Anda di halaman 1dari 102

BAB I

LATAR BELAKANG

1.1 GAMBARAN UMUM DESA


A. Geografis
Keadaan Umum
Desa Pangkalan terletak di wilayah Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Propinsi Banten. Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Propinsi
Banten, mempunyai luas wilayah 4.763.198 Ha (47,631 Km2), terdiri dari luas
daratan 2.170.120 Ha dan sawah 2.593.078 Ha dengan ketinggian dari permukaan
laut 2-3 meter. Desa Pangkalan merupakan salah satu desa binaan dari Puskesmas
Tegal Angus. Terdapat enam desa binaan Puskesmas :
a. Desa Lemo
b. Desa Tanjung Pasir
c. Desa Tanjung Burung
d. Desa Pangkalan
e. Desa Tegal Angus
f. Desa Muara
Gambar 1.1 Peta Desa Pangkalan

Sumber: Puskesmas Tegal Angus Tahun 2014

Batas Wilayah
Batas batas wilayah Desa Pangkalan seperti yang terlihat pada gambar adalah
sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.

Sebelah utara berbatasan dengan Desa Tegal Angus


Sebelah barat berbatasan dengan Desa Lemo dan Kampung Besar
Sebelah timur berbatasan dengan Desa Kalibaru
Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kampung Melayu Barat
Gambar 1.2 Peta Batas Wilayah Desa Pangkalan

Sumber: Laporan Puskesmas Tegal Angus Tahun 2014


B. Demografi
a. Kependudukan
Jumlah penduduk Desa Pangkalan sampai dengan tahun 2013 tercatat sebanyak
15.378 jiwa, terdiri dari laki-laki 7672 jiwa dan perempuan 7706 jiwa. Berdasarkan
data dari BPS Kabupaten Tangerang pada tahun 2013 jumlah penduduk di wilayah
kerja Puskesmas Tegal Angus yang tersebar di 6 desa seperti yang tercantum di tabel
dibawah ini :
Tabel 1.1. Jumlah Penduduk dan Kepadatan di wilayah kerja Puskesmas Tegal
Angus 2014
NO

DESA

LUAS
WILAYAH

JUMLAH

JUMLAH
RUMAH

RATA-RATA
JIWA/RUMAH

KEPADATAN
PENDUDUK

1
1
2
3
4
5
6

(km2)
3

PENDUDUK
4

TANGGA
5

TANGGA
6

per km2
7

7.54

16.871

5.362

4.08

2.24

5.24

7.754

2.685

4.5

1.48

2.83
5.64
5.14
3.61

9.378
9.738
3.524
6.557

2.900
1.823
492
655

4.6
4.6
4.4
4.4

3.31
1.73
6.86
1.82

PANGKALAN
TANJUNG
BURUNG
TEGAL ANGUS
TANJUNG PASIR
MUARA
LEMO
JUMLAH

30.02
53.822
13.917
4.6
Sumber : Kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus,2014

Tabel 1.2. Klasifikasi jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin


Jumlah Penduduk
NO

DESA/KEL

Lakilaki

Perempuan
JUMLAH

Pangkalan

8.682

8.189

16.871

Tanjung Burung

3.971

3.783

7.754

Tegal Angus

4.810

4.568

9.378

Tanjung Pasir

4.989

4.749

9.738

Muara

1.794

1.306

3.524

Lemo

3.358

3.199

6.557

Sumber : Kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus,2014


Tabel 1.3. Klasifikasi jumlah penduduk berdasarkan usia

10.364

Jumlah Penduduk
NO

KELOMPOK
USIA

Lakilaki

Perempuan
JUMLAH

0-4

2.715

2.554

5.296

5-9

2.448

2.338

4.786

10-14

2.681

2.386

5.067

15-19

2.965

2.840

5.805

20-24

2.805

2.795

5.600

25-29

2.699

2.638

5.337

30-34

2.356

2.167

4.523

35-39

1.978

1.952

3.930

40-44

1.786

1.730

3.516

10

45-49

1.533

1.403

2.936

11

50-54

1.249

1.046

2.295

12

55-59

878

824

1.702

13

60-64

649

572

1.221

14

65-69

378

358

736

15

70-74

270

283

553

16

75+

214

332

546

27.604

26.218

53.882

JUMLAH

Sumber : Kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus,2014


b. Kondisi Sosial Ekonomi
Lapangan pekerjaan penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus cukup
beragam, hal ini berhubungan dengan geografis kecamatan Teluk Naga dimana
terdapat persawahan dan berbatasan dengan laut serta daerah kota Tangerang dan
akses ke daerah Jakarta. Sebagian besar wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus belum

berkembang secara ekonomi. Mata pencaharian penduduk didominasi oleh nelayan,


petani dan buruh dengan pendapatan yang tidak tetap. Jumlah penduduk miskin di
wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus pada tahun 2014 adalah 31.914 jiwa yaitu
59.2% dari jumlah penduduk 53.822 jiwa. Hal ini menunjukkan hampir separuh dari
jumlah penduduk di wilayah kerja puskesmas.
Tabel 1.4. Lapangan pekerjaan penduduk
No.

Lapangan Kerja Penduduk

Jumlah

1.

Petani pemilik

13316

2.

Petani penggarap

6063

3.

Buruh

4592

4.

Nelayan

386

5.

Pedagang

6373

6.

Industri rakyat

13536

7.

Buruh industri

13757

8.

Pertukangan

4109

9.

PNS

222

10.

TNI/POLRI

65

11.

Pensiunan PNS

45

12.

Pensiunan TNI/POLRI

43

13.

Perangkat Desa

141

14.

Pengangguran

4004

Sumber : Kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus,2014


Dari tabel diatas sarana kesehatan dan faktor pendukung yang ada di Puskesmas
Tegal Angus masih kurang.
c. Pendidikan

Tingkat pendidikan masyarakat sangat berperan dalam membentuk sikap dan


perilaku masyarakat terhadap program kesehatan sehingga pendidikan sangat
berperan dalam pembangunan kesehatan.

Tabel 1.5. Sarana Sekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus

NAMA

DESA

JUMLAH SEKOLAH

PAUD

SMP MTS SMA

SM

1 Pangkalan

2 Tanjung

3 Tegal Angus

4 Tanjung Pasir

5 Muara

6 Lemo

0 12

Burung

PUSKESMA
S

Sumber : Kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus,2014


Tingkat pendidikan di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus masih rendah, dari
jumlah 53.822 penduduk hanya sebagian kecil yang mengenyam pendidikan.

Tabel 1.6. Penduduk 10 tahun keatas menurut jenjang Pendidikan di wilayah


kerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2014
Sumber : Kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus,2013

Jumlah penduduk yang tidak/belum pernah sekolah dan tidak/belum tamat SD


masih cukup besar yaitu 12.598 jiwa atau 23.4% dari jumlah penduduk. Hal ini
merupakan tantangan dalam pembangunan kesehatan, pelaksanaan program-program
puskesmas harus disesuaikan dengan tingkat pendidikan dari penduduk yang menjadi
sasaran agar lebih diterima.
C. Sarana Kesehatan
Berikut sarana kesehatan yang ada di Wilayah Puskesmas Tegal Angus pada
tahun 2014 :
Tabel 1.7. Sarana Kesehatan Yang ada di Puskesmas Tegal Angus Tahun 2014
No
Jenis Sarana Kesehatan
1. a. Puskesmas
b. Puskesmas Pembantu
c. Poskesdes
2. Rumah Sakit Pemerintah
3. Rumah Sakit Swasta
4. Rumah Bersalin Swasta
5. Balai Pengobatan Swasta
6. Praktek Dokter Umum Swasta
7. Praktek Bidan Swasta
8. Dokter Gigi praktek swasta
9. Laboratorium Klinik Swasta
10
. Apotik
11. Optikal
12

0
0

.
13

45

Jumlah
1
1
1
0
0
0
2
5
8
0
0
0

Gudang Farmasi
Posyandu

No
14

Jenis Sarana Kesehatan

.
15

Toko Obat

.
16

Pos UKK
Polindes
Sumber : Puskesmas Tegal Angus

Jumlah
2
0
0

D. PUSKESMAS
1. Visi dan Misi
Dalam Mendukung terwujudnya Visi Kabupaten Tangerang dan pembangunan
Pemerintah Tangerang dan khususnya Kecamatan Teluk Naga dalam bidang
kesehatan maka dirumuskannya Visi Pembangunan Kesehatan Puskesmas Tegal
Angus yaitu : MENUJU PELAYANAN PRIMA
Untuk mewujudkan hal tersebut diatas, ditetapkan 4 Misi pembangunan
kesehatan sebagai berikut:
a. Pusat Pelayanan Tingkat Dasar
b. Pemberdayaan Masyarakat
c. Meningkatkan Kemitraan dengan Berbagai Sektor
2. Wilayah Kerja
Wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus berada di wilayah Kecamatan Teluk Naga
bagian utara yang terdiri dari enam desa binaan yaitu desa Pangkalan, Tanjung
Burung, Tegal Angus, Tanjung Pasir, Muara dan Lemo.

Gambar 1.3 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2014

Sumber : Laporan Kinerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2014


3. Program Kerja
Upaya kesehatan wajib yaitu upaya promosi kesehatan, kesehatan
lingkungan, kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana,
perbaikan gizi masyarakat, pencegahan dan pemberantasan penyakit

menular dan pengobatan


Upaya kesehatan pengembangan yang ditetapkan puskesmas bersama
dinas kesehatan kabupaten sesuai dengan permasalahan, kebutuhan dan
kemampuan Puskesmas Tegal Angus seperti lansia, napza, kesehatan

remaja dan pengembangan gigi dan mulut.


Pelaksanaan manajemen puskesmas yang meliputi:
1.Proses penyusunan perencanaan, pelaksanaan lokakarya mini dan
pelaksanaan penilaian kinerja
2.Manajemen sumber daya termasuk manajemen alat, obat, keuangan,

dll.
Mutu pelayanan puskesmas yang meliputi: penilaian input pelayanan
berdasarkan standar yang ditetapkan, penilaian proses pelayanan
kesehatan dengan menilai tingkat kepatuhan terhadap standar pelayanan

yang ditetapkan, penilaian output pelayanan berdasarkan upaya kesehatan


yang diselenggarakan, dan penilaian outcome pelayanan antara lain
pengukuran kepuasan pengguna jasa puskesmas.
4. Kesehatan Lingkungan
Kesehatan Lingkungan merupakan aspek yang penting dibidang kesehatan,
upaya peningkatan kualitas lingkungan merupakan langkah yang tepat dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan keluaraga yang lebih baik. Berikut
ini upaya upaya peningkatan kualitas lingkungan bagi kesehatan yang dilakukan di
Puskesmas Tegal Angus :
a.
Perilaku Hidup Bersih Sehat
Tabel 1.8. Perilaku Hidup Bersih Sehat Yang Ada di Puskesmas Tegal
Angus Tahun 2014 Triwulan pertama
INDIKATOR
Nama

Juml

Desa

ah

Per

Asi

By/

Cuc

Air

Jam

Bersi

Mak

Aktivi Tdk

Jmlh

KK

sali

eks

blt

Ber

ban

kan

an

tas

Mero

(Sehat

dt

Tan

sih

Seh

Jenti

Sayu Fisik

kok

O/

mb

gan

at

dlm

tks

Bua

Ruma

YDT nan

Pangkal

210

an
Tj.

210

Burung
Tegal

214

Angus
Tj. Pasir

210

57.

42.

67.

64.

58.

65.

35.

24.

58.

71.

49.

79.

70

95.

66.5

51.4

57

33.3

33.5

16.2

46.7

79

61.9

72.8

72.8

16.7

57

94

39.7

72.4

57

17

68.8

92.7

72.3

65.6

65.2

17

7
43.3

96.
6

87.4

90.
2

38.6

91.
4

Muara

Lemo

210

206

Jumlah

1260

71.

43.

70.

63.

24.

64

65.

37.

67.

45.9

99

43

92

73.4

33

71.2

56.5

91.6

83.

44.8

80.8

84

62

45

18

54

86

55.3

61.5

54

15.5

6
63.6

92.
8

Dalam rangka meningkatkan Rumah Tangga Ber-PHBS di Kabupaten


Tanggerang Dinas Kabupaten Tanggerang melalui Bidang PPK dan puskesmas
melaksanakan pendataan dan penilaian rumah tangga sehat yaitu rumah tangga yang
melaksanakan 10 (sepuluh) indikator PHBS bagi rumah tangga yang memiliki bayi
atau balita dan rumah tangga yang melaksanakan 7 (tujuh) indikator PHBS bagi
rumah tangga yang tidak memiliki bayi atau balita. Sasaran dari kegiatan ini adalah
778.228 rumah tangga di 274 desa di Kabupaten Tanggerang. Dan berdasarkan hasil
pengkajian, dari 62.371 rumah tangga yang dipantau hanya 29.070 (46,61%) rumah
tangga yang dapat dikatakan sebagai rumah tangga sehat. Adapun hasil pengkajian
selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan sehat di Puskesamas dilakukan melalui
program promosi kesehatan yaitu penyebarluasan informasi kesehatan untuk
meningkatkan derajat kesehatan. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di masyarakat
dapat menggambarkan derajat kesehatan wilayah tersebut hal ini dapat disajikan
dengan indikator PHBS,adapun dari hasil kajian PHBS di wilayah Puskesmas Tegal
Angus terutama di Desa Pangkalan pada Tahun 2014 triwulan pertama dapat
digambarkan sebagai berikut :

11

1. Persalinan Ditolong oleh Tenaga Kesehatan

(57,6 %)

2. Rumah yang bebas jentik

(51,4 %)

3. Penimbangan Bayi dan Balita

(67,1 %)

4. Memberikan Asi Eksklusif

(42,4 %)

5. Menggunakan air Bersih

(95,7 %)

6. Menggunakan Jamban Sehat

(66,5 %)

7. Olah Raga atau melakukan aktifitas fisik setiap hari

(33,3 %)

8. Mengkonsumsi makanan seimbang

(57 %)

9. Tidak Merokok dalam rumah

(33,5% )

10. Mencuci tangan dengan air bersih, mengalir dan sabun

(70 % )

Berdasar kajian PHBS diatas didapat ada beberapa yang cakupannya masih
rendah hal ini dikarenakan:

Penduduk miskin masih banyak, sehingga yang mepunyai akses air


bersih dan jamban sehat sedikit

Tingkat pendidikan yang masih rendah sehingga kurangnya kesadaran


tentang ASI Eksklusif, aktifitas fisik, merokok dalam rumah

Kurangnya kader jumantik sehingga kegiatan pemeriksaan jentik


berkala kurang optimal
Untuk meningkatkan pencapaian rumah tangga ber PHBS dilakukan

penyuluhan tentang PHBS yang terus menerus,meningkatkan kerjasama


lintas program dan lintas sektor.

b.

Penyehatan Perumahan

Rumah merupakan tempat berkumpul dan beristirahat bagi semua anggota


keluarga dan untuk menghabiskan sebagian besar waktunya, sehingga kondisi
kesehatan perumahan dapat berperan sebagai media penularan penyakit diantara
anggota keluarga atau tetangga sekitarnya.
Rumah sehat adalah rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan, hasil
pemantauan selama tahun 2015 triwulan pertama menunjukkkan dari 294 rumah yang
diperiksa sebanyak 21,28% yang memenuhi syarat kesehatan.
Tabel 1.9. Persentase Rumah Sehat Triwulan I Menurut Kecamatan dan
Puskesmas Tahun 2014
RUMAH
NO

PUSKES
MAS

DESA

JUMLAH

JUMLAH

SELURUHN DIPERIKSA
YA

JUMLA

DIPERIKS

SEHAT

SEHAT

Tegal

Tanjung

2685

254

9,46

109

42,91

Angus

Burung
Pangkalan

5362

298

5,56

123

21,28

Tegal

2900

189

6,52

78

41,27

1823

339

18,60

274

80,83

Muara

492

79

16,06

42

52,16

Lemo

655

89

13,59

49

55,06

Angus
Tanjung
Pasir

13

RUMAH
NO

PUSKES
MAS

DESA

JUMLAH

JUMLAH

SELURUHN DIPERIKSA
YA

JUMLAH

13917

1248

JUMLA

DIPERIKS

SEHAT

SEHAT

70

675

54

Sumber : Data Program KesLing PKM Tegal Angus 2014


Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat yang ada di wilayah
puskesmas Tegal Angus mempunyai rumah yang tidak sehat, hal ini dikarenakan
tingkat ekonomi dan pendidikan yang masih rendah, pengetahuan tentang rumah
sehat yang kurang. Perlu kerjasama lintas sektoral untuk meningkatkan jumlah rumah
sehat.
c.

