Skenario
Nyonya Yanti, 34 tahun datang dikirim dari bidan dengan keterangan perdarahan dari
kemaluan sejak 6 jam sebelumnya. Pasien mengaku terlambat haid 3 bulan dan merasa nyeri
pada perutnya. Pasien pergi ke bidan untuk mencari pertolongan, namun bidan menyarankan
untuk segera pergi ke rumah sakit.
BAB II
KATA KUNCI
dapat
menjadi
perdarahan
yang
terlalu
lama
dari
periode
BAB III
PROBLEM
Penyakit apa yang diderita oleh pasien bernama Nyonya Yanti berusia 34
tahun yang dirujuk oleh bidan ke rumah sakit dengan keluhan utama perdarahan dari
vagina?
BAB IV
PEMBAHASAN
Anatomi dan Fisiologi Alat Reproduksi Wanita:
Anatomi organ reproduksi wanita terdiri atas vulva, vagina, serviks (cerviks), rahim
(uterus), saluran telur (fallopian tube/tuba falopi) dan indung telur (ovary/ovarium).
1. Vulva
Vulva merupakan suatu daerah yang menyelubungi vagina. Vulva terdiri atas
mons pubis, labia (labia mayora dan labia minora), klitoris, daerah ujung luar vagina
dan saluran kemih.
Mons pubis : gundukan jaringan lemak yang terdapat dibagian bawah perut, Daerah
ini dapat dikenali dengan mudah karena tertutup oleh rambut pubis. Rambut ini akan
tumbuh saat seorang gadis beranjak dewasa.
Labia: Lipatan berbentuk seperti bibir yang terletak di dasar mons pubis.Terdiri dari
dua bibir, yaitu labium mayora (bibir luar) merupakan bibir yang tebal dan besar dan
labium minora (bibir dalam), merupakan bibir yang tipis yang menjaga jalan masuk
ke vagina.
Klitoris : merupakan organ kecil yang terletak pada pertemuan antara ke dua labia
minora dan dasar mons pubis. Ukurannya sebesar kacang polong, penuh dengan sel
syaraf sensorik dan pembuluh darah. Organ mungil ini sangat sensitif dan berperan
besar dalam fungsi seksual.
2. Vagina
Vagina merupakan saluran yang elastis, panjangnya sekitar 8-10 cm, dan berakhir
pada rahim. Vagina dilalui oleh darah pada saat menstruasi dan merupakan jalan lahir.
Karena terbentuk dari otot, vagina bisa melebar dan menyempit. Kemampuan ini
sangat hebat, terbukti pada saat melahirkan vagina bisa melebar seukuran bayi yang
melewatinya. Pada bagian ujung yang terbuka, vagina ditutupi oleh sebuah selaput
tipis yang dikenal dengan istilah selaput dara. Bentuknya bisa berbeda-beda antara
tiap wanita. Selaput ini akan robek pada saat bersanggama, kecelakaan,
masturbasi/onani yang terlalu dalam, olah raga dan sebagainya.
3. Serviks
Serviks dikenal juga dengan istilah mulut rahim. Disebut demikian karena serviks
memang merupakan bagian terdepan dari rahim yang menonjol ke dalam vagina.
Sehingga berhubungan dengan bagian vagina. Serviks memproduksi cairan berlendir
(mucus). Pada sekitar waktu ovulasi, mukus ini menjadi banyak, elastik, dan licin. Hal
ini membantu spermatozoa untuk mencapai uterus. Saluran yang berdinding tebal ini
akan menipis dan membuka saat proses persalinan dimulai.
4. Rahim (Uterus)
Rahim (Uterus) merupakan organ yang memiliki peranan besar dalam reproduksi
wanita, yakni dari saat menstruasi hingga melahirkan. Bentuknya seperti buah pear,
berongga, dan berotot. Sebelum hamil beratnya 30-50 gram dengan ukuran panjang 9
cm dan lebar 6 cm kurang lebih sebesar telur ayam kampung. Tetapi saat hamil
mampu membesar dan beratnya mencapai 1000 gram.
Uterus terdiri dari 3 lapisan, yaitu:
1. Lapisan parametrium merupakan lapisan paling luar dan yang berhubungan
dengan rongga perut.
2. Lapisan myometrium merupakan lapisan yang berfungsi mendorong bayi keluar
pada proses persalinan (kontraksi)
3. Lapisan endometrium merupakan lapisan dalam rahim tempat menempelnya sel
telur yang sudah dibuahi. Lapisan ini terdiri dari lapisan kelenjar yang berisi
pembuluh darah.
