Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Kasus (Masalah Utama)


Isolasi sosial
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Isolasi Sosial
Isolasi sosial adalah kondisi kesepian yang diekspresikan oleh individudan
dirasakan sebagai hal yang ditimbulkan oleh orang lain dan sebagai suatukeadaan negatif
yang mengancam. Dengan karakteristik : tinggal sendiri dalamruangan, ketidakmampuan
untuk berkomunikasi, menarik diri, kurangnya kontak mata. Ketidaksesuaian atau
ketidakmatangan minat dan aktivitas dengan perkembangan atau terhadap usia. Preokupasi
dengan pikirannya sendiri,pengulangan, tindakan yang tidak bermakna. Mengekspresikan
perasaan penolakan atau kesepian yang ditimbulkan oleh orang lain. Mengalami perasaan
yang berbeda dengan orang lain, merasa tidak aman ditengah orang banyak (MaryC.
Townsend, Diagnose Kep. Psikiatri, 1998).
Isolasi sosial merupakan keadaan di mana individu atau kelompok mengalami atau
merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkanketerlibatan dengan orang lain
tetapi tidak mampu untuk membuat kontak (Carpenito ,L.J, 1998).
Menurut Rawlins, R.P & Heacock, P.E (1988 : 423)isolasi sosial menarik diri
merupakan usaha menghindar dari interaksi danberhubungan dengan orang lain, individu
merasa kehilangan hubungan akrab,tidak mempunyai kesempatan dalam berfikir,
berperasaan, berprestasi, atau selaludalam kegagalan.
2. Penyebab
Isolasi sosial menarik diri sering disebabkan oleh karena kurangnya rasa percaya
pada orang lain, perasaan panik, regresi ke tahap perkembangan sebelumnya, waham,
sukar berinteraksi dimasa lampau, perkembangan ego yang lemah serta represi rasa takut
(Townsend, M.C,1998).
Menurut Stuart, G.W & Sundeen, S,J (1998) Isolasi sosial disebabkan oleh
gangguan konsep diriharga diri rendah. Gangguan konsep diri: harga diri rendah adalah
penilaian pribadi terhadaphasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku
memenuhi ideal diri(Stuart dan Sundeen, 1998).
Menurut Townsend (1998) harga diri rendah merupakan evaluasi diri dari perasaan
tentang diri atau kemampuan diri yang negatif baik langsung maupun tidak langsung.
Pendapat senada dikemukan oleh Carpenito, L.J (1998:352) bahwa harga diri rendah
merupakan keadaan dimanaindividu mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai diri
atau kemampuan diri.
3. Tanda dan Gejala
Menurut Townsend, M.C (1998) & Carpenito,L.J (1998) isolasi sosial menarik diri
sering ditemukan adanya tanda dan gejala sebagaiberikut:
Data subjektif :
a. Mengungkapkan perasaan tidak berguna, penolakan oleh lingkungan.
b. Mengungkapkan keraguan tentang kemampuan yang dimiliki
Data objektif
a. Tampak menyendiri dalam ruangan

b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Tidak berkomunikasi, menarik diri


Tidak melakukan kontak mata.
Tampak sedih, afek datar.
Posisi meringkuk di tempat tidur dengang punggung menghadap ke pintu
Adanya perhatian dan tindakan yang tidak sesuai atau imatur denganperkembangan usianya.
Kegagalan untuk berinterakasi dengan orang lain didekatnya.
Kurang aktivitas fisik dan verbal.
Tidak mampu membuat keputusan dan berkonsentras.
Mengekspresikan perasaan kesepian dan penolakan di wajahnya

4.

Akibat dari isolasi sosial


Perilaku isolasi sosial : menarik diri dapat berisiko terjadinya gangguan sensori
persepsi halusinasi (Townsend, M.C, 1998). Gangguan sensori persepsi halusinasi adalah
persepsi sensori yang salah (misalnya tanpa stimulus eksternal) atau persepsi sensori yang
tidak sesuai dengan realita/kenyataan seperti melihat bayangan atau mendengarkan suarasuara yang sebenarnya tidak ada (Johnson, B.S, 1995).
Menurut Maramis (1998) halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya
rangsangapapun dari panca indera, di mana orang tersebut sadar dan dalam keadaan
terbangunyang dapat disebabkan oleh psikotik, gangguan fungsional, organik atau
histerik.Perubahan persepsi sensori halusinasi sering ditandai dengan adanya:

a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Data subjektif:
Tidak mampu mengenal waktu, orang dan tempat
Tidak mampu memecahkan masalah
Mengungkapkan adanya halusinasi (misalnya mendengar suara-suara ataumelihat bayangan)
Mengeluh cemas dan khawatir
Data objektif:
Apatis dan cenderung menarik diri
Tampak gelisah, perubahan perilaku dan pola komunikasi, kadang berhentiberbicara seolaholah mendengarkan sesuatu
Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
Menyeringai dan tertawa yang tidak sesuai
Gerakan mata yang cepat
Pikiran yang berubah-rubah dan konsentrasi rendah
Respons-respons yang tidak sesuai (tidak mampu berespons terhadap petunjuk yang kompleks.
C. Pohon Masalah
Gangguan sensori persepsi :Halusinasi
Isolasi Sosial
Gangguan Konsep Diri (Harga Diri Rendah)
D. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji
1. Masalah Keperawatan
a. Gangguan sensori persepsi : Halusinasi