Pemenuhan Kebutuhan Sarana Sanitasi Dasar


Pemenuhan kebutuhan sarana sanitasi dasar di wilayah Puskesmas Tegal

Angus sangat kurang sekali seperti yang terlihat pada table di bawah ini :
Tabel 1.10. Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Di wilayah Puskesmas Tegal
Angus
N

KECAMATAN PUSKESMAS

JUMLAH

JUMLA

PENDUDU

H KK

TEMPAT SAMPAH

K
JKM
1

PANGKALAN

TEGAL

16.871

2.685

ANGUS
2

TANJUNG
BURUNG

7.754

5.362

JKP

JKS

%JKM

%JKP

%JKS

298

123

38,5

28,8

41,3

618

254

109

11,5

41,1

42,9

1.03

KECAMATAN PUSKESMAS

JUMLAH

JUMLA

PENDUDU

H KK

TEMPAT SAMPAH

TEGAL

9.378

TANJUNG

9.738

JKP

JKS

%JKM

%JKP

%JKS

720

189

78

24,8

26,3

41,3

447

339

274

24,5

75,8

80,8

2.900

ANGUS
4

JKM

1.823

PASIR
5

MUARA

3.524

492

124

79

42

25,2

63,7

53,2

LEMO

6.557

655

162

89

49

24,7

54,9

55,1

53.822

13.917

3.10

1.24

3.10

48,4

52.4

24,9

JUMLAH

Sumber : Data Program Kesling PKM Tegal Angus tahun 2014


Keterangan: JKM

: Jumlah KK Memiliki

JKP

: Jumlah KK Periksa

JKS

: Jumlah KK Sehat

Seperti yang terlihat pada tabel di atas bahwa dari jumlah rumah yang
diperiksa mengalami penurunan, hal ini dikarenakan tidak adanya sanitarian di
Puskesmas Tegal Angus sehingga kurang tenaga untuk memeriksa sanitasi dasar.
Dilihat dari jumlah rumah yang memiliki hanya 38,5% rumah yang memiliki tempat
sampah, kemudian dari jumlah rumah yang diperiksa jumlah yang memiliki tempat
sampah sehat hanya 41,3%, Jumlah tersebut masih kurang karena tidak mencapau
angka target yaitu 50%. Berbagai faktor seperti tingkat pengetahuan, pendidikan,
ekonomi, sosial dan kesadaran penduduk yang masih rendah menyebabkan sulitnya
meningkatkan kesehatan sanitasi masyarakat.

15

d.

Penyehatan Tempat Tempat Umum (TTU)


Pengawasan terhadap TTU dilakukan untuk meminimalkan faktor resiko sumber

penularan bagi masyarakat yang memanfaatkan TTU, Bentuk kegiatan yang


dilakukan antara lain meliputi pengawasan kualitas lingkungan TTU secara berkala,
bimbingan, penyuluhan dan sarana perbaikan. Tidak adanya tenaga sanitarian dan
kurangnya tenaga di Puskesmas Tegal Angus menyebabkan pembinaan di TTU tidak
dapat dilakukan.
e.

Penyehatan Makanan dan Minuman


Makanan dan minuman adalah kebutuhan pokok manusia dan sumber utama

kehidupan bagi umat manusia, maka dengan itu makanan yang tidak dikelola dengan
baik justru akan menjadi sumber media yang sangat efektif didalam penularan
penyakit saluran pencernaan.
Upaya Puskesmas Tegal Angus adalah pemeriksaan tempat pengelolaan air
bersih, pengawasan terhadap kualitas penyehatan Tempat tempat Umum Pengelolaan
makanan. Tidak adanya tenaga sanitarian dan kurangnya tenaga di Puskesmas Tegal
Angus menyebabkan pembinaan penyehatan makanan dan minuman tidak dapat
dilakukan
5. Data Penyakit Puskesmas Tegal Angus
a. Sepuluh Besar Penyakit
Berdasarkan hasil laporan bulanan Penyakit (LB1) Puskesmas Tegal Angus
didapatkan gambaran pola penyakit yang terjadi di Puskesmas Tegal Angus pada
tahun 2014 menurut golongan semua umur seperti grafik berikut ini :

Jumlah
Jumlah

Sumber : Data surveillance Puskesmas Tegal Angus,2014


Grafik 1.1 Sepuluh Besar Penyakit Puskesmas Tegal Angus th 2014
Penyakit terbanyak

adalah penyakit-penyakit menular seperti ISPA,disusul

dengan penyakit batuk dan demam. Penyakit tidak menular (PTM) yang masuk dalam

sepuluh besar penyakit adalah hipertensi. Masih banyaknya penyakit dalam sepuluh
besar penyakit tahun 2014 dikarenakan kurang spesifiknya diagnosis pada saat
pemeriksaan dan kurangnya komunikasi antara petugas pemeriksa dengan petugas
yang menginput data. Usaha perbaikan yang dilakukan antara lain memasang kode
diagnose ICD X di setiap tempat pemeriksaan dan koordinasi antara petugas
pemeriksa dan petugas penginput data.
b. Data Penyakit Jantung Koroner (PJK)
Berdasarkan hasil laporan bulanan Penyakit (LB1) Puskesmas Tegal Angus
didapatkan jumlah kasus baru dan kasus lama penyakit jantung koroner (PJK)
tahun 2014 sebagai berikut:

Tabel 1.11. Jumlah kasus baru dan lama penyakit jantung koroner (PJK) th.
2014
No

Bulan

Kasus Baru

Kasus Lama

Jumlah

Januari

Februari

10

Maret

11

April

13

Mei

Juni

13

Juli

Agustus

11

September

13

10

Oktober

15

11

November

12

Desember

55

66

121

Jumlah
17

sumber : buku laporan tahunan puskesmas tanjung pasir tahun 2014

Prevalence Rate = Jumlah Kasus Lama + Baru x K


Populasi yang Beresiko
Prevalence Rate PJK= 121

x 100 = 0,8

13.505
Ket: Populasi yang beresiko PJK = Kelompok penduduk usia > 40 tahun

c. Data Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)


Berdasarkan hasil laporan bulanan Penyakit (LB1) Puskesmas Tegal Angus
didapatkan jumlah kasus baru dan kasus lama penyakit paru obstruktif kronik
(PPOK) tahun 2014 sebagai berikut:
Tabel 1.12. Jumlah kasus baru dan lama penyakit paru obstruktif kronik
(PPOK) th. 2014

No

Bulan

Kasus Baru

Kasus Lama

Jumlah

Januari

Februari

Maret

April

Mei

Juni

Juli

Agustus

September

10

Oktober

11

November

12

Desember

Jumlah

sumber : buku laporan tahunan puskesmas tanjung pasir tahun 2014


Prevalence Rate = Jumlah Kasus Lama + Baru

xK

Populasi yang Beresiko

Prevalence Rate PPOK= 1

x 100 = 0,007

13.505
Ket: Populasi yang beresiko PPOK = Kelompok penduduk usia > 40 tahun

1.2 GAMBARAN KELUARGA BINAAN

19

a. Lokasi Keluarga Binaan


Keluarga binaan bertempat di Desa Pangkalan, RT 02/RW 04, Kecamatan Teluk
Naga, Kabupaten Tangerang. Diagnosis komunitas, dilaksanakan dari tanggal 7
Juli sampai dengan 15 Agustus 2015. Adapun lokasi pemukiman keluarga binaan
kami adalah sebagai berikut :

Gambaran Keluarga Binaan


1. Keluarga Tn. Sobar
a. Data Dasar Keluarga Tn. Sobar
Keluarga binaan Tn. Sobar terdiri dari 5 anggota keluarga, yaitu
keluarga Tn. Sobar sebagai kepala keluarga, istrinya bernama Ny. Manah, 2

anak laki-laki bernama Tn. Usin dan An. Sodri, dan 1 anak perempuan
bernama An. Sodiah.

Tabel. 1.13. Data dasar Keluarga Tn. Sobar


No

1.

2.

Nama

Tn. Sobar

Ny. Manah

Status

Jenis

Keluarga

Kelamin

Suami

Laki-laki

Istri

Perempuan

Usia

Pendidikan

50 th

Tidak

Kuli

Rp3.000.000,

Sekolah

Bangunan

bulan

40 th

Tidak Ibu
Sekolah

3.

4.

Tn. Usin

An. Sodri

Anak I

Anak II

Laki-laki

Laki-laki

20 th

15 th

Pekerjaan

TK

Penghasilan

Rumah -

Tangga

(Tidak Buruh Pabrik Rp1.800.000,

Tamat SD)

Karton

SD

Tidak

/bulan
-

Bekerja
5.

An. Sodiah

Anak III

Perempuan

8 th

TK

Pelajar

Keluarga Tn. Sobar tinggal di RT/RW 002/004. Di rumah ini Tn. Sobar
tinggal dengan istri dan ketiga anaknya. Tn. Sobar yang saat ini berusia 50
tahun bekerja sebagai kuli bangunan dengan penghasilan sekitar Rp
3.000.000,00/bulan, dengan latar belakang pendidikan Tn. Sobar adalah tidak
sekolah. Tn. Sobar memiliki 3 orang anak. Anak tertuanya, Tn. Usin berusia
20 tahun, bekerja sebagai buruh pabrik karton yang berpenghasilan Rp.
1.800.000,00, dengan belakang pendidikan Tn. Usin adalah TK (tidak tamat
SD). Kemudian anak keduanya An. Sodri berusia 15 tahun, masih belum
bekerja dan berpenghasilan, kemudian anak ketiganya An. Sodiah berusia 8
tahun sedang dalam pendidikan SD.
b. Bangunan Tempat Tinggal

21

Keluarga Tn. Sobar tinggal disebuah bangunan rumah diatas tanah


seluas 8 x 8 m2. Rumah terdiri dari sebuah ruang tamu dan ruang tv berukuran
4 x 3 m2 yang sering digunakan untuk tempat tidur Tn. Sobar. Ventilasi di
rumah tersebut cukup baik karena terdapat ventilasi pada setiap ruangan dan
cahaya matahari dapat masuk lewat ventilasi tersebut. Di samping ruangan TV
dan ruang tamu terdapat 1 buah kamar tidur 4 x 2 m 2, dengan ventilasi dan
jendela untuk pencahayaan. Dibagian belakang terdapat 1 dapur dan 1 kamar
tidur anak pertama Tn. Sobar dengan ventilasi dan tanpa jendela. Rumah ini
mempunyai 1 pintu depan, 2 jendela di ruang tamu (bagian depan rumah) dan
kamar depan. Seluruh ruang di rumah ini teralasi dengan lantai semen kecuali
pada ruang dapur yang beralaskan tanah, dinding rumah terbuat dari batako,
kemudian atap rumah terbuat dari genteng.
Keluarga Tn. Sobar sering menggunakan air sumur sebagai sumber air
untuk keperluan mandi dan memasak serta air kali untuk keperluan mencuci
baju dan buang air besar. Keluarga Tn. Sobar menggunakan air galon untuk
memenuhi kebutuhan air minum. Dalam 3 hari keluarga Tn. Sobar
memerlukan 1 galon untuk memenuhi kebutuhan air minum. Keluarga Tn.
Sobar mengaku selalu mencuci tangan setelah melakukan aktivitas dan
sebelum makan.
Gambar 1.4. Denah Ruman Tn. Sobar
4M
DAPUR

KAMA
R II

KAMA
RI

8M

RUANG
TV

RUANG
TAMU

c. Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. Sobar terletak di pemukiman yang padat penduduk. Di
bagian depan terdapat jalan setapak, bagian belakang terdapat rumah tetangga,

dan di bagian kanan dan kiri juga terdapat rumah tetangga. Tidak ada selokan
untuk mengalirkan limbah cair.
d. Pola Makan
Ny. Manah memasak makanan sendiri untuk keluarganya. Ia sering
memasak makanan dengan menu seperti tahu, tempe, dan sesekali ikan, ayam
atau daging. Sehari-harinya mereka makan besar 2 kali. Mereka juga
mengatakan bahwa mereka mencuci tangannya dengan menggunakan sabun
batangan sebelum dan sesudah makan.
e. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak
Ketiga anak Tn. Sobar lahir di dukun beranak karena pada waktu itu
jarak antara puskesmas dengan rumahnya jauh dan sudah terbiasa dilahirkan
dengan dukun beranak. Setiap kehamilan, Ny. Manah mengaku selalu rutin
untuk mengontrol kandungannya ke bidan. Untuk imunisasi, Ny. Manah rutin
mambawa anak ketiganya untuk dilakukan imunisasi di bidan, namun tidak
pernah membawa anak pertama dan kedua untuk imunisasi. Ny. Manah
mengaku anaknya diberikan ASI eksklusif sampai usia anak usia 6 bulan,
kemudian setelah 6 bulan anaknya diberikan makanan tambahan selain ASI.
Kemudian saat ini Ny. Manah menggunakan KB suntik untuk mengontrol
jumlah anak dalam keluarganya
f. Kebiasaan Berobat
Dalam segi kesehatan, keluarga Tn. Sobar belum pernah mengalami
sakit yang serius. Gangguan kesehatan yang sering dialami anggota
keluarganya antara lain batuk, pilek, demam, sakit kepala, dan maag. Menurut
penuturan Ny. Manah, mereka biasanya meminum obat warung terlebih
dahulu, jika tidak membaik baru dibawa ke bidan, keluarga Ny. Manah Jarang
memeriksakan ke puskemas karena jarak dari rumah ke puskesmas jauh.
g. Riwayat Penyakit
Tn. Sobar dan ketiga anaknya sering mengalami batuk. Anak ketiga Tn.
Sobar mengalami gizi buruk saat balita dan rutin kontrol ke puskesmas saat
itu.

23

h. Perilaku Dan Aktivitas Sehari-Hari


Tn. Sobar dan anak pertamanya, Tn. Usin, memiliki kebiasaan merokok,
dalam satu hari mampu menghabiskan 1 bungkus rokok. Keluarga Tn. Sobar
mengaku mencuci tangan sebelum makan, jika tangan tampak kotor, dan
setelah melakukan aktivitas dengan menggunakan sabun batangan. Kebiasaan
berolahraga tidak ada.
i. Perilaku Membuang Sampah
Rumah keluarga Tn. Sobar berada di lingkungan perumahan yang
padat, dan dibelakang rumah tersebut terdapat sumur dan tempat untuk mandi
keluarga Tn. Sobar. Di lingkungan rumah tidak terdapat saluran untuk aliran
limbah cair rumah tangga. Didalam rumah dan diluar rumah Tn. Sobar tidak
memiliki tempat pembuangan sampah, istri Tn. Sobar mengaku bahwa mereka
membuang sampah di kebun belakang rumah kemudian sampah-sampah
tersebut dibakar setiap dua hari sekali.
Tabel 1.14. Faktor Internal Keluarga Tn. Sobar

No

Faktor Internal

Kebiasaan Merokok

Olah raga

Permasalahan
Tn. Sobar dan Tn. Usin merokok 1 bungkus/hari
Semua anggota keluarga tidak memiliki kebiasaan
berolahraga.

Pola Makan

Ny.

Manah

memasak

makanan

sendiri

untuk

keluarganya. Ia sering memasak makanan dengan menu


seperti tahu, tempe, dan sesekali ikan, ayam atau daging.
Sehari- harinya mereka makan besar 2 kali.

No

Faktor Internal

Permasalahan

Pola Pencarian

Apabila sakit, mereka membeli obat di warung,

Pengobatan

terkadang pergi ke bidan.

Menabung

Mereka tidak pernah menabung karena pas untuk


kebutuhan sehari-hari
a. Bapak bekerja sebagai kuli bangunan, bekerja setiap

Aktivitas sehari-hari

hari dari jam 7 pagi sampai jam 5 sore.


b. Ibu sebagai ibu rumah tangga.
c. Anak pertama sebagai buruh pabrik karton.
d. Anak kedua tidak bersekolah dan tidak bekerja.
e. Anak ketiga masih bersekolah sekolah dasar.
Di keluarga Tn. Sobar, istri Tn. Sobar, Ny. Manah,

Alat kontrasepsi

menggunakan kontrasepsi hormon yang di suntik 3


bulan sekali.

Tabel 1.15. Faktor Eksternal Keluarga Tn. Sobar


No

Kriteria

Permasalahan

1.

Luas Bangunan

Luas rumah 8 x 8 m2

2.

Ruangan dalam rumah

Didalam

Rumah

terdapat

Ruang

Tamu

yang

berukuran 4 x 4 m2. Dua kamar tidur masing-masing


berukuran 4 x 3 m2 dan 4 x 4 m2 . Di dalam kamarnya
terdapat kasur dan lemari pakaian. Dapur Tn. Sobar

25

No

Kriteria

Permasalahan
berukuran 5 x 4 m2 disertai dengan ventilasi udara.
Tidak ada kamar mandi dan jamban.

3.

Jamban

Keluarga Tn. Sobar tidak memiliki jamban di


rumahnya

4.

Ventilasi

Terdapat ventilasi udara pada ruang tamu dan kamar


depan.

5.

Pencahayaan

Terdapat 1 lampu pencahayaan yang baik di

kamar tidur.
Terdapat 1 lampu pada ruang tamu, 1 lampu di
dapur.

6.

MCK

Tidak memiliki MCK di rumah, MCK berada


didepan rumah dan digunakan bersamaan dengan
tetangganya

7.

Sumber Air

Dalam kesehariannya Tn. Sobar menggunakan air


sumur yang digunakan untuk mandi dan memasak,
air kali untuk mencuci baju dan buang air besar.
Serta membeli air galon isi ulang untuk kebutuhan
air minum sehari-hari.

8.

Saluran pembuangan

Tidak terdapat saluran pembuangan limbah.

limbah
9.

Tempat pembuangan
sampah

Keluarga

Tn.

Sobar

tidak

memiliki

tempat

pembuangan sampah dirumahnya, kemudian mereka


membuang sampahnya di kebun belakang rumah.

10.

Lingkungan sekitar

Di samping kanan dan kiri , depan dan belakang,

rumah

rumah terdapat rumah tetangga yang hanya berjarak

No

Kriteria

Permasalahan
satu meter. Tiga meter dari rumah tersebut terdapat
jamban tetangga. Lima meter dari tumah tersebut
terdapat kali yang kotor penuh tumpukan sampah.
Rumah tetanngga berdekatan, berjarak 1 meter satu
dengan yang lainnya.

2. Keluarga Tn. Amung


a. Data Dasar Keluarga Tn. Amung
Keluarga binaan Tn. Amung terdiri dari 6 anggota keluarga, yaitu keluarga
Tn. Amung sebagai kepala keluarga, istrinya bernama Ny. Umah, dan 2 anak
perempuan, 2 anak laki-laki bernama Tn. Mahmud, Nn. Ulfah, An. Muna, An.
Munahar.
Tabel. 1.16. Data dasar Keluarga Tn. Amung
Nama

Tn. Amung

Status

Jenis

Keluarga

Kelamin

Suami

Laki-laki

Usia

Pendidikan

40 th Tidak

Pekerjaan

Pedagang

sekolah

mainan

Penghasilan

Rp.
dan 1.500.000,-/bula

makanan

ringan
Ny. Umah

Istri

Perempuan

40 th

Tidak Kuli cuci


sekolah

Tn. Mahmud

Anak I

Laki-Laki

21 th Tamat SD

Rp.
500.000,-/bulan

Buruh Pabrik Rp.


