Anda di halaman 1dari 19

BAB I

Skenario
Nyonya Yanti, 34 tahun datang dikirim dari bidan dengan keterangan perdarahan dari
kemaluan sejak 6 jam sebelumnya. Pasien mengaku terlambat haid 3 bulan dan merasa nyeri
pada perutnya. Pasien pergi ke bidan untuk mencari pertolongan, namun bidan menyarankan
untuk segera pergi ke rumah sakit.

BAB II
KATA KUNCI

1. Perdarahan dari vagina


Perdarahan vagina abnormal adalah aliran darah dari vagina yang terjadi pada
waktu yang salah selama bulan itu atau pada jumlah-junlah yang tidak sesuai. Durasi,
interval, dan jumlah perdarahan vagina mungkin menyarankan tipe apa dari kelainan
yang bertanggung jawab untuk perdarahan. Durasi yang abnormal dari perdarahan
menstruasi

dapat

menjadi

perdarahan

yang

terlalu

lama

dari

periode

(hypermenorrhea), atau terlalu singkat dari periode (hypomenorrhea).


Interval perdarahan dapat menjadi abnormal pada beberapa cara-cara. Periodeperiode menstrual seorang wanita dapat terjadi terlalu sering (polymenorrhea) atau
terlalu jarang (oligomenorrhea). Sebagai tambahan, durasi dapat bervariasi secara
berlebihan dari siklus ke siklus (metrorrhagia).
Jumlah (volume) perdarahan dapat juga abnormal. Seorang wanita dapat
mempunyai terlalu banyak perdarahan (menorrhagia) atau terlalu sedikit volume
(hypomenorrhea). Kombinasi dari perdarahan yang berlebihan yang digabungkan
dengan perdarahan diluar waktu yang diharapkan dari menstruasi dirujuk sebagai
menometrorrhagia.
2. Terlambat haid 3 bulan
3. Nyeri perut

BAB III
PROBLEM
Penyakit apa yang diderita oleh pasien bernama Nyonya Yanti berusia 34
tahun yang dirujuk oleh bidan ke rumah sakit dengan keluhan utama perdarahan dari
vagina?

BAB IV
PEMBAHASAN
Anatomi dan Fisiologi Alat Reproduksi Wanita:
Anatomi organ reproduksi wanita terdiri atas vulva, vagina, serviks (cerviks), rahim
(uterus), saluran telur (fallopian tube/tuba falopi) dan indung telur (ovary/ovarium).
1. Vulva
Vulva merupakan suatu daerah yang menyelubungi vagina. Vulva terdiri atas
mons pubis, labia (labia mayora dan labia minora), klitoris, daerah ujung luar vagina
dan saluran kemih.

Mons pubis : gundukan jaringan lemak yang terdapat dibagian bawah perut, Daerah
ini dapat dikenali dengan mudah karena tertutup oleh rambut pubis. Rambut ini akan
tumbuh saat seorang gadis beranjak dewasa.

Labia: Lipatan berbentuk seperti bibir yang terletak di dasar mons pubis.Terdiri dari
dua bibir, yaitu labium mayora (bibir luar) merupakan bibir yang tebal dan besar dan
labium minora (bibir dalam), merupakan bibir yang tipis yang menjaga jalan masuk
ke vagina.

Klitoris : merupakan organ kecil yang terletak pada pertemuan antara ke dua labia
minora dan dasar mons pubis. Ukurannya sebesar kacang polong, penuh dengan sel
syaraf sensorik dan pembuluh darah. Organ mungil ini sangat sensitif dan berperan
besar dalam fungsi seksual.

2. Vagina
Vagina merupakan saluran yang elastis, panjangnya sekitar 8-10 cm, dan berakhir
pada rahim. Vagina dilalui oleh darah pada saat menstruasi dan merupakan jalan lahir.
Karena terbentuk dari otot, vagina bisa melebar dan menyempit. Kemampuan ini
sangat hebat, terbukti pada saat melahirkan vagina bisa melebar seukuran bayi yang
melewatinya. Pada bagian ujung yang terbuka, vagina ditutupi oleh sebuah selaput
tipis yang dikenal dengan istilah selaput dara. Bentuknya bisa berbeda-beda antara

