Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN

KEPERAWATAN PERIOPERATIF
PADA PASIEN KATARAK

Oleh :
Ni Ketut Ayu Wiratni
P07120213032
DIV REGULER

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR


JURUSAN KEPERAWATAN
DENPASAR
2016

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF


PADA PASIEN KATARAK
Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Katarak adalah terjadinya opasitas dari lensa kristalina yang seharusnya
jernih (Smeltzer,2001) atau dapat dikatakan katarak adalah proses pengaburan
pada lensa. (Pearce,1999) katarak senilis adalah katarak yang terjadi pada usia
lanjut
Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau
kapsul lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang
lebih dari 65 tahun (Marilynn Doengoes, dkk. 2000).
Katarak adalah keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat keduaduanya.Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif.(kapita selekta. jilid
satu.2001)
Katarak adalah opasitas lensa atau kekeruhan lensa. Katarak dapat terjadi di
satu atau kedua mata dan pada setiap kelompok usia. Gangguan visual bergantung
pada ukuran, densitas, dan lokasi dalam lensa. Lebih dari satu jenis katarak dapat
terjadi pada satu mata. (Brunner & Suddarth. 2013).
2. Penyebab/Faktor Predisposisi
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya
usia seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun
keatas. Akan tetapi, katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi
virus pada saat hamil muda. Duke Elder mencoba membuat ikhtisar dari
penyebab-penyebab yang dapat menimbulkan katarak sebagai berikut. :
a. Sebab-sebab biologik : (a) Karena usia tua. Seperti juga pada seluruh makhluk
hidup maka lensa pun mengalami proses tua dimana dalam keadaan ini ia
menjadi katarak. (b) Pengaruh genetik. Pengaruh genetik dikatakan
berhubungan dengan proses degenerasi yang timbul pada lensa.
b. Sebab-sebab imunologik : Badan manusia mempunyai kemampuan
membentuk antibodi spesifik terhadap salah satu dari protein-protein lensa.
Oleh sebab-sebab tertentu dapat terjadi sensitisasi secara tidak disengaja oleh
protein lensa yang menyebabkan terbentuknya antibodi tersebut. Bila hal ini
terjadi maka dapat menimbulkan katarak.

c. Sebab-sebab fungsional : Akomodasi yang sangat kuat (memforsir mata)


mempunyai efek yang buruk terhadap serabut-serabut lensa dan cenderung
memudahkan terjadinya kekeruhan pada lensa. Ini dapat terlihat pada keadaankeadaan seperti intoksikasi ergot, keadaan tetani dan aparathyroidisme.
d. Gangguan yang bersifat lokal terhadap lensa : Dapat berupa (a) Gangguan
nutrisi pada lensa, (b) Gangguan permeabilitas kapsul lensa, (c) Efek radiasi
dari cahaya matahari.
e. Gangguan metabolisme umum : defisiensi vitamin dan gangguan endokrin
dapat menyebabkan katarak misalnya seperti pada penyakit diabetes melitus
atau hyperparathyroidea.
Penyebab katarak lainnya meliputi :
a.

Penyebab paling banyak adalah akibat proses lanjut usia/ degenerasi,

yang mengakibatkan lensa mata menjadi keras dan keruh (Katarak Senilis)
b.
Dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok, sinar ultraviolet,
alkohol, kurang vitamin E,radang menahun dalam bola mata, polusi asap
c.

motor/pabrik karena mengandung timbal


Cedera mata, misalnya pukulan keras, tusukan benda, panas yang

d.

tinggi, bahan kimia yang merusak lensa (Katarak Traumatik)


Peradangan/infeksi pada saat hamil, penyakit yang diturunkan

(Katarak Kongenital)
e.
Penyakit infeksi tertentu dan penyakit metabolik misalnya diabetes
f.

mellitus (Katarak komplikata)


Obat-obat tertentu

g.

klorpromazin, ergotamine, pilokarpin)


Faktor-faktor lainya yang belum diketahui.

