15
15% pasien dan 41% pasien dengan nyeri neuropati mengalami morbiditas
psikologi.
Resume
Morbus Hansen merupakan penyakit granuloma kronik yang disebabakan
oleh Mycobacterium Leprae yang mengenai kulit dan saraf tepi. Morbus Hansen
masih sering dijumpai pada daerah tropis dan subtropis. Infeksi Mycobacterium
Leprae menyebabkan kerusakan pada saraf yang ditandai dengan pembesaran
saraf, kehilangan sensori dan kelemahan otot. Pengobatan Morbus Hansen adalah
dengan menggunakan multi-drug therapy (MDT) Paucibacillary (PB) dan MB
(Multibcillary) dalam jangka waktu tertentu. Kerusakan saraf terpi yang baru
terjadi dapat diobati dengan steroid, tetapi hanya sekitar 50% kasus yang
mendapat respon baik setelah pengobatan streroid. Terdapat dua tipe reaksi pada
Morbus Hansen yaitu reaksi tipe-1 dan tipe-2 (Eritema Nodosum Leprosum).
Nyeri neuropati adalah nyeri yang timbul secara langsung oleh karena lesi
atau penyakit pada sistem saraf. Nyeri neuropati dapat disebabkan oleh adanya
kerusakan pada sistem saraf perifer atau sentral. Karakteristik dari nyeri neuropati
antara lain adalah nyeri, hipoestesi pada sentuhan, kesemutan, perasaan tersengat
listrik, perasaan tertusuk dan lain-lain. Beberapa studi telah membuktikan bahwa
kecacatan dapat terjadi pada pasien Morbus Hansen. Nyeri neuropati umunya
berhubungan dengan psikologi dan kualitas hidup pada pasien Morbus Hansen,
diantaranya seperti gangguan aktivitas sosial sehari-hari, kecemasan dan depresi.
Morbus Hansen dan nyeri neuropati dapat secara tunggal atau bersamaan
menyebabkan morbiditas psikologi. Pada pasien Morbus Hansen, nyeri neuropati
dapat terjadi secara persisten dan dapat terjadi pada satu lokasi atau lebih.
Douleur
Neuropathique
(DN4)
merupakan
kuisioner
yang
16
17
area yang dipersarafi nervus ulnaris, medianus dan tibialis posterior. dinilai
dengan menggunakan instrumen berupa Semmes-Weinstein monofilaments (MF).
Penilaian disabilitas dilakukan dengan menggunakan kriteria WHO, yaitu
dengan angka 0, 1, 2. Angka 0 menunjukan bahwa tidak adanya disabilitas,
angka 1 menunjukan adanya kehilangan sensasi pada kaki atau tangan dan
angka 3 menunjukan kecacatan yang jelas berupa deformitas, lagophtamus dan
ulkus di kaki atau tangan.
Douleur Neuropathique 4 (DN4) dan General Health Questionnaire-12
(GHQ-12) diisi dengan cara mewawancarai pasien dan mencatat hasil wawancara
pasien. Pada saat mengisi kuisioner Douleur Neuropathique 4 (DN4), apabila
pasien memiliki gejala, maka area dari gejala tersebut juga harus ditanya dan
dicatat. Bagian yang memerlukan pemeriksaan klinis dilakukan dengan beberapa
variasi, yaitu Penialaian hipoestesia untuk rangsang sentuhan dengan cara
menyentuhkan halus ujung jari secara halus pada bagian yang nyeri dan tidak
nyeri secara bersamaan, sementara untuk menilai hipoestesia untuk rangsang
nyeri tajam dilakukan dengan menggunakan MF 300 gm. Perasaan Alodinia
diperiksa dengan menggunakan kuas pada area yang dianggap nyeri dan dinilai
apakah ada atau tidak. General Health Questionnaire-12 (GHQ-12) dinilai dengan
cara menanyakan apakah terdapat simptom terkait dalam empat minggu terakhir.
Jika pasien menjawab ada, maka ditanyakan penyebab terkait simptom tersebut.
Interpretasi respon jawaban dengan menggunakan skala bimodal, yaitu 0
apabila tidak sama sekali atau seperti biasanya dan 1 apabila lebih dari
biasanya. Total skor dengan jumlah lebih dari 4 menunjukan adanya gangguan.
Database pada penelitian ini disusun dengan microsoft excel dan analisis data
dengan menggunakan Stata 10.1. A x2 test, selanjutnya semua variabel
dibandingkan dengan outcome nyeri neuropati, morbididtas psikologi dan
disabilitas.
Pada hasil penelitian didapatkan adanya 22 pasien yang mengalami nyeri
neuropati dari 101 pasien yang diikutsertakan dalam penelitian. Dari 22 pasien
tersebut, 93 % merupakan pasien Morbus Hansen tipe MB dan 7% merupakan
pasien Morbus Hansen tipe PB. Lima belas pasien dari total pasien mengalami
morbiditas psikologi seperti, ansietas dan depresi oleh karena penyakit Morbus
18
Hansen. Empat puluh satu persen pasien dengan nyeri neuropatik mengalami
morbiditas psikologis. Empat puluh empat pasien (43,6%) mengalami disabilitas,
8 pasien diantaranya (7,9%) merupakan grade 1 dan 36 pasien (35,6%)
merupakan grade 2. Dari 22 pasien dengan nyeri neuropati, 11 pasien (50%)
diantaranya mengalami disabilitas grade 0, 5 pasien (22%) dengan grade 1 dan 6
pasien dengan grade 2. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan kesimpulan
bahwa nyeri neuropati berhubungan secara signifikan dengan morbiditas
psikologi. Pada sisi lain, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara nyeri
neuropati dengan disabilitas.
Terdapat hubungan yang signifikan antara nyeri neuropati dengan
morbiditas
psikologi
menunjukan
bahwa
nyeri
neuropati
tidak
hanya
19