Setelah menstruasi permukaan dalam uterus menjadi tebal karena pengaruh hormon
estrogen. Kemudian terjadi ovulasi diikuti dengan keluarnya cairan karena
pengaruh hormon progresteron. Bila tidak terjadi pembuahan maka lapisan tadi
bersama sel telur akan terlepas (meluruh) dan keluar melalui vagina yang disebut
sebagai menstruasi. Waktu antara dua menstruasi disebut siklus menstruasi.
Walaupun rata-rata periodenya datang setiap 28 hari, hal ini dapat bervariasi pada
setiap perempuan. Periode ini juga sangat tidak teratur pada 2-3 tahun pertama
mulai menstruasi.
5. Saluran Telur (oviduct/tuba fallopii)
Tuba falopii adalah organ yang dikenal dengan istilah saluran telur. Saluran telur
adalah sepasang saluran yang berada pada kanan dan kiri rahim sepanjang +10cm
yang menghubungkan uterus dengan ovarium melalui fimbria. Ujung yang satu dari
tuba falopii akan bermuara di uterus sedangkan ujung yang lain merupakan ujung
bebas dan terhubung ke dalam rongga abdomen.
Ujung yang bebas berbentuk seperti umbai yang bergerak bebas. Ujung ini
disebut fimbria dan berguna untuk menangkap sel telur saat dilepaskan oleh ovarium
(indung telur). Dari fimbria, telur akan digerakkan oleh rambut-rambut halus yang
terdapat di dalam saluran telur menuju ke dalam rahim.
6. Ovarium/indung telur
Ovarium terletak pada kiri dan kanan ujung tuba (fimbria/umbai-umbai) dan
terletak di rongga panggul. Ovarium merupakan kelenjar yang memproduksi hormon
estrogen dan progresteron. Ukurannya 332 cm, tiap ovarium mengandung 150.000200.000 folikel primordial. Sejak pubertas setiap bulan secara bergantian ovarium
melepas satu ovum dari folikel degraaf (folikel yang telah matang), peristiwa ini
disebut ovulasi.
Gejala Klinis
Anamnesa
1. Identitas Pasien
- Nama
- Umur
- Tempat lahir
- Agama
- Alamat
- Jenis kelamin
- Pekerjaan
- Status
:
:
:
:
:
:
:
:
Ny. Yanti
34 tahun
Surabaya
Islam
Dukuh Kupang
Perempuan
Ibu Rumah Tangga
Menikah
2. Keluhan Utama
Perdarahan dari vagina selama 6 jam yang lalu
3. Riwayat Penyakit Sekarang
- Perdarahan dari vagina disertai dengan nyeri pada perut
- Terlambat haid selama 3 bulan
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pemeriksaan Fisik
Vital Sign:
GCS
1-1-1
Tekanan Darah
100/60 mmHg
Nadi
Tinggi Badan
158 cm
Berat Badan
45 kg
Mata
: sclera ikterus : - / -
conjungtiva anemis : - / b
Hidung
depneu c
Bibir
: cianosis - / -
Thoraks:
a
Inspeksi
b
c
d
Palpasi
: dalam batas normal
Perkusi
: dalam batas normal
Auskultasi : dalam batas normal
Pemeriksaan obstetri:
a. Abdomen : nyeri pada perut bagian bawah, teraba uterus sesuai
umur kehamilan 18 minggu, tidak jelas teraba massa di adneksa
b. Vulva dan perineum : tidak ditemukan kelainan
c. Inspikulo : fluor (-), fluksus (+), porsio pembukaan (+), livide
(+)
d. Pemeriksaan dalam vagina : fluor (-), fluksus (+), porsio
pembukaan (+), korpus uterus b/k ~ 18 minggu, adneksa tidak jelas
teraba massa, CD tidak ada kelainan
Pemeriksaan Penunjang
1. USG:
Gambaran: janin tidak ada, gambaran badai salju / sarang tawon
2. PA
Makros: terdapat bentukan gelembung mola hidatidosa
Mikros: degenerasi hidrofile, avaskuler vili korialis, hiperplasia sel
tropoblas
BAB V
HIPOTESIS AWAL (DIFFERENTIAL DIAGNOSIS)
Differential Diagnosis
1. Mola hidatidosa
2. Abortus
3. Ruptura uteri
BAB VI
ANALISIS dari DIAGNOSIS
Gejala klinis pada pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dari penyakit yang
dijadikan differential diagnosis:
1. Mola hidatidosa
Mola hidatidosa (hamil anggur) adalah kelainan di dalam kehamilan dimana
jaringan plasenta berkembang dan membelah diri terus-menerus dalam jumlah yang
berlebihan. Mola dapat mengandung janin (mola parsial) atau tidak terdapat janin di
dalamnya (mola komplit). Pada kebanyakan kasus mola tidak berkembang menjadi
keganasan, namun 2-3 kasus dari 1000 wanita, mola dapat berubah menjadi ganas dan
disebut koriokarsinoma.