3.

(misalnya

kortikosteroid,

klorokuin

Pohon masalah
Terlampir
4.
Klasifikasi
Berdasarkan pada usia, katarak dapat diklasifikasikan menjadi 3 (Ilyas, 2005), yaitu :
1. Katarak congenital, katarak yang sudah terlihat pada usia < 1 tahun.
2. Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun
3. Katarak senilis, katarak pada usia lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun
Katarak senilis sendiri digolongkan menjadi 4 jenis, yaitu ;
a. Katarak insipien
Pada stadium ini, proses degenerasi belum menyerap cairan sehingga bilik mata
depan memiliki kedalaman proses.

b. Katarak immatur yaitu keadaan dimana lensa masih memiliki bagian yang jernih.
Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat meningkatnya
tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif
c. Katarak matur yaitu dimana lensa mata sudah menjadi keruh secara keseluruhan
d. Katarak hipermatur yaitu dimana ada bagian permukaan yang sudah merembes
melalui kapsul lensa dan dapat mengakibatkan peradangan pada bagian mata
lainnya.
5.

Gejala Klinis
Gejala subjektif antara lain :
1. Mengeluh penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional
yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan.
2. Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari
Gejala objektif biasanya antara lain :
1. Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak
dengan oftalmoskop.
2. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih. Pengelihatan
seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan akan bertambah putih.
3. Dalam jangka waktu tertentu katarak mengakibatkan pupil akan tampak benarbenar putih , sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif.
Gejala umum gangguan katarak meliputi :
1. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
2. Gangguan penglihatan bisa berupa :
a. Peka terhadap sinar atau cahaya.
b. Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
c. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
d. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
e. Kesulitan melihat pada malam hari.
f. Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya terasa menyilaukan mata.
g. Penurunan ketajaman penglihatan (bahkan pada siang hari).

6.

Pemeriksaan Diagnostik/ Penunjang


a. Pemeriksaan Pokok
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada penderita katarak adalah sebagai
berikut :
1. Kartu mata snellen atau mesin telebinokuler
Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, akueus atau vitreus
humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina
2. Pengukuran Tonografi = TIO (10-22.6 mmHg)
3. Oftalmoskopi = mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik,
papiledema, perdarahan

4. Keratometri = pengukuran kelengkungan lensa


5. Pemeriksaan lampu slit
6. A-scan ultrasound (echography)
7. Penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi & implantasi
8. USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak.
b. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah lengkap, laju sedimentasi (LED) : menunjukan anemia

7.

sistemik atau infeksi


2. Test toleransi glukosa atau FBS : menentukan control diabetes.
Penatalaksanaan Medis
a. Secara Medis
Solusi untuk menyembuhkan penyakit katarak secara medis umumnya dengan
jalan operasi. Penilaian bedah didasarkan pada lokasi,ukuran dan kepadatan
katarak. Katarak akan dibedah bila sudah terlalu luas mengenai bagian dari lensa
mata atau katarak total. Lapisan mata diangkat dan diganti lensa buatan (lensa
intraokuler).
Pembedahan katarak bertujuan untuk mengeluarkan lensa yang keruh. Lensa
dapat dikeluarkan dengan pinset atau batang kecil yang dibekukan. Kadangkadang dilakukan dengan menghancurkan lensa dan mengisap keluar. Adapun
tekhnik yang digunakan pada operasi katarak adalah :
1) Phacoemulsification (Phaco)
Teknologi Phacoemulsification adalah sebuah operasi pengangkatan katarak
modern yang dijalankan dengan menggunakan bius lokal atau menggunakan
tetes mata anti nyeri pada kornea (selaput bening mata). Terkini ini hanya
dengan melakukan sayatan (3mm) pada kornea. Dengan teknik phaco lensa
mata yang keruh dihancurkan (emulsifikasi) kemudian disedot (fakum) dan
diganti dengan lensa buatan yang telah diukur kekuatan lensanya serta ditanam
secara permanen.
Luka hasil sayatan pada kornea kadang tidak memerlukan penjahitan, sehingga
pemulihan penglihatan segera dapat dirasakan. Teknik fakoemulsifikasi
memakan waktu 20-30 menit.
2) Small Incision Catarac Sustruction (SICS)
Teknik operasi katarak dengan menggunakan metode SICS memerlukan dua
sayatan kecil di sisi bola mata, lalu melepas lensa mata keruh dan
memasangkan lensa intraokular buatan.
3) Ekstra Kapsuler

Teknik ini diperlukan sayatan kornea lebih panjang, agar dapat mengeluarkan
inti lensa secara utuh, kemudian sisa lensa dilakukan aspirasi. Lensa mata yang
telah diambil digantikan dengan lensa tanam permanent. Diakhiri dengan
menutup luka dengan beberapa jahitan.
4) Ekstra Capsular Catarak Ekstraktie (ECCE)
Mengeluarkan lensa dengan merobek kapsul bagian anterior dan meninggalkan
kapsul bagian posterior. Korteks dan nucleus diangkat, kapsul posterior
ditinggalkan untuk mencegah prolaps vitreus, melindungi retina dari sinar
ultraviolet dan memberikan sokongan untuk implantasi lensa intra okuler.
5) Intra Capsular Catarak Ekstraktie (ICCE)
Lensa diangkat seluruhnya. Keuntungannya prosedur mudah dilakukan.
Kerugiannya mata berisiko mengalami retinal detachment (lepasnya retina)
b. Terapi
Obat tetes mata dapat digunakan sebagai terapi pengobatan. Ini dapat diberikan
pada pasien dengan katarak yang belum begitu keparahan. Senyawa aktif dalam
obat tetes mata dari keben yang bertanggung jawab terhadap penyembuhan
penyakit katarak adalah saponin.
Saponin ini memiliki efek meningkatkan aktifitas proteasome yaitu protein yang
mampu mendegradasi berbagai jenis protein menjadi polipeptida pendek dan
asam amino. Karena aktivitas inilah lapisan protein yang menutupi lensa mata
penderita katarak secara bertahap diicuci sehingga lepas dari lensa dan keluar
dari mata berupa cairan kental berwarna putih kekuningan. Untuk pencegahan
penyakit katarak dianjurkan untuk banyak mengkonsumsi buah-buahan yang
banyak mengandung vit.C,vit.A,dan vit.E.
8.

Komplikasi
Komplikasi yang sering timbul akibat katarak adalah:
Glaukoma. Sebuah katarak senilis, yang terjadi pada usia lanjut, pertama kali akan
terjadi keburaman dalam lensa, kemudian pembengkakan lensa dan penyusutan
akhir dengan kehilangan transparasi seluruhnya. Selain itu, seiring waktu lapisan
luar katarak akan mencair dan membentuk cairan putih susu, yang dapat
menyebabkan peradangan berat jika pecah kapsul lensa dan terjadi kebocoran. bila
tidak diobati, katarak dapat menyebabkan glaukoma.
Ada beberapa fase dari katarak yang bisa menimbulkan glaukoma, yaitu:
1. Phocomorpic Glaucoma