b. Isolasi sosial
c. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
2. Data yang perlu dikaji
a. Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi
Data Subjektif
a) Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan denganstimulus nyata
b) Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata
c) Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus
d) Klien merasa makan sesuatu
e) Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
f) Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar
g) Klien ingin memukul/melempar barang-barang
Data Objektif
a) Klien berbicar dan tertawa sendiri
b) Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu
c) Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
d) Disorientasi
b. Isolasi sosial
Data Subyektif
a) Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab dengan singkat
tidak, ya.
Data Obyektif
a) Apatis
b) Ekspresi sedih
c) Afek tumpul
d) Menyendiri/menghindari orang lain
e) Berdiam diri di kamar
f) Komunikasi kurang atau tidak ada (banyak diam)
g) Kontak mata kurang
h) Menolak berhubungan dengan orang lain
i) Perawatan diri kurang
j) Posisi tidur seperti janin (menekur)
c. Gangguan konsep diri (harga diri rendah)
Data subjektif
a) Mengkritik diri sendiri atau orang lain
b) Perasaan tidak mampu.
c) Rasa bersalah.
d) Sikap negatif pada diri sendiri
e) Sikap pesimis pada kehidupan
f) Keluhan sakit fisik
g) Menolak kemampuan diri sendiri
h) Pengurangan diri/mengejek diri sendiri
i) Perasaan cemas dan takut
j) Merasionalisasi penolakan/menjauh dari umpan balik positif
k) Mengungkapkan kegagalan pribadi
l) Ketidak mampuan menentukan tujuan

a)
b)
c)
d)

Data objektif
Produktivitas menurun
Perilaku destruktif pada diri sendiri
Menarik diri dari hubungan social
Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah
e) Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan)

E. Diagnosa Keperawatan
1. Ganggua sensori persepsi : Halusinasi
2. Isolasi sosial
F. Rencana Tindakan Keperawatan
1. Gangguan sensori persepsi ; halusinasi
Tujuan umum: Tidak terjadi perubahan persepsi sensori: halusinasi.
Tujuan khusus:
a) Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
- Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan diri, jelaskan tuiuan
interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buatkesepakatan / janji dengan jelas
tentang topik, tempat, waktu.
- Beri perhatian dan penghargaan: temani kilen walau tidak menjawab
- Dengarkan dengan empati : beri kesempatan bicara, jangan terburu-buru, tunjukkan bahwa
perawat mengikuti pembicaraan klien.
b) Klien dapat menyebut penyebab menarik diri
Tindakan:
- Bicarakan penyebab tidak mau bergaul dengan orang lain.
- Diskusikan akibat yang dirasakan dari menarik diri.
c) Klien dapat menyebutkan keuntungan hubungan dengan orang lain
Tindakan:
- Diskusikan keuntungan bergaul dengan orang lain.
- Bantu mengidentifikasikan kernampuan yang dimiliki untuk bergaul.
d) Klien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap: klien-perawat,klien-perawat-klien
lain, perawat-klien-kelompok, klien-keluarga.
Tindakan:
- Lakukan interaksi sering dan singkat dengan klien jika mungkinperawat yang sama
- Motivasi temani klien untuk berkenalan dengan orang lain
- Tingkatkan interaksi secara bertahap
- Libatkan dalam terapi aktivitas kelompok sosialisasi
- Bantu melaksanakan aktivitas setiap hari dengan interaksi
- Fasilitasi hubungan kilen dengan keluarga secara terapeutik
e) Klien dapat mengungkapkan perasaan setelah berhubungan dengan oranglain.
Tindakan:
- Diskusi dengan klien setiap selesai interaksi / kegiatan
- Beri pujian atas keberhasilan klienf.
f) Klien mendapat dukungan keluarga
Tindakan:
- Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melaluipertemuan keluarga
- Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
2. Isolasi sosial

Tujuan umum : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
Tujuan khusus :
a) Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
- Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi terpeutik
b) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimilikiTindakan :
- Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
- Setiap bertemu klien hindarkan dari penilaian negatif.
- Utamakan memberi pujian yang realistik.
c) Klien dapat menilai kemampun yang dimiliki
Tindakan :
- Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit
- Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkn penggunaannya.
d) Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
- Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuanTingkatkan kegiatan sesuai toleransi kondisi klien
- Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan.
e) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit dan kemampuannya
Tindakan :
- Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan
- Beri pujian atas keberhasilan klien
- Diskusikan kemungkinan pelaksanan di rumahf.
f) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan :
- Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat kliendengan harga diri rendah
- Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat
- Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J, (1998). Buku Saku Diagnosa keperawatan (terjemahan), Edisi 8,Penerbit Buku Kedokteran,
Jakarta: EGC.
DEPKES RI, (1989). Pedoman Perawatan Psikiatrik, Ed I, DEPKES RI, Jakarta.
Kusuma, W, (1997). Dari A Sampai Z Kedaruratan Psikiatrik Dalam Praktek, Ed I,Professional Books,
Jakarta.
Keliat, B.A, dkk, (1997). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Ed I, Jakarta: EGC.
Maramis,W.F (1998). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga University Press, Surabaya.
Stuart, G.W & Sundeen, S.J, (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa (terjemahan).Edisi 3, Jakarta: EGC.
Townsend, M.C, (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada KeperawatanPsikitari (terjemahan),
Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai