Biomedik
Biomedik
Tanaman kunyit adalah salah satu tanaman obat di Indonesia yang dapat menyambuhkan
kanker.
Tanaman kunyit tumbuh bercabang dengan tinggi 40-100 cm. Batang merupakan batang
semu, tegak, bulat, membentuk rimpang dengan warna hijau kekuningan dan tersusun dari
pelepah daun (agak lunak). Daun tunggal, bentuk bulat telur (lanset) memanjang hingga 10-40
cm, lebar 8-12,5 cm dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat. Berbunga majemuk
yang berambut dan bersisik dari pucuk batang semu, panjang 10-15 cm dengan mahkota sekitar
3 cm dan lebar 1,5 cm, berwarna putih/kekuningan. Ujung dan pangkal daun runcing, tepi daun
yang rata. Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan, daging buah merah jingga kekuningkuningan.
2.2 Kandungan kimia dari Kunyit putih
Kandungan bahan kimia yang sangat berguna adalah curcumin yaitu diarilhatanoid yang
memberi warna kuning. Selain itu kandungan kimianya adalah tumeron, zingiberen. Komposisi
kimia kunyit kadar air 6,0%, protein 8,0%, karbohidrat 57,0%, serat kasar 7,0%, bahan mineral
6,8%, minyak volatile 3,0%, kurkuma 3,2%, bahan non volatil 9,0%. Kandungan kunyit yaitu
minyak atsiri (3-5%) terdiri dari senyawa dialfapelandren 1%, disabeneli 0,6%, cineol 1%,
borneol 0,5%, zingiberen 25% tirmeron 58%,seskuiterpen alcohol 5,8%, alfatlanton dan
gammaatlanton, pati berkisar 40-50%, kurkumin 2,5-6% (Bintang dan Nataamijaya, 2005).
2.3 Manfaat Dari Kunyit Putih
Khasiat dari sebuah kunyit memang sudah tak terindahkan lagi. ini bintang akan
membahas manfaat dari salah satu jenisnya yaitu kunyit putih.
Pada bagian Rimpang memiliki khasiat luar biasa dalam kesehatan seperti untuk
mengatasi: gangguan pencernaan, sakit perut, perut mulas, dan bengkak kerana memar. Manfaat
yang lain adalah untuk pemakaian luar, gunakan parutan rimpang kunyit putih untuk mengurap
bagian tubuh yang memar, terseliuh, dan bisul yang sulit pecah. Bahkan pada, rimpang induk
yang telah dikeringkan boleh digunakan sebagai bedak.
Kunyit putih juga diyakini memiliki khasiat antikanker. Walau begitu hanya kunyit putih
jenis mangga (Curcuma mangga) yang tumbuh terbatas di tempat yang bersuhu dingin di
Indonesia,
Antioksidan yang terkandung dalam kunyit putih bisa memiliki fungsi untuk mencegah
asam deoksiribonukleat (DNA) dari kerusakan. Kerusakan gen ini merupakan salah satu faktor
pemicu timbulnya kanker. Selain iu, diketahui juga bahwa senyawa yang terkandung dalam
kunyit putih bisa bertindak sebagai obat anti peradangan.
Kanker
Pertumbuhan suatu jaringan disebabkan karena adanya kumpulan sel yang aktif
berpoliferasi (hiperplasia). Aktivitas poliferasi yang tidak tekontrol (neoplasia) akan membentuk
jaringan abnormal yang disebut neoplasma. Kanker atau neoplasma adalah suatu penyakit sel
dengan ciri gangguan atau kegagalan mekanisme multiplikasi dan fungsi homeostatis lainnya
pada organisme multiseluler sehingga terjadi pertumbuhan jaringan yang tak terkontrol. Pada sel
normal terjadi keseimbangan pembentukkan sel baru dan hilangnya sel-sel lama. Sedangkan
pada sel kanker pertumbuhannya sedikit banyak bersifat otonom dan biasanya mempunyai
keseimbangan positif yaitu jumlah sel yang dibuat lebih besar daripada jumlah sel yang hilang
(Bosman,1996).Proses terjadinya kanker atau karsinogenesis ini menurut Van Cauteren terbagi
menjadi beberapa tahap yaitu :
a. Tahap inisiasi
Tahap ini terjadi pada tahap DNA, dimana suatu zat yang bersifat getontoksik yang biasa
disebut inisiator dan akan mengubah informasi genetika di dalam sel. Hal ini akan
menyebabkan sel tersebut berkembang diluar kontrol diluar sistem tubuh yang normal,
yang akan mempengaruhi sel yang lain
b. Tahap promosi
Tahap ini meliputi ekspresi mutasi yang bisa menyebabkan perubahan dari fungsi seluler,
ekspresi gen,fngsi reseptor dan pertumbuhan neoplasma
c. Tahap progresif
Dalam prosesnya secara klinis,neoplasma akan berkembang menjadiganas. Dan selama
proses transisi dari perkembangan sel tumor ini berlangsung jika sistem imun tidak
mampu mengontrol perkembangan sel tumor maka akan terjadi pembelahan sel tumor
secara terus menerus dan akan menyebabkan defisiensi imun
d. Tahap metastasis
Pada tahap ini, sel kanker akan membentuk anak sebar. Sel kanker bermetastase,
mengikuti aliran darah kemudian membentuk jaringan kanker sekunder ke tempat lain.
Disamping itu, sel kanker dapat mensekresikan activator plasminogen yang akan
mengaktifkan plasminogen menjadi plasmin Plasminogen tersedia dalam jumlah besar pada
serum normal. Plasmin yang terbentuk akan mengaktivasi enzim proteolitik yang akan
membantu sel kanker menembus asal lamina, membrane yang membatasi pertumbuhan sel
kanker sehingga akan memfasilitasi sel kanker untuk menginvasi jaringan lain. Jika sel kanker
mampu menembus pembuluh darah dan masuk kedalam system peredaran darah,akan muncul
kanker sekunder di jaringan lain yang jauh dari tempat asalnya (lodish,et al)
Sel Hela dan kanker leher rahim
Hella cel line merupkan continous cell line pertama yang tumbuh sebagai sel yang semi
melekat (Lodish et,al). Kanker leher rahim tergolong karsinom, yaitu kanker yang terjadi pada
sel skuamos pada jaringan epitel leher rahim wanita ( King,2000). Kanker leher rahim pada sel
HeLa disebabkan oleh infeksi Human Papilloma Virus ( HPV) 18. Faktor seluler dalam HPV
yang bertanggung jawab atas munculnya kanker leher rahim adalah viral E6 dan E7. DNA E6
dan E7 dari virus ini mampu menyebabkan kekacauan pada siklus dan poliferasi sel akibat tidak
aktifnya gen penekan tumor p53 dan pRb pada sel normal.DNA E6 akan mengikat kuat p53
sedang DNA E7 akan mengikat pRb (King,2000)
Kultur sel
Pemilihan tipe sel terfantung dari tujuan penelitian yang akan dilakukan. Pemilihan tipe
sel ini dipengaruhi oleh syarat-syarat keberadaan sel pada mulanya, dari jaringan manusia atau
dari spesies khusus yang lain,atau dari jaringan tumor, atau dari jaringan bukan tumor. Kultur sel
seperti CHO (Chinese Hamster Ovary Cell),HeLa,BHK (Baby Hamster Kidney Cell) dan L929
(Fibroblas jaringan penghubung normal) lebih sering digunakan dalam uji sitoksisistas ( Snell
and Mallock,1997)
Ketika sel diambil dari jaringan Tu organism dan kemudian ditempatkan dalam kultur,
media yang digunakan harus memberikan kondisi yang membuat sel dapat hidup, berpoliferase
dan berdiferensiasi sepeti pada keadaan in vivo. Jaringan normal biasanya memiliki keterbatasan
waktu untuk digunakan sebagai kultur sel,sedangkan kultur sel yang diambil dari tumor dapat
digunakan sebagai sel turunan (cell line) secara terus-menerus ( Freshney,1986).
Medium penumbuh adalah medium biak sel yang sangat diperkaya akan nutrient.
