MTE Hordeolum
MTE Hordeolum
MANAJEMEN HORDEOLUM
Oleh:
Arif Hidayat Z
1110311026
Yokie Sudrajat
0810312133
Adhy Saputra
1110313039
1210312121
Pembimbing :
dr. Hendriati, Sp.M(K)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena dengan nikmat dan
karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan MTE yang berjudul
Manajemen Hordeolum sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kepaniteraan
klinik di bagian Ilmu Kesehatan Mata RSUP Dr.M.Djamil Padang Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas.
Penyusunan MTE ini merupakan salah satu syarat dalam mengikuti
kepaniteraan klinik senior di bagian Ilmu Kesehatan Mata RSUP Dr.M.Djamil
Padang Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Terima kasih penulis ucapkan
kepada dr. Hendriati, Sp.M(K) sebagai pembimbing dalam kepaniteraan klinik
senior ini beserta seluruh jajarannya dan semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan MTE ini.
Penulis menyadari bahwa MTE ini jauh dari sempurna, maka dari itu
sangat diperlukan saran dan kritik untuk kesempurnaan MTE ini. Penulis berharap
agar MTE ini bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan terutama bagi penulis
sendiri dan bagi teman-teman dokter muda yang tengah menjalani kepaniteraan
klinik. Akhir kata, semoga MTE ini bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
I.1
I.2
I.3
I.4
I.5
BAB 1
PENDAHULUAN
iii
1.1
Latar Belakang
Kelopak mata adalah bagian mata yang sangat penting. Kelopak mata atau
macam, mulai dari tumor jinak sampai keganasan, proses inflamasi, infeksi,
maupun masalah struktur seperti ektropion, entropion dan blefaroptosis.
Untungnya, kebanyakan dari kelainan kelopak mata tidak mengancam jiwa atau
pun mengancam penglihatan.2
Hordeolum adalah salah satu penyakit yang cukup sering terjadi pada
kelopak mata. Secara klinis kelainan ini sering sulit dibedakan dengan kalazion
akut. Hordeolum merupakan infeksi lokal atau peradangan supuratif kelenjar
kelopak mata. Bila kelenjar Meibom yang terkena disebut hordeolum internum,
sedangkan bila kelenjar Zeiss atau Moll yang terkena maka disebut hordeolum
eksternum.3 Gejalanya berupa kelopak yang bengkak dengan rasa sakit dan
mengganjal, merah, serta nyeri bila ditekan.1
Hordeolum biasanya menyerang pada dewasa muda, namun dapat juga
terjadi pada semua umur, terutama orang-orang dengan taraf kesehatan yang
kurang. Hordeolum mudah timbul pada individu yang menderita menahun.4
1.2
Batasan Masalah
Batasan penulisan makalah ini membahas mengenai definisi dan
iv
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Anatomi Palpebra
Palpebra adalah lipatan tipis yang terdiri atas kulit, tepi palpebra (margo
palpebra), jaringan areolar subkutan, otot orbikularis, otot levator, septum orbita,
tarsus, dan konjungtiva yang berfungsi melindungi struktur mata. 3 Struktur kulit
palpebra sangat mudah digerakkan dan merupakan kulit paling tipis di antara kulit
di bagian tubuh yang lain karena tidak memiliki lemak pada jaringan areolar
subkutan.
Palpebra terdiri atas dua bagian yaitu palpebra superior dan palpebra
inferior.3 Palpebra superior memiliki otot levator palpebra superior yang berasal
dari apex orbita dan berinsersi pada lapisan kulit palpebra, permukaan anterior
lempeng tarsalis, dan konjungtiva forniks superior.3 Palpebra superior lebih besar
dan lebih mudah digerakkan daripada palpebral inferior.
Sebuah alur yang dalam, biasanya terdapat pada posisi tengah palpebra
superior ras kulit putih, merupakan tempat melekatnya serat-serat otot levator.
Alur ini lebih dangkal atau bahkan tidak ada pada palpebra Asia. Seiring dengan
pertambahan usia, kulit tipis palpebra superior cenderung menggantung di atas
alur palpebra dan dapat menyentuh bulu mata.
Proses penuaan juga menipiskan septum orbital sehingga terlihat bantalan
lemak di bawahnya. Lapisan lemak orbita mendasari bagian posterior septum
orbita dan aponeurosis pada palpebra superior dan fascia kapsulopalpebra pada
palpebra inferior. Pada palpebra superior terdapat 2 kantung lemak yaitu di bagian
nasal dan sentral. Sedangkan pada palpebra inferior, terdapat 3 kantung lemak,
yaitu di bagian nasal, sentral, dan temporal.3
vi
vii
lempeng tarsal yang tersusun vertikal. Pada satu baris terdapat 30-40 orifisium
meibom yang terletak pada palpebra superior dan 20-30 pada palpebra inferior.5
palpebra
dan
orbita.