Gantungan

1.000.000,-/bula
n

Nn. Ulfah

Anak II

Perempuan

18 th Tamat SD

Buruh Pabrik Rp.


CD

27

1.400.000,-/bula

n
An. Muna

Anak III

Perempuan

13 th

SMP Kelas

Pelajar

1
An. Munahar

Anak IV

Laki-laki

8 th

SD Kelas 3

Pelajar

Keluarga Tn. Amung tinggal di RT/RW 002/004. Di rumah ini Tn. Amung
tinggal dengan istri dan keempat anaknya. Tn. Amung yang saat ini berusia 40
tahun bekerja sebagai penjual mainan dan makanan ringan dengan
penghasilan sekitar Rp. 1.500.000,-/bulan, dengan latar belakang pendidikan
Tn. Amung adalah tidak sekolah. Tn. Amung memiliki 4 orang anak. Anak
tertuanya, Mahmud berumur 21 tahun seorang buruh pabrik gantungan yang
berpenghasilan Rp. 1.000.000,-/bulan, anak keduanya Ulfah berusia 18 tahun
bekerja sebagai buruh pabrik CD dan berpenghasilan Rp. 1.400.000,-/bulan,,
anak ketiganya Muna berusia 13 tahun sedang dalam pendidikan SMP kelas 1,
dan anak keempatnya berusia 8 tahun sedang dalam pendidikan SD kelas 3.
b. Bangunan Tempat Tinggal
Keluarga Tn. Amung tinggal disebuah bangunan rumah diatas tanah
seluas 5x7 m2. Rumah terdiri dari sebuah ruang makan berukuaran 1x1 m2
yang hanya digunakan untuk meletakkan makanan karena hanya ada sebuah
meja dan tidak ada kursi, disamping ruang makan terdapat tempat cuci piring
dan disebelah tempat cuci piring terdapat dapur. Terdapat 2 kamar tidur
masing-masing berukuran 2x1 m2 dan 2x1 m2. Ventilasi di rumah tersebut
tidak baik karena hanya memiliki satu pintu untuk ventilasi dan memiliki dua
jendela yaitu satu jendela diruang makan dan satu jendela di kamar tidur
namun tidak pernah dibuka oleh keluarga tersebut, cahaya pun tidak dapat
menembus ke dalam melalui jendela ini karena rumahnya tidak menghadap
ke matahari. Di depan tempat makan terdapat dua kamar tidur. Dalam kamar
tidur bagian depan terdapat satu buah jendela dan dikamar tidur satunya tidak
ada jendela satupun untuk pencahayaan. Rumah

ini mempunyai 1 pintu

depan, 2 jendela, 1 jendela di ruang makan (bagian depan rumah) dan 1


jendela di kamar tidur bagian depan. Seluruh ruang di rumah ini teralasi
dengan tanah kecuali pada tempat cuci alat makan, kemudian tembok dan atap
rumah terbuat dari bambu.
Keluarga Tn. Amung sering menggunakan air sumur sebagai sumber air
untuk keperluan sehari-hari. Keluarga Tn. Amung menggunakan air galon
untuk memenuhi kebutuhan air minum. Dalam 2 minggu keluarga Tn. Amung
memerlukan 1 galon untuk memenuhi kebutuhan air minum. Keluarga Tn.
Amung mengaku selalu mencuci tangan hanya saat akan makan dan setelah
makan.
Gambar 1.5. Denah Rumah Tn. Amung
5M
DAPU
R
TEMPAT
CUCI

PIRIN
RUANG
G
MAKAN

KAMAR II

KAMAR I

7M

KANDANG

c. Lingkungan Pemukiman
AYAM
Rumah Tn. Amung terletak di pemukiman yang padat penduduk. Di
bagian depan terdapat kandang ayam milik Tn. Amung berukuran 1x0,5 m, di
depan kandang ayam terdapat rumah tetangga, bagian belakang terdapat
rumah tetangga, dan di bagian kanan dan kiri juga terdapat rumah tetangga.
Limbah cair dialirkan ke selokan yang hanya berukuran kurang lebih 1 m di
samping rumahnya.
d. Pola Makan
Ny. Umah memasak makanan sendiri untuk keluarganya. Ia sering
memasak makanan dengan menu seperti nasi, tahu, tempe, dan sesekali ikan.
Sehari-harinya mereka makan besar 2 kali. Mereka juga mengatakan bahwa
mereka mencuci tangannya sebelum dan sesudah makan.

29

e. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak


Anak pertama, kedua dan ketiga Tn. Amung lahir di dukun beranak dan
anak keempatnya lahir di bidan. Setiap keempat anaknya, Ny. Umah mengaku
hanya sekali atau 2 kali mengontrol kandungannya ke bidan. Untuk imunisasi,
keluarga Tn. Amung hanya 3 kali membawa anaknya untuk dilakukan
imunisasi di bidan. Ny. Umah mengaku anaknya diberikan ASI eksklusif
sampai usia anak usia 6 bulan, kemudian setelah 6 bulan anaknya diberikan
makanan tambahan selain ASI. Kemudian Ny. Umah meminum pil KB untuk
mengontrol jumlah anak dalam keluarganya namun saat ini sudah berhenti
menggunakan KB sejak 1 tahun yang lalu.
f. Kebiasaan Berobat
Dalam segi kesehatan, anak kedua Tn. Amung pernah mengalami
demam berdarah dan berobat ke rumah sakit, selain itu jarang mengalami
sakit. Gangguan kesehatan yang sering dialami seluruh anggota keluarganya
antara lain batuk pilek, dan demam. Menurut penuturan Ny. Umah, mereka
biasanya meminum obat warung terlebih dahulu, jika tidak membaik baru
dibawa ke bidan, keluarga Ny. Umah jarang memeriksakan ke puskesmas
karena sehari-hari mereka bekerja.
j. Riwayat Penyakit
Anak kedua Tn. Amung pernah sakit demam berdarah dan dirawat di
rumah sakit Tangerang selama seminggu. Anggota keluarga lainnya sering
mengalami batuk, pilek dan demam, belum pernah mengalami sakit yang
berat sampai dirawat dirumah sakit.
k. Perilaku Dan Aktivitas Sehari-Hari
Di keluarga Tn. Amung, Tn. Amung dan anak pertamanya Tn. Mahmud
merokok dan menghabiskan kira-kira masing-masing 1 bungkus rokok dalam
sehari. Keluarga Tn. Amung mengaku mencuci tangan sebelum makan, jika
tangan tampak kotor, dan jika selesai melakukan aktivitas tetapi tidak
menggunakan sabun. Kebiasaan berolahraga tidak ada.
l. Perilaku Membuang Sampah

Rumah keluarga Tn. Amung dan berada di lingkungan perumahan


yang padat. Di lingkungan rumah tidak terdapat saluran untuk aliran limbah
cair rumah tangga, keluarga membuang limbah cair diselokan yang hanya
berukuran kurang lebih 1 m. Didalam rumah dan diluar rumah Tn. Amung
tidak memiliki tempat pembuangan sampah, pengakuan istri Tn. Amung
keluarga mereka membuang sampah setiap hari di kali dekat rumahnya setiap
sore hari.
Tabel 1.17. Faktor Internal Keluarga Tn. Amung

No

Faktor Internal

Kebiasaan Merokok

Olah raga

Permasalahan
Tn. Amung dan Tn. Mahmud merokok 1 bungkus/hari
Semua anggota keluarga tidak memiliki kebiasaan
berolahraga.

Pola Makan

Ny.

Umah

memasak

makanan

sendiri

untuk

keluarganya. Ia sering memasak makanan dengan menu


seperti nasi, tahu, tempe, dan sesekali ikan. Sehariharinya mereka makan 2 kali.
4

Pola Pencarian

Apabila sakit, mereka membeli obat di warung,

Pengobatan

terkadang pergi ke bidan.

Menabung

Mereka tidak pernah menabung karena uangnya hanya


pas untuk kebutuhan sehari-hari
a. Bapak bekerja sebagai pedagang mainan dan makanan

31

Aktivitas sehari-hari

ringan, bekerja setiap hari dari jam 11 siang sampai

No

Faktor Internal

Permasalahan
jam 6 sore.
b. Ibu kuli cuci.
c. Anak pertama sebagai buruh pabrik gantungan.
d. Anak kedua sebagai buruh pabrik CD.
e. Anak ketiga masih SMP kelas 1.
f. Anak keempat masih SD kelas 3

Tabel 1.18. Faktor Eksternal Keluarga Tn. Amung


No

Kriteria

Permasalahan

1.

Luas Bangunan

Luas rumah 5 x 7 m2

2.

Ruangan dalam rumah

Didalam

Rumah

terdapat

ruang

makan

yang

berukuran 1x1 m2. Dua kamar tidur masing-masing


berukuran 2x2 m2. Di dalam kamarnya terdapat kasur
dan lemari pakaian. Dapur Tn. Amung berukuran 1x
1 m2 dan tidak disertai dengan ventilasi udara. Tidak
ada kamar mandi dan tidak ada jamban.
3.

Jamban

Keluarga Tn. Amung tidak memiliki jamban di


rumahnya

4.

Ventilasi

Terdapat ventilasi udara hanya pada ruang makan dan


di kamar tidur.

No

Kriteria

5.

Pencahayaan

6.

MCK

Permasalahan
c

Terdapat 1 lampu pencahayaan yang kurang baik

di kamar tidur.
Terdapat 1 lampu pada ruang makan.

Tidak memiliki MCK di rumah, MCK berada di kali


dekat rumahnya dan digunakan bersamaan dengan
tetangganya.

7.

Sumber Air

Dalam kesehariannya Tn. Amung menggunakan air


sumur yang digunakan untuk mandi dan mencuci
pakaian. Serta membeli air galon isi ulang untuk
kebutuhan air minum sehari-hari.

8.

Saluran pembuangan
limbah

9.

Tempat pembuangan
sampah

Tidak terdapat saluran pembuangan limbah, air


limbah dialirkan ke selokan yang berukuran 1 m.
Keluarga Tn.

Amung

tidak

memiliki

tempat

pembuangan sampah dirumahnya, kemudian mereka


membuang sampahnya di kali dekat rumahnya.

10.

Lingkungan sekitar

Di samping kanan dan kiri , depan dan belakang,

rumah

rumah terdapat rumah tetangga yang hanya berjarak


2 meter. Dan Tn. Amung memiliki kandang ayam di
depan rumahnya berukurn 1x0,5 m. Delapan meter
dari tumah tersebut terdapat kali yang kotor penuh
tumpukan sampah. Rumah tetanngga berdekatan,
berjarak 1-2 meter satu dengan yang lainnya.

3. Keluarga Tn. Suryadi

33

a. Data Dasar Keluarga Tn. Suryadi


Keluarga binaan Tn. Suryadi terdiri dari 3 anggota keluarga, yaitu keluarga
Tn. Suryadi sebagai kepala keluarga, istrinya bernama Ny. Siti , dan 1 anak
laki-laki bernama Sofyan.
Tabel. 1.19. Data dasar Keluarga Tn. Suryadi
Nama

Tn. Suryadi

Status

Jenis

Keluarga

Kelamin

Suami

Laki-laki

Usia

Pendidikan

34 th SD

Pekerjaan

Buruh Pabrik Rp1.800.000,-/b


karton

Ny. Ani

Sofyan

Istri

Anak

Perempuan

Laki-Laki

31 th

SD

13th SD

Penghasilan

ulan

Buruh Pabrik Rp1.800.000,-/b


karton

ulan

Pelajar SMP

kelas 2

Keluarga Tn. Suryadi tinggal di RT/RW 002/004. Di rumah ini Tn. Suryadi
tinggal dengan Satu Anak dan Istrinya. Tn. Suryadi yang saat ini berusia 34
tahun bekerja sebagai buruh pabrik karton dengan penghasilan sekitar Rp
1.800.000,00/bulan, dengan latar belakang pendidikan Tn. Suryadi adalah
SD. Tn. Suryadi memiliki 1 orang anak.Anaknya bernama, Sofyan yang
berumur 13 tahun, sekarang sudah duduk dibangku SMP kelas 2, masih
tinggal bersama orang tuanya. Latar belakang istri Tn.Suryadi hanya lulusan
SD, namun istri Tn.Suryadi juga bekerja di pabrik karton yang sama dengan
Tn.Suryadi, dengan dengan penghasilan sekitar Rp 1.800.000,00/bulan.
b. Bangunan Tempat Tinggal
Keluarga Tn. Suryadi tinggal di rumah milik sendiri dengan luas bangunan
sekitar 45 m2 dan tidak bertingkat. Di depan rumah terdapat teras dengan
luas sekitar 3x2 meter. Dinding rumah terbuat dari tembok pada

bagian

depan, samping kanan, samping kiri dan belakang. Lantai rumah terbuat dari
keramik, namun dibagian dapur dan kamar mandi masih berlantaikan semen.

Atap rumah terbuat dari genteng yang disusun dan tidak terdapat plafon.
Rumah Tn. Suryadi terdiri dari tiga ruangan yang terdiri dari ruang keluarga
dengan luas 2x 3 meter, dua buah kamar tidur dengan luas 3x 4 meter dan
sebuah dapur dengan luas sekitar 3 x 3 meter. Ruang keluarga digunakan
sebagai tempat berkumpulnya keluarga saat makan dan menonton tv. Dapur
dan kamar mandi terpisah. Kamar mandi mempunyai pintu dengan dilengkapi
jamban keluarga.
Ventilasi di rumah tersebut tidak baik karena hanya memiliki satu ventilasi
dan hanya memiliki dua jendela yaitu jendela diruang tamu dan kamar Tn.
Suryadi serta jarang dibuka oleh keluarga tersebut, cahaya pun jarang
menembus ke dalam melalui jendela ini karena keluarga Tn. Suryadi jarang
sekali membuka jendela kamar dan ruang tamu . Di dalam rumah Tn.Suryadi ,
terdapat 4 buah lampu dengan daya masing-masing 5 watt yang diletakkan
pada ruang keluarga, kamar tidur dan dapur yang berbatasan langsung dengan
kamar mandi sehingga rumah Tn. Suryadi belum cukup dalam pencahayaan.
Di samping ruang tamu terdapat 1 buah kamar tidur anak 3x4 m2, tanpa
ventilasi sama sekali. Dalam kamar tersebut tidak ada jendela satupun untuk
pencahayaan. Dibagian belakang terdapat 1 dapur dan 1 kamar tidur Tn.
Suryadi tanpa ventilasi dan terdapat satu jendela. Rumah ini mempunyai 1
pintu depan, 1 jendela di ruang tamu (bagian depan rumah).
Keluarga Tn. Suryadi sering menggunakan air dari pompa sanyo sebagai
sumber air untuk keperluan sehari-hari. Keluarga Tn. Suryadi mengggunakan
air sumur pam untuk memenuhi kebutuhan air minum. Dalam 1 hari
memerlukan 3-4 drigen untuk 1 minggu memenuhi kebutuhan air minum.
Keluarga Tn. Suryadi mencuci tangan hanya sebelum, dan sesudah makan
serta jarang sekali mencuci tangan sesudah aktivitas lain, hanya jikalau
merasa tangan merasa kotor saja.
Gambar 1.6. Denah Ruman Tn. Suryadi
5M

35

Kamar
mandi &
WC
KAMAR
I

DAPUR

KAMA
R II

9M

RUANG TAMU

c. Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. Suryadi terletak di pemukiman yang padat penduduk. Di
bagian depan terdapat jalan setapak yang langsung menghadap musholah,
bagian belakang terdapat rumah tetangga, dan di bagian kanan juga terdapat
rumah tetangga serta di sebelah kiri terdapat kandang hewan ternak seperti
kambing dan ayam. Limbah cair dialirkan ke selokan yang hanya berukuran
kurang lebih 1,5 m, tidak bermuara dan buntu.
d. Pola Makan
Ny. Ani memasak makanan sendiri untuk keluarganya. Ia sering memasak
makanan dengan menu seperti tahu, tempe, dan sesekali ikan, ayam atau
daging. Sehari- harinya mereka makan besar 3 kali. Mereka juga mengatakan
bahwa mereka mencuci tangannya dengan baik dengan sabun mandi sebelum
dan sesudah makan. Makanan sebelum di hidangkan di letakan di atas rak
piring dan ketika makan keluarga menggelar makanannya dilantai ruang
tamu.

e. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak


Anak pertama Tn. Suryadi lahir di dukun beranak karena pada waktu itu
jarak antara puskesmas dengan rumahnya jauh. Saat hamil pertama Ny. Ani
rajin memeriksakan kehamilannya di posyandu dan bidan.namun pada
kehamilan kedua Ny. Ani mengalami keguguran saat usia kehamilan
menginjak 4 bulan dan saat hamil ketiga, usia kandungan 7 bulan Ny. Ani
melahirkan anaknya namun meninggal dalam beberapa jam saja. Anak Tn.
Suryadi mengkonsumsi ASI sampai dengan umur 1 tahun 8 bulan dan rajin

menimbang diposyandu. Riwayat imunisasi Ny. Ani hanya ingat Cuma di beri
imunisasi tetes 1 x dan suntik 2x tapi tidak ingat apa saja imunisasi yang
sudah di dapat anaknya.saat ini Ny. Ani tidak ber KB, dahulu Ny.Ani
menggunakan KB jenis suntik.
f. Kebiasaan Berobat
Dalam segi kesehatan, keluarga Tn. Suryadi belum pernah mengalami
sakit yang serius. Gangguan kesehatan yang sering dialami anggota
keluarganya antara lain batuk pilek, dan demam yang bisa terjadi 5-6 kali
dalam 1 tahun. Menurut penuturan Ny. Ani, mereka biasanya meminum obat
warung terlebih dahulu, jika tidak membaik baru dibawa ke bidan, keluarga
Ny. Ani

Jarang memeriksakan ke puskemas karena jarak dari rumah ke

puskesmas jauh.
g. Riwayat Penyakit
Keluarga Tn. Suryadi sudah terbiasa mengalami batuk pilek disertai
demam berulang 5- 6 kali dalam satu tahun. Namun tidak sampai dirawat di
rumah sakit.
h. Perilaku Dan Aktivitas Sehari-Hari
Di keluarga Tn. Suryadi ada yang merokok, yaitu Tn.Suryadi sendiri.
Dalam satu hari Tn.Suryadi dapat merokok 1 bungkus. Kebiasaan berolah
raga kurang sekali dikeluarga Tn.suryadi. kebiasaan mencuci tangan dan
membersihkan rumah jarang sekali dilakukan.
i. Perilaku Membuang Sampah
Rumah keluarga Tn. Suryadi berada di lingkungan perumahan yang
padat, dan didepan rumah tersebut terdapat sumur yang sudah menggunakan
pompa sanyo dan musholah. Di lingkungan rumah tidak terdapat saluran
untuk aliran limbah cair rumah tangga, keluarga membuang limbah cair
diselokan yang hanya berukuran Mereka juga mengatakan bahwa mereka
mencuci tangannya dengan baik dengan sabun mandi sebelum dan sesudah

37

makan. Makanan sebelum di hidangkan di letakan di atas rak piring dan ketika
makan keluarga menggelar makanannya dilantai ruang tamu.
tempat pembuangan sampah, pengakuan istri Tn. Suryadi keluarga
mereka membuang sampah, mengaku membuang sampah setiap hari tetapi
awalnya dikumpulkan terlebih dahulu didepan rumahnya kemudian setelah
menumpuk istri Tn. Suryadi membuangnya di Tong sampah besar didekat
rumah tetangga.
Tabel 1.20. Faktor Internal Keluarga Tn. Suryadi

No

Faktor Internal

Permasalahan

Kebiasaan Merokok

Tn. Suryadi memiliki kebiasaan merokok 1 bungkus


perhari

Olah raga

Semua anggota keluarga tidak memiliki kebiasaan


berolahraga.
Ny. Ani memasak makanan sendiri untuk keluarganya..

