Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN TRAUMA DADA


Mata Kuliah:
Kegawat Daruratan
Dosen Pembimbing :

Puteri Indah Dwi payanti,S.Kep.,Ns.,M.Kep

Oleh :
Daviq Ayatullah
Shindy Sofyaning Fitra

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


DIAN HUSADA MOJOKERTO
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN 2016
1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, sebab karena berkat rahmat, hidayah
dan inayah-Nya semata kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul :
1. Trauma Dada
Kedua kalinya shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita
Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah menuntun kita semua ke zaman pencerahan lewat
pancaran syafaatnya yang selalu dinantikan setiap insan hingga Yaumul Qiyamah.
Terakhir kalinya tak lupa kami ucapkan beribu terima kasih kepada ibu Puteri Indah Dwi
payanti,S.Kep.,Ns.,M.Kep yang telah memberi bimbingan terhadap kami, sehingga kami dapat
memahami dan sedikit lebih mengerti tentang berbagai materi yang terdapat dalam mata kuliah
ilmu keperawatan . Kami juga menyadari sepenuhnya, bahwa makalah ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan.Untuk itu, besar harapan kami atas kritik dan saran yang bersifat membangun dan
memberi motivasi dalam pengembangan tugas-tugas kami berikutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya
bagi para pembaca yang budiman. Amin...

Mojokerto, 09 Septe 2016

Penyusun,

DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Semakin berkembangnya zaman maka semakin maju pula pola piker manusia misalnya,
manusia dapat menciptakan transportasi yang sangat dibutuhkan oleh manusia dalam melakukan
aktifitas sehari-hari. Tapi selain segi positif timbul pula segi negative misalnya, dengan alat
transportasi yang digunakan untuk beraktifitas dapat menyebabkan kecelakaan, salah satunya
adalah fraktur pada tulang dan dapat pula terjadi trauma pada dada.
Trauma berasal dari bahasa Yunani yang berarti luka. Kata tersebut digunakan untuk
menggambarkan situasi akibat peristiwa yang dialami seseorang. Para psikolog menyatakan
bahwa trauma dalam istilah psikologi berarti suatu benturan atau suatu kejadian yang dialami
seseorang dan meninggalkan bekas. Biasanya bersifat negative dan dalam istilah psikologi
disebut post-traumatic syndrome disorder.
Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang dapat
menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yang disebabkan
oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat menyebabkan keadaan gawat thorax akut. Trauma
thoraks diklasifikasikan dengan tumpul dan tembus. Trauma tumpul merupakan luka atau cedera
yang mengenai rongga thorax yang disebabkan oleh benda tumpul yang sulit diidentifikasi
keluasan kerusakannya karena gejala-gejala umum dan rancu (Brunner & Suddarth, 2002).
Gejala yang dapat dirasakan oleh pasien trauma dada yaitu : Nyeri pada tempat trauma,
bertambah pada saat inspirasi, pembengkakan lokal dan krepitasi yang sangat palpasi, pasien
menahan dadanya dan bernafas pendek, dyspnea, takipnea, takikardi, tekanan darah menurun,
gelisah dan agitas, kemungkinan sianosis, batuk mengeluarkan sputum bercak darah,
hypertympani pada perkusi di atas daerah yang sakit dan ada jelas pada thorak.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan trauma dada?
2. Apa etiologi dari trauma dada?
3. Bagaimana tanda dan gejala dari trauma dada?
4

4. Bagaimana patofisiologitrauma dada?


5. Bagaimana penatalaksanaan kegawardaruratan trauma dada?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien gawat darurat trauma dada?
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Dengan di susunnya makalah ini diharapkan mahasiswa dapat mengerti dan memahami
materi tentang trauma dada, sehingga mahasiswa yang membuat makalah dan mahasiswa yang
membaca makalah ini dapat mengapresiasi dan mengaplikasikan materi tersebut.
2. Tujuan Kusus
a. Melengkapi dan menyelesaikan tugas yang diberikan dosen kepada mahasiswa.
b. Untuk menyampaikan kepada mahasiswa pengertian, penyebab, tanda gejala, penanganan dan
kompilkasi akibat trauma dada.

