Pediatrik
Asuhan
Nutrisi
1.
Latar
Belakang
Anak adalah masa depan bangsa dan untuk menjadi bangsa yang
besar diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas SDM adalah
memberikan Asuhan Nutrisi Pediatrik (ANP), suatu
pelayanan
kesehatan pencegahan yang mendasar.
Asuhan Nutrisi Pediatrik yang dimaksud di sini berbeda dalam
tuju- an dan pelaksanaannya dengan pelayanan gizi yang dilaksanakan
oleh in- stalasi gizi. Asuhan Nutrisi Pediatrik dilakukan untuk anak sehat
maupun anak sakit. Pada anak sehat, ANP ditujukan untuk menunjang
pencapaian tumbuh kembang yang optimal, pada pasien rawat jalan
agar tidak terjadi gagal tumbuh, sedangkan pada pasien rawat inap
untuk mencegah terja- dinya malnutrisi rumah sakit (MRS). Yang
dimaksud dengan MRS pada re- komendasi ini adalah penurunan berat
badan selama perawatan di rumah sakit, yang disebabkan oleh ANP
yang tidak memadai.
Malnutrisi di masyarakat secara langsung maupun tidak
langsung berpengaruh terhadap 60% dari 10,9 juta kematian anak
dalam setiap tahunnya dan 2/3 dari kematian tersebut terkait dengan
praktek pemberian makan yang tidak tepat pada tahun pertama
kehidupan (Infant Feeding Practice)1.
Dampak jangka pendek gizi kurang/buruk pada masa batita adalah
gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak, otot, kom- posisi
tubuh dan metabolic programming glukosa, lemak dan protein.
Dampak jangka panjang dapat berupa rendahnya kemampuan nalar,
CDC 2000
Penentuan status gizi menggunakan cut off Z score WHO 2006 untuk
usia 0-5 tahun dan persentase berat badan ideal sesuai kriteria
Waterlow untuk anak di atas 5 tahun.
Obesitas
BB/T
B
(%
>120
> +3
IMT
CDC
200
> P95
Overweight
>110
> +2 hingga +3 SD
P85 p95
Normal
Gizi kurang
Gizi buruk
> 90
70-90
< 70
+2 SD hingga -2 SD
< -2 SD hingga -3 SD
< - 3 SD
Status gizi
BB/TB WHO
2006
> 2 18 tahun
Grafik
IMT
yang
dipakai
Alasa
n
WH0 2006
CDC 2000
Kebutuhan kalori idealnya ditentukan secara individual menggunakan kalorimetri indirek, namun hal tersebut mahal dan tidak praktis.
Kebutuhan nutrien tertentu secara khusus dihitung pada kondisi klinis
tertentu.
Untuk kemudahan praktek klinis, kebutuhan kalori ditentukan
berdasarkan:
I.
II.
2. Obesitas:
Target pemberian kalori adalah
BB-ideal x RDA menurut usia tinggi.
Pemberian kalori dikurangi secara bertahap sampai
tercapai target.
Catatan:
Berat badan ideal adalah berat badan menurut tinggi badan
pada
P50 pertumbuhan
-
5.3.
Penentuan cara
pemberian
Pemberian nutrisi melalui oral atau enteral merupakan pilihan utama.
Jalur parenteral hanya digunakan pada situasi tertentu saja. Kontra
indikasi pemberian makan melalui saluran cerna ialah obstruksi
saluran cerna, perdarahan saluran cerna serta tidak berfungsinya
saluran cerna. Pemberian nutrisi enteral untuk jangka pendek dapat
dilakukan melalui pipa nasogastrik
atau nasoduodenal atau
nasojejunal. Untuk jangka panjang, nutrisi enteral dapat dilakukan
melalui gastrostomi atau jejunostomi.
Untuk nutrisi parenteral
jangka pendek (kurang dari 14 hari) dapat digunakan akses perifer,
sedangkan untuk jangka panjang harus menggunakan akses sentral15.
5.4.
Penentuan jenis
makanan
Pada pemberian makan melalui oral bentuk makanan disesuaikan
dengan usia dan kemampuan oromotor pasien, misalnya 0-6 bulan
ASI dan/formula, 6 bulan-1 tahun ASI dan/atau formula di-tambah
makanan pendamping, 1-2 tahun makanan keluarga ditambah ASI
dan/atau susu sapi segar, dan di atas 2 tahun makanan keluarga.
Jenis sediaan makanan untuk enteral disesuaikan dengan fungsi
gastrointestinal dan dapat dibagi dalam beberapa jenis, yaitu:
5.5.
Pemantauan dan
Evaluasi
Pemantauan dan evaluasi meliputi pemantauan terhadap
akseptabilitas atau penerimaan makanan, dan toleransi (reaksi
simpang makanan).
Reaksi simpang yang dapat terjadi pada pemberian enteral antara lain adalah
mual/muntah, konstipasi dan diare. Pada pemberian parenteral dapat terjadi reaksi infeksi,
metabolik dan mekanis. Selain itu, diperlukan pemantauan efektivitas berupa monitoring
pertumbuhan. Pada pasien rawat inap evaluasi dan monitoring dilakukan setiap hari,
dengan membedakan antara pemberian jalur oral/enteral dan parenteral. Pada pasien
rawat jalan evaluasi dilakukan sesuai kebutuhan15, 19.