Pola Makan

Sehari- harinya mereka makan besar 3 kali. Mereka


juga mengatakan

bahwa mereka mencuci tangannya

dengan baik dengan sabun mandi sebelum dan sesudah


makan. Makanan sebelum di hidangkan di letakan di
atas rak piring dan ketika makan keluarga menggelar
makanannya dilantai ruang tamu.
4

Pola Pencarian

Apabila sakit, mereka membeli obat di warung,

Pengobatan

terkadang pergi ke bidan.

Menabung

Mereka tidak pernah menabung karena pas untuk

No

Faktor Internal

Permasalahan
kebutuhan sehari-hari
a. Bapak Dan Ibu bekerja sebagai buruh, bekerja setiap

Aktivitas sehari-hari

Alat kontrasepsi

hari dari jam 7 pagi sampai jam 5sore.


b. Anak pertama berstatus pelajar SMP kelas 2.
Di keluarga Tn. Suryadi, Istrinya menggunakan KB
suntik tiap 3 bulan , namun sudah 1 tahun terakhir ini
berhenti.

Tabel 1.21. Faktor Eksternal Keluarga Tn. Suryadi


No

Kriteria

Permasalahan

1.

Luas Bangunan

Luas rumah 5 x 9 m2

2.

Ruangan dalam rumah

Rumah Tn. Suryadi terdiri dari tiga ruangan yang


terdiri dari ruang keluarga dengan luas 2x 3 meter,
dua buah kamar tidur dengan luas 3x 4 meter dan
sebuah dapur dengan luas sekitar 3 x 3 meter. Ruang
keluarga digunakan sebagai tempat berkumpulnya
keluarga saat makan dan menonton tv. Dapur dan
kamar mandi

3.

39

Jamban

terpisah. Kamar mandi mempunyai

pintu dengan dilengkapi jamban keluarga.


Keluarga Tn.Suryadi memiliki jamban di rumahnya

No

Kriteria

Permasalahan

4.

Ventilasi

Ventilasi di rumah tersebut tidak baik karena hanya


memiliki satu ventilasi dan hanya memiliki dua
jendela yaitu jendela diruang tamu dan kamar Tn.
Suryadi serta jarang dibuka oleh keluarga tersebut,
cahaya pun jarang

menembus ke dalam

melalui

jendela ini karena keluarga Tn. Suryadi jarang sekali


membuka jendela kamar dan ruang tamu
5.

Pencahayaan

Terdapat 1 lampu pencahayaan yang baik di

ruang tamu.
Terdapat 2 lampu pada kamar, 1 lampu di dapur
dan kamar mandi.

6.

MCK

7.

Sumber Air

Dalam kesehariannya Tn. Suryadi menggunakan air


dari pompa sanyo sebagai sumber air untuk
keperluan

sehari-hari.

Keluarga

Tn.

Suryadi

mengggunakan air sumur pam untuk memenuhi


kebutuhan air minum. Dalam 1 hari memerlukan 3-4
drigen untuk 1 minggu

memenuhi kebutuhan air

minum.
8.

Saluran pembuangan

Tidak terdapat saluran pembuangan limbah, air

limbah

limbah dialirkan ke selokan yang berukuran 1,5m.


yang tidak bermuara dan buntu

9.

Tempat pembuangan

Keluarga Tn. Suryadi tidak memiliki tempat

sampah

pembuangan sampah dirumahnya, kemudian mereka


membuang sampahnya ditong besar dekat rumah
tetangganya.

10.

Lingkungan sekitar

Rumah Tn.Suryadi terletak di pemukiman yang

No

Kriteria

Permasalahan

rumah

padat penduduk. Di bagian depan terdapat jalan


setapak yang langsung menghadap musholah ,
bagian belakang terdapat rumah tetangga, dan di
bagian kanan juga terdapat rumah tetangga serta di
sebelah kiri terdapat kandang hewan ternak seperti
kambing dan ayam.

4. Keluarga Tn. Muwasim


a.

Data Dasar Keluarga Tn. Muwasim


Keluarga binaan Tn. Muwasim terdiri dari 6 anggota keluarga, yaitu
keluarga Tn. Muwasim sebagai kepala keluarga, istrinya bernama Ny. Alya, 1
anak laki-laki bernama An. Fadilah dan 2 anak perempuan, An. Nila dan An.
Naja
Tabel. 1.22. Data dasar Keluarga Tn. Muwasim
Nama

Tn. Muwasim

Ny. Alya

Status

Jenis

Keluarga

Kelamin

Suami

Istri

Laki-laki

Usia

Pendidikan

40 th SD

Perempuan 30 th

SD

Penghasilan

Penjahit

Rp1.500.000,-/b

keliling

ulan

Buruh pabrik Rp.1.000.000,;/


kue bolu

bulan

Pelajar

An. Fadilah

Anak

Laki-laki

An. Nila

Anak

Perempuan 8 th

SD

Pelajar

An. Naja

Anak

Perempuan 4 th

41

14 th Smp

Pekerjaan

Keluarga Tn. Muwasim tinggal di RT/RW 002/004. Di rumah ini Tn.


Muwasim tinggal bersama isteri dan 3 orang anaknya. Tn. Muwasim yang
saat ini berusia 40 tahun bekerja sebagai penjahit keliling dengan penghasilan
sekitar Rp 1.500.000,-/bulan, dengan

latar belakang pendidikan Tn.

Muwasim adalah SD. Tn. Muwasim memiliki 3 orang anak. Anak tertuanya,
Fadilah berumur 14 tahun, saat ini bersekolah kelas 2SMP. Kemudian anak
keduanya Nila yang berusia 8 tahun, saat ini bersekolah kelas 1 SD. Anak
ketiganya Naja yang berusia 4 tahun.
b. Bangunan Tempat Tinggal
Keluarga Tn. Muwasim tinggal disebuah bangunan rumah diatas tanah
seluas 10 x 8 m2. Rumah terdiri dari sebuah ruang tamu berukuran 4 x 2 m2
yang sering digunakan untuk makan dan menerima tamu serta menonton
televisi. Ventilasi di rumah tersebut tidak baik karena hanya memiliki dua
jendela di ruang tamu dan di kamar tidur yang terbuat dari kaca dan tidak
dapat dibuka, selain itu jendela tersebut selalu tertutup dengan kain sehingga
cahaya pun tidak dapat menembus ke dalam melalui jendela ini. Di sisi kanan
ruang tamu terdapat 1 kamar tidur berukuran 2 x 2 m2. Kamar ini disertai
ventilasi dan jendela yang tertutup, sedangkan kamar di bagian belakang
kamar tersebut terdapat 1 kamar tidur berukuran 2x2 m2 yang tidak disertai
ventilasi dan jendela. Rumah ini mempunyai 1 pintu depan, 1 jendela di
ruang tamu (bagian depan rumah). Di bagian belakang ruang tamu terdapat
dapur berukuran 3x2m2 dan terdapat 1 kamar mandi berukuran 1x1m2 yang
sudah tersedia jamban leher angsa. Seluruh ruang di rumah ini teralasi dengan
semen, kecuali dapur yang beralaskan tanah. Dinding terbuat dari bambu dan
atap rumah terbuat dari asbes.
Keluarga Tn. Muwasim sering menggunakan air sumur sebagai sumber
air untuk keperluan sehari-hari. Keluarga Tn. Muwasim menggunakan air
galon untuk memenuhi kebutuhan air minum. Apabila sumur dalam keadaan
kering dan sulit air, biasanya keluarga Tn. Muwasim menggunakan kali untuk
mandi dan buang air besar. Dalam 3 hari keluarga Tn. Muwasim memerlukan

1 galon untuk memenuhi kebutuhan air minum. Keluarga Tn. Muwasim tidak
selalu mencuci tangan sebelum makan dan masak.
Gambar 1.7. Denah Ruman Tn. Muwasim
6M
dapur

Kama
r
mandi

Tempa
t tidur

6M

Tempat
tidur

Ruang tamu

c. Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. Muwasim terletak di pemukiman yang padat penduduk. Di
bagian depan terdapat teras kecil dan jalan setapak, bagian belakang terdapat
rumah tetangga, dan di bagian kanan terdapat rumah tetangga dan di bagian
kiri terdapat terdapat kebun. Limbah cair dialirkan ke sebuah lubang
berukuran 2x1m
d. Pola Makan
Ny. Alya memasak makanan sendiri untuk keluarganya. Ia sering memasak
makanan dengan menu seperti ikan, tahu, tempe dan sayuran seperti sop dan
sayur bayam. Sehari- harinya mereka makan besar 2 kali. Mereka juga
mengatakan bahwa mereka tidak selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah
makan.

e. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak


Anak pertama Ny. Alya lahir di dukun beranak karena pada waktu itu
jarak antara puskesmas dengan rumahnya jauh. Anak kedua dan ketiga lahir di
bidan, Ny. Alya mengaku selalu rutin untuk mengontrol kandungannya ke
bidan. Anak pertamanya, An. Fadilah lahir dengan berat badan 2800 gram.

43

Anak keduanya lahir dengan berat badan 2500 gram. Anak ketiganya lahir
dengan berat badan 3000 gram. Untuk imunisasi, keluarga Tn. Muwasih tidak
rutin mambawa anaknya untuk dilakukan imunisasi di bidan. Ny. Alya
mengaku ketiga anaknya hanya dilakukan imunisasi 1 kali. Ny. Alya mengaku
anaknya diberikan ASI eksklusif sampai usia anak usia 4 bulan, kemudian
setelah 4 bulan anaknya diberikan makanan tambahan selain ASI. Kemudian
saat ini Ny. Alywa menggunakan KB suntik untuk mengontrol jumlah anak
dalam keluarganya

f. Kebiasaan Berobat
Dalam segi kesehatan, keluarga Tn. Muwasim belum pernah mengalami
sakit yang serius. Gangguan kesehatan yang sering dialami anggota
keluarganya antara lain batuk pilek, dan demam. Menurut penuturan Ny.
Alya , mereka biasanya meminum obat warung terlebih dahulu, jika tidak
membaik baru dibawa ke puskesmas.
g.

Riwayat Penyakit
Keluarga Tn. Muwasim belum pernah mengalami sakit yang serius dan

belum pernah dirawat di rumah sakit. Penyakit yang sering melanda keluarga
Tn. Muwasim adalah batuk-batuk dan pilek. Biasanya saling menularkan satu
sama lain antar anggota keluarga.
h. Perilaku Dan Aktivitas Sehari-Hari
Tn. Muwasim mengaku merokok dan kebiasaan merokok ini sudah
sejak Tn. Muwasim berusia 20 tahun. Tn. Muwasim dapat menghabiskan
rokok 1 bungkus dalam sehari. Keluarga Tn. Muwasim mengaku tidak selalu
mencuci tangan setiap setelah melakukan aktivitas dan sebelum makan
Kebiasaan berolahraga tidak ada.
i. Perilaku Membuang Sampah
Rumah keluarga Tn. Muwasim berada di lingkungan perumahan yang
padat, dan dibelakang rumah terdapat sumur. Lingkungan rumah tidak

terdapat saluran untuk aliran limbah cair rumah tangga, keluarga membuang
limbah cair diselokan yang hanya berukuran kurang lebih 2m x 1 m. Di dalam
rumah dan diluar rumah Tn. Muwasim tidak memiliki tempat pembuangan
sampah, pengakuan istri Tn. Muwasim keluarga mereka membuang sampah,
dalam membuang sampah mereka mengaku membuang sampah setiap dua
hari sekali di lubang dekat rumah. Alternatif selain itu, mereka biasanya
membakar sampah di depan rumah.

Tabel 1.23. Faktor Internal Keluarga Tn. Muwasim

No

Faktor Internal

Kebiasaan Merokok

Olah raga

Permasalahan
Ada yang merokok pada keluarga Tn. Muwasim
Semua anggota keluarga tidak memiliki kebiasaan
berolahraga.

Pola Makan

Ny. Alya memasak makanan sendiri untuk keluarganya.


Ia sering memasak makanan dengan menu seperti ikan,
tahu, tempe, dan sayur. Sehari- harinya mereka makan
besar 2 kali.

Pola Pencarian

Apabila sakit, mereka membeli obat di warung,

Pengobatan

terkadang pergi ke puskesmas.

Menabung

Mereka tidak pernah menabung karena pas untuk


kebutuhan sehari-hari

45

No

Faktor Internal

Permasalahan
a. Bapak bekerja sebagai Penjahit keliling, bekerja setiap

Aktivitas sehari-hari

hari dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore.


b. Ibu sebagai buruh kue bolu dari jam 10 malam sampai
jam 2 pagi.
c. Anak pertama sebagai pelajar SMP.
d. Anak kedua sebagai pelajar SD.
e. Anak ketiga berusia 4 tahun
Di keluarga Tn. Muwasim, istri Tn. Muwasim, Ny.Alya,

Alat kontrasepsi

menggunakan kontrasepsi hormon yang di suntik 3


bulan sekali.

Tabel 1.24. Faktor Eksternal Keluarga Tn. Nasuha


No

Kriteria

Permasalahan

1.

Luas Bangunan

Luas rumah 6 x 6 m2

2.

Ruangan dalam rumah

Ruang tamu berukuran 4 x 2 m2, 2 kamar tidur


berukuran 2 x 2 m2. Dapur berukuran 3x2m2.

No

Kriteria

Permasalahan

3.

Jamban

Keluarga Tn. Muwasim memiliki jamban leher angsa

4.

Ventilasi

Terdapat jendela di ruang tamu dan kamar tidur.

5.

Pencahayaan

6.

MCK

7.

Sumber Air

Terdapat 1 lampu pada ruang tamu.

Memiliki MCK berukuran 1m x1m2.


Dalam kesehariannya Tn. Muwasim menggunakan
air sumur yang digunakan untuk mandi dan mencuci
pakaian. Serta membeli air galon isi ulang untuk
kebutuhan air minum sehari-hari.

8.

Saluran pembuangan
limbah

9.

Tidak terdapat saluran pembuangan limbah, air


limbah dialirkan ke lubang yang berukuran 1x1 m.

Tempat pembuangan

Keluarga Tn. Muwasim tidak memiliki tempat

sampah

pembuangan sampah dirumahnya, kemudian mereka


membuang

sampahnya

di

lubang

dekat

dari

rumahnya atau di bakar di depan rumah.


10.

Lingkungan sekitar

Di samping kanan, depan dan belakang, rumah

rumah

terdapat rumah tetangga yang hanya berjarak satu


meter. Rumah tetanngga berdekatan, berjarak 1
meter satu dengan yang lainnya. Sedangkan di
samping kiri terdapat kebun.

5. Keluarga Tn.Agus

47

a. Data Dasar Keluarga Tn. Taufik


Keluarga binaan Tn. Agus terdiri dari 3 anggota keluarga, yaitu
keluarga Tn. Agus sebagai kepala keluarga, istrinya bernama Ny. Neng, dan 1
anak laki-laki.