tiap wanita. Selaput ini akan robek pada saat bersanggama, kecelakaan,
masturbasi/onani yang terlalu dalam, olah raga dan sebagainya.
3. Serviks
Serviks dikenal juga dengan istilah mulut rahim. Disebut demikian karena serviks
memang merupakan bagian terdepan dari rahim yang menonjol ke dalam vagina.
Sehingga berhubungan dengan bagian vagina. Serviks memproduksi cairan berlendir
(mucus). Pada sekitar waktu ovulasi, mukus ini menjadi banyak, elastik, dan licin. Hal
ini membantu spermatozoa untuk mencapai uterus. Saluran yang berdinding tebal ini
akan menipis dan membuka saat proses persalinan dimulai.
4. Rahim (Uterus)
Rahim (Uterus) merupakan organ yang memiliki peranan besar dalam reproduksi
wanita, yakni dari saat menstruasi hingga melahirkan. Bentuknya seperti buah pear,
berongga, dan berotot. Sebelum hamil beratnya 30-50 gram dengan ukuran panjang 9
cm dan lebar 6 cm kurang lebih sebesar telur ayam kampung. Tetapi saat hamil
mampu membesar dan beratnya mencapai 1000 gram.
Uterus terdiri dari 3 lapisan, yaitu:
1. Lapisan parametrium merupakan lapisan paling luar dan yang berhubungan
dengan rongga perut.
2. Lapisan myometrium merupakan lapisan yang berfungsi mendorong bayi keluar
pada proses persalinan (kontraksi)
3. Lapisan endometrium merupakan lapisan dalam rahim tempat menempelnya sel
telur yang sudah dibuahi. Lapisan ini terdiri dari lapisan kelenjar yang berisi
pembuluh darah.
Setelah menstruasi permukaan dalam uterus menjadi tebal karena pengaruh hormon
estrogen. Kemudian terjadi ovulasi diikuti dengan keluarnya cairan karena
pengaruh hormon progresteron. Bila tidak terjadi pembuahan maka lapisan tadi
bersama sel telur akan terlepas (meluruh) dan keluar melalui vagina yang disebut
sebagai menstruasi. Waktu antara dua menstruasi disebut siklus menstruasi.

Walaupun rata-rata periodenya datang setiap 28 hari, hal ini dapat bervariasi pada
setiap perempuan. Periode ini juga sangat tidak teratur pada 2-3 tahun pertama
mulai menstruasi.
5. Saluran Telur (oviduct/tuba fallopii)
Tuba falopii adalah organ yang dikenal dengan istilah saluran telur. Saluran telur
adalah sepasang saluran yang berada pada kanan dan kiri rahim sepanjang +10cm
yang menghubungkan uterus dengan ovarium melalui fimbria. Ujung yang satu dari
tuba falopii akan bermuara di uterus sedangkan ujung yang lain merupakan ujung
bebas dan terhubung ke dalam rongga abdomen.
Ujung yang bebas berbentuk seperti umbai yang bergerak bebas. Ujung ini
disebut fimbria dan berguna untuk menangkap sel telur saat dilepaskan oleh ovarium
(indung telur). Dari fimbria, telur akan digerakkan oleh rambut-rambut halus yang
terdapat di dalam saluran telur menuju ke dalam rahim.
6. Ovarium/indung telur
Ovarium terletak pada kiri dan kanan ujung tuba (fimbria/umbai-umbai) dan
terletak di rongga panggul. Ovarium merupakan kelenjar yang memproduksi hormon
estrogen dan progresteron. Ukurannya 332 cm, tiap ovarium mengandung 150.000200.000 folikel primordial. Sejak pubertas setiap bulan secara bergantian ovarium
melepas satu ovum dari folikel degraaf (folikel yang telah matang), peristiwa ini
disebut ovulasi.
Gejala Klinis
Anamnesa
1. Identitas Pasien
- Nama
- Umur
- Tempat lahir
- Agama
- Alamat
- Jenis kelamin
- Pekerjaan
- Status

:
:
:
:
:
:
:
:

Ny. Yanti
34 tahun
Surabaya
Islam
Dukuh Kupang
Perempuan
Ibu Rumah Tangga
Menikah

2. Keluhan Utama
Perdarahan dari vagina selama 6 jam yang lalu
3. Riwayat Penyakit Sekarang
- Perdarahan dari vagina disertai dengan nyeri pada perut
- Terlambat haid selama 3 bulan
4. Riwayat Penyakit Dahulu