Pemeriksaan Fisik:
1. Pembesaran rahim yang tidak sesuai dengan umur kehamilan, disertai dengan
perdarahan
2. Terasa nyeri pada abdomen
3. Gejala-gejala pre-eklampsi seperti pembengkakan pada kaki dan tungkai,
peningkatan tekanan darah, proteinuria
Pemeriksaan Penunjang:
1. Serum HcG untuk memastikan kehamilan dan pemeriksaan HcG serial (diulang
pada interval waktu tertentu)
2. Pemeriksaan USG untuk mendeteksi gerakan dan detak jantung janin, bila tidak
ditemukan keduanya maka kemungkinan kehamilannya bukan kehamilan yang
normal
3. Pemeriksaan laboratorium patologi anatomi untuk melihat gambaran makros dan
mikros
2. Abortus
Pengeluaran janin sebelum mencapai viabilitas, dimana masa gestasi belum
mencapai 22 minggu dan beratnya kurang dari 500 gram. Penyebab dari abortus
antara lain kelainan ovum, kelainan dari genitalia ibu, gangguan sirkulasi plasenta,
penyakit pada ibu, dan lain-lain.
Pemeriksaan Fisik:
1. Terjadi perdarahan per vaginam (mulai bercak sampai bergumpal)
2. Adanya tanda-tanda kehamilan
3. Ruptura uteri
Ruptur uteri adalah robekan atau diskontinuitas dinding rahim akibat
dilampauinya daya regang miomentrium. Penyebabnya adalah disproporsi janin dan
panggul, partus macet, atau traumatik. Ruptur uteri merupakan peristiwa yang sangat
berbahaya yang umumnya terjadi pada persalinan atau kehamilan tua.
Pemeriksaan Fisik:
1. Terdapat perdarahan per vaginam
2. Nyeri pada perut bagian bawah
3. Syok, nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun bahkan tak terukur
Pemeriksaan Penunjang:
1. Hapusan darah: HB dan hematokrit untuk mengetahui batas darah HB dan nilai
hematokrit untuk menjelaskan banyaknya kehilangan darah.
2. Urinalisis: bila ada hematuria menunjukan adanya perlukaan kandung kemih
3. Tes prenatal: untuk memastikan polihidramnion dan janin besar
BAB VII
HIPOTESIS AKHIR
Seorang wanita bernama Ny. Yanti berumur 34 tahun datang dengan keluhan
perdarahan dari vagina disertai rasa nyeri pada perut bagian bawah dan terlambat haid sejak 3
bulan. Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik dapat diketahui beberapa ciri yang sesuai
dengan ciri ciri penyakit yang dapat dijadikan diagnosis, yaitu :
-
BAB VIII
MEKANISME DIAGNOSIS
ANAMNESA
PEMERIKSAAN UMUM
Vital sign
1. Tekanan darah: 100/60 mmHg
2. Nadi: 96x per menit
Pemeriksaan umum
1. Terdapat perdarahan dari vagina
2. Teraba uterus sesuai umur kehamilan 18 minggu
3. Pada pemeriksaan dalam vagina: fluksus (+),
porsio pembukaan (+)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium :
1.
2.
USG:
Gambaran: tidak ada janin, ditemukan
gambaran badai salju / sarang tawon
PA
Makros: terdapat gelembung mola hidatidosa
Mikros: degenerasi hidrofil, avaskuler vili
korialis, hiperplasia sel tropoblas
DIAGNOSIS
Abortus Mola Hidatidosa
BAB IX
STRATEGI PENYELESAIAN MASALAH
dalam keadaan baik, karena akan menjadi normal lagi setelah kadar -HCG
menurun.
c. Terapi profilaksis dengan sitostatika
Diberikan pada kasus mola dengan resiko tinggi akan terjadi
keganasan, misalnya pada umur tua (35 tahun), riwayat kehamilan mola
sebelumnya dan paritas tinggi yang menolak untuk dilakukan histerektomi,
BAB X
PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI
Prognosis
Karena diagnosis yang dini dan pengobatan yang tepat mortalitas akibat mola
hidatidosa pada dasarnya tidak terjadi. Sekitar 20% mola komplet dapat berkembang menjadi
keganasan trofoblas.
Komplikasi