Tabel. 1.25. Data dasar Keluarga Tn. Agus


Nama

Tn. Agus

Status

Jenis

Keluarga

Kelamin

Suami

Laki-laki

Usia

Pendidikan

37 th SD

Pekerjaan

Penghasilan

Supir pribadi

Rp1.000.000,-/b
ulan

Ny. Neng

Istri

Perempuan

54 th

SMA

Ibu

Rumah -

Tangga
Tn. Erwin

Anak

Laki-laki

23 SD

Tukang parkir Rp1.500.000,-

th

Keluarga Tn. Agus tinggal di RT/RW 02/04. Di rumah ini Tn. Agus tinggal
dengan istri, dan satu orang anaknya. Tn. Agus yang saat ini berusia 37 tahun
bekerja

sebagai

supir

1.000.000,00/bulan, dengan

pribadi

dengan

penghasilan

sekitar

latar belakang pendidikan Tn. Agus

Rp

adalah

SMA. Tn. Agus memiliki 1 orang anak tiri laki-laki yang bernama Tn. Erwin
berusia 23 tahun.
b. Bangunan Tempat Tinggal
Keluarga Tn. Agus tinggal disebuah bangunan rumah diatas tanah seluas
8 x 8 m2. Rumah terdiri dari sebuah ruang tamu berukuran 5 x 5 m2. Di dalam
ruang tamu terdapat tempat tidur Tn. Erwin berukuran 2 x 1 m2. Ventilasi di
rumah tersebut tidak baik karena tidak memiliki ventilasi dan tidak memiliki
jendela. Di samping ruang tamu terdapat 1 kamar tidur dan 1 ruangan yang
dijadikan sebagai gudang, masing-masing berukuran 3 x 3 m2. Di dalam

kamar tidur terdapat kasur berukuran 2x 2 m2 dan 1 lemari. Di belakang ruang


tamu terdapat dapur berukuran 2 x 1 m2. Di samping dapur terdapat kamar
mandi berukuran 1,5 x 1,5 m2. Di dalam kamar mandi terdapat wc dan bak air
berukuran 0,5 x 0,5 m2. Rumah ini hanya mempunyai 1 pintu depan. Seluruh
ruang di rumah ini masih berlantaikan semen yang dialasi oleh tikar plastik,
kemudian atap rumah terbuat dari genteng.
Keluarga Tn. Agus menggunakan air sumur sebagai sumber air untuk
keperluan sehari-hari. Keluarga Tn. Agus menggunakan air galon untuk
memenuhi kebutuhan air minum. Dalam 4 hari keluarga Tn. Agus
memerlukan 1 galon untuk memenuhi kebutuhan air minum. Keluarga Tn.
Agus mengaku jarang mencuci tangan setelah melakukan aktivitas.
Gambar 1.8. Denah Ruman Tn. Taufik
5m
DAPUR
KAMA
R
TIDUR

RUANG
TV

3,5
m

c. Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. Agus terletak di pemukiman yang padat penduduk. Di
bagian depan terdapat jalan setapak dan terdapat tempat pembakaran sampah.
Di bagian kanan terdapat kandang ayam dan kiri terdapat lapangan kosong.
Limbah cair dialirkan ke selokan yang hanya berukuran kurang lebih 10 cm
dan air dalam selokan tidak mengalir.
d. Pola Makan
Ny. Neng memasak makanan sendiri untuk keluarganya. Ia sering memasak
makanan dengan menu seperti nasi, sayur, tahu, tempe, dan sesekali ikan.
Mereka makan besar 2 kali sehari. Mereka juga mengatakan bahwa mereka
jarang mencuci tangannya dengan baik sebelum dan sesudah makan.
e. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak

49

Anak tiri Tn. Agus lahir di rumah sakit. Pada saat hamil, Ny. Neng
mengaku selalu rutin untuk mengontrol kandungannya ke dokter. Untuk
imunisasi, keluarga Tn.Agus rutin mambawa anaknya untuk dilakukan
imunisasi di bidan dan puskesmas. Ny. Neng mengaku anaknya diberikan ASI
eksklusif sampai usia anak usia 3 bulan, kemudian setelah 3 bulan anaknya
diberikan makanan tambahan selain ASI hingga usia 2 tahun 6 bulan. Saat ini
Ny. Neng tidak menggunakan KB.
f.

Kebiasaan Berobat
Dalam segi kesehatan, keluarga Tn.Agus belum pernah mengalami sakit
yang serius. Gangguan kesehatan yang sering dialami anggota keluarganya
antara lain batuk, pilek, sakit tenggorokan dan demam. Menurut penuturan
Ny. Neng, mereka biasanya meminum obat warung terlebih dahulu, keluarga
Ny. Neng Jarang memeriksakan ke puskemas karena jarak dari rumah ke
puskesmas jauh.
g. Riwayat Penyakit
Keluarga Tn. Agus belum pernah mengalami sakit yang serius dan
belum pernah dirawat di rumah sakit. Hanya batuk, pilek, sakit tenggorokan
serta terkadang demam yang dirasa.
h. Perilaku Dan Aktivitas Sehari-Hari
Di keluarga Tn. Agus ada yang merokok yaitu Tn. Agus dan Tn Erwin.
Tn. Agus dan Tn. Erwin terbiasa menghabiskan satu bungkus rokok setiap
harinya. Tn. Agus dan Tn. Erwin biasa merokok di dalam rumah, dan ketika
sedang bekerja. Keluarga Tn. Agus mengaku jarang mencuci tangan sebelum
dan sesudah makan, Kebiasaan berolahraga tidak ada.
i. Perilaku Membuang Sampah
Rumah keluarga Tn. Agus berada di lingkungan perumahan yang
padat, dan didepan rumah tersebut terdapat jalan setapak dan tempat
pembakaran sampah. Di lingkungan rumah terdapat saluran untuk aliran
limbah cair rumah tangga, keluarga membuang limbah cair diselokan yang
hanya berukuran kurang lebih 10 cm. Didalam rumah dan diluar rumah Tn.

Agus tidak memiliki tempat pembuangan sampah, pengakuan istri Tn. Agus,
dalam membuang sampah mereka mengaku membuang sampah setiap hari
tetapi awalnya dikumpulkan terlebih dahulu dibelakang rumahnya kemudian
setelah menumpuk istri Tn. Agus membakar sampah tersebut

di depan

rumahnya, hal ini di lakukan istri Tn. Agus setiap sore.


Tabel 1.26. Faktor Internal Keluarga Tn. Agus

No

Faktor Internal

Kebiasaan Merokok

Olah raga

Permasalahan
ada yang merokok pada keluarga Tn. Agus
Semua anggota keluarga tidak memiliki kebiasaan
berolahraga.

Pola Makan

Ny.

Neng

memasak

makanan

sendiri

untuk

keluarganya. Ia sering memasak makanan dengan menu


seperti tahu, tempe, dan sesekali ikan. Sehari- harinya
mereka makan besar 2 kali.
4

Pola Pencarian

Apabila sakit, mereka membeli obat di warung.

Pengobatan
5

Menabung

Mereka tidak pernah menabung karena pas untuk


kebutuhan sehari-hari
a. Tn. Agus bekerja sebagai supir pribadi, bekerja setiap

51

Aktivitas sehari-hari

hari dari jam 7 pagi sampai jam 4 sore.


b. Ny. Neng sebagai ibu rumah tangga.
c. Tn. Erwin bekerja sebagai tukang parkir, bekerja setiap

No

Faktor Internal

Permasalahan
hari dari jam 10 pagi sampai jam 3 sore.
Di keluarga Tn. Agus , istri Tn. Agus, Ny. Neng, tidak

Alat kontrasepsi

menggunakan kontrasepsi.

Tabel 1.27. Faktor Eksternal Keluarga Tn. Agus


No

Kriteria

Permasalahan

1.

Luas Bangunan

Luas rumah 8 x 8 m2

2.

Ruangan dalam rumah

Keluarga Tn. Agus tinggal disebuah


bangunan rumah diatas tanah seluas 8 x 8 m 2.
Rumah terdiri dari sebuah ruang tamu
berukuran 5 x 5 m2. Di dalam ruang tamu
terdapat tempat tidur Tn. Erwin berukuran 2 x
1 m2. Ventilasi di rumah tersebut tidak baik
karena tidak memiliki ventilasi dan tidak
memiliki jendela.

Di samping ruang tamu

terdapat 1 kamar tidur dan 1 ruangan yang


dijadikan sebagai gudang, masing-masing
berukuran 3 x 3 m2. Di dalam kamar tidur
terdapat kasur berukuran 2x 2 m2 dan 1
lemari. Di belakang ruang tamu terdapat
dapur berukuran 2 x 1 m2. Di samping dapur
terdapat kamar mandi berukuran 1,5 x 1,5 m 2.
Di dalam kamar mandi terdapat jamban dan
bak air berukuran 0,5 x 0,5 m2.

Rumah ini

No

Kriteria

Permasalahan
hanya mempunyai 1 pintu depan.

3.

Jamban

Keluarga Tn. Agus memiliki jamban leher angsa di


dalam rumahnya

4.

Ventilasi

5.

Pencahayaan

Tidak terdapat ventilasi udara pada rumah Tn.Agus

a. Terdapat 1 lampu pencahayaan yang baik di


kamar tidur.
b. Terdapat 1 lampu pada ruang tamu.
c. Terdapat 1 lampu pada dapur dan kamar mandi.

6.

MCK

Tn. Agus memiliki MCK di rumah, MCK berada di


bagian belakang rumah.

7.

Sumber Air

Dalam kesehariannya Tn. Agus menggunakan air


sumur yang digunakan untuk mandi dan mencuci
pakaian. Serta membeli air galon isi ulang untuk
kebutuhan air minum sehari-hari.

8.

Saluran pembuangan
limbah

9.

Tempat pembuangan
sampah

Terdapat saluran pembuangan limbah, air limbah


dialirkan ke selokan yang berukuran 10 cm.
Keluarga

Tn.

pembuangan

Agus
sampah

tidak

memiliki

dirumahnya,

tempat
mereka

membakar sampahnya di depan rumah, dekat dari


rumahnya.
10.

Lingkungan sekitar
rumah

Di samping kanan terdapat

kiri ,terdapat lapangan, depan terdapat jalan setapak


dan tempat pembakaran sampah.

Masalah Medis dan Non Medis Pada Keluarga Binaan

53

kandang ayam,

a. Keluarga Tn. Sobar


Masalah Medis
Penyakit ISPA
Masalah Non Medis
1. Ketidaktersediaan jamban keluarga
2. Kurangnya pengetahuan keluarga binaan terhadap pentingnya
buang air besar dijamban yang sehat.
3. Ketidaktersediaan tempat pembuangan sampah didalam rumah
4. Tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah
5. Kurangnya pengetahuan akan pentingnya kebersihan

1.
2.

lingkungan
6. Kurangnya kebiasaan berolahraga
7. Perilaku Merokok
b. Keluarga Tn. Amung
Masalah Medis
Penyakit ISPA
Masalah Non Medis
Kurangnya pencahayaan dan ventilasi udara di dalam rumah
Ketidaktersediaan jamban keluarga
3. Kurangnya pengetahuan keluarga binaan terhadap pentingnya
buang air besar di jamban yang sehat
4. Ketidaktersediaan tempat pembuangan sampah didalam rumah,
5.
6.
7.
8.

sehingga keluarga membuangnya ke kali


Tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah
Kurangnya pengetahuan akan pentingnya kebersihan lingkungan
Kurangnya kebiasaan berolahraga
Ketidaktersediaan lahan yang luas sehingga jarak antara rumah

tinggal dan kandang hewan jaraknya berdekatan


9. Perilaku Merokok
c. Keluarga Tn. Suryadi
Masalah Medis
Penyakit ISPA

Masalah Non Medis


1.
Kurangnya pencahayaan dan ventilasi udara di dalam rumah
2. Perilaku Merokok
3. Tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah
4. Kurangnya pengetahuan akan pentingnya kebersihan
lingkungan
5. Kurangnya kebiasaan berolahraga

d. Keluarga Tn. Nasuha

Masalah Medis
Panyakit ISPA
Masalah Non Medis
1.
Kurangnya pencahayaan dan ventilasi udara di dalam rumah
2. Ketidaktersediaan jamban keluarga
3. Perilaku Merokok
4. Ketidaktersediaan tempat pembuangan sampah didalam rumah,
sehingga keluarga membuangnya ke kali
5. Tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah
6. Kurangnya kebiasaan berolahraga
7. Kurangnya kesadaran untuk mencuci tangan setiap sehabis
e.

1.

aktivitas dan sebelum makan


Keluarga Tn. Agus
Masalah Medis
Penyakit ISPA
Masalah Non Medis
Tidak adanya ventilasi udara di dalam rumah
2. Ketidaktersediaan tempat pembuangan sampah didalam rumah
3. Tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah
4. Kurangnya pengetahuan akan pentingnya kebersihan lingkungan
5. Kurangnya kebiasaan berolahraga
6. Perilaku Merokok
1.3. Penentuan Area Masalah
Sebagai pendekatan awal untuk mengetahui area masalah yaitu dengan
menganalisis laporan tahunan puskesmas mengenai data program kesehatan
lingkungan, PHBS wilayah Puskesmas Tegal Angus, serta kemudian informasi
tersebut dibandingkan dengan laporan kader desa setempat yang menyatakan
bahwa jumlah perokok masih sangat banyak. Setelah mengamati, mewawancarai,
dan melakukan observasi masing-masing keluarga binaan di Kampung Telaga
Sukamana, Desa Tanjung Pasir terdapat berbagai area permasalahan, yaitu:
1. Perilaku merokok
2. Perilaku membuang sampah disekitar rumah
3. Kurangnya ventilasi pada rumah keluarga binaan
4. Kurangnya pengetahuan akan pentingnya kebersihan lingkungan

55

5. Ketidaktersediaan jamban keluarga


6. Ketidaktersediaan tempat pembuangan sampah didalam rumah
7. Tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah
8. Kurangnya kesadaran untuk mencuci tangan setiap sehabis aktivitas dan
sebelum makan
9. Kurangnya kebiasaan berolahraga
10. Ketidaktersediaan lahan yang luas sehingga jarak antara rumah tinggal dan
kandang hewan jaraknya berdekatan
11. Penyakit ISPA pada keluarga binaan
Dari sekian masalah yang ada pada keluarga tersebut, kami memutuskan
untuk

mengangkat

permasalahan

PERILAKU

MEROKOK

PADA

KELUARGA BINAAN RT 02 RW 04 KAMPUNG SUKA SARI DESA


PANGKALAN KECAMATAN TELUK NAGA KABUPATEN SERANG
PROVINSI BANTEN PADA JULI 2015. Dalam pengambilan sebuah masalah
digunakan Metode Delphi.
Metode Delphi merupakan suatu teknik membuat keputusan yang dibuat
oleh suatu kelompok, dimana anggotanya terdiri dari para ahli atas masalah yang
akan diputuskan. Proses penetapan Metode Delphi dimulai dengan identifikasi
masalah yang akan dicari penyelesaiannya.
Pemilihan area masalah ini didasarkan atas metode delphi dan melalui
berbagai pertimbangan yaitu :
1. Selama melakukan kunjungan beberapa kali ke keluarga binaan, kami
menemukan bahwa ke-5 keluarga binaan memiliki masalah kebiasaan
merokok didalam rumah. Dari hasil pre-survey pada perwakilan 5 keluarga
binaan didapatkan persentasi masing-masing ketiga domain pembentuk
perilaku merokok yaitu, sebanyak 40% memiliki knowledge yang baik,
sebanyak 60% memiliki attitude yang positif dan sebanyak 100 % memiliki
practice yang buruk, sehingga kami menyimpulkan bahwa terdapat masalah
pada perilaku merokok didalam keluarga binaan kami.

2.

Dari data sekunder yang didapat dari Puskesmas Tegal Angus tahun 2014,
mengenai PHBS, merokok merupakan indikator yang persentasenya (66,5 %)

(Tabel 1.7) masih tinggi di desa pangkalan.


3. Dari data sekunder yang didapat dari puskesmas tegal angus tahun 2014,
mengenai 10 besar penyakit di puskesmas tegal angus didapatkan jumlah
kasus ISPA merupakan kasus terbanyak, pada data penyakit menular dan
kasus hipertensi merupakan kasus terbanyak pada kelompok data penyakit
tidak menular di puskesmas tegal angus. Kedua penyakit ini merupakan
penyakit yang dapat ditimbulkan akibat perilaku merokok.

57

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diagnosis dan intervensi komunitas
Diagnosis dan intervensi komunitas adalah suatu kegiatan untuk menentukan
adanya suatu masalah kesehatan di komunitas atau masyarakat dengan cara
pengumpulan data di lapangan dan kemudian melakukan intervensi sesuai dengan
permasalahan yang ada. Diagnosis dan intervensi komunitas merupakan suatu
prosedur atau keterampilan dari ilmu kedokteran komunitas.Dalam melaksanakan
kegiatan diagnosis dan intervensi komunitas perlu disadari bahwa yang menjadi
sasaran adalah komunitas atau sekelompok orang sehingga dalam melaksanakan
diagnosis komunitas sangat ditunjang oleh pengetahuan ilmu kesehatan masyarakat
(epidemiologi, biostatistik, metode penelitian, manajemen kesehatan, promosi
kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan gizi).
2.2

Konsep Perilaku

2.2.1. Pengertian Perilaku


Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis,
tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau
aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh
pihak luar (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan
bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau
rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus
terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner
ini disebut teori S-O-R atau Stimulus Organisme Respon.
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat
dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :
1. Perilaku tertutup (convert behavior)

Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk


terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini
masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap
yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat
diamati secara jelas oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan
atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
2.2.2. Klasifikasi Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2003) adalah suatu respon
seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit
atau penyakit, sistim pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta
lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3
kelompok :
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau
menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana
sakit.
2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atau
sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior).
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada
saat menderita penyakit dan atau kecelakaan.
3. Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun sosial budaya, dan sebagainya.