2.1 Kedelai
Kedelai (Glycine max L. Merr) adalah tanaman semusim yang diusahakan pada
musim kemarau, karena tidak memerlukan air dalam jumlah besar. Kedelai
merupakan sumber protein, dan lemak, serta sebagai sumber vitamin A, E,K, dan
beberapa jenis vitamin B dan mineral K, Fe, Zn, dan P. Kadar protein kacangkacangan berkisar antara 20-25%, sedangkan pada kedelai mencapai 40%. Kadar
protein dalam produk kedelai bervariasi misalnya, tepung kedelai 50%, konsentrat
protein kedelai 70% dan isolat protein kedelai 90% (Winarsi, 2010) .
Kandungan protein kedelai cukup tinggi sehingga kedelai termasuk ke dalam lima
bahan makanan yang mengandung berprotein tinggi. Kacang kedelaimengandung air
9%, protein 40 %, lemak 18 %, serat 3.5 %, gula 7 % dan sekitar 18% zat
lainnya.Selain itu, kandungan vitamin E kedelai sebelum pengolahan cukup
tinggi.Vitamin E merupakan vitamin larut lemak atau minyak (Anonim,
2012).Kebutuhan protein kedelai sebesar 55 g per hari dapat dipenuhi dengan
makanan yang berasal dari 157.14 g kedelai.Kandungan gizi biji kedelai disajikan
pada Tabel 1.
Kedelai mengandung delapan asam amino penting yang rata-rata tinggi, kecuali
metionin dan fenilalanin (Suprapto, 1993).Protein kedelai memiliki kandungan asam
7
amino sulfur yang rendah.Metionin, sistein dan threonin merupakan asam amino
sulfur dalam protein kedelai dengan jumlah terbatas(Winarsi, 2010).
Tabel 1. Kandungan gizi 100 g biji kedelai
Kandungan Gizi
Karbohidrat kompleks (g)
Karbohidrat sederhana (g)
Stakiosa (g)
Rafinosa (g)
Protein (g)
Lemak total (g)
Lemak Jenuh (g)
Monounsaturated
Polyunsaturated
Kalsium (mg)
Fosfor (mg)
Kalium (mg)
Magnesium (mg)
Seng (mg)
Zat besi (mg)
Serat tidak larut (g)
Serat larut (g)
Jumlah
21.00
9.00
3.30
1.60
36.00
19.00
2.88
4.40
11.20
276.00
704.00
1797.00
280.00
4.80
16.00
10.00
7.00
Jumlah
5.16
8.17
6.84
5.63
1.07
4.19
1.27
4.16
7.72
3.44
4.02
3.67
5.29
5.41
6.89
19.02
4.16
16
yang terkandung dalam jumlah yang cukup banyak ialah vitamin E dan K.Vitamin A
dan D terkandung dalam jumlah yang sedikit.Dalam kedelai muda terdapat vitamin
Cdengan kadar yang sangat rendah (Koswara, 1992).
Di samping mengandung senyawa yang berguna, ternyata pada kedelai juga terdapat
senyawa anti gizi dan senyawa penyebab off flavor (penyimpangan cita rasa dan
aroma pada produk olahan kedelai).Senyawa anti gizi yang sangat mempengaruhi
mutu olahan kedelai ialah antitripsin, hemaglutinin, asam fitat dan oligosakarida
penyebab flatulensi (timbulnya gas dalam perut sehingga perut kembung), sedangkan
senyawa off flavor pada kedelai ialah glukosida dan saponin. Dalam pengolahan,
senyawa-senyawa tersebut harus dihilangkan atau diinaktifkan, sehingga akan
dihasilkan produk olahan kedelai dengan mutu terbaik dan aman untuk dikonsumsi
manusia (Koswara, 1992).
2.4 Susu Kedelai
Susu kedelai diperoleh dari hasil ekstraksi protein biji kedelai menggunakan air
panas.Susu kedelai mengandung protein, lemak, mineral dan vitamin.Kandungan
protein susu kedelai dipengaruhi oleh varietas kedelai yang digunakan sebagai bahan
baku, jumlah air yang ditambahkan, jangka waktu dan kondisi penyimpanan, serta
perlakuan panas. Semakin banyak jumlah air yang digunakan untuk
mengencerkansusu maka akan semakin sedikit kadar protein yang diperoleh (Hartoyo,
2005). Kandungan gizi susu kedelai disajikan pada Tabel 6.
Susu kedelai diperoleh dari proses ekstraksi kedelai sehingga diperoleh sari atau susu
kedelai. Langkah pertama yang perlu dilakukan dalam membuat susu kedelai adalah
17
memisahkan biji kedelai dari kotoran dan biji yang rusak. Setelah itu, kedelai
direndam selama 12 jam, biji dipisahkan kulitnya dan dicuci. Kedelai yang telah
dipisahkan dari kulitnya direndam dengan air panas selama 10 menit kemudian
digiling menggunakan air panas dengan perbandingan air dan kedelai 7 : 1. Hasilnya
penggilingan tersebut kemudian disaring. Selanjutnya filtrat yang diperoleh
dipanaskan sampai 10 menit (waktu pemanasan dihitung setelah susu kedelai
mendidih). Pada umumnya,susu kedelai yang dihasilkan masih berbau langu. Hal
tersebut terjadi karena adanya enzim lipoksigenase yang dapat diinaktivasi dengan
cara pemanasan atau dengan germinasi biji kedelai yang akan diekstraksi (Wulandari,
2003).
Tabel 6.Kandungan gizi susu kedelai per 250 ml
Komposisi
Kalori (g)
Protein (g)
Lemak (g)
Karbohidrat (g)
Natrium (mg)
Besi (mg)
Riboflavin (mg)
Kalsium (mg)
Jumlah
140.0
10.0
4.0
14.0
120.0
1.8
0.1
80.0
18