Pemeriksaan Fisik
Vital Sign:
GCS

1-1-1

Tekanan Darah

100/60 mmHg

Nadi

96x per menit

Tinggi Badan

158 cm

Berat Badan

45 kg

Keadaaan umum: pasien terlihat pucat


Pemeriksaan Umum:
Kepala Leher:
a

Mata

: sclera ikterus : - / -

conjungtiva anemis : - / b

Hidung

: pernapasan cuping hidung -/-

depneu c

Bibir

: cianosis - / -

Leher : pembesaran kelenjar getah bening leher -/-

Thoraks:
a

Inspeksi

: bentuk simetris, tidak ada bekas luka

b
c
d

Palpasi
: dalam batas normal
Perkusi
: dalam batas normal
Auskultasi : dalam batas normal

Pemeriksaan obstetri:
a. Abdomen : nyeri pada perut bagian bawah, teraba uterus sesuai
umur kehamilan 18 minggu, tidak jelas teraba massa di adneksa
b. Vulva dan perineum : tidak ditemukan kelainan
c. Inspikulo : fluor (-), fluksus (+), porsio pembukaan (+), livide
(+)
d. Pemeriksaan dalam vagina : fluor (-), fluksus (+), porsio
pembukaan (+), korpus uterus b/k ~ 18 minggu, adneksa tidak jelas
teraba massa, CD tidak ada kelainan
Pemeriksaan Penunjang
1. USG:
Gambaran: janin tidak ada, gambaran badai salju / sarang tawon
2. PA
Makros: terdapat bentukan gelembung mola hidatidosa
Mikros: degenerasi hidrofile, avaskuler vili korialis, hiperplasia sel
tropoblas

BAB V
HIPOTESIS AWAL (DIFFERENTIAL DIAGNOSIS)

Differential Diagnosis
1. Mola hidatidosa
2. Abortus
3. Ruptura uteri

BAB VI
ANALISIS dari DIAGNOSIS

Gejala klinis pada pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dari penyakit yang
dijadikan differential diagnosis:
1. Mola hidatidosa
Mola hidatidosa (hamil anggur) adalah kelainan di dalam kehamilan dimana
jaringan plasenta berkembang dan membelah diri terus-menerus dalam jumlah yang
berlebihan. Mola dapat mengandung janin (mola parsial) atau tidak terdapat janin di
dalamnya (mola komplit). Pada kebanyakan kasus mola tidak berkembang menjadi
keganasan, namun 2-3 kasus dari 1000 wanita, mola dapat berubah menjadi ganas dan
disebut koriokarsinoma.
Pemeriksaan Fisik:
1. Pembesaran rahim yang tidak sesuai dengan umur kehamilan, disertai dengan
perdarahan
2. Terasa nyeri pada abdomen
3. Gejala-gejala pre-eklampsi seperti pembengkakan pada kaki dan tungkai,
peningkatan tekanan darah, proteinuria
Pemeriksaan Penunjang:
1. Serum HcG untuk memastikan kehamilan dan pemeriksaan HcG serial (diulang
pada interval waktu tertentu)
2. Pemeriksaan USG untuk mendeteksi gerakan dan detak jantung janin, bila tidak
ditemukan keduanya maka kemungkinan kehamilannya bukan kehamilan yang
normal
3. Pemeriksaan laboratorium patologi anatomi untuk melihat gambaran makros dan
mikros

2. Abortus
Pengeluaran janin sebelum mencapai viabilitas, dimana masa gestasi belum
mencapai 22 minggu dan beratnya kurang dari 500 gram. Penyebab dari abortus
antara lain kelainan ovum, kelainan dari genitalia ibu, gangguan sirkulasi plasenta,
penyakit pada ibu, dan lain-lain.
Pemeriksaan Fisik:
1. Terjadi perdarahan per vaginam (mulai bercak sampai bergumpal)
2. Adanya tanda-tanda kehamilan

3. Nyeri pada abdomen (kecuali pada missed abortus)


Pemeriksaan Penunjang:

3. Ruptura uteri
Ruptur uteri adalah robekan atau diskontinuitas dinding rahim akibat
dilampauinya daya regang miomentrium. Penyebabnya adalah disproporsi janin dan
panggul, partus macet, atau traumatik. Ruptur uteri merupakan peristiwa yang sangat
berbahaya yang umumnya terjadi pada persalinan atau kehamilan tua.
Pemeriksaan Fisik:
1. Terdapat perdarahan per vaginam
2. Nyeri pada perut bagian bawah
3. Syok, nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun bahkan tak terukur
Pemeriksaan Penunjang:
1. Hapusan darah: HB dan hematokrit untuk mengetahui batas darah HB dan nilai
hematokrit untuk menjelaskan banyaknya kehilangan darah.
2. Urinalisis: bila ada hematuria menunjukan adanya perlukaan kandung kemih
3. Tes prenatal: untuk memastikan polihidramnion dan janin besar