2.2.3. Domain Perilaku

59

Theory of Reasoned Action (TRA) pertama kali diperkenalkan pada tahun


1967, teori ini lebih memperhatikan hubungan antara kepercayaan yang berhubungan
dengan perilaku & norma, sikap, tujuan, dan perilaku. Pada tahun 1967, TRA
mengalami perkembangan (oleh Fishbein) yaitu sebuah usaha untuk mengerti/
memahami hubungan antara sikap dan perilaku. Banyak studi sebelumnya dari
hubungan ini yang menemukan secara relative korespondensi yang rendah diantara
sikap-sikap dan perilaku, serta beberapa teori yang bertujuan menghapuskan sikap
sebagai sebuah factor yang mendasari perilaku (Fishbein, 1993; Abelson, 1972;
Wicker, 1969).
Theory of Reasoned Action mengambil sebuah rangkaian sebab musabab yang
menghubungkan kepercayaan yang berhubungan dengan perilaku dan keyakinan
norma untuk tujuan yang berhubungan dengan perilaku dan tingkah laku, melalui
sikap dan norma subjektif. Ukuran dari komponen model dan hubungan sebab
musabab diantara komponen yang ditentukan dengan jelas (Ajzen dan Fishbein,
1980). Semua tipe ukuran menggunakan 5 atau 7 titik skala.
Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk
kepentingan pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari :
1. Pengetahuan (knowlegde)
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan
seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan
menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :
a) Faktor Internal
Merupakan faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat dan
kondisi fisik.
b) Faktor Eksternal
Merupakan faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, atausarana.
c) Faktor pendekatan belajar

Merupakan faktor yang berhubungan dengan upaya belajar, misalnya


strategi dan metode dalam pembelajaran.
Ada enam tingkatan domain pengetahuan yaitu :
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap suatu materi
yang telah dipelajari sebelumnya.
2) Memahami (Comprehension)
Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya
4) Analisis
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur
organisasi dan ada kaitannya dengan yang lain.
5) Sintesa
Sintesa

menunjukkan

suatu

kemampuan

untuk

meletakkan

atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan baru.


6) Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi / objek.
2. Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan
bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok :
a. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan :

61

a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (obyek).
b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
3. Praktik atau tindakan (practice)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt
behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata
diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara
lain adalah fasilitas dan faktor dukungan (support) praktik ini mempunyai
beberapa tingkatan :
a. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang
akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.
b. Respon terpimpin (guide response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai
dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat kedua.
c. Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah
mancapai praktik tingkat tiga.
d. Adopsi (adoption)

Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang


dengan baik.Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi
kebenaran tindakan tersebut.
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni dengan wawancara
terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang
lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan
mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.
Menurut penelitian Rogers (1974) seperti dikutip Notoatmodjo (2003),
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang
tersebut terjadi proses berurutan yakni :
1. Kesadaran (awareness)
Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu
terhadap stimulus (objek).
2. Tertarik (interest)
Dimana orang mulai tertarik pada stimulus.
3. Evaluasi (evaluation)
Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi
dirinya.Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4. Mencoba (trial)
Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5. Menerima (Adoption)
Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
2.2.4. Asumsi Determinan Perilaku
Menurut Spranger, membagi kepribadian manusia menjadi 6 macam nilai
kebudayaan. Kepribadian seseorang ditentukan oleh salah satu nilai budaya yang
dominan pada diri orang tersebut.Secara rinci perilaku manusia sebenarnya

63

merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan,


kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya.
Namun demikian realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala kejiwaan
tersebut dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya adalah pengalaman, keyakinan,
sarana/fasilitas, sosial budaya dan sebagainya.
Lawrence Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat
kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor
perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior causes). Faktor
perilaku ditentukan atau dibentuk oleh :
1. Faktor-faktor perdisposisi (predisposing factors): pengetahuan dan sikap
masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap halhal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut oleh masyarakat,
tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan lain sebagainya. Ikhwal ini dapat
dijelaskan sebagai berikut. Untuk perilaku kesehatan misalnya: pemeriksaan
kesehatan bagi ibu hamil diperlukan pengetahuan dan kesadaran ibu tersebut
tentang manfaat periksa hamil, baik bagi kesehatan ibu sendiri dan janinnya.
disamping itu kadang-kadang kepercayaan, tradisi dan sistem nilai masyarakat
juga dapat mendorong atau menghambat ibu tersebut untuk periksa kehamilan.
Misalnya orang hamil tidak boleh di suntik (periksa hamil termasuk suntik anti
tetanus), karena suntikan bisa menyebabkan anak cacat. Faktor-faktor ini terutama
yang positif mempermudah terwujudnya perilaku, maka sering disebut faktor
pemudah.
2. Faktor-faktor

pemungkin

(enabling

factors):Faktor-faktor

ini

mencakup

ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat,


misalnya: air bersih, temapat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja,
ketersediaan makanan yang bergizi dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas
pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu,
polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta, dan sebagainya. Untuk
berprilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung,
misalnya: perilaku pemeriksaaan kehamilan. ibu hamil yang mau periksa hamil

tidak hanya karena dia tahu dan sadar manfaat perikksa hamil saja, melainkan ibu
tersebut dengan mudah harus dapat memperoleh fasilitas atau tempat periksa
hamil, misalnya : puskesmas, polindes, bidan praktek, ataupun rumah sakit.
fasilitas ini pada hakekatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya
perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung, atau faktor
pemungkin.
3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors): Faktor-faktor ini meliputi sikap dan
perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para
petugas kesehatan. termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan baik
dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan. untuk
berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan
sikap positif, dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh
(acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas, lebih-lebih pada
petugas kesehatan. disamping itu undang-undang juga diperlukan untuk
memperkuat perilaku masyarakat tersebut seperti perilaku periksa hamil, serta
kemudahan memperoleh fasilitas periksa hamil, juga diperlukan peraturan atau
perundang-undangan yang mengharuskan ibu hamil periksa hamil.
2.3 Teori Perilaku Merokok
2.3.1 Definisi Merokok dan Kandungan Rokok
Menurut Sitepoe tahun 2000, merokok merupakan aktivitas membakar
tembakau kemudian menghisap asapnya dengan menggunakan rokok atau pipa. Asap
rokok yang dihisap melalui mulut disebut mainstream smoke, sedangkan asap yang
dihembuskan ke udara oleh perokok disebut sidestream smoke yang mengakibatkan
seseorang menjadi perokok pasif. Sumarno (2007) menjelaskan 2 cara merokok yang
umum dilakukan yaitu;
1.

menghisap dan menelan asap rokok kedalam paru paru dan dihembuskan;

2.

hanya menghisap sampai mulut lalu dihembuskan melalui mulut atau hidung.
Adapun definisi yang dikemukakan oleh Amstrong (2007) adalah menghisap

asap tembakau ke dalam tubuh lalu menghembuskannya keluar.

65

Kesimpulan dari perilaku merokok dengan merujuk pada definitas di atas


adalah aktivitas membakar tembakau dan menghisap atau menghirup asap rokok
dengan pipa atau langsung dari rokoknya (mainstream smoke), dan kemudian
menghembuskan kembali asap tersebut ke udara (sidestream smoke).
Racun pada rokok mengandung kurang lebih 4000 elemen-elemen dan
setidaknya 2000 diantaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan. Beberapa elemen
yang beracun, seperti:
1.

Nikotin
Nikotin adalah zat adiktif yang mempengaruhi syaraf dan peredaran darah.
Zat ini bersifat karsinogen dan mampu memicu kanker paru-paru yang
mematikan. Komponen ini terdapat didalam asap rokok dan juga didalam
tembakau yang tidak dibakar. Nikotin diserap melalui paruparu dan kecepatan
absorpsinya hampir sama dengan masuknya nikotin secara intravena. Nikotin
masuk kedalam otak dengan cepat dalam waktu kurang lebih 10 detik. Dapat
melewati barrier diotak dan diedarkan keseluruh bagian otak, kemudian
menurun secara cepat, setelah beredar keseluruh bagian tubuh dalam waktu
15- 20 menit pada waktu penghisapan terakhir (Pemerintah RI, 2003 dalam

2.

Sukendro, 2007).
Tar
Tar adalah hidrokarbon aromatik polisiklik yang ada dalam asap rokok,
tergolong dalam zat karsinogen, yaitu zat yang dapat menumbuhkan kanker.
Kadar tar yang terkandung dalam asap rokok inilah yang berhubungan dengan
resiko timbulnya kanker. Sumber tar adalah tembakau, cengkeh, pembalut
rokok dan bahan organik lain yang terbakar (Pemerintah RI, 2003 dalam

3.

Sukendro, 2007)
Karbon monoksida (CO)
Karbon monoksida adalah gas yang bersifat toksin/ gas beracun yang tidak
berwarna, zat yang mengikat hemoglobin dalam darah, membuat darah tidak
mampu mengikat oksigen. Kandungannya di dalam asap rokok 2-6%. Karbon
monoksida pada paru-paru mempunyai daya pengikat dengan hemoglobin
(Hb) sekitar 200 kali lebih kuat dari pada daya ikat oksigen (O2) dengan

hemoglobin (Hb). membuat darah tidak mampu mengikat oksigen


(Pemerintah RI, 2003 dalam Sukendro, 2007).

2.3.2 Tahapan menjadi Perokok


Merokok tidak terjadi dalam sekali waktu karena ada proses yang dilalui, antara
lain : periode eksperimen awal (mencoba-coba), tekanan teman sebaya dan akhirnya
mengembangkan sikap mengenai seperti apa seorang perokok (Taylor,2009). Ada 4
tahapan yang merupakan proses menjadi perokok (Ogden, 2000) antara lain :
1. Tahap I dan II: Initation dan Maintenance
Initation merupakan tahap awal atau pertama kali individu merokok atau
tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang meneruskan atau
tidak perilaku merokonya. Sedangkan maintenance merupakan tahap
dimana individu kembali merokok. Factor kognitif berperan besar ketika
individu mulai merokok, antara lain menghubungkan perilaku merokok
dengan kesenangan, kebahagiaan, keberanian, kesetiakawanan, dan percaya
diri. Faktor lainnya adalah memiliki orang tua perokok, tekanan teman
sebaya untuk merokok, menjadi pemimpin dalam kegiatan social.
2. Tahap III : Cessation
Merupakan proses dimana perokok akhirnya berhenti merokok. Tahap
cessation terbagi menjadi 4, yaitu: precontemplation (belum ada keinginan
untuk berhenti merokok), contemplation (ada pemikiran untuk berhenti
merokok), action (ada usaha untuk berubah), maintenance (tidak merokok
selama beberapa waktu). Tahapan tersebut bersifat dinamis karena
seseorang yang berada di tahap contemplation dapat menjadi tahap
precontemplation.
3. Tahap IV : Relapse
Individu yang berhasil berhenti merokok tidak menjadi jaminan bahwa ia
tidak akan kembali menjadi perokok. Marlatt dan Gordon (dalam Ogden,
2000) membedakan antara lapse dan relapse. Lapse adalah kembali

67

merokok dalam jumlah kecil dan relapse adalah kembali merokok dalam
jumlah besar. Ada beberapa situasi yang mempengaruhi yaitu high-risk
situation coping behavior dan positive-negative outcome expectancies.
Saat dihadapkan dengan high risk situation maka individu akan melakukan
strategi coping behavior berupa perilaku atau kognitif. Bentuk perilaku
misalnya menjauhi situasi atau melakukan perilaku pengganti sedangkan
bentuk kognitif adalah mengingat alasan untuk berhenti merokok. Positive
outcome expectancies (misalnya merokok mengurangi kecemasan) dan
negative outcome expectancies (merokok membuatnya sakit) dipengaruhi
pengalaman individu. No lapse berhasil dilakukan jika individu memiliki
strategi coping dan negative outcome expectancies seta self efficacy yang
rendah maka individu akan mengalami lapse.
2.3.3 Kategori Perokok
Sitepoe (2000) mengkategorikan perokok berdasarkan jumlah konsumsi rokok
harian, yaitu
(a)

Perokok ringan (1-10 batang/hari)

(b)

Perokok sedang (11-20batang/hari)

(c)

Perokok berat (>20 batang/hari)


Perokok yang mengkonsumsi rokok dalam jumlah yang lebih kecil
memiliki kecenderungan berhenti merokok lebih besar. Taylor (2009) menyebut
istilah chippers untuk menjelaskan perokok yang mengkonsumsi rokok kurang
dari 5 batang/hari, sehingga memiliki kemungkinan yang kecil untuk kecanduan
nikotin. Istilah lainnya adalah social smoker yaitu individu yang merokok
hanya pada situasi social. Situasi social itu merupakan syarat atau pemicu untuk
merokok.

2.3.4 Tipe-Tipe Perilaku Merokok

Silvan Tomkins (dalam sarafino, 2002) menyebutkan 4 tipe perilaku merokok


berdasarkan Management of affect theory, yaitu:
a) Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif (positif affect
smoking). Tujuannya untuk mendapatkan/ meningkatkan perasaan positif,
misalnya untuk mendapatkan rasa nyaman dan membentuk image yang
diinginkan. Dalam hal ini dibagi dalam 3 sub tipe:
Pleasure relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah atau
meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok
setelah minum kopi atau makan.
Stimulation to pick them up, perilaku merokok hanya dilakukan
sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.
Pleasure of handling the cigarette, kenikmatan yang diperoleh dengan
memegang rokok.
b) Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negative (negative affect
smoking).

Tujuannya

untuk

mengurangi

perasaan

yang

kuran

menyenangkan, misalnya keadaan cemas dan marah.


c) Perilaku merokok yang adiktif (addictive smoking). Individu yang sudah
ketergantungan nikotin cenderung menambah dosis rokok yang akan
digunakan berikutnya karena efek rokok yang dikonsumsi sebelumnya
mulai berkurang sesaat setelah rokok habis dihisap sehingga individu
mempersiapkan hisapan rokok berikutnya. Umumnya, individu dengan tipe
perilaku merokok yang adiktif merasa gelisah bila tidak memiliki
persediaan rokok.
d) Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan (habitual smoking).
Dalam hal ini, tujuan merokok bukan untuk mengendalikan perasaannya
secara langsung melainkan karena sudah terbiasa.

2.3.5 Faktor-Faktor Penyebab atau Pendorong Perilaku Merokok

69

Lewin (dalam Komasari dan Helmi, 2000) perilaku merokok merupakan


fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya perilaku merokok disebabkan oleh
faktor dalam diri (seperti perilaku memberontak dan suka mengambil resiko)
dan faktor lingkungan (seperti orangtua yang merokok dan teman sebaya yang
merokok). Menurut Mutadin (dalam Aula, 2010) mengemukakan alasan
seseorang merokok, diantaranya:
a. Pengaruh Orangtua
Menurut Baer dan Corado, individu perokok adalah individu yang berasal
dari keluarga tidak bahagia, dimana orangtua tidak memperhatikan anakanaknya dibandingkan dengan individu yang berasal dari lingkunag rumah
tangga yang bahagia. Perilaku merokok lebih banyak didapati pada
individu yang tinggal dengan satu orangtua (Single Parent). Individu
berperilaku merokok apabila ibu mereka merokok dibandingkan ayah
mereka yang merokok. Hal ini terlihat pada wanita.
b. Pengaruh Teman
Berbagai faktor mengungkapkan semakin banyak individu merokok maka
semakin banyak teman-teman individu yang merokok, begitu pula
sebaliknya.
c. Faktor Kepribadian
Individu mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin
melepaskan dari rasa sakit atau kebosanan.
d. Pengaruh Iklan
Melihat iklan di media masa dan elektronik yang menampilkan gambaran
bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour membuat
seseorang seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku yang ada di iklan
tersebut.
Pendapat lain dikemukakan oleh Hansen (dalam Nasution, 2007) tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok, yaitu:
- Faktor Biologis

Banyak penelitian menunjukan bahwa nikotin dalam rokok merupakan


salah satu bahan kimia yang berperan penting pada ketergantungan
merokok. Pendapat ini didukung Aditama (1992) yang mengatakan nikotin
dalam darah perokok cukup tinggi.
- Faktor Psikologis
Merokok dapat bermakna untuk meningkatkan konsentrasi, menghalau rasa
kantuk, mengakrabkan suasana sehingga timbul rasa persaudaraan, juga
dapat memberikan kesan modern dan beribawa, sehingga bagi individu
yang sering bergaul dengan orang lain, perilaku merokok sulit dihindari.
- Faktor Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial berpengaruh terhadap sikap, kepercayaan, dan perhatian
individu

pada

perokok.

Seseorang

berperilaku

merokok

dengan

memperhatikan lingkungan sosialnya.


- Faktor Demografis
Faktor ini meliputi umur dan jenis kelamin. Orang yang merokok pada usia
dewasa semakin banyak (Smet, 1994) akan tetapi pengaruh jenis kelamin
zaman sekarang sudah merokok.
- Faktor Sosial Kultural
Kebiasaan budaya, kelas sosial, tingkat pendidikan, dan gengsi pekerjaan
akan mempengaruhi perilaku merokok pada individu (Smet, 1994).
- Faktor Sosial Politik
Menambahkan kesadaran umum berakibat pada langkah-langkah politik
yang bersifat melindungi bagi orang-orang yang tidak merokok dan usaha
melancarkan kampanye-kampanye promosi kesehatan untuk mengurangi
perilaku merokok. Merokok menjadi masalah yang bertambah besar bagi
Negara-negara berkembang termasuk Indonesia (Smet, 1994).
Berdasarkan uraian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi seseorang untuk merokok yaitu faktor dari
dalam diri individu dan juga dari lingkungan.