Lensa lebih besar karena menyarap air sehingga pada orang dengan
predisposes itertentu akan menyebabkan bilik matanya menjadi dangkal dan
jaringan trabekulum bisa tertutup akibat irisnya maju. Bisa menimbulkan
glaucoma sekunder sudut tertutup. Glaukomanya mirip dengan glaukoma akut,
tapi glaukomanya sekunder.
2. Phacolytic Glaucoma
Terjadi pada katarak hipermatur di mana protein lensa keluar dari kapsul, bisa
ke bilik mata depan dan menyumbat trabekulum sehingga menyebabkan
tekanan intraokular meningkat. Pada kasus ini glaukomanya sudut terbuka,
tetapi tersumbat oleh protein-protein lensa.
3. Phacotoxic Glaucoma
Lensa sudah keriput sehingga bisa maju ke depan atau ke belakang. Kalau
lebih ke arah anterior maka keadaan ini bisa menyebabkan blokade pupil yang
bias menyebabkan glaukoma sekunder sudut tertutup.
Uveitis
Protein lensa keluar dan dianggap benda asing, sehingga tubuh berusaha
menghancurkannya. Keadaan ini menimbulkan reaksi uveitis
Subluksasi dan Dislokasi lensa
Terjadi pada stadium hipermatur, di mana pada stadium ini zonulnya
menjadi kaku dan rapuh sehingga bisa lepas dari lensa. Lensa bisa
subluksasi atau dislokasi
Komplikasi pembedahan katarak
1.
Hilangnya vitreous. Jika kapsul posterior mengalami
kerusakan selama operasi maka gel vitreous dapat masuk ke dalam bilik anterior,
yang merupakan risiko terjadinya glaukoma atau traksi pada retina. Keadaan ini
membutuhkan pengangkatan dengan satu instrumen yang mengaspirasi dan
mengeksisi gel (vitrektomi). Pemasangan lensa intraokular sesegera mungkin
2.

tidak bisa dilakukan pada kondisi ini.


Prolaps iris. Iris dapat mengalami protrusi melalui insisi
bedah pada periode pascaoperasi dini. Terlihat sebagai daerah berwarna gelap
pada lokasi insisi. Pupil mengalami distorsi. Keadaan ini membutuhkan perbaikan

3.

segera dengan pembedahan.


Endoftalmitis. Komplikasi infektif ekstraksi katarak yang
serius namun jarang terjadi (kurang dari 0,3%). Pasien datang dengan:
a. mata merah yang terasa nyeri
b. penurunan tajam penglihatan, biasanya dalam beberapa hari setelah
pembedahan

c. pengumpulan sel darah putih di bilik anterior (hipopion).


d. Pasien membutuhkan penilaian mata segera, pengambilan sampel akueous dan
vitreous untuk analisis mikrobiologi, dan terapi dengan antibiotik intravitreal,
4.

topikal, dan sistemik.


Astigmatisnne

pascaoperasi.

Mungkin

diperlukan

pengangkatan jahitan kornea untuk mengurangi astigmatisme kornea. Ini


dilakukan sebelum melakukan pengekuran kacamata baru namun setelah luka
insisi sembuh dan tetes mata steroid dihentikan. Kelengkungan kornea yang
berlebih dapat terjadi pada garis jahitan bila jahitan terlalu erat. Pengangkatan
jahitan biasanya menyelesaikan masalah ini dan bisa dilakukan dengan mudah di
klinik dengan anestesi lokal, dengan pasien duduk di depan slit lamp. Jahitan yang
longgar harus diangkat untuk mencegah infeksi namun rnungkin diperlukan
penjahitan

kembali

jika

penyembuhan

lokasi

insisi

tidak

sempurna.

Fakoemulsifikasi tanpa jahitan melalui insisi yang kecil rnenghindarkan


komplikasi ini. Selain itu, penempatan luka memungkinkan koreksi astigmatisme
5.

yang telah ada sebelurnnya.


Edema makular sistoid. Makula menjadi edema setelah
pembedahan, terutama bile disertai hilangnya vitreous. Dapat sembuh seiring

6.

waktu namun dapat menyebabkan penurunan tajam penglihatan yang berat.


Ablasio retina. Teknk-teknik modern dalam ekstraksi
katarak dihubungkan dengan rendahnya tingkat kornplikasi ini. Tingkat

komplikasi ini bertambah bila terdapat kehilangan vitreous.