Di
belakangnya
viii
terletak
bantalan
lemak
praaponeurotik. Septum orbita yang berasal dari tepian orbita melekat pada
aponeurosis levator yang menyatu pada tarsus. Pada palpebra superior, septum
orbita mengalami fusi dengan aponeurosis levator sekitar 2-5 mm di atas tepi atas
tarsus pada ras non- Asia. Pada palpebra inferior, septum bergabung dengan fascia
kapsulopalpebra atau tepi bawah tarsus.3 Konjungtiva melapisi permukaan dalam
palpebra. Konjungtiva palpebralis menyatu dengan konjungtiva yang berasal dari
bola mata dan mengandung kelenjar-kelenjar yang penting untuk pelumasan
kornea.3
2.2
Hordeolum
2.2.1 Definisi
Hordeolum adalah infeksi kelenjar pada palpebra. Bila kelenjar Meibom
yang terkena, timbul pembengkakan besar yang disebut hordeolum interna.
Sedangkan hordeolum eksterna yang lebih kecil dan superfisial adalah infeksi
kelenjar Zeiss atau Moll. 6
2.2.2
Epidemiologi
Secara epidemiologi, data tentang prevalensi hordeolum sangat sedikit.
Tidak ada data pasti yang menunjukkan insidensi dan prevalensi dari hordeolum
di Amerika Serikat, akan tetapi hordeolum merupakan jenis penyakit infeksi
kelopak mata yang paling sering ditemukan dalam praktek kedokteran. Insidensi
tidak bergantung pada ras dan jenis kelamin. Dapat mengenai semua usia, tapi
lebih sering pada orang dewasa, kemungkinan karena kombinasi dari beberapa
faktor seperti tingginya level androgen dan peningkatan insidensi meibomitis dan
rosacea pada dewasa.
2.2.3 Etiologi
ix
2.2.5 Patogenesis
kelenjar.
Statis
ini
akan
mencetuskan
infeksi
sekunder
oleh
xi
xii
Orbital Selulitis
Orbital Selulitis infeksi jaringan lunak dari orbit posterior septum
orbital. Orbital Selulitis dan Preseptal Selulitis adalah infeksi utama
dari adneksa okular dan jaringan orbital. Orbital Selulitis memiliki
berbagai penyebab dan mungkin terkait dengan komplikasi serius.
Sebanyak 11% dari kasus selulitis orbita menyebabkan hilangnya
penglihatan.
xiii
Preseptal Selulitis
Preseptal Selulitis adalah infeksi umum dari kelopak mata dan
jaringan lunak periorbital yang ditandai dengan eritema kelopak mata
akut dan edema. Preseptal Selulitis dapat disebabkan oleh bakteri,
virus, jamur, atau cacing. Infeksi bakteri dapat terjadi akibat
penyebaran lokal dari sinusitis yang berdekatan atau dakriosistitis,
dari infeksi okular eksternal, atau trauma berikut untuk kelopak mata
xiv
Gambar 2.8 Algoritma differential diagnosis kelopak mata bengkak dan merah11
2.2.9 Tatalaksana
Umumnya hordeolum dapat sembuh sendiri dalam waktu 5-7 hari. 5
a.
Non farmakologi
1) Kompres hangat 4-6 kali sehari selama 15 menit tiap kalinya
untuk membantu drainase. Lakukan dengan mata tertutup.
2) Bersihkan kelopak mata dengan air bersih atau pun dengan
sabun atau sampo yang tidak menimbulkan iritasi, seperti
sabun bayi. Hal ini dapat mempercepat proses penyembuhan.
Lakukan dengan mata tertutup.
xv
Farmakologi
Antibiotik diindikasikan bila dengan kompres hangat selama 24 jam
tidak ada perbaikan, untuk mengobati infeksi, mengurangi
morbiditas, dan untuk mencegah komplikasi.
1) Antibiotik topikal
Bacitracin atau tobramicin salep mata diberikan setiap 4 jam
selama 7-10 hari. 4 Dapat juga diberikan eritromisin salep mata
untuk kasus hordeolum eksterna dan hordeolum interna yang
ringan.10
2) Antibiotik sistemik
Diberikan bila terdapat tanda-tanda bakterimia atau terdapat
tanda selulitis.4 Pada kasus hordeolum internum dengan kasus
yang sedang sampai berat. Dapat diberikan cephalexin atau
dicloxacilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 7 hari. Bila
alergi penisilin atau cephalosporin dapat diberikan clindamycin
300 mg oral 4 kali sehari selama 7 hari atau klaritromycin 500
mg 2 kali sehari selama 7 hari. 1
xvi
c.
