Oleh:
TOPIK
(NPM) 41155020130018
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LANGLANGBUANA
Bandung
2013
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun
makalah ini dengan baik, serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami
akan membahas mengenai PROSES KOROSIFITAS SHEET PILE
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB 1PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1
1.2
Perumusan Masalah...................................................................................3
1.3
Tujuan........................................................................................................3
1.4
Metode Penulisan......................................................................................3
BAB 2 PEMBAHASAN..........................................................................................4
2.1
Korosifitas.................................................................................................4
2.2
2.3
2.4
2.5
Mekanisme Korosi..................................................................................15
2.6
2.7
BAB 3 PENUTUP.................................................................................................20
3.1
Kesimpulan..............................................................................................20
3.2
Saran........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................21
BAB 1
PENDAHULUAN
memadai, dan diperlukan biaya produksi yang relatif murah untuk digunakan
sebagai komponen utama dari struktur lepas pantai dan darat. Namun besi adalah
logam yang sangat tidak stabil, dan akan menimbulkan korosi mudah bila terjadi
kontak dengan udara lembab, air atau bahkan dengan beberapa bahan kimia yang
akan menimbulkan reaksi dengan baja.
Dengan kata lain dalam kondisi normal atmosfer lembab, proses baja untuk
membentuk oksida (Fe2O3 dan atau Fe(OH)3) akan berlangsung secara spontan.
Kondisi diatas dapat dengan mudah kita temui pada aplikasi baja di
zona splash zone suatu konstruksi laut seperti jacket platform, dimana di baja
akan timbul korosi lebih cepat karena:
1. Tingginya konsentrasi oksigen di daerah splash zone akibat berlimpah
Oksigen dari atmosfer.
2.
Deposit
garam akibat
siklus
basah
dan
kering
menciptakan
(refining) sebelum bisa kita gunakan. Dengan demikian, tingkat energi dari logam
mulia seperti emas adalah hampir sama dengan tingkat dalam bentuk yang paling
stabil yang ditemukan di alam.
Untuk Magnesium, Seng, Aluminium, Besi dan Baja situasinya sangat
berbeda. Logam ini (atau paduan mereka) tidak ditemukan bebas di alam.
Misalnya besi dan baja perlu diekstraksi dari bijih besi di dalam tungku sembur
(blast furnace) atau oven elektro di mana bijih besi bersama-sama dengan
batubara atau kokas dipanaskan sampai suhu yang sangat tinggi. Untuk
menghasilkan sejumlah besi atau baja, maka diperlukan cukup banyak energi ke
dalam proses. Dengan demikian, tingkat energi dari material logam yang kita
gunakan sehari-hari jauh lebih tinggi daripada tingkat energi dari bahan alami
logam tersebut saat ditemukan di alam. Kemudian secara natural, alam dengan
proses korosi akan memulai proses peleburan tingkat energi baru pada logam
tersebut dan membawa logam kembali ke asalnya. Logam akan terurai (korosi)
dan energi akan dirilis. Dalam pandangan termodinamika, reaksi spontan ini
(spontanueos reaction) adalah dimulainya sebuah proses korosi.
Dalam model yang sangat sederhana, kita dapat mengatakan bahwa lebih
banyak energi yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu logam atau paduannya,
maka potensi yang mendorong untuk memulai suatu proses korosi akan semakin
tinggi. Kita bisa melihat List of Galvanic Series sebagai panduan peringkat untuk
mengetahui mana logam yang lebih stabil dan mana yang mudah terkorosi.
Sebagaimana disebutkan di atas, Beberapa bahan logam bisa menjadi jauh
lebih stabil melalui proses pengolahan/ manufacturing/ alloying. Penambahan
unsur paduan akan memberikan sifat tertentu kepada logam. Misalnya baja tahan
karat (stainless steel) adalah paduan besi dengan kromium, nikel dan
Molybdenum. Bahan-bahan ini akan membuat baja lebih mulia dan akan
mempromosikan pembentukan suatu lapisan film yang kuat, padat, dan
menjadi pelindung (oxida) pada permukaan stainless steel. Pembentukan film
pelindung pada permukaan logam akan lebih resistif dari bahan dasarnya. (Film
oksida biasanya terbentuk pada baja stainless dan aluminium). Oleh karena alasan
diatas, kita akan mempelajari tentang proses korosifitas sheetpile terhadap air laut.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka diperoleh perumusan masalah
sebagai berikut:
1. Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan korosi pada besi/ baja?