7.
Opasifikasi kapsul posterior. Pada sekitar 20% pasien,
kejernihanan kapsul posterior berkurang pada beberapa bulan setelah pembedahan
ketika sel epitel residu bermigrasi melalui permukaannya. Penglihatan menjadi
kabur dan mungkin didapatkan rasa silau. Dapat dibuat satu lubang kecil pada
kapsul dengan laser (neodymium yttrium (ndYAG) laser) sebagai prosedur klinis
rawat jalan. Terdapat risiko kecil edema makular sistoid atau terlepasnya retina
setelah kapsulotomi YAG. Penelitian yang ditujukan pada pengurangan
komplikasi ini menunjukkan bahwa bahan yang digunakan untuk membuat lens,
bentuk tepi lens. dan tumpang tindih lensa intraokular dengan sebagian kecil
cincin kapsul anterior penting dalarn mencegah opasifikasi kapsul posterior.
8.
Jika jahitan nilon dada tidak diangkat setelah pembedahan
maka jahitan dapat lepas dalam beberapa bulan atau tahun setelah pembedahan

dan mengakibatkan iritasi atau infeksi. Gejala hilang dengan pengangkatan


jahitan.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


PADA KLIEN DENGAN KATARAK
A.

Pengkajian Keperawatan
1. Ketajaman Penglihatan
Cara termudah mengkaji penglihataan jarak dekat adalah dengan meminta
klien membaca materi yang dicetak dibawah pencahayaan yang adekuat. Jika
klien memakai kacamata, kacamata dipakai saat pemeriksaan.
Pemeriksaan penglihatan jarak jauh dengan menggunakan snellen chart.
Klien diminta duduk atau berdiri 6m dari snellen chart untuk membaca semua
huruf dimulai dari garis mana saja, pertama dengan kedua mata terbuka kemudian
denggan satu mata tertutup dan minta klien tidak menekan mata. Skor ketajaman
penglihatan dicatat untuk setiap mata dan kedua mata. Mata normal dapat
membaca bagan dengan perbandingan 20/20.
2. Gerakan Ekstraokuler
Meminta klien untuk menatap kekiri dan kekanan,atau minta klien duduk dan
perawat mengangkat jari pada jarak (15-30 cm) lalu pasien mengikuti gerakan jari
hanya dengan mata.
3. Lapang Pandang
Pada saat seseorang memandang lurus kedepan,semua benda dibagian tepi
normalnya dapat terlihat tanpa mata bergerak mengikuti benda (pandangan lurus).
4. Stuktur Mata Ekstre
a. Posisi dan kesejajaran mata
1) Adakah tonjolan (eksoftalamus)
2) Tumor atau inflamasi
b. Alis
1) Simetris
2) Distribusi rambut
c. Kelopak mata
Posisi, warna, kondisi permukaan,kondisi dan arah bulu mata, kemampuan
klien untuk meembuka,menutup dan berkedip.
d. Aparatus Laktrimal
1) Inspeksi : adanya edema atau kemerahan
2) Palpasi : normalnya tidak teraba
e. Konjungtiva dan sclera

1) Konjungtiva : kemerahan
2) Sclera : putih
f. Kornea
Bagian mata yang transparan,tidak berwarna,menutupi pupil dan iris
g. Pupil dan iris
1) Pupil normal : hitam,bulat,regular,sama ukurannya
2) Iris : jernih
5. Struktur Interna Mata
Bagian interna mata tidak dapat diobservasi tanpa bantuan alat untuk menerangi
struktur strukturnya yaitu oftalmoskop,digunakan untuk menginspeksi fundus
yang mencakup retina, koroid, discus saraf optikus,macula,fovea sentralis,dan
pembuluh retina.
Data Fokus
a. Katarak Pre Operasi
Data
DS :
Klien mengeluh
pandangan

kabur

selama 1 tahun yang


lalu
DO :
a. Nampak

Masalah Keperawatan
Gangguan
Persepsi
Sensori Penglihatan

Kekeruhan pada lensa

Penurunan ketajaman

kekeruhan

pada lensa
b. Hasil
pemeriksaan
visus
- VOD

Penyebab
Katarak

Gangguan sensori-

6/12
- VOS

visual

persepsi

6/7,5
c. Pupil tampak putih
d.Menurunnya
ketajaman/ gangguan
penglihatan
e. Visus

menurun

dari

normal (normal visus


20/20)
DS :