Medium penumbuh terutama dipakai untuk menumbuhkan sel yaitu untuk sel yang bergerak
cepat dan menyelesaikan siklus sel dan berakhir dengan penambahan jumlah sel
( Sardjono,1988)
Medium yang digunakan utnuk menumbuhkan sel HeLa adalah mediym RPMI 1640serum. Medium RPMI-1640 mengandung nutrisi yang dibutuhkan sel seperti asam
amino,vitamin,garam-garam anorganik,dan glukosa. Serum mengandung hormone yang memacu
pertumbuhan sel. Albumin merupakan protein transport,lipid yang diperlukan sel untuk
pertumbuhannya dan mineral yang merupakan kofaktor enzim. Seluruh komponen dalm medium
RPMI 1640-serum berguna untuk memberikan nutrisi yang cukup pada sel supaya sel dapat
bertahan hidup dan dapat memperbanyak diri ( Freshney,1986)
Uji Sitotoksisitas
Uji sitotoksisitas ialah suatu uji yang secara in vitro menggunakan kultur sel dalam
mengevaluasi keamanan obat,makanan, kosmetik maupun bahan-bahan kimia lainnya. Uji ini
selain menggunakan kultur sel juga menggunakan primer kultur dan juga studi farmakokinetik in
vitro untuk mengembangkan obat-obat terapetik dan mengamati toksisitas baik akut maupun
kronik ( Freshney,1986)
Uji sitoksisitas ini merupakan suatu uji yang cepat,terstandarisasi,sensitive dan tidak
terlalu mahal, dengan kepentingan untuk menentukan apakah suatu material mengandung bahan
yang berbahaya (toksis) secara biologi dalam jumlah yang signifikan. Sensitifitas yang tinggi
dari uji ini karena adanya sel uji yang terisolasi dalam kultur dan tidak adanya mekanisme
protektif tubuh yang mempengaruhi sel uji ( Wallin,1998)
Penggunaan biakan sel mamalia sebagai alternative dalam pengujian toksikologi semakin
bertambah dibandingkan penggunaan hewan. Beberapa alas an digunakan biakan sel mamalia
adalah karena meningkatnya tekanan dari public untuk megurangi jumlah hewan ang digunakan
dalam penelitian, tingginya biaya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan uji menggunakan ewan
percobaan yang berarti dapat dikurangi dengan pengujian tidak menggunakan hewan. Dengan
menggunakan kultur sel, mekanisme toksisitas biokimia bisa dikerjakan dengan lebih efektif
karena kondisi sel lebih mudah dikontrol maupun dimodifikasi.
Suatu ekstrak tumbuhan atau senyawa hasil isolasi dikatakan berefek sitotoksik jika
memiliki nilai LC50 kurang dari 1000 mikrogram/ml. Suatu senyawa dikatakan dapat memiliki
potensi sebagai antikanker jika memiliki nilai LC50 lebih kecil dari 20 mikrogram/ml
Uji MTT (3-(4,5 dimetil-tiazol-2-il)-2,5-dipheniltetrazolium bromide) didasarkan pada
aktvitas mtikondria, yang diinterprestasikan sebagai tolak ukur kelangsungan hidup sel. Pada uji
MTT,garam tetrazolium, (3-(4,5 dimetil-tiazol-2-il)-2,5-dipheniltetrazolium bromide) secara
aktif diabsorbsi kedalam sel hidup dan direduksi dalam mitokondrial membentuk suatu produk
formazan berwarna ungu. Pengujian poliferasi sel dengan MTT menurut ATTC menawarkan
metode yang sesuai,kuantitatif,untuk mengevaluasi respon populasi sel untuk factor-faktor
eksternal,apakah pertumbuhan sel bertambah,tidak berefek atau pertumbuhan menurun karena
nekrosis atau apoptosis (Anonim,2006). Metode ini cepat,sensitive akurat dan sejumlah besar
sampel dapat diuji secara otomatis dnegan menggunakan ELISA reader. MTT dapat digunakan
untuk estimasi sel hidup,baik yang membelah maupun tidak,aktivitas metabolic, maupun
penghambatan yang terjadi di dalam sel. (Doyle dan Griffiths,2000)
Mekanisme senyawa Antikanker
Pada umumnya antikanker menekan pertumbuhan atau poliferasi sel dan menimbulkan
tokisistas yang mungkin sampai menimbulkan kematian secara langsung dan tidak langsung.
Antikanker juga bekerja terhadap sel yang sedang aktif, maka efek sampingnya terutama