BAB II
5

PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Trauma toraks merupakan trauma yang mengenai dinding toraks dan atau organ intra
toraks, baik karena trauma tumpul maupun oleh karena trauma tajam. Memahami kinematis dari
trauma akan meningkatkan kemampuan deteksi dan identifikasi awal atas trauma sehingga
penanganannya dapat dilakukan dengan segera(Kukuh, 2002; David, 2005).
Trauma dada adalah trauma tajam atau tembus thoraks yang dapat menyebabkan
tamponade jantung, perdarahan, pneumothoraks, hematothoraks, hematompneumothoraks
(FKUI, 2006).
Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding thorax, baik trauma
atau ruda paksa tajam atau tumpul. (Hudak, 2005).
Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh benturan pada
dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-paru, diafragma ataupun isi
mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul yang dapat menyebabkan gangguan sistem
pernapasan (Suzanne & Smetzler, 2008)
Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang dapat
menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yang disebabkan
oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat menyebabkan keadaan gawat thorax akut. Trauma
thoraks diklasifikasikan dengan tumpul dan tembus. Trauma tumpul merupakan luka atau cedera
yang mengenai rongga thorax yang disebabkan oleh benda tumpul yang sulit diidentifikasi
keluasan kerusakannya karena gejala-gejala umum dan rancu (Brunner & Suddarth, 2006).
Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding thorax, baik trauma
atauruda paksa tajam atau tumpul. (Lap. UPF bedah, 2007).
Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh benturan pada
dinding dada yang mengenai tulangrangka dada, pleura paru-paru, diafragma ataupun isi
mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul yang dapatmenyebabkan gangguan system
pernafasan. Trauma dada adalah masalah utama yang paling sering terjadi pada
bagianemergency. (Jordan RC)
Dari pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Trauma Dada / Thorax adalah
suatu kondisi dimana terjadinya benturan / kecelakaan baik tumpul maupun tajam pada bagian
6

dada atau dinding thorax, yang menyebabkan tidak normalnya (bentuk) pada rangka thorax.
Perubahan bentuk pada thorax akibat trauma dapat menyebabkan gangguan fungsi dan cidera
pada organ bagian dalam rongga thorax seperti jantung dan paru-paru, sehingga dapat terjadi
beberapa kondisi patologis traumatik seperti Haematothorax, Pneumothorax, Tamponade
Jantung, dsb.
2.2 Anatomi
Anatomi Rongga Thoraks
Kerangka dada yang terdiri dari tulang dan tulang rawan, dibatasi oleh :

- Atas

- Depan

: Sternum dan tulang iga.

- Belakang

: 12 ruas tulang belakang (diskus intervertebralis).

- Samping

: Iga-iga beserta otot-otot intercostal.

- Bawah

: Diafragma

: Dasar leher.

Isi :
a. Sebelah kanan dan kiri rongga toraks terisi penuh oleh paru-paru beserta pembungkus
pleuranya.
b. Mediatinum : ruang di dalam rongga dada antara kedua paru-paru. Isinya meliputi jantung dan
pembuluh-pembuluh darah besar, oesophagus, aorta desendens, duktus torasika dan vena kava
superior, saraf vagus dan frenikus serta sejumlah besar kelenjar limfe (Pearce, E.C., 1995).
Kerangka rongga thorax, meruncing pada bagian atas dan berbentuk kerucut terdiri dari
sternum, 12 vertebra thoracalis, 10 pasang iga yang berakhir di anterior dalam segmen tulang
rawan dan 2 pasang yang melayang. Kartilago dari 6 iga memisahkan articulasio dari sternum,
kartilago ketujuh sampai sepuluh berfungsi membentuk tepi kostal sebelum menyambung pada
tepi bawah sternu. Perluasan rongga pleura di atas klavicula dan di atas organ dalam abdomen
penting untuk dievaluasi pada luka tusuk.
Musculus pectoralis mayor dan minor merupakan muskulus utama dinding anterior
thorax. Muskulus latisimus dorsi, trapezius, rhomboideus, dan muskulus gelang bahu lainnya
membentuk lapisan muskulus posterior dinding posterior thorax. Tepi bawah muskulus pectoralis
mayor membentuk lipatan/plika aksilaris posterior.
7