Katarak

Ansietas

Klien

mengatakan

apakah penglihatannya

Perubahan status

akan kembali seperti

kesehatan

semula setelah operasi


DO :
- Klien nampak gelisah
Klien
nampak
-

khawatir
Klien nampak takut
terhadap hasil operasi
yang

tidak

Hospitalisasi

Koping in efektif

Klien cemas

sesuai

keinginannya
1.
DS :
- Klien tampak berhatihati saat berjalan
Klien
mengatakan
pernah

terbentur

akibat

meja

penglihatannya

yang kabur
DO :
-Adanya kekeruhan pada
lensa
Hasil

pemeriksaan

Katarak

Risiko cedera

Gangguan penerimaan
sensori

Penurunan ketajaman
penglihatan

Risiko cedera

visus
:

VOD

: 6/12
VOS

6/7,5

b. Katarak Post Operasi


Data
DS :
- Klien mengatakan
sakit pada mata yang

Penyebab
Katarak

Tindakan pembedahan

Masalah Keperawatan
Nyeri akut

telah dioperasi
DO :
- Klien nampak

kontinuitas jaringan

Pengeluaran mediator

merintih
- Klien nampak

kimiawi bradikinin,

melindungi bagian

serotonin, prostaglandin

mata yang sakit


Pengkajian Nyeri :
a. P
: Post

reseptor nyeri syaraf

Operasi
b. Q : Nyeri

bebas

seperti

tertusuk
c. R : Mata
Kanan
d. S
:

Stimulasi ditangkap oleh

Thalamus sebagai pusat


sensori otak

Dihantarkan ke korteks

(Scale 0 10)
e. T :

cerebri di mana intensitas

Kadang-

lokasi nyeri

kadang

ditentukan

Nyeri dipersepsikan

DS: -

Katarak

DO:

Tampak luka insisi


pada

mata

yang

ditutupi verband

Risiko tinggi
terhadap infeksi

Tindakan pembedahan

Adanya luka insisi

Invasi kuman/bakteri

Proses peradangan

Risiko infeksi

Faktor resiko : Operasi

Operasi ECCE + IOL

Resiko tinggi cedera

katarak

Belum mendapat dan


membutuhkan informasi
aktivitas pasca operasi
katarak

Banyak bertanya dan


mengatakan kurang tahu

Kurang pengetahuan
tentang aktivitas pasca
operasi

Resiko tinggi cidera :


Peningkatan TIO dan
perdarahan intraokuler.

B.

Diagnose Keperawatan yang Mungkin Muncul


Pre Operasi
1. Gangguan Persepsi Sensori : Penglihatan berhubungan dengan Perubahan
Ketajaman Sensori
2. Ansietas berhubungan dengan rencana operasi
3. Risiko cedera berhubungan dengan disfungsi sensoris penurunan visus dan lapang
pandang perifer.
Post operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan tindakan invasive pembedahan ditandai dengan
klien megeluh nyeri pada bagian post op, klien tampak meringis, klien tampak
memposisikan diri untuk menghindari nyeri.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur tindakan invasif insisi jaringan
tubuh dan peningkatan pemajanan lingkungan terhadap pathogen.
3. Resiko tinggi cedera : Peningkatan TIO dan perdarahan intraokuler.

Daftar Pustaka
Amin & Hardhy, 2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosis Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta : Med Action
Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume
3, (Edisi8), EGC, Jakarta
Dochterman, Joanne M. & Bulecheck, Gloria N. 2004. Nursing
Interventions Classification : Fourth Edition. United States of
America : Mosby.
Guyton&Hall.2006.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Jakarta:EGC
Moorhead, Sue et al. 2008. Nursing Outcomes Classification : Fourth
Edition. United States of America : Mosby
NANDA International. 2011. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan
Klasifikasi 2009-2011. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai