
J2G3 : Inokulum Budok 2 gram/tanaman dan nilam varietas T8
15
J2G4
J2G5
J2G6
J3G1
sidikalang
J3G2
J3G3
J3G4
J3G5
J3G6
diukur
16
Pelaksanaan Penelitian
Tahapan penelitian yang akan dilakukan terdiri dari :
17
3.4.4. Penanaman
18
19
nilam sangat
Tanaman
1
2
3
Pemupukan
Ke
Waktu
(Bulan)
0
1
3
Dasar
1
2
1-2 MST
Setelah Panen
10
Jumlah
1
Setelah Panen
2
100
50
150
20.000
100
50
75
40.000
400
200
375
DAFTAR PUSTAKA
20
21
LAMPIRAN
Tata Letak Petak dan Tanaman (Layout Lapang)
J1
G6
G4
G3
G2
G1
G5
J3
G3
G2
G5
G1
G5
G6
Ulangan I
J2
G1
G4
G5
G6
G2
G3
J3
G1
G3
G6
G5
G2
G4
J1
G4
G2
G5
G3
G6
G1
Ulangan II
J2
G2
G5
G3
G2
G6
G4
J2
G5
G2
G6
J3
G1
G3
G5
J1
G3
G5
G1
J1
G1
G2
G3
J2
G2
G1
G4
J3
G3
G5
G4
22
G4
G5
G1
G4
G2
G6
Ulangan III
G2
G4
G6
G6
G4
G5
G3
G5
G6
Ulangan IV
G1
G6
G2
Keterangan :
Perlakuan
: Petak utama adalah Volume Inokulum Budok (J1, J2, J3) dan
Anak Petak adalah Genotip Nilam (G1, G2, G3, G4, G5, G6)
Ulangan
: 4 Kali (I IV)
23