Dada berisi organ vital paru dan jantung, pernafasan berlangsung dengan bantuan gerak
dinding dada. Inspirasi terjadi karena kontraksi otot pernafasan yaitu muskulus interkostalis dan
diafragma, yang menyebabkan rongga dada membesar sehingga udara akan terhisap melalui
trakea dan bronkus.
Pleura adalah membran aktif yang disertai dengan pembuluh darah dan limfatik. disana
terdapat pergerakan cairan, fagositosis debris, menambal kebocoran udara dan kapiler. Pleura
visceralis menutupi paru dan sifatnya sensitif, pleura ini berlanjut sampai ke hilus dan
mediastinum bersama sama dengan pleura parietalis, yang melapisi dinding dalam thorax dan
diafragma. Pleura sedikit melebihi tepi paru pada setiap arah dan sepenuhnya terisi dengan
ekspansi paru paru normal, hanya ruang potensial yang ada.
Diafragma bagian muskular perifer berasal dari bagian bawah iga keenam kartilago kosta,
dari vertebra lumbalis, dan dari lengkung lumbokostal, bagian muskuler melengkung membentuk
tendo sentral. Nervus frenikus mempersarafi motorik dari interkostal bawah mempersarafi
sensorik. Diafragma yang naik setinggi putting susu, turut berperan dalam ventilasi paru paru
selama respirasi biasa / tenang sekitar 75%.
2.3 Etioligi
Trauma pada toraks dapat dibagi 2 yaitu oleh karena trauma tumpul dan trauma tajam.
Penyebab trauma toraks tersering adalah oleh karena kecelakaan kendaraan bermotor (63-78%).
Dalam trauma akibat kecelakaan, ada lima jenis tabrakan (impact) yang berbeda, yaitu
depan, samping, belakang, berputar dan terguling. Oleh karena itu harus dipertimbangkan untuk
mendapatkan riwayat yang lengkap karena setiap orang memiliki pola trauma yang berbeda.
Penyebab

trauma

toraks

oleh

karena

trauma

tajam

dibedakan

menjadi

3,

berdasarkantingkat energinya yaitu:


Trauma tusuk atau tembak dengan energi rendah, berenergi sedang dengan kecepatan kurang dari
1500 kaki per detik (seperti pistol) dan trauma toraks oleh karena proyektil berenergi tinggi
(senjata militer) dengan kecepatan melebihi 3000 kaki per detik.
Penyebab trauma toraks yang lain oleh karena adanya tekanan yang berlebihan pada
paru-paru bisa menimbulkan pecah atau pneumotoraks (seperti pada scuba) (David.A, 2005;
Sjamsoehidajat, 2003).

a. Tamponade jantung : disebabkan luka tusuk dada yang tembus ke mediastinum/daerah


jantung.
b. Hematotoraks : disebabkan luka tembus toraks oleh benda tajam, traumatik atau spontan.
c. Pneumothoraks : spontan (bula yang pecah) ; trauma (penyedotan luka rongga dada) ;
iatrogenik (pleural tap, biopsi paru-paru, insersi CVP, ventilasi dengan tekanan positif)
tusukan paru dengan prosedur invasif.
d. Kontusio paru cedera tumpul dada akibat kecelakaan kendaraan atau tertimpa benda
berat.
e. Fraktur tulang iga
f. Tindakan medis (operasi) (FKUI, 2005).
2.4 Klasifikasi Trauma Dada
Trauma dada dikalsifikasikan menjadi dua jenis, yaitu :
1. Trauma tajam
Trauma tajam adalah penerobosan suatu benda dari permukaan luar kepermukaan dalam.
Cedera penetrasi ( mis pneumotoraks terbuka, hemotoraks, cedera trakheobronkhial, kontusio
pulmonal, ruptur diafragma) mengganggu integritas dinding dada dan mengakibatkan perubahan
dalam tekanan intratoraks.
2. Trauma Tumpul
Trauma tumpul ( non penetrasi ) (misal pneumotoraks tertutup, pneumotoraks tensi,
cedera trakheobonkhial, flail chest, ruptur diafragma, cedera mediastinal, fraktur rusuk ) merusak
struktur di dalam rongga dada tanpa mengganggu integritas dinding dada.

2.5 Patofisiologi
Akibat trauma

toraks, ada tiga komponen biomekanika yang dapat menerangkan

terjadinya luka yaitu kompresi, peregangan dan stres. Kompresi terjadi ketika jaringan kulit
yang terbentuk tertekan, peregangan terjadi ketika jaringan kulit terpisah dan stress merupakan
9

tempat benturan pada jaringan kulit yang bergerak berhubungan dengan jaringan kulit yang tidak
bergerak. Kerusakan anatomiyang terjadi akibat trauma dapat ringan sampai berat tergantung
besarkecilnya gaya penyebab terjadinya trauma. Kerusakan anatomi yang ringan berupa jejas
pada dinding toraks, fraktur kosta simpel. Sedangkan kerusakan anatomi yang lebih berat berupa
fraktur kosta multiple dengan komplikasi, pneumotoraks, hematotoraks dan kontusioparu.
Trauma yang lebih berat menyebabkan perobekan pembuluh darah besar dan trauma langsung
pada jantung (ATLS, 2004; Kukuh, 2002).
Akibat kerusakan anatomi dinding toraks dan organdidalamnya dapat menganggu fungsi
fisiologi dari sistem pernafasan dan sistem kardiovaskuler. Gangguan sistem pernafasan dan
kardiovaskuler dapat ringan sampai berat tergantung kerusakan anatominya. Gangguan faal
pernafasan dapat berupa gangguan fungsi ventilasi, difusi gas, perfusi dan gangguan
mekanik/alat pernafasan. Salah satu penyebab kematian pada trauma toraks adalahgangguan faal
jantung dan pembuluh darah(ATLS, 2007; Kukuh, 2006; David.A,2005).

2.6 Manifestasi kilnis


1. Tamponade jantung :Trauma tajam didaerah perikardium atau yang diperkirakan menembus
jantung.
a. Gelisah
10

b. Pucat, keringat dingin


c. Peningkatan TVJ (tekanan vena jugularis)
d. Pekak jantung melebar
e. Bunyi jantung melemah
f. Terdapat tanda-tanda paradoxical pulse pressure
g. ECG terdapat low voltage seluruh lead
h. Perikardiosentesis keluar darah (FKUI, 1995).
2. Hematotoraks :
a. Denyut jantung cepat
b. Kecemasan
c. Gelisah
d. Kelelahan
e. Kulit yang dingin dan berkeringat
f. Kulit yang pucat
g. Terasa sakit di dada
h. Sesak nafas (FKUI, 1995).
3. Pneumothoraks :
a. Nyeri dada mendadak dan sesak napas
b. Gagal pernapasan dengan sianosis
c. Kolaps sirkulasi
d. Dada atau sisi yang terkena lebih resonan pada perkusi dan suara napas yang terdengar jauh
atau tidak terdengar sama sekali. pada auskultasi terdengar bunyi klik (Ovedoff, 2002).
e. Jarang terdapat luka rongga dada, walaupun terdapat luka internal hebat seperti aorta yang
ruptur. Luka tikaman dapat penetrasi melewati diafragma dan menimbulkan luka intra-abdominal
(Mowschenson, 1990).
2.7 Komplikasi
1. Surgical Emfisema Subcutis

11

Kerusakan pada paru dan pleura oleh ujung patahan iga yang tajam memungkinkan
keluarnya udara ke dalam cavitas pleura dari jaringan dinding dada, paru. Tanda-tanda khas:
pembengkakan kaki, krepitasi.
2. Cedera Vaskuler
Di antaranya adalah cedera pada perikardium dapat membuat kantong tertutup sehingga
menyulitkan jantung untuk mengembang dan menampung darah vena yang kembali. Pembulu
vena leher akan mengembung dan denyut nadi cepat serta lemah yang akhirnya membawa
kematian akibat penekanan pada jantung.
3. Pneumothorak
Adanya udara dalam kavum pleura. Begitu udara masuk ke dalam tapi keluar lagi
sehingga volume pneumothorak meningkat dan mendorong mediastinim menekan paru sisi lain
4. Pleura Effusion
Adanya udara, cairan, darah dalam kavum pleura, sama dengan efusi pleura yaitu sesak
nafas pada waktu bergerak atau istirahat tetapi nyeri dada lebih mencolok. Bila kejadian
mendadak maka pasien akan syok. Akibat adanya cairan udara dan darah yang berlebihan dalam
rongga pleura maka terjadi tanda tanda :
-

Dypsnea sewaktu bergerak/ kalau efusinya luas pada waktu istirahatpun bisa terjadi
dypsnea.

Sedikit nyeri pada dada ketika bernafas.

Gerakan pada sisi yang sakit sedikit berkurang.

Dapat terjadi pyrexia (peningkatan suhu badan di atas normal).

Plail Chest Pada trauma yang hebat dapat terjadi multiple fraktur iga dan bagian tersebut.
Pada saat insprirasi bagian tersebut masuk sedangkan saat ekspirasi keluar, ini
menunjukan adanya paroxicqalmution (gerakan pernafasan yang berlawanan)

5. Hemopneumothorak
Yaitu penimbunan udara dan darah pada kavum pleura.

12

Dan ada diantaranya yaitu :


a. Iga : fraktur multiple dapat menyebabkan kelumpuhan rongga dada
b. Pleura, paru-paru, bronkhi : hemo/hemopneumothoraks-emfisema pembedahan.
c. Jantung : tamponade jantung ; ruptur jantung ; ruptur otot papilar ; ruptur klep jantung.
d. Pembuluh darah besar : hematothoraks.
e. Esofagus : mediastinitis
f. Diafragma : herniasi visera dan perlukaan hati, limpa dan ginjal (Mowschenson, 1990).
2.8 Initial Assessment Dan Pengelolaan
1. Pengelolaan penderita terdiri dari :
a. Primary survey. Yaitu dilakukan pada trauma yang mengancam jiwa, pertolongan ini
dimulai dengan airway, breathing, dan circulation.
b. Resusitasi fungsi vital.
c. Secondary survey yang terinci.
d. Perawatan definitif.
2. Karena hipoksia adalah masalah yang sangat serius pada Trauma thorax, intervensi dini perlu
dilakukan untuk pencegahan dan mengoreksinya.
3. Trauma yang bersifat mengancam nyawa secara langsung dilakukan terapi secepat dan
sesederhana mungkin.
4. Kebanyakan kasus Trauma thorax yang mengancam nyawa diterapi dengan mengontrol airway
atau melakukan pemasangan selang thorax atau dekompresi thorax dengan jarum.
5. Secondary survey membutuhkan riwayat trauma dan kewaspadaan yang tinggi terhadap
adanya trauma trauma yang bersifat khusus.

2.9 Penatalaksanaan
1. Bullow Drainage / WSD
13

Pada trauma toraks, WSD dapat berarti :


a. Diagnostik :
Menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau kecil, sehingga dapat ditentukan
perlu operasi torakotomi atau tidak, sebelum penderita jatuh dalam shock.
b. Terapi :
Mengeluarkan darah atau udara yang terkumpul di rongga pleura. Mengembalikan
tekanan rongga pleura sehingga "mechanis of breathing" dapat kembali seperti yang
seharusnya.
c. Preventive :
Mengeluarkan udaran atau darah yang masuk ke rongga pleura sehingga "mechanis of
breathing" tetap baik.
2. Perawatan WSD dan pedoman latihanya :
a. Mencegah infeksi di bagian masuknya slang. Mendeteksi di bagian dimana masuknya slang,
dan pengganti verband 2 hari sekali, dan perlu diperhatikan agar kain kassa yang menutup bagian
masuknya slang dan tube tidak boleh dikotori waktu menyeka tubuh pasien.
b. Mengurangi rasa sakit dibagian masuknya slang. Untuk rasa sakit yang hebat akan diberi
analgetik oleh dokter.
c. Dalam perawatan yang harus diperhatikan :
-