BAB VII
HIPOTESIS AKHIR
Seorang wanita bernama Ny. Yanti berumur 34 tahun datang dengan keluhan
perdarahan dari vagina disertai rasa nyeri pada perut bagian bawah dan terlambat haid sejak 3
bulan. Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik dapat diketahui beberapa ciri yang sesuai
dengan ciri ciri penyakit yang dapat dijadikan diagnosis, yaitu :
-

Pasien datang dengan perdarahan dari vagina


Pasien datang dengan keluhan nyeri perut bagian bawah

Pasien terlambat haid sudah sejak 3 bulan


Pada pemeriksaan fisik diketahui:
1. Tinggi uterus sesuai umur kehamilan 18 minggu
Pada pemeriksaan penunjang diketahui:
1. USG: tidak ditemukan janin, ada gambaran badai salju / sarang tawon
2. PA:
Makros: gelembung mola hidatidosa
Mikros: degenerasi hidrolisis dan avaskuler vili korialis dan hiperplasis
sel tropoblas

BAB VIII
MEKANISME DIAGNOSIS

ANAMNESA

Keluhan utama: perdarahan dari vagina sejak 6 jam


yang lalu
Riwayat penyakit sekarag:
1. Perdarahan dari vagina disertai dengan rasa nyeri
pada perut bagian bawah.
2. Terlambat haid selama 3 bulan.
Riwayat penyakit dahulu: Riwayat sosial: Riwayat penyakit keluarga: -

PEMERIKSAAN UMUM

Vital sign
1. Tekanan darah: 100/60 mmHg
2. Nadi: 96x per menit
Pemeriksaan umum
1. Terdapat perdarahan dari vagina
2. Teraba uterus sesuai umur kehamilan 18 minggu
3. Pada pemeriksaan dalam vagina: fluksus (+),
porsio pembukaan (+)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium :
1.

2.

USG:
Gambaran: tidak ada janin, ditemukan
gambaran badai salju / sarang tawon
PA
Makros: terdapat gelembung mola hidatidosa
Mikros: degenerasi hidrofil, avaskuler vili
korialis, hiperplasia sel tropoblas

DIAGNOSIS
Abortus Mola Hidatidosa

BAB IX
STRATEGI PENYELESAIAN MASALAH

Penatalaksanaan untuk mola hidatidosa dibagi menjadi:


A. Evakuasi
1. Memeriksa keadaan umum
Yang termasuk usaha ini misalnya koreksi dehidrasi, menghentikan perdarahan,
transfusi darah pada anemia berat (jika <8 gr %) atau karena terjadi syok, dan
menghilangkan atau mengurangi penyulit seperti preeklampsia dan tirotoksikosis.
Preeklampsia diobati seperti pada kehamilan biasa, sedangkan untuk tirotoksikosis

diobati sesuai protokol penyakit dalam misalnya propiltiourasil 3 x 100 mg oral


dan propanolol 40-80 mg.
2. Pengeluaran jaringan mola
a. Kuretase:
Dilakukan jika pemeriksaan DPL kadar -hCG serta foto thorax
selesai. Bila kanalis servikalis belum terbuka maka dilakukan pemasangan
laminaria dan kuretase dilakukan 24 jam kemudian. Sebelum kuretase dengan
kuret tumpul terlebih dahulu siapkan darah 500 cc dan pasang infus dengan
tetesan oxitocyn 10 mIU dalam 500 cc Dextrose 5 % dan seluruh jaringan
hasil kerokan di PA. Tujuh sampai 10 hari sesudah kerokan itu dilakukan
kerokan ulangan dengan kuret tajam, agar ada kepastian bahwa uterus betulbetul kosong dan untuk memeriksa tingkat proliferasi sisa-sisa trofoblas yang
dapat ditemukan. Makin tinggi tingkat itu, makin perlu untuk waspada
terhadap kemungkinan keganasan.
b. Histerektomi:
Untuk mengurangi frekuensi terjadinya penyakit tropoblas ganas
sebaiknya histerektomi dilakukan pada
-

wanita diatas 35 tahun

anak hidup di atas 3 orang

wanita yang tidak menginginkan anak lagi


Apabila ada kista teka lutein maka saat histerektomi, ovarium harus

dalam keadaan baik, karena akan menjadi normal lagi setelah kadar -HCG
menurun.
c. Terapi profilaksis dengan sitostatika
Diberikan pada kasus mola dengan resiko tinggi akan terjadi
keganasan, misalnya pada umur tua (35 tahun), riwayat kehamilan mola
sebelumnya dan paritas tinggi yang menolak untuk dilakukan histerektomi,