Pembedahan
Bila dengan pengobatan tidak berespon dengan baik, maka prosedur
pembedahan mungkin diperlukan untuk membuat drainase pada
hordeolum.
Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi topikal
dengan pantokain tetes mata. Dilakukan
2.2.10 Komplikasi
Komplikasi hordeolum adalah mata kering, abses, atau selulitis palpebra
dan abses palpebra.8
2.2.11 Prognosis
Prognosis umumnya baik, karena proses peradangan pada hordeolum bisa
mengalami penyembuhan dengan sendirinya, asalkan kebersihan daerah
mata tetap dijaga dan dilakukan kompres hangat pada mata yang sakit
serta terapi yang sesuai.8
xvii
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hordeolum merupakan infeksi lokal atau proses peradangan pada
kelopak mata. Bila kelenjar Meibom yang terkena disebut hordeolum
internum, sedangkan bila kelenjar Zeiss atau Moll yang terkena maka disebut
hordeolum eksternum.
Staphylococcus aureus adalah agen infeksi pada 90-95% kasus
hordeolum.
Diagnosis pada pasien ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan oftalmologis. Dari anamnesis didapatkan adanya benjolan pada
kelopak mata yang awalnya hanya berupa benjolan kecil berwarna kemerahan
namun makin lama makin membesar dan disertai nyeri bila ditekan. Benjolan
ini menjadi besar dan mengalami reaksi radang akibat infeksi kuman
stafilokokus pada kelenjar kelopak mata.
Dari pemeriksaan oftalmologi didapatkan adanya edema dan hiperemi
pada palpebra yang disertai nyeri. Benjolan menonjol kearah kulit dan ikut
bergerak dengan pergerakan kulit disertai adanya supurasi tanpa injeksi
konjungtiva. Kadang ditemukan pseudoptosis atau ptosis yang terjadi akibat
bertambah beratnya kelopak sehingga sukar diangkat.
Penatalaksanaan terdiri dari perawatan umum seperti kompres hangat,
antibiotik topikal ataupun sistemik dan pembedahan.
15
xviii
DAFTAR PUSTAKA
1. American Academy of Ophthalmology. Orbit, Eyelids, and Lacrimal
System. 2011-2012. Section 7. Singapore: AAO Publishers. P.135-143.
2. Khurana AK. Disease of the Eyelids. Comprehensive Ophthlamology.
Edisi ke-4. New Delhi: New Age International Publishers; 2007. P. 246339, 344-5.
3. Riordan-Eva P, Whitcher JP, eds. Vaughan & Asbury: Oftalmologi Umum.
17th ed. Jakarta: EGC; 2009.
4. Ilyas S. Kelainan kelopak dan jaringan orbita. Ilmu Penyakit Mata. Edisi
ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2010.P. 89-97.
5. Crick RP, Peng TW. Eyelids. A Textbook of Clinical Ophthalmology. Edisi
ke-3. Singapore: World Scientific Publishing Co; 2003.P. 453-4.
6. Arshad AR, Teyyeb AJ. Chronic Blepharitis: One Year Experience at a
United Nations Field Hospital. Pakistan Armed Forces Medical Journal.
2013;
3(9).
[cited
2014
Apr
9].
Available
from:
http://pafmj.org/showdetails.php?id=43&t=f.
7. American Academy of Ophthalmology. External Disease and Cornea.
2011-2012. Section 8. Singapore: AAO Publishers. P.4-6.
8. Ehrenhaus,
Michael
P,
MD.
Hordeolum.
2016.
at
http://emedicine.medscape.com/article/1213080-overview#showall
Accessed December 28, 2016.
9. Kwitko Giofray M, MD. Preceptal Cellulitis.
http://emedicine.medscape.com/article/1218009-overview
December 28, 2016.
10. Kharod-Dhoilakia, Bairavi MD. Ocular Rosacea.
http://emedicine.medscape.com/article/1197341-overview
December 28, 2016.
2016.
At
Accessed
2016. At:
Accessed
11. Papier A, David J, Tara JM. Differential Diagnosis of the Swollen Red
Eyelid. American Academy of Family Physicians. 2007. P1815-24.
http:www.aafp.org/afp/2007/1215/p1815.html=afp20071215p1815-tl
Accessed December 28, 2016.
xix