Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Uji Prognosis

Nyeri Neuropati dan Morbiditas psikologi pada Pasien Morbus


Hansen yang Telah Diobati: Studi Prevalensi
Cross-Sectional di Mumbai
Estrella Lasry-Levy, Aki Hietaharju, Vivek Pai, Ramaswamy Ganapati, Andrew S.
C. Rice, Maija Haanpaa, Diana N. J. Lockwood

Plos Neglected Tropical Disease 2011;5(3):1-8


Latar Belakang
Studi mengenai nyeri neuropati pada Morbus Hansen masih tergolong
sedikit. Dalam penelitian ini, penilaian prevalensi dan karakteristik klinik nyeri
neuropati pada pasien setelah pengobatan Morbus Hansen dinilai dengan
menggunakan Kuisioner Douleur Neuropathique 4. Selanjutnya dinilai keterkaitan
antara nyeri neuropati dan morbiditas psikologi.
Metodologi
Pasien dewasa yang telah lengkap menjalani Multy-Drug Therapy (MDT)
yang diikutsertakan dalam penelitian ini berasal dari Bombay Leprosy Clinics.
Pemeriksaan klinik, diagnosa dan nyeri neuropati dilakukan pada semua pasien.
Pasien diwawancarai dan diperiksa untuk melengkapi pertanyaan Kuisioner
Douleur Neuropathique 4 dan 12 item kuisioner General Health Questionnaire
untuk mengidentifikasi nyeri neuropati dan morbiditas psikologi.
Hasil
Dari 101 pasien yang diikutsertakan dalam penelian, 22 orang mengalami
nyeri neuropati. Gejala utama yang dirasakan antara lain, mati rasa (86,4%),
perasaan geli (68,2%), hipoestesi terhadap sentuhan (81,2%) dan nyeri tusuk
(72,7%). Nyeri neuropati berhubungan dengan pembesaran saraf dan nyeri tekan,
nyeri pada lesi kulit dan morbiditas psikologi. Douleur Neuropathique 4 memiliki
sensitivitas sebesar 100 % dan spesifisitas 92 % dalam mendiagnosa nyeri
neuropati. Douleur Neuropathique 4 merupakan alat sederhana untuk menentukan
nyeri neuropati pada pasien Morbus Hansen. Gangguan psikologi dideteksi pada

15

15% pasien dan 41% pasien dengan nyeri neuropati mengalami morbiditas
psikologi.
Resume
Morbus Hansen merupakan penyakit granuloma kronik yang disebabakan
oleh Mycobacterium Leprae yang mengenai kulit dan saraf tepi. Morbus Hansen
masih sering dijumpai pada daerah tropis dan subtropis. Infeksi Mycobacterium
Leprae menyebabkan kerusakan pada saraf yang ditandai dengan pembesaran
saraf, kehilangan sensori dan kelemahan otot. Pengobatan Morbus Hansen adalah
dengan menggunakan multi-drug therapy (MDT) Paucibacillary (PB) dan MB
(Multibcillary) dalam jangka waktu tertentu. Kerusakan saraf terpi yang baru
terjadi dapat diobati dengan steroid, tetapi hanya sekitar 50% kasus yang
mendapat respon baik setelah pengobatan streroid. Terdapat dua tipe reaksi pada
Morbus Hansen yaitu reaksi tipe-1 dan tipe-2 (Eritema Nodosum Leprosum).
Nyeri neuropati adalah nyeri yang timbul secara langsung oleh karena lesi
atau penyakit pada sistem saraf. Nyeri neuropati dapat disebabkan oleh adanya
kerusakan pada sistem saraf perifer atau sentral. Karakteristik dari nyeri neuropati
antara lain adalah nyeri, hipoestesi pada sentuhan, kesemutan, perasaan tersengat
listrik, perasaan tertusuk dan lain-lain. Beberapa studi telah membuktikan bahwa
kecacatan dapat terjadi pada pasien Morbus Hansen. Nyeri neuropati umunya
berhubungan dengan psikologi dan kualitas hidup pada pasien Morbus Hansen,
diantaranya seperti gangguan aktivitas sosial sehari-hari, kecemasan dan depresi.
Morbus Hansen dan nyeri neuropati dapat secara tunggal atau bersamaan
menyebabkan morbiditas psikologi. Pada pasien Morbus Hansen, nyeri neuropati
dapat terjadi secara persisten dan dapat terjadi pada satu lokasi atau lebih.
Douleur

Neuropathique

(DN4)

merupakan

kuisioner

yang

dikembangkan untuk menentukan apakah seseorang mengalami nyeri neuropati


atau tidak. Douleur Neuropathique 4 (DN4) terdiri atas tujuh item yang
berhubungan dengan gambaran nyeri neuropati dan tiga item yang berhubungan
dengan gejala klinis nyeri neuropati. Douleur Neuropathique 4 (DN4) memiliki
sensitivitas sebesar 83% dan spesifitas sebesar 90%.

16

Gangguan mental non psikotik di dalam ICD-9 diartikan sebagai gangguan


berupa tekanan pada seseorang dan perasaan tidak dapat menerima sesuatu.
General Health Questionnaire-12 (GHQ-12) adalah instrumen yang dapat
digunakan untuk menentukan adanya gangguan mental non psikotik pada
seseorang. Terdapat 12 pertanyaan pada General Health Questionnaire-12 (GHQ12), yaitu merupakan pertanyaan yang menanyakan tentang tingkatan kesenangan,
kesedihan, tekanan, ketakutan dan gangguan tidur dalam empat minggu terakhir.
Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional yang bertujuan menilai
prevalensi dan karakteristik nyeri neuropati pada pasien Morbus Hansen yang
telah melengkapi MDT. Sampel penelitian ini adalah pasien dari Bombay Leprosy
Project clinics, Maharashtra, India dari bulan Juli hingga Agustus tahun 2008 dan
berjumlah 101 orang. Setiap pasien yang berusia di atas 16 tahun yang datang ke
klinik dan telah mendapat MDT dimasukkan ke dalam kriteria inklusi. Pasien
sebelumnya sudah didiagnosa sebagai Morbus Hansen apabila terdapat satu dari
tiga tanda berikut; bercak mati rasa, penebalan saraf dan BTA positif. Morbus
Hansen selanjutnya diklasifikasikan sesuai dengan klasifikasi WHO dengan
menilai jumlah lesi dan diklasifikasikan sesuai klasifikasi Ridley-Jopling dengan
menilai Bacterial Index (BI).
Pasien diberikan blank body chart dan selanjutnya pasien diminta untuk
menggambarkan lokasi yang terdapat perasaan nyeri. Sebelumnya semua data
pasien, terkait riwayat kesehatan, diagnosa Morbus Hansen, pengobatan Morbus
Hansen yang telah didapat, reaksi Morbus Hansen (tipe-1 dan tipe-2) dan
penanganan reaksi Morbus Hansen sudah terlebih dahulu dikumpulkan.
Selanjutnya klinisi diminta untuk mewawancarai pasien untuk melengkapi
instrumen Douleur Neuropathique 4 (DN4) dan General Health Questionnaire-12
(GHQ-12) yang sebelumnya telah diterjemahkan ke dalam bahasa india.
Pembesaran saraf dinilai dengan cara palpasi pada nervus auricularis
magna, ulnaris, peroneus lateral dan tibialis posterior dan dinilai apakah
membesar atau tidak. Fungsi motorik dinilai dengan cara menilai fungsi otot yang
dipersarafi oleh nervus fasialis (orbicularis oculi), nervus ulnaris (abduktor digiti
minimi), nervus medianus (otot pollicis) dan nervus peroneus comunis (extensor
hallucis longus). Penilaian sensoris untuk menilai sensasi sentuhan ringan pada

17

area yang dipersarafi nervus ulnaris, medianus dan tibialis posterior. dinilai
dengan menggunakan instrumen berupa Semmes-Weinstein monofilaments (MF).
Penilaian disabilitas dilakukan dengan menggunakan kriteria WHO, yaitu
dengan angka 0, 1, 2. Angka 0 menunjukan bahwa tidak adanya disabilitas,
angka 1 menunjukan adanya kehilangan sensasi pada kaki atau tangan dan
angka 3 menunjukan kecacatan yang jelas berupa deformitas, lagophtamus dan
ulkus di kaki atau tangan.
Douleur Neuropathique 4 (DN4) dan General Health Questionnaire-12
(GHQ-12) diisi dengan cara mewawancarai pasien dan mencatat hasil wawancara
pasien. Pada saat mengisi kuisioner Douleur Neuropathique 4 (DN4), apabila
pasien memiliki gejala, maka area dari gejala tersebut juga harus ditanya dan
dicatat. Bagian yang memerlukan pemeriksaan klinis dilakukan dengan beberapa
variasi, yaitu Penialaian hipoestesia untuk rangsang sentuhan dengan cara
menyentuhkan halus ujung jari secara halus pada bagian yang nyeri dan tidak
nyeri secara bersamaan, sementara untuk menilai hipoestesia untuk rangsang
nyeri tajam dilakukan dengan menggunakan MF 300 gm. Perasaan Alodinia
diperiksa dengan menggunakan kuas pada area yang dianggap nyeri dan dinilai
apakah ada atau tidak. General Health Questionnaire-12 (GHQ-12) dinilai dengan
cara menanyakan apakah terdapat simptom terkait dalam empat minggu terakhir.
Jika pasien menjawab ada, maka ditanyakan penyebab terkait simptom tersebut.
Interpretasi respon jawaban dengan menggunakan skala bimodal, yaitu 0
apabila tidak sama sekali atau seperti biasanya dan 1 apabila lebih dari
biasanya. Total skor dengan jumlah lebih dari 4 menunjukan adanya gangguan.
Database pada penelitian ini disusun dengan microsoft excel dan analisis data
dengan menggunakan Stata 10.1. A x2 test, selanjutnya semua variabel
dibandingkan dengan outcome nyeri neuropati, morbididtas psikologi dan
disabilitas.
Pada hasil penelitian didapatkan adanya 22 pasien yang mengalami nyeri
neuropati dari 101 pasien yang diikutsertakan dalam penelitian. Dari 22 pasien
tersebut, 93 % merupakan pasien Morbus Hansen tipe MB dan 7% merupakan
pasien Morbus Hansen tipe PB. Lima belas pasien dari total pasien mengalami
morbiditas psikologi seperti, ansietas dan depresi oleh karena penyakit Morbus

18

Hansen. Empat puluh satu persen pasien dengan nyeri neuropatik mengalami
morbiditas psikologis. Empat puluh empat pasien (43,6%) mengalami disabilitas,
8 pasien diantaranya (7,9%) merupakan grade 1 dan 36 pasien (35,6%)
merupakan grade 2. Dari 22 pasien dengan nyeri neuropati, 11 pasien (50%)
diantaranya mengalami disabilitas grade 0, 5 pasien (22%) dengan grade 1 dan 6
pasien dengan grade 2. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan kesimpulan
bahwa nyeri neuropati berhubungan secara signifikan dengan morbiditas
psikologi. Pada sisi lain, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara nyeri
neuropati dengan disabilitas.
Terdapat hubungan yang signifikan antara nyeri neuropati dengan
morbiditas

psikologi

menunjukan

bahwa

nyeri

neuropati

tidak

hanya

memperngaruhi gejala fisik, tetapi juga mempengaruhi gejala psikologi. Hasil


penelitian ini juga menekankan pentingnya mengevaluasi status mental dan
keadaan depresi pada pasien Morbus Hansen yang mengalami nyeri neuropati,
terutama dengan menggunakan trisiklik antidepresan yang telah diuji coba untuk
menangangi keadaan depresi pada pasien dengan nyeri neuropati. Nyeri neuropati
merupakan komplikasi kronik akibat adanya kerusakan pada saraf yang
menginervasi area di bagian tubuh. Kerusakan saraf pada tahap awal masih
meberikan kesempatan yang baik untuk memproteksi saraf dari kerusakan yang
lebih lanjut dengan menggunakan kortikosteroid.

19

Anda mungkin juga menyukai