atau kasus dengan hasil histopatologi yang mencurigakan.Biasanya diberikan


methotrexat atau actinomycin D. Kadar -hCG di atas 100.000 IU/L
praevakuasi dianggap sebagai resiko tinggi untuk perubahan ke arah ganas,
pertimbangkan untuk memberikan methotrexate (MTX) 35 mg sehari
selama 5 hari dengan interval 2 minggu sebanyak 3 kali pemberian. Dapat
juga diberikan actinomycin D 12 g/kgBB/hari selama 5 hari.
B. Pengawasan Lanjutan
1. Ibu dianjurkan untuk tidak hamil dan dianjurkan untuk memakai kontrasepsi
oral/pil.
2. Mematuhi jadwal periksa ulang selama 2-3 tahun:
- Setiap minggu pada triwulan pertama
- Setiap 2 minggu pada triwulan kedua
- Setiap bulan pada bulan berikutnya
- Setiap 2 bulan pada tahun berikutnya dan selanjutnya setiap 3 bulan
3. Setiap pemeriksaan ulang perlu diperhatikan:
- Gejala klinis: keadaan umum, perdarahan
- Pemeriksaaan dalam: keadaan serviks serta ukuran uterus bertambah
kecil atau besar
4. Reaksi biologis dan imunologis
- 1x seminggu sampai hamil negatif
- 1x2 minggu selama triwulan selanjutnya
- 1x sebulan dalam 6 bulan selanjutnya
- 1x3 bulan selama tahun berikutnya
- Kalau hasil reaksi titer masih (+) maka harus dicurigai keganasan

Prinsip tindakan medis untuk kasus ini:


1. Memperbaiki keadaan umum salah satunya m enghentikan perdarahan sebelum
melakukan terapi
2. Menentukan terapi yang akan dilakukan
3. Bila dibutuhkan terapi kuret atau histerektomi maka diperlukan rujukan
4. Melakukan pengawasan lanjutan

Cara Penyampaian Prognosis Kepada Pasien / Keluarga Pasien


Memberikan penjelasan tentang penyakit, penyebab dan penanganan abortus mola
hidatidosa. Menjelaskan juga bahwa mola hidatidosa ini dapat disembuhkan dengan
tindakan medis dan pengobatan yang benar, serta melakukan pengawasan lanjutan.

BAB X
PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI

Prognosis
Karena diagnosis yang dini dan pengobatan yang tepat mortalitas akibat mola
hidatidosa pada dasarnya tidak terjadi. Sekitar 20% mola komplet dapat berkembang menjadi
keganasan trofoblas.

Komplikasi

1. Komplikasi non maligna


a. Perforasi uterus
Selama kehamilan kadang-kadang terjadi dan jika terjadi perforasi uterus ,
kuretase harus dihentikan. Laparoskopi atau laparotomi harus dilakukan untuk
mengetahui tempat terjadinya perforasi.
b. Perdarahan
Merupakan komplikasi yang terjadi sebelum selama dan bahkan setelah
tindakan kuretase. Oleh karena itu oksitosin intravena dilakukan sebelum
memulai tindakan kuretase sehingga mengurangi kejadian perdarahan ini.
c. DIC
Faktor yang dilepaskan jaringan mola mempunyai aktivitas fibinolitik. Semua
pasien di-skreening untuk melihat adanya koagulopati.
d. Embolisme tropoblastik
Dapat menyebabkan insufisiensi pernapasan akut. Faktor resiko terbesar terjadi
pada uterus yang lebih besar dari yang diharapkan pada usia gestasi 16 minggu.
Keadaan ini bisa fatal.
e. Infeksi pada servikal atau vaginal
Perforasi pada dinding uterus yang tipis selama evakuasi mola dapat
menyebabkan penyebaran infeksi. Ruptur uteri spontan bisa terjadi pada mola
benigna dan mola maligna.
2. Komplikasi maligna
Mola invasif atau koriokarsinoma berkembang pada 20 % kasus mola dan
identifikasi pasien penting untuk tindakan selanjutnya setelah mola komplit invasi
uteri terjadi pada 15 % pasien dan metastase 4 pasien. Tidak terdapat kasus
koriokarsinoma yang dilaporkan selah terjadi mola incomplete meskipun ada juga

yang menjadi penyakit tropoblastik non metastase yang menetap yang


membutuhkan kemoterapi.

Anda mungkin juga menyukai