2. Apa saja tipe-tipe sheet pile?
3. Apa saja kandungan kimia air laut?
4. Bagaimana proses korosifitas sheet pile terhadap air laut?
3
Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini umumnya adalah untuk menambah
pengetahuan dan diharapkan bermanfaat bagi kita semua. Namun secara khusus
pembuatan makalah ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan korosi pada besi/ baja.
2. Mengetahui tipe-tipe sheetpile.
3. Mengetahui kandungan air laut.
4. Mengetahui proses korosifitas sheetpile terhadap air laut.
4
Metode Penulisan
Penulis mempergunakan metode observasi dan kepustakaan. Cara-cara yang
digunakan pada penelitian ini adalah: Studi Pustaka. Dalam metode ini penulis
membaca artikel dan buku-buku yang berkaitan denga penulisan makalah ini.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Korosifitas
Korosifitas beasal dari kata korosi. Korosi adalah reaksi redoks antara suatu
logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawasenyawa yang tak dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut
perkaratan.
Sebagian orang mengartikan korosi sebagai karat, yakni sesuatu yang
hampir dianggap sebagai musuh umum masyarakat. Karat (rust) adalah sebutan
yang belakangan ini hanya dikhususkan bagi korosi pada besi, padahal korosi
merupakan gejala destruktif yang mempengaruhi hampir semua logam.Walaupun
besi bukan logam pertama yang dimanfaatkan oleh manusia, tidak perlu diingkari
bahwa logam itu paling banyak digunakan, dan karena itu, paling awal
menimbulkan masalah korosi serius. Karena itu tidak mengherankan bila istilah
korosi dan karat hampir dianggap sinonim (Chamberlain, 1991).
Korosi dapat digambarkan sebagai sel galvanik yang mempunyai
hubungan pendek dimana beberapa daerah permukaan logam bertindak sebagai
katoda dan lainnya sebagai anoda, dan rangkaian listrik dilengkapi oleh aliran
electron menuju besi itu sendiri. Sel elektrokimia terbentuk pada bagian logam
dimana terdapat pengotor atau di daerah yang terkena tekanan (Oxtoby, dkk.,
1999).
Pengertian lain korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi
dengan lingkungan yang korosif. Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan
yang merusak logam karena logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia
dengan lingkungan. Ada definisi lain yang mengatakan bahwa korosi adalah
kebalikan dari proses ekstraksi logam dari material.
Contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi. Kita dapat
mengamati pagar besi di halaman rumah, paku-paku yang tertancap di kayu, besi
rongsokan, dan sebagainya. Seringkali ada noda coklat yang menempel pada besi
tersebut, semacam kerak yang berwarna coklat. Kerak itu tidak hanya sekedar
menutupi permukaan besi tadi, tapi juga menghancurkan besi tersebut seolah
memakan nya. Itulah Karat, atau disebut juga Korosi. Yaitu persenyawaan yang
terjadi karena unsur besi bereaksi dengan udara dan air.
Gambar: Korosi
Beberapa unsur kimia dapat dengan mudah berreaksi dengan oksigen (yang
ada di udara) membentuk senyawa oksida, peristiwa ini disebut oksidasi. Jadi
syarat terjadinya karat adalah adanya besi, udara dan air. Besi dan udara saja tidak
bisa menimbulkan karat, atau besi dan air saja. Namun di udara, kita akan
menemukan uap air dan di dalam air juga kita dapat menemukan udara terlarut.
Maka proses korosif tetap bias berlanjut. Pada peristiwa korosi, logam mengalami
oksidasi, sedangkan oksigen (udara) mengalami reduksi. Karat logam umumnya
adalah berupa oksida dan karbonat.
Rumus kimia karat besi adalah Fe2O3. xH2O, suatu zat padat yang berwarna
coklat-merah. Korosi merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian
tertentu dari besi itu berlaku sebagai anode, di mana besi mengalami oksidasi.
Fe(s) Fe2+(aq) + 2e
E = +0.44 V
Elektron yang dibebaskan di anode mengalir ke bagian lain besi itu yang
bertindak sebagai katode, di mana oksigen tereduksi.
O2(g) + 2H2O(l) + 4e 4OH-(aq)
E = +0.40 V atau
E = +1.23 V
Ion besi (II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi membentuk
ion besi(III) yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi, Fe 2O3. xH2O,
yaitu karat besi. Mengenai bagian mana dari besi itu yang bertindak sebagai anode
dan bagian mana yang bertindak sebagai katode, bergantung pada berbagai faktor,
misalnya zat pengotor, atau perbedaan rapatan logam itu.
Korosi dapat semakin cepat terjadi dengan kehadiran garam. Misal air laut,
kamu tentu bisa melihat bagaimana kapal-kapal laut lebih mudah berkarat, dan
juga tiang-tiang pancang pelabuhan yang juga mudah berkarat.
b. Zat padat terlarut jumlah ( TDS = total dissolved solid ) konsentrasi TDS
sangatlah penting, karena air yang mengandung TDS merupakan penghantar
arus listrik yang baik dibandingkan dengan air tanpa TDS. Aliran listrik
diperlukan untuk terjadinya korosi pada pipa logam, oleh karena itu jika TDS
naik, maka kecepatan korosi akan naik.
c. pH dan Alkalinitas mempengaruhi kecepatan reaksi, pada umumnya pH
dan alkalinitas naik, kecepatan korosi akan naik.
d. Temperatur makin tinggi temperatur, reaksi kimia lebih cepat terjadi dan
naiknya temperatur air pada umumnya menambah kecepatan korosi.
e. Tipe logam yang digunakan untuk pipa dan perlengkapan pipa logam yang
mudah memberikan elektron atau yang mudah teroksidasi, akan mudah
terkorosi.
f. Aliran listrik Aliran listrik yang diakibatkan oleh korosi sangat lemah dan
isolasi dapat menghalangi aliran listrik antara logam-logam yang berbeda,
sehingga korosi galvanis dapat dihindari. Bilamana aliran listrik yang kuat
melewati logam yang mudah terkorosi, maka akan menimbulkan aliran
nyasar dari sistem pemasangan listrik di pelanggan yang tidak menggunakan
aarde, hal ini menyebabkan korosi cepat terjadi.
g. B a k t e r i tipe bakteri tertentu dapat mempercepat korosi, karena mereka
akan menghasilkan karbon dioksida (CO2) dan hidrogen sulfida (H2S), selama
masa putaran hidupnya. CO2 akan menurunkan pH secara berarti sehingga
menaikkan kecepatan korosi. H2S dan besi sulfida, Fe2S2, hasil reduksi sulfat
(SO42) oleh bakteri pereduksi sulfat pada kondisi anaerob, dapat
mempercepat korosi bila sulfat ada di dalam air. Zat-zat ini dapat menaikkan
kecepatan korosi. Jika terjadi korosi logam besi maka hal ini dapat
mendorong bakteri besi (iron bacteria) untuk berkembang, karena mereka
senang dengan air yang mengandung besi.
2.2
penahan tanah kaku (seperti dinding penahan tanah pasang batu kali/gravity walls
dan dinding penahan tanah beton/ counterfort walls) dan kontruksi dinding
penahan tanah lentur atau biasa disebut kontruksi dinding turap/ sheet pile.
Sheet Pile (Dinding Turap) adalah dinding vertikal relatif tipis yang
berfungsi untuk menahan tanah dan untuk menahan masuknya air ke dalam
lubang galian.
Definisi lain dari Sheet Pile (Dinding Turap) adalah konstruksi dinding
memerlukan luas tampang bahan turap yang besar. Selain itu sheet pile juga tidak
cocok digunakan pada tanah yang mengandung banyak batuan, karena menyulitkan
pemancangan.
Sedangkan kerugiannya adalah masa pakai dari material ini relatif pendek,
serta diperlukannya tekhnik pengawetan.
10
Biasa digunakan pada bangunan permanen. Kontruksi dinding turap ini lebih
ringan, lebih mudah pelaksanaannya dilapangan serta hasilnya lebih baik.
Sedangkan kerugiannya adalah adanya tenggang waktu pemesanan serta
adanya bahaya korosi.
ragam. Jumlah masing-masing garam yang terkandung di dalam air laut berbedabeda. Bahkan, komposisi garam antara air laut di daerah satu dengan daerah
lainnya pun berbeda. Garam-garaman utama yang terdapat dalam air laut adalah
klorida (55%), natrium (31%), sulfat (8%), magnesium (4%), kalsium (1%),
11
potassium (1%), dan sisanya (kurang dari 1%) terdiri dari bikarbonat, bromida,
asam borat, strontium dan florida.
Komposisi kimia air laut telah diteliti oleh seorang ahli oseanografi yang
sangat terkenal, W. Dittmar pada tahun 1873. Peneliti ini menggunakan contoh air
laut sebanyak 77 contoh yang diambil dari beberapa perairan di Samudera Pasifik,
Hindia, dan Atlantik melalui suatu ekspedisi yang dilakukan oleh H.M.S.
Challenger. Ia mendeterminasi tentang garam-garam, sulfat, magnesium, kalsium,
dan kalium (potassium) dan jenis kimia lainnya dalam takaran miligram per
kilogram (ppm).
Penelitian kandungan kimia yang ada di laut terus berlangsung sejak abad
ke-18, dan hasil kajian terakhir yang diberitakan lewat buku yang dikeluarkan
oleh The Open University dan buku Marine Chemistry, komposisi kimia yang
terlarut di dalam air sebanyak 81 unsur. Kimia yang terkandung di air laut ada
yang merupakan unsur utama (mayor), unsur tambahan (minor), dan unsur yang
langka (trace). Kimia unsur utama adalah zat kimia yang melekat langsung
dengan salinitas. Komposisi air laut yang konstan tetap dipertahankan karena
kebanyakan unsur utama menunjukkan sifat konservatif, yaitu konsentrasi di air
laut tidak mengalami perubahan yang berarti akibat reaksi biologi dan kimia di
laut. Namun, secara umum di dalam air laut terdapat sejumlah unsur yang
dominan (bagian mayoritas) dan unsur pelengkap (bagian minoritas). Salah satu
unsur dominan komponen penyusun air laut adalah Klorin.
2.4
Air laut adalah suatu zat pelarut yang bersifat sangat berdaya guna, yang
mampu melarutkan zat-zat lain dalam jumlah yang lebih besar dari pada zat cair
lainnya. Proses korosi dalam air laut berlangsung karena adanya unsur-unsur
kimia, oksigen yang larut dan pengaruh bakteri. Korosi logam pada air laut
mengikuti mekanisme pada elektrokimia dimana pada logam yang mengalami
korosi terdapat tempat-tempat berupa anoda dan katoda. Plat baja karbon dalam
air laut mengalami laju korosi antara 0,1 sampai 0,15 mm pertahun, namun jika
serangannya berupa sumuran, penetrasi yang terjadi jauh lebih dalam.
Korosivitas air merupakan kemampuan suatu lingkungan dalam kondisi
tertentu menjadi penyebab proses korosi dengan laju tertentu. Faktor-faktor yang
mempengaruhi korosivitas lingkungan air terbagi menjadi 3 karakteristik, yaitu:
1. karakteristik fisik meliputi kecepatan aliran dan temperatur air.
2. karakteristik kimia meliputi pH, konsentrasi karbon dioksida dan alkalinitas
air.
3. karakteristik biologi meliputi jumlah mikroorganisme aerob maupun
anaerob dalam lingkungan air.
Laju kimia termasuk reaksi korosi akan semakin besar dengan naiknya
temperatur sehingga mendorong terjadinya reaksi oksidasi pada logam atau
meningkatkan kemampuan lingkungan untuk mengoksidasi logam. Derajat
keasaman mempengaruhi proses korosi karena pH menunjukkan konsentrasi ion
H+ dalam air dan menghasilkan pelepasan elektron oleh logam pada reaksi
anodik. Pada saat air mempunyai pH < 5, tembaga terkorosi cepat dan merata,
sedangkan saat pH > 9 tembaga terproteksi. Antara 5 < pH < 9, korosi lubang
akan terjadi jika tidak terdapat lapisan film pelindung pada permukaan tembaga.
CO2 sangat mudah larut dalam air bertemperatur rendah dan membentuk
asam karbonat, dengan pH 5,5 hingga 6. Kelarutan kalsium karbonat dalam
rendah, karena itu lapisan kerak mengendap dari bikarbonat yang dihasilkan
melalui reaksi dengan CO2. Ketika temperatur larutan tinggi atau mengalami
13
kekurangan karbon dioksida dalam larutan maka reaksi akan bergeser ke kiri dan
kalsium karbonat akan mengendap.
CaCO3 + H2O + CO2
Ca (HCO3)2
(kalsium karbonat)
(kalsium bikarbonat)
Adanya katoda
Adanya anoda
Adanya lingkungan
Tanpa adanya salah satu syarat di atas maka korosi tidak akan terjadi.
Korosi
tidak
dapat
di
hilangkan
tetapi
hanya
dapat
di
minimalisir
pertumbuhannya.
Pada proses korosi ada dua reaksi yang menyebabakan terjadinya korosi
yaitu reaksi oksidasi dan reaksi reduksi. Pada reaksi oksidasi akan terjadi
pelepasan elektron oleh material yang lebih bersifat anodik. Sedangkan reaksi
reduksi adalah pemakaian elektron oleh material yang lebih bersifat katodik.
Proses korosi secara galvanis dapat kita lihat pada gambar berikut:
Pada reaksi di atas dapat kita lihat dimana Cu bertindak sebagai katoda
mengalami pertambahan massa dengan melekatnya electron pada Cu. Sedangkan
Zn bertindak sebagai anoda, dimana terjadinya pengurangan massa Zn yang di
tandai dengan lepasnya electron dari Zn. Peristiwa pelepasan dan penerimaan
elektron ini harus mempunyai lingkungan, dimana yang menjadi lingkungan
14
adalah Asam Sulfat. Jika ada dua buah unsur yang di celupkan dalam larutan
elektrolit yang di hubungkan dengan sumber arus maka yang akan mengalami
korosi adalah material yang lebih anodik.
Seandainya karbon dioksida yang terlarut terlalu sedikit, kerak tidak akan
terbentuk. Akan tetapi bila berlebihan, kerak yang sudah terbentuk terlarut
kembali dalam asam sehingga logam tidak terlindungi lagi.
Korosi logam melibatkan proses anodik, yaitu oksidasi logam menjadi ion
dengan melepaskan elektron ke dalam (permukaan) logam dan proses katodik
yang mengkonsumsi electron tersebut dengan laju yang sama : proses katodik
biasanya merupakan reduksi ion hidrogen atau oksigen dari lingkungan
sekitarnya. Untuk contoh korosi logam besi dalam udara lembab, misalnya proses
reaksinya dapat dinyatakan sebagai berikut:
Anode : Fe(s)
Fe2+(aq) + 2 e
x 2
dimana ion H+ sebagian dapat diperoleh dari reaksi karbon dioksida atmosfer
dengan air membentuk H2CO3. Ion Fe+2 yang terbentuk, di anode kemudian
teroksidasi lebih lanjut oleh oksigen membentuk besi (III) oksida:
4 Fe+2(aq)+ O2 (g) + (4 + 2x)H2O(l) 2 Fe2O3.xH2O + 8 H+(aq)
Hidrat besi (III) oksida inilah yang dikenal sebagai karat besi. Sirkuit
listrik dipacu oleh migrasi elektron dan ion, itulah sebabnya korosi cepat terjadi
dalam air garam.
Jika proses korosi terjadi dalam lingkungan basa, maka reaksi katodik yang
terjadi, yaitu:
O2 (g) + 2H2O(l) + 4e 4OH-(aq)
Oksidasi lanjut ion Fe2+ tidak berlangsung karena lambatnya gerak ion ini
sehingga sulit berhubungan dengan oksigen udara luar, tambahan pula ion ini
15
Mekanisme Korosi
Korosi dapat dikatakan sebagai suatu peristiwa elektrokimia antara logam
(2.1)
Setiap atom Zn akan kehilangan 2 elektron dan melepas ion positif (kation)
Zn2+, di mana kation terlepas dari logam dan terlarut sedangkan elektron akan
tetap berada dalam logam. Lingkungan asam kaya akan H+ terlarut yang memiliki
kecenderungan sebagai akseptor elektron, sehingga membatasi akumulasi elektron
dalam logam dengan cara bereaksi pada permukaan logam dengan membentuk
gas H2.
16
2H+ + 2e- H2
(2.2)
Jika melihat dalam berbagai sudut pandang dari keseluruhan proses oksidasi
dan reduksi, peristiwa korosi dapat digolongkan menjadi beberapa reaksi umum
seperti di bawah ini:
Anoda : M Mn+ + ne-
(2.3)
Katoda :
a) evolusi hidrogen (asam) : 2H+ + 2e- H2
b) reduksi air (netral/basa) : H2O + 2e- H2 + 2OH-
(2.4)
(2.5)
(2.6)
(2.7)
f) deposisi logam : M+ + e- M
(2.8)
Reaksi anodik dalam setiap proses korosi adalah oksidasi logam menjadi
ionnya, sedangkan reaksi katodik dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Evolusi
hidrogen terjadi dalam asam atau media asam dan sebagai akibat dari elektrolisis
air reduksi oksigen sangat umum terjadi pada setiap larutan cair yang
mengandung banyak oksigen terlarut (aerated), sedangkan reduksi ion logam dan
deposisi logam hanya terjadi dalam proses kimia.
2.6
17
Korosi
merata
merupakan
jenis
yang
paling
banyak
mengkonsumsi logam, namun jenis korosi lokal lebih berbahaya serta sukar untuk
diprediksi dan dikendalikan. Walaupun korosi lokal tidak mengkonsumsi banyak
material, penetrasi dan kegagalan yang terjadi lebih cepat dibandingkan dengan
yang merata.
Korosi Merata
Korosi merata ini tergantung pada faktor kecepatan reaksi oksidasi pada
permukaan logam, di mana kecepatan oksidasi yang terjadi relatif sama pada
seluruh permukaan yang terserang sehingga terjadi kehilangan logam secara
progresif seperti kondisi Sheet Jetty Pile. Produk korosi yang terjadi akan
mempengaruhi laju korosi selanjutnya. Lapisan produk korosi yang protektif akan
melindungi logam dasar sehingga laju korosi akan menurun.
Korosi ini dapat diamati pada logam Al dalam larutan basa, Zn dalam asam
sulfat, atau baja tulangan dalam beton.
18
sehingga dalam larutan tersebut akan terbentuk ion-ion yang kekurangan dan
kelebihan elektron. Ion-ion tersebut yang menjadikan larutan menjadi mudah
untuk menghantarkan arus listrik. Oleh karena itu, nilai konduktifitas suatu larutan
akan berbanding lurus dengan nilai konsentrasi garam yang terlarut.
Proses korosi dalam satu sisi merupakan proses elektrokimia yang
bergantung kepada konduktifitas dari elektrolit tempat dia terjad. Air demineral
memiliki konduktifitas larutan yang lebih rendah dibandingkan air laut, sehingga
pada umumnya laju korosi logam dalam air laut lebih tinggi daripada air
demineral.
Sebagaimana disebutkan sebelumnya kelarutan oksigen dalam air
mempengaruhi proses korosi logam, namun dengan adanya ion-ion terlarut
lainnya dalam air tersebut, kelarutan oksigen akan semakin berkurang. Sebagai
contoh, semakin tinggi ion Cl- akan semakin rendah kelarutan oksigen dalam
fluida tersebut. Pada beberapa literatur disebutkan bahwa kelarutan optimum
oksigen dalam air untuk terjadinya proses korosi berada pada konsentrasi ion Cl
3%. Kondisi tersebut ditunjukkan pada Gambar berikut, di mana suatu percobaan
membuktikan bahwa laju korosi optimum baja karbon berada pada konsentrasi
NaCl sebesar 33,5% berat.
19
20
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
3.1.1
3.1.2
3.1.3
Garam-garaman utama yang terdapat dalam air laut adalah klorida (55%),
natrium (31%), sulfat (8%), magnesium (4%), kalsium (1%), potassium
(1%), dan sisanya (kurang dari 1%) terdiri dari bikarbonat, bromida, asam
borak, strontium dan florida.
3.1.4
Proses korosi dalam air laut berlangsung karena adanya unsur-unsur kimia,
oksigen yang larut dan pengaruh bakteri. Korosi logam pada air laut
mengikuti mekanisme pada elektrokimia dimana pada logam yang
mengalami korosi terdapat tempat-tempat berupa anoda dan katoda.
3.2
Saran
Berdasarkan hasil kajian pustaka mengenai korosivitas sheet pile disarankan
untuk melakukan kajian lebih lanjut mengenai tingkat kerusakan karena korosi
tersebut dan langkah alternatif lain untuk mengatasi permasalahan korosi.
21
DAFTAR PUSTAKA
Aly
Zakaria.
(2012).
Perhitungan
Struktur
Dinding
Turap.
Online:
(2010).
Kecepatan
Korosi.
Online:
Juna.
(2013).
Sheet
Pile
(Dinding
Turap).