Penetapan slang.
Slang diatur se-nyaman mungkin, sehingga slang yang dimasukkan tidak terganggu
dengan bergeraknya pasien, sehingga rasa sakit di bagian masuknya slang dapat
dikurangi.

Pergantian posisi badan.


Usahakan agar pasien dapat merasa enak dengan memasang bantal kecil dibelakang, atau
memberi tahanan pada slang, melakukan pernapasan perut, merubah posisi tubuh sambil
mengangkat badan, atau menaruh bantal di bawah lengan atas yang cedera.

d. Mendorong berkembangnya paru-paru.


-

Dengan WSD/Bullow drainage diharapkan paru mengembang.


14

Latihan napas dalam.

Latihan batuk yang efisien : batuk dengan posisi duduk, jangan batuk waktu slang
diklem.

Kontrol dengan pemeriksaan fisik dan radiologi.

e. Perhatikan keadaan dan banyaknya cairan suction. Perdarahan dalam 24 jam setelah operasi
umumnya 500 - 800 cc. Jika perdarahan dalam 1 jam melebihi 3 cc/kg/jam, harus dilakukan
torakotomi. Jika banyaknya hisapan bertambah/berkurang, perhatikan juga secara bersamaan
keadaan pernapasan.
f. Suction harus berjalan efektif :
Perhatikan setiap 15 - 20 menit selama 1 - 2 jam setelah operasi dan setiap 1 - 2 jam selama 24
jam setelah operasi.
-

Perhatikan banyaknya cairan, keadaan cairan, keluhan pasien, warna muka, keadaan
pernapasan, denyut nadi, tekanan darah.

Perlu sering dicek, apakah tekanan negative tetap sesuai petunjuk jika suction kurang
baik, coba merubah posisi pasien dari terlentang, ke 1/2 terlentang atau 1/2 duduk ke
posisi miring bagian operasi di bawah atau di cari penyababnya misal : slang tersumbat
oleh gangguan darah, slang bengkok atau alat rusak, atau lubang slang tertutup oleh
karena perlekatanan di dinding paru-paru.

g. Perawatan "slang" dan botol WSD/ Bullow drainage.


-

Cairan dalam botol WSD diganti setiap hari , diukur berapa cairan yang keluar kalau ada
dicatat.

Setiap hendak mengganti botol dicatat pertambahan cairan dan adanya gelembung udara
yang keluar dari bullow drainage.

Penggantian botol harus "tertutup" untuk mencegah udara masuk yaitu meng"klem" slang
pada dua tempat dengan kocher.

Setiap penggantian botol/slang harus memperhatikan sterilitas botol dan slang harus tetap
steril.

Penggantian harus juga memperhatikan keselamatan kerja diri- sendiri, dengan memakai
sarung tangan.

Cegah bahaya yang menggangu tekanan negatip dalam rongga dada, misal : slang
terlepas, botol terjatuh karena kesalahan dll.
15

h. Dinyatakan berhasil, bila :


-

Paru sudah mengembang penuh pada pemeriksaan fisik dan radiologi.

Darah cairan tidak keluar dari WSD / Bullow drainage.

Tidak ada pus dari selang WSD.

3. Therapy
a. Chest tube / drainase udara (pneumothorax).
b. WSD (hematotoraks).
c. Pungsi.
d. Torakotomi.
e. Pemberian oksigen.
f. Antibiotika.
g. Analgetika.
h. Expectorant

16

Anda mungkin juga menyukai