71

2.3.6 Dampak dari perilaku merokok


Ogden (2000) membagi dampak perilaku merokok menjadi 2, yaitu:
1. Dampak positif
Merokok menimbulkan dampak yang sangat sedikit bagi kesehatan. Graham
(dalam Ogden, 2000), menyatakan bahwa perokok menyebutkan dengan
merokok dapat menghasilkan mood positif dan dapat membantu individu
menghadapi keadaan-keadaan yang sulit.
2. Dampak negatif
Merokok dapat menimbulkan berbagai dampak negatif yang berpengaruh
bagi kesehatan. Merokok bukanlah suatu penyakit, namun dapat memicu
berbagai jenis penyakit. Sehingga boleh dikatakan merokok tidaklah
menyebabkan kematian, tetapi penyakit yang ditimbulkan dari perilaku
merokok yang bisa menyebabkan kematian. Berbagai jenis penyakit yang
bisa ditimbulkan oleh rokok antara lain penyakit tekanan darah,
memperpendek umur, penurunan vertilitas dan nafsu sexual, sakit maag,
gondok, gangguan pembuluh darah, penghambat pengeluaran air seni,
penglihatan kabur, kulit menjadi kering, pucat dan keriput, serta polusi udara
dalam ruangan (sehingga terjadi iritasi mata, hidung dan tenggorokan).
Menurut Hahn & Payne, 2003, dampak positif merokok yaitu menimbulkan
perasaan bahagia karena kandungan nikotin pada tembakau menstimulasi
adrenocorticotropic hormone yang terdapat pada area spesifik di otak. Rose
(Marks, Murray, et al, 2004) menyatakan bahwa nikotin yang dikonsumsi
dalam jumlah kecil memiliki efek psikologis, antara lain: menenangkan,
mengurangi berat badan, mengurangi perasaan mudah tersinggung,
meningkatkan kesiagaan dan memperbaiki fungsi kognitif. Hahn & Payne
(2003) mengatakan bahwa perokok aktif biasanya lebih mudah sakit,
menjalani proses pemulihan kesehatan yang lebih lama dan usia hidup yang
lebih singkat. Merokok tidak menyebabkan kematian tapi mendorong
munculnya jenis penyakit yang dapat mengakibatkan kematian, antara lain :
penyakit kardiovaskular, kanker, saluran pernapasan, gangguan kehamilan,

penurunan kesuburan, gangguan pencernaan,, peningkatan tekanan darah,


peningkatan prevalensi gondok dan gangguan penglihatan (Sitepoe, 2000).
Secara

signifikan,

perokok

memiliki

kecenderungan

lebih

besar

mengkonsumsi obat-obatan terlarang dan meningkatkan resiko disfungsi


ereksi sebesar 50% (Taylor, 2000). Merokok tidak hanya berbahaya bagi
perokok tetapi juga bagi orang-orang disekitar perokok dan lingkungan
(Fyold, Mimms & Yelding, 2003). Passive smokers memiliki kecendurungan
yang lebih besar mengalami gangguan jantung karena menghirup tar dan
nikotin 2 kali lebih banyak, karbonmonoksida 5 kali lebih banyak dan
ammonia 50 kali lebih banyak (Donatelle & Davis, 1999). Polusi lingkungan
yang menyebabkan kematian terbesar adalah karena asap rokok dan
dikategorikan sebagai penyebab paling dominan dalam polusi ruangan
tertutup karena memberikan polutan berupa gas dan logam-logam berat
(Donatelle & Davis, 1999).
2.3.7

Aspek-aspek perilaku merokok


Menurut Kumalasari (dalam Triyono,2004) ada empat predictor dalam
mengukur perilaku merokok seseorang, yaitu :
a) Aktivitas merokok adalah seberapa sering individu melakukan
aktivitas yang berhubungan dengan perilaku merokoknya (menghisap
asap rokok, merasakan dan menikmatinya).
b) Tempat merokok adalah dimana individu melakukan aktivitas
merokoknya (rumah, sekolah, jalan, dan lain-lain).
c) Waktu merokok adalah kapan (pada momen-momen apa saja) individu
melakukan aktivitas merokoknya.
d) Fungsi merokok, yaitu seberapa penting aktivitas merokok bagi diri si
perokok dalam kehidupannya sehari-hari dan makna merokok itu
sendiri bagi individu yang bersangkutan.

73

2.4 Kerangka Teori


Konsep yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada teori perilaku
Lawrence Green, yang menyatakan bahwa perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3
faktor, yaitu:
Bagan 2.1. Kerangka Teori Perilaku Lawrence Green

1.3.

Kerangka Konsep
Berdasarkan teori sebelumnya, dapat dibuat suatu kerangka konsep yang

berhubungan dengan area permasalahan yang terjadi pada keluarga binaan di di


Kampung Suka Sari Desa Pangkalan, Kabupaten Tangerang. Kerangka konsep ini

terdiri dari variabel independen dari kerangka teori yang dihubungkan dengan area
permasalahan.

Bagan 2.2. Kerangka Konsep Perilaku Merokok Pada Masyarakat Kampung


Suka Sari Rt 02/ Rw 04 Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga , Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten
Pengetahuan

Sikap

Keyakinan
PERILAKU
MEROKOK PADA
MASYARAKAT
KAMPUNG SUKA
SARI

Nilai-nilai

Lingkungan

Sarana dan
Prasarana

Sikap dan Perilaku


Petugas Kesehatan

1.4. Definisi Operasional


Definisi operasional adalah pengukuran atau pengamanan terhadap variabelvariabel

75

yang

bersangkutan

serta

mengembangkan

instrumen

(alat

ukur)

(Notoatmodjo, 2003). Adapun definisi operasional dalam penelitian ini sebagai


berikut:
NO

1.

VARIABEL

DEFINISI

ALAT

CARA

HASIL

SKALA

UKUR

UKUR

UKUR

PENGU

Kuesioner

Wawancara

aktivitas seseorang

Merokok

berupa menghisap

pilihan : A =

rokok secara rutin

2, B = 1, C =

minimal satu

Skor

KURAN
tiap Ordinal

Perilaku

0
Merokok
(Skor 3)
Tidak

batang sehari
(WHO, 2000)

Merokok
(Skor <3)
2.

Pengetahuan

Segala sesuatu

responden

yang responden

tentang

ketahui mengenai

merokok

merokok, baik

Kuesioner

Wawancara

Tiap jawaban Ordinal


benar, skor : 2
Baik (Skor 810)
Buruk
(Skor <8)

mengetahui
kandungan
berbahaya dalam
rokok, penyakit
akibat rokok,
perbedaan perokok
aktif dan pasif, dan
dampak merokok
bagi orang sekitar.
3.

Sikap

Ide yang mucul dan

responden

mempengaruhi

terhadap

emosional untuk

Kuesioner

Wawancara

Skor

tiap Ordinal

pilihan :
Sgt setuju=1

merokok

melakukann

Setuju=2
Tidak

kecenderungan

Setuju=3
Sgt
Tdk

merokok

setuju=4
Baik

(Skor

10)
Buruk
4.

Keyakinan

Penilaian yang

Responden

diyakini oleh

terhadap

individu bahwa

rokok

merokok dapat

Kuesioner

Wawancara

>10)
Skor

Setuju=3
Sgt
Tdk

stress,

setuju=4

meningkatkan

Baik (Skor

kenyamanan, dan

15)

percaya diri.

Buruk
Nilai-nilai

Segala sesuatu

responden

yang dihargai

yang

masyarakat karena

mempengaru

mempunyai daya

hi perilaku

guna fungsional

merokok

yang

tiap Ordinal

pilihan :
Sgt setuju=1
Setuju=2
Tidak

menghilangkan

5.

(Skor

Kuesioner

Wawancara

<15)
Skor

(Skor
tiap Ordinal

pilihan :
Sgt setuju=1
Setuju=2
Tidak
Setuju=3
Sgt
Tdk
setuju=4

mempengaruhi

Baik

perilaku merokok

(Skor

>10)
Buruk
6.

77

Lingkungan

Keadaan sekitar

Kuesioner

Wawancara

10)
Skor

(Skor
tiap Ordinal

yang

individu yang

pilihan : A =

mempengaru

berpengaruh

2, B = 1, C =

hi perilaku

terhadap perilaku

merokok

merokok

0
Mempengaru
hi (Skor
6)
Tidak
Mempengar
uhi (Skor
<6)
;

7.

Sarana dan

Segala sesuatu

Skor

tiap

Prasarana

yang dapat dipakai

pilihan : A =

yang

sebagai alat serta

mempengaru

penunjangnya yang

hi perilaku

memudahkan

merokok

perilaku merokok

1, B = 0
Mendukung
(Skor 2)
Tidak
Mendukung
(Skor <2)

8.

Sikap dan

Respon tertutup

perilaku

dan hal yang

pilihan : A =

petugas

dilakukan petugas

2, B =1 , C =

kesehatan

kesehatan terhadap

0
Positif (skor

lingkungan sekitar
dalam hal
merokok.

Kuesioner

Wawancara

Skor

tiap Ordinal

: 6)
Negatif
(skor<6)

79

BAB III
METODE

3.1. Penentuan Instrumen Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini sebelumnya telah dilakukan presurvey dengan teknik
wawancara, untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan keluarga binaan
mengenai seputar masalah kesehatan yang kemudian kami kumpulkan data dan
kami angkat sebagai area masalah bersama. Selanjutnya kami lakukan survey
dengan tekhnik wawancara, dengan kuesioner sebagai instrumen untuk
mengumpulkan data. Selain itu, dilakukan juga observasi langsung ke lapangan
untuk memperoleh data yang lebih lengkap. Sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti. Dalam hal ini yang menjadi sampel adalah satu keluarga
binaan di Kampung Suka Sari, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
3.2.

Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan di Kampung Suka Sari, Desa Pangkalan,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang. Pengumpulan data ini dilakukan
selama 9 hari, pada tanggal 7 - 15 Juli 2015. Pengumpulan data dilakukan
dengan wawancara terpimpin. Interview jenis ini dilakukan berdasarkan pedoman
- pedoman berupa kuesioner yang telah disiapkan masak masak sebelumnya.
Sehingga interview hanya membacakan pertanyaan pertanyaan tersebut kepada
interviewer. Pertanyaan pertanyaan di dalam kuesioner tersebut disusun
sedemikian rupa sehingga mencakup variabel - variabel yang berkaitan dengan
hipotesisnya. Keuntungan dari wawancara terpimpin ini antara lain:
Pengumpulan dan pengolahannya dapat berjalan dengan cermat/teliti.
Hasilnya dapat disajikan kualitatif maupun kuantitatif.
Interviewer dapat dilakukan oleh beberapa orang, karena adanya
pertanyaan -pertanyaan yang uniform.

Sedangkan kelemahan wawancara jenis ini antara lain pelaksanaan


wawancara kaku, interview selalu dibayangi pertanyaan-pertanyaan yang sudah
tersusun. Di samping itu interviewer menjadi terlalu formal, sehingga
hubungannya dengan responden kurang fleksibel.
Adapun kriteria inklusi dan eksklusi adalah sebagai berikut :
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili
dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel yaitu :
1.
2.
3.
4.

Bersedia untuk menjadi informan


Merupakan anggota keluarga binaan
Usia di atas 17 tahun
Sehat jasmani dan rohani
b. Kriteria Ekslusi
Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat
mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel
penelitian, yaitu :
1.
2.
3.
4.

Tidak bersedia menjadi informan


Berusia di atas 75 tahun dan kurang dari 12 tahun.
Anggota keluarga yang terlalu sibuk bekerja hingga sulit ditemui
Memiliki gangguan mental

Adapun kegiatan pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:


Tabel 3.1. Pengumpulan Data

No

81

Tanggal

Kegiatan

1.

Rabu, 8 Juli 2015

Perkenalan dengan ketiga keluarga binaan.


Sambung rasa dengan masing masing anggota
keluarga binaan.
Pengumpulan data dari Puskesmas.
Pengumpulan data dasar dari masing-masing
keluarga binaan dilanjutkan dengan penentuan area
masalah dan dokumentasi rumah keluarga binaan

2.

Kamis, 9 Juli 2015

Penentuan dan pembuatan instrumen pengumpul


data

3.

Minggu, 12 Juli 2015

Pembagian kuesioner kekeluarga binaan


Pengolahan data kuesioner dan pembuatan laporan

3.3.

Menetapkan rencana intervensi


Pengolahan dan Analisa Data
Untuk pengolahan data tentang Perilaku Merokok Pada Keluarga Binaan
Kampung Suka Sari, Desa Pangkalan Kecamatan Teluk Naga Kabupaten
Tangerang Propinsi Banten digunakan cara manual dan bantuan software
pengolahan data menggunakan Microsoft Word. Untuk menganalisa data-data
yang sudah didapat adalah dengan menggunakan analisa univariat.
Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan untuk mengenali setiap
variabel dari hasil penelitian. Analisa univariat berfungsi untuk meringkas
kumpulan data sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah
menjadi informasi yang berguna. Peringkasan tersebut dapat berupa ukuran
statistik, tabel, grafik. Pada diagnosis dan intervensi komunitas ini, variabel yang
diukur adalah :

Perilaku merokok pada responden


Pengetahuan responden tentang rokok dan dampak rokok terhadap diri

sendiri dan orang lain


Sikap reponden terhadap perilaku merokok
Lingkungan tempat tinggal dan tempat kerja yang mendorong

responden merokok
Sikap dan perilaku petugas
pembentukan perilaku merokok

83

kesehatan yang berperan dalam

BAB IV
HASIL
1

Analisis Univariant

4.1.1. Karakteristik Responden


Hasil analisis ini disajikan melalui bentuk tabel dan diagram yang diambil dari
data karakteristik responden yang terdiri dari 13 orang dalam lima keluarga binaan di
Kampung Sukasari, Desa Pangkaan, Kelurahan Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk
Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten yakni: Keluarga Tn. Sobar, Tn.
Suryadi, Tn. Taufik, Tn. Amung, dan Tn. Nasuha.
Usia
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Usia Pada Keluarga Binaan di Kampung Suka Sari Rt
02/ Rw 04, Desa Pangkalan, Juli 2015
NO
1
2
3
4

USIA

JUMLAH

16 tahun
17 30 tahun
31 50 tahun
>50 tahun

RESPONDEN
7
6
-

Berdasarkan tabel 4.1 tentang frekuensi berdasarkan usia pada responden di keluarga
binaan didapatkan jumlah responden terbanyak adalah yang berusia 17 55 th (7
orang)

Diagram 4.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden di Keluarga


Binaan, Kampung Suka Sari Rt 02/ Rw 04, Desa Pangkalan, Juli 2015.

TINGKAT PENDIDIKAN
SD
TIDAK SEKOLAH
TK

38%
62%

SMA

Berdasarkan dari diagram 4.1 terlihat tingkat pendidikan terbanyak responden di


keluarga binaan adalah Sekolah Dasar (62%).
Diagram 4.2 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden di Keluarga Binaan,
Kampung Suka Sari Rt 02/ Rw 04, Desa Pangkalan, Juli 2015.

PEKERJAAN
BURUH

10%

IRT
PEDAGANG

22%

LAIN-LAIN
67%

Dari diagram 4.2 terlihat jenis pekerjaan terbanyak dari keluarga binaan adalah Buruh
(69%)
4.1.2. Variabel
Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel berdasarkan variabel variabel dalam
kuesioner yang dijawab 13 responden pada bulan Juli 2015.

85

Tabel 4.2. Distribusi Responden mengenai perilaku merokok pada keluarga binaan
Kampung Suka Sari Rt 02/ Rw 04, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Juli 2015.
Perilaku Merokok
Merokok
Tidak Merokok

Jumlah Responden
7
6

Persentase (%)
54%
46%

Total

13

100%

Berdasarkan tabel 4.2 Didapatkan responden terbanyak mengenai perilaku merokok


pada keluarga binaan buruk (54%).
Tabel 4.3. Distribusi Responden mengenai pengetahuan tentang merokok dan
dampak akibat merokok pada keluarga binaan Kampung Suka Sari Rt 02/ Rw 04,
Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten,
Juni 2015.
Pengetahuan Responden
Baik
Buruk

Jumlah Responden
1
12

Persentase (%)
7,7%
92,3%

Total

13

100%

Berdasarkan tabel 4.3. Didapatkan responden terbesar memiliki pengetahuan buruk


tentang rokok dan dampaknya bagi diri sendiri dan orang lain (92,3%).
Tabel 4.4. Distribusi frekuensi responden tentang sikap terhadap perilaku merokok di
Kampung Suka Sari Rt 02/ Rw 04, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Juli 2015.
Sikap Responden
Baik
Buruk

Jumlah Responden
6
7

Persentase (%)
46%
54%

Total

13

100%

Berdasarkan tabel 4.4. Didapatkan responden terbesar memiliki sikap yang buruk
terhadap perilaku merokok (54%).
Tabel 4.5. Distribusi frekuensi responden tentang keyakinan tentang perilaku
merokok di Kampung Suka Sari Rt 02/ Rw 04, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk
Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Juli 2015.
Keyakinan Responden
Baik
Buruk

Jumlah Responden
6
7

Persentase (%)
46%
54%

Total

13

100%

Berdasarkan tabel 4.5. Didapatkan responden terbesar memiliki keyakinan yang


buruk tentang perilaku merokok (54%).
Tabel 4.6. Distribusi frekuensi responden tentang persepsi nilai-nilai yang ada di
masyarakat tentang perilaku merokok di Kampung Suka Sari Rt 02/ Rw 04, Desa
Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Juli
2015.

Nilai-nilai Responden
Baik
Buruk

Jumlah Responden
5
8

Persentase (%)
38,5%
61,5%

Total

13

100%

Berdasarkan tabel 4.6. Didapatkan responden terbesar memiliki persepsi nilai-nilai


yang buruk tentang perilaku merokok (61,5%).

87

Tabel 4.7. Distribusi frekuensi responden tentang faktor lingkungan mempengaruhi


perilaku merokok di Kampung Suka Sari Rt 02/ Rw 04, Desa Pangkalan, Kecamatan
Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Juli 2015.
Lingkungan Responden
Mempengaruhi
Tidak Mempengaruhi
Total
Berdasarkan

tabel

4.7.

Jumlah Responden
7
6
13
Didapatkan

bahwa

faktor

Persentase %
54%
46%
100 %
lingkungan

responden

mempengaruhi perilaku merokok (54%).


Tabel 4.8. Distribusi frekuensi responden tentang sarana dan prasarana yang
mendukung perilaku merokok di Kampung Suka Sari Rt 02/ Rw 04, Desa Pangkalan,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Juli 2015.
Sarana dan Prasarana

Jumlah Responden

Persentase (%)

Mendukung

13

Tidak Mendukung

100%
0%

Total

13

100%

Berdasarkan Tabel 4.8. Didapatkan bahwa sarana dan prasarana mendukun perilaku
merokok menurut seluruh responden (100%).
Tabel 4.9. Distribusi frekuensi responden tentang sikap dan perilaku petugas
kesehatan di Kampung Suka Sari Rt 02/ Rw 04, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk
Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Juli 2015.
Sikap dan Perilaku

Jumlah Responden

Persentase (%)

Petugas Kesehatan
Positif

Negatif

13

0%
100%

Total

13

100%

Berdasarkan Tabel 4.9. Didapatkan bahwa seluruh sikap dan perilaku petugas
kesehatan negatif menurut seluruh responden (100%).
Tabel 4.10. Hasil Analisis Univariat delapan variabel tentang Perilaku Merokok pada
Keluarga Binaan Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten, Juli 2015

No

Variabel

Hasil Ukur

Perilaku Merokok

Merokok
Tidak Merokok

Pengetahuan Responden

Baik
Buruk

6
7
8

4.2.

89

Sikap Responden

Jumlah
(orang)
7
6
1
12

Persentase
54%
46%
7,7%
92,3%

Baik
Buruk

Baik
Buruk

Baik
Buruk

Mempengaruhi
Tidak mempengaruhi

Mendukung
Tidak mendukung

13

Sikap dan Perilaku

Positif

0%

Petugas Kesehatan

Negatif

13

100%

Keyakinan Responden

Nilai-nilai responden

Lingkungan Responden
Sarana dan Prasarana

Rencana Intervensi Pemecahan Masalah

6
0

46%
54%
46%
54%
38,5%
61,5%
54%
46%
100%
0%

Setelah dilakukan analisis data hasil penelitian, untuk menentukan rencana


intervensi pemecahan masalah digunakan diagram fishbone. Tujuan pembuatan
diagram fishbone yaitu untuk mengetahui penyebab masalah sampai dengan akar akar
penyebab masalah sehingga dapat ditentukan rencana intervensi pemecahan masalah
dari setiap akar penyebab masalah tersebut. Adapun diagram fishbone dapat dilihat
sebagai berikut:

NILAI-NILAI

SIKAP

KEYAKINAN
Sikap buruk
terhadap perilaku
merokok
Kurangnya

Nilai-nilai yg salah
yg tertanam
dalam masy.
Persepsi
bahwa
tentang
rokok
rokok merupakan
tradisi dan tidak
membahayakan
kesehatan
Kurangnya
pengetahuan tentang
dampak rokok bagi

Kurangnya pengetahuan tentang


rokok dan dampaknya

Keyakinan bahwa
merokok dapat
menghilangkan stress,
meningkatkan
kenyamanan, dan percaya

pengetahuan
tentang
dampak rokok
Tingkat
Pendidikan yang
rendah

Tingkat pendidikan
rendah

Kepercayaan bahwa tingkat


pendidikan tinggi tidak
penting

Informasi dari
orang sekitar
yang
mempengaruhi
responden

Persepsi yang
salah tentang
pendidikan

Pengalaman
responden tentang hal

Petugas
kesehatan
berfokus pada
pengobatan
Tidak adanya
penyuluhan tentang
merokok

SIKAP DAN
PERILAKU PETUGAS
KESEHATAN

PENGETAHUAN

Kurangnya
peran petugas
kesehatan

SARANA &
PRASARANA

Keuntungan dari
penjualan rokok
dinilai cukup besar

Orang tua
mencontohkan
perilaku merokok

Banyaknya warung
yang menjual rokok
Mudahnya
mendapatkan
rokok & harga
terjangkau

PERILAKU
MEROKOK

LINGKUNGAN

Banyaknya orang
disekitar responden
yang merokok
Pengaruh lingkungan
sekitar untuk merokok

Sesuai dengan diagram fishbone tersebut, akar-akar penyebab masalah yang


ditemukan dapat dilihat melalui tabel 4.11, kemudian setelah ditemukan akar
penyebab masalah dapat ditentukan alternatif pemecahan masalah dan rencana
intervensi
Tabel 4.11 Tabel Alternatif Pemecahan Masalah dan Rencana Intervensi Pada
Keluarga Binaan, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten, Juli 2015.
No

Akar Penyebab

Masalah

Alternatif
Pemecahan Masalah

Rencana Intervensi
Memberikan penyuluhan
tentang pentingnya

1.

Persepsi yang salah


tentang pendidikan

Mengubah persepsi
responden tentang
pendidikan

pendidikan
Memberikan penyuluhan
tentang pentingnya
menjalani program wajib
belajar 12 tahun
Memberikan penyuluhan
tentang rokok,

2.

Informasi dari orang

Memberikan informasi

sekitar yang

tentang rokok, dampaknya

mempengaruhi

bagi kesehatan diri sendiri

responden

dan orang lain, dan tips


untuk berhenti merokok

dampaknya bagi
kesehatan diri sendiri dan
orang lain, dan tips untuk
berhenti merokok
Memberikan vitamin C
kepada perokok sebagai
upaya untuk berhenti

3.

merokok
Memberikan penyuluhan

Pengalaman responden

Memberikan penjelasan dan

tentang hal yang

arahan bahwa rokok

tentang rokok,

diyakini mengenai

memiliki dampak negatif

dampaknya bagi

No

Akar Penyebab

Masalah

Alternatif
Pemecahan Masalah
bagi kesehatan lebih besar

rokok

dibandingkan dampak

kesehatan diri sendiri dan

positif menurut pengalaman

orang lain

Rencana Intervensi

responden

4.

Tingkat pendidikan

Meningkatkan pendidikan

yang rendah

responden

Memberikan penyuluhan
yang sesuai dengan
tingkatan pendidikan
Memberikan penyuluhan
tentang dampaknya bagi

5.

Kurangnya pengetahuan

Memberikan pengetahuan

kesehatan diri sendiri dan

tentang dampak rokok

tentang dampak rokok bagi

orang lain

bagi kesehatan

kesehatan

Memberikan pamflet
tentang dampak merokok
bagi kesehatan
Mengikutsertakan orang

Orang tua
6.

mencontohkan perilaku
merokok didalam rumah

Mengurangi orang tua yang


merokok di dalam rumah

tua dalam kegiatan


penyuluhan tentang
rokok dan dampaknya
bagi kesehatan
Memberikan saran

Mengurangi jumlah rokok

7.

Keuntungan dari

yang dijual dengan

penjualan rokok dinilai

mengganti dengan barang

cukup besar

yang lebih bermanfaat,


seperti sembilan bahan
pokok.

kepada pemilik warung


untuk mengurangi
jumlah rokok yang dijual
dan diganti dengan
sembilan bahan pokok
yang lebih bermanfaat
dan memiliki daya jual
tinggi.
95

No

Akar Penyebab

Masalah

Alternatif
Pemecahan Masalah

Rencana Intervensi
Penyuluhan dan

8.

Petugas kesehatan

Meningkatkan upaya

berfokus pada

promosi kesehatan dan

pengobatan

tindakan preventif

pemantauan tentang
rokok secara berkala oleh
petugas kesehatan
Membuat peraturan
khusus tentang larangan
merokok

4.3. Intervensi Pemecahan Masalah yang Terpilih


Intervensi terpilih yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
Memberikan penyuluhan tentang pentingnya pendidikan tinggi
Memberikan penyuluhan tentang pentingnya menjalani program wajib belajar
12 tahun
Memberikan penyuluhan tentang rokok, dampaknya bagi kesehatan diri
sendiri dan orang lain, dan tips untuk berhenti merokok
Memberikan pamflet tentang dampak merokok bagi kesehatan
Memberikan vitamin C kepada perokok sebagai upaya untuk berhenti
merokok
Terpilihnya intervensi tersebut dikarenakan penyuluhan merupakan salah satu
cara yang cukup efektif dan efisien untuk mengubah persepsi masyarakat tentang
pentingnya menjalani program wajib belajar 12 tahun serta memberikan
informasi tentang rokok, dampaknya terhadap kesehatan diri sendiri dan orang
lain, serta tips untuk berhenti merokok. Pemberian pamflet tentang rokok dan
dampaknya bagi kesehatan yang akan diberikan kepada seluruh keluarga binaan
berfungsi sebaga alat bantu untuk memperlancar komunikasi dan penyebar-

luasan informasi. Selain itu juga terpilihnya intervensi tersebut dikarenakan


keterbatasan kemampuan dari peneliti untuk melakukan intervensi.
Penyuluhan diselenggarakan pada hari Rabu tanggal 15 Juli 2015 mengenai
Pentingnya Pendidikan dan Dampak Rokok bagi Kesehatan, menggunakan
komunikasi secara massgroup dengan jumlah peserta sebanyak + 17 orang dari 5
keluarga binaan di Kampung Sukasari RT 04 RW 02, Desa Pangkalan,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Kami mempresentasikan materi penyuluhan dalam bentuk power point dan
video tentang rokok dan dampaknya bagi kesehatan dengan menggunakan
proyektor sehingga presentasi yang ditampilkan menarik dan mudah dipahami.
Setelah pemberian materi oleh presentan berakhir, kami membuka sesi tanya
jawab. Peserta penyuluhan terlihat antusias dan memperhatikan selama kegiatan
penyuluhan berlangsung.
Diakhir kegiatan, kami memberikan sebuah pamflet ke masing-masing
keluarga binaan berukuran kertas A4 berisi gambar ilustrasi yang menunjukkan
dampak rokok bagi tubuh perokok sebagai rangkaian upaya penyuluhan kami.
Pamflet tersebut kemudian ditempel di dinding rumah masing-masing keluarga
binaan. Kegiatan kami dilanjutkan dengan membagikan tablet vitamin C kepada
setiap anggota keluarga yang merokok sebagai salah satu bentuk upaya untuk
berhenti merokok.
Menetapkan Kegiatan Operasional
1

Konsep acara
Persiapan
1 Menentukan waktu pelaksanaan penyuluhan
2 Mempersiapkan konsep acara dan media yang akan digunakan
3 Menghubungi pemilik ruangan majelis (Tn. Suryadi) dan meminta izin
memakai ruangan tersebut untuk kegiatan penyuluhan

97

Menghubungi seluruh kepala keluarga binaan untuk mengajak seluruh


anggota keluarga untuk berkumpul di ruangan majelis pada waktu

yang sudah ditentukan


Pelaksanaan
1 Penyuluhan dilaksanakan pada pukul 15:00 WIB di ruangan
2

majelis
Peserta penyuluhan dipersilakan untuk berkumpul pada waktu dan

jam yang telah ditentukan


Teknik pelaksanaan acara dilaksanakan secara bersama dengan

anggota keluarga binaan sebagai peserta penyuluhan.


Acara penyuluhan dilaksanakan menggunakan media informasi
dalam bentuk power point dan video dengan menggunakan

proyektor
5 Acara berakhir pada pukul 16:30 WIB.
Waktu dan Tempat
Acara penyuluhan dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 15 Juli 2015 di

ruangan majelis di Kampung Sukasari, Desa Pangkalan dan berlangsung pukul


15:0016:30 WIB.

BAB V
PENUTUP

5.1 SIMPULAN
1. Area Masalah
Perilaku Merokok pada Keluarga Binaan Kampung Suka Sari Rt 02/ Rw 04, Desa
Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten Pada Juli
2015
2. Hasil
a

Perilaku Merokok
Perilaku merokok didapatkan pada sebagian besar responden (54%)

b Pengetahuan Responden
Didapatkan responden terbanyak memiliki pengetahuan yang buruk mengenai
rokok dan dampaknya (92,3%)
c

Keyakinan Responden
Didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki keyakinan yang buruk
mengenai perilaku merokok (54%).

d Nilai-nilai Responden
Didapatkan bahwa sebagian besar responden menganut nilai-nilai yang buruk
mengenai perilaku merokok (61,5%).

99

Lingkungan Responden
Didapatkan bahwa lingkungan cukup mempengaruhi perilaku responden
dalam merokok (54%).

Sarana dan prasarana


Didapatkan bahwa sarana dan prasarana disekitar responden sangat
mendukung perilaku responden dalam merokok (100%).

g Sikap dan perilaku petugas kesehatan


Didapatkan bahwa sikap dan perilaku petugas kesehatan terhadap perilaku
merokok masih negatif menurut seluruh responden (100%)
3. Hasil Fishbone
a. Kurangnya pengetahuan responden disebabkan oleh persepsi masyarakat
yang salah tentang pentingnya pendidikan tinggi.
b. Keyakinan responden mengenai rokok yang salah mengenai merokok
disebabkan oleh informasi yang salah dari orang-orang disekitar responden
c. Sikap responden yang buruk terhadap perilaku merokok disebabkan oleh
tingkat pendidikan yang rendah.
d. Nilai-nilai yang salah yang tertanam dalam masyarakat tentang rokok
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tentang dampak rokok bagi
kesehatan.
e. Lingkungan yang mempengaruhi responden untuk merokok disebabkan oleh
peran orang tua yang mecontohkan perilaku merokok didalam rumah.

f. Sarana dan prasarana yang mendukung kemudahan untuk mendapatkan


rokok dengan harga yang terjangkau disebabkan oleh pemikiran para pemilik
warung tentang keuntungan penjualan rokok yang dinilai cukup besar.
g. Sikap dan perilaku petugas kesehatan yang negatif terhadap perilaku
merokok disebabkan petugas kesehatan lebih berfokus pada kuratif
dibandingkan dengan promotif dan preventif
5.2 Saran
Intervensi Pemecahan Masalah
1. Memberikan penyuluhan tentang pentingnya pendidikan
2. Memberikan penyuluhan tentang pentingnya menjalani program wajib
belajar 12 tahun
3. Memberikan penyuluhan tentang rokok, dampaknya bagi kesehatan diri
sendiri dan orang lain, dan tips untuk berhenti merokok
4. Memberikan pamflet tentang dampak merokok bagi kesehatan
5. Memberikan vitamin C kepada perokok sebagai upaya untuk berhenti
merokok
6. Memberikan saran kepada pemilik warung untuk mengurangi jumlah rokok
yang dijual dan diganti dengan sembilan bahan pokok yang lebih bermanfaat
dan memiliki daya jual tinggi.
7. Memberikan saran kepada petugas kesehatan untuk memberikan penyuluhan
tentang rokok
Intervensi yang terpilih yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Memberikan penyuluhan tentang pentingnya pendidikan

101

2. Memberikan penyuluhan tentang pentingnya menjalani program wajib


belajar 12 tahun
3. Memberikan penyuluhan tentang rokok, dampaknya bagi kesehatan diri
sendiri dan orang lain, dan tips untuk berhenti merokok
4. Memberikan pamflet tentang dampak merokok bagi kesehatan Mengajukan
penambahan jumlah tenaga kesehatan
5. Memberikan vitamin C kepada perokok sebagai upaya untuk berhenti
merokok
Bagi Masyarakat Kampung Sukasari
a. Hendaknya mengajak masyarakat sekitar bersamasama untuk saling
mengingatkan satu sama lain mengenai perilaku merokok yang memberikan
dampak buruk baik bagi diri sendiri maupun orang lain
b. Diharapkan kepada keluarga binaan untuk menerapkan hasil dari penyuluhan
yang telah didapat dan mengajarkannya kepada seluruh anggota keluarga.
c. Hendaknya pemilik warung di Kampung Sukasari mengurangi jumlah rokok
yang dijual dan digantikan dengan sembilan bahan pokok yang lebih
bermanfaat bagi warga Kampung Sukasari
Bagi Puskesmas Tegal Angus
a. Meningkatkan kegiatan-kegiatan promosi kesehatan berupa penyuluhan
tentang perilaku merokok secara berkala dan melakukan pemantauan tentang
perubahan perilaku merokok secara rutin di desa Pangkalan
b. Meningkatkan kerjasama dengan pemegang program ataupun pelayanan
kesehatan untuk membuat dan menerapkan peraturan khusus dalam
masyarakat tentang larangan merokok

c. Meningkatkan pembinaan kader agar lebih optimal dalam hal kegiatan


penyuluhan mengenai perilaku merokok
d. Melakukan pendekatan dengan tokoh masyarakat di kampung sukasari untuk
membantu menerapkan peraturan khusus tentang larangan merokok

103

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto S. 2003. Manajemen Penelitian. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.


Azwar A. 1990. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit
Mutiara Sumber Widya.
Depkes RI. 1992. Undang Undang Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4
Tahun 1992. Jakarta
Entjang I. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: Penerbit Alumni.
Husaini, A. 2006. Tobat Merokok (Rahasia dan Cara Empatik Berhenti Merokok).
Jakarta: Pustaka Iman
Karman dan Suyasa, S. 2004. Stress, Perilaku Merokok dan TipeKepribadian, Jurnal
pron esis. Vol. 6, No. 11. Hal 19-39
Nainggolan, DR. 2006. Anda Mau Berhenti Merokok? Pasti Berhasil. Bandung:
Indonesia Publishing House
Notoatmodjo S. 2003. Pendidilkan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Penerbit Rineka
Cipta.
Notoatmodjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni. Jakarta: Penerbit
Rineka Cipta.
Prabowo. 1996. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit Remaja
Rodaskarya.

Anda mungkin juga menyukai