: 04
Kelas : 9E
Perkelahian atau yang sering disebut tawuran sering sekali terjadi diantara pelajar. Bahkan bukan
hanya pelajar SMA. tapi juga sudah melanda sampai ke kampus-kampus. Ada yang mengatakan
bahwa berkelahi adalah hal yang wajar pada remaja. Terlihat dari tahun ke tahun jumlah
perkelahian dan korban cenderung meningkat. Tawuran yang terjadi apabila dapat dikatakan
hampir setiap bulan, minggu, bahkan mungkin hari selalu terjadi antar pelajar yang kadangkadang berujung dengan hilangnya satu nyawa pelajar secara sia-sia. Pelajar yang seharusnya
menimba ilmu di sekolah untuk bekal mass depan yang lebih baik menjadi penerus bangsa malah
berkeliaran diluar dan melakukan hal-hal yang dapat berakibat fatal.
Menurut saya, yang harusnya patut dipertanyakan tentang tanggung jawab itu yaitu pihak
keluarga mereka masing-masing. Salah satu faktor penyebab terjadinya tawuran antar pelajar
ialah ketidakmampuan orangtua menjalankan kewajiban dan tanggung jawabnya dalam
mendidik dan melindungi anak. Padahal, dalam Undang-Undang Perlindungan Anak (UUPA)
pasal 26 ayat 1 telah ditegaskan bahwa orangtua berkewajiban dalam melindungi anak, baik
dalam hal mengasuh, memelihara, mendidik, melindungi, maupun mengembangkan bakat anak.
Menyalahkan pihak sekolah atas terjadinya tawuran merupakan sasarann yang kurang tepat
karena mungkin pihak sekolah bukannya seperti menutup mata atas apa yang terjadi pada anak
didiknya, tapi semua itu karena terbatasnya kewajiban mereka sebagai pendidik, yang secara
tidak langsung dapat dikatakan pihak sekolah tidak dapat selalu memantau apa yang terjadi di
luar sekolah karena banyaknya anak-anak yang harus mereka pantau.
Dalam pandangan psikologi, setiap perilaku merupakan interaksi antara kecenderungan didalam
diri indivudu (sering disebut kepribadian, walau tidak selalu tepat) dan kondisi eksternal. Begitu
pula dalam hal perkelahian pelajar. Bila dijabarkan, terdapat sedikitnya 4 faktor psikologis
mengapa seorang pelajar/remaja terlibat perkelahian(tawuran).
Pada umumnya tawuran di awali oleh konflik yang terjadi antar siswa di
dalam suatu sekolah atau antarsekolah. Karena perasaan solidaritas antar
siswa di dalam sekolah masing-masing, perkelahian akan melus dan
menghasilkan konflik antar siswa dari sekolah yang berlainan. Kadamgkadang kita temui siswa yang terpaksa ikut tawuran karena tidak ingin di
sebut tidak solider, penakut, atau tidak setia kawan. Dalam kondisi seperti
ini, siswa yang sejak awal tidak terlibat atau menganggap bahkan tawuran
adalah pelanggaran nilai dan norma yang tidak disukai oleh semua lapisan
masyarakat maka terpaksa mengikuti pola berkelahi yang baru mereka
temukan antara teman-temannya sesama pelajar.
1.Contoh gambar tawuran antar pelajar:
Tugas Pkn
KONFLIK MASYARAKAT
putus
sekolah
dikarenakan
Banyak anak usia wajib belajar yang putus sekolah karena harus bekerja. Kondisi itu harusnya
menjadi perhatian pemerintah karena anak usia wajib belajar mesti menyelesaikan pendidikan
SD-SMP bahkan SMA tanpa hambatan termasuk persoalan biaya. Berdasarkan data survei yang
dilaporkan oleh Badan Pusat Statistik pada 2006 bahwa tercatat anak usia 10-17 tahun telah
menjadi pekerja sebanyak 2,8 juta anak.Dari hasil studi anak, ditemukan bahwa anak-anak usia
9-15 tahun terlibat dengan berbagai jenis pekerjaan yang berakibat buruk terhadap kesehatan
fisik, mental, emosional dan seks.
Awalnya mereka hanya sekedar membantu orang tua, tetapi kemudian terjebak menjadi pekerja
permanen lalu sering bolos sekolah dan akhirnya putus sekolah.
1.Contoh gambar
2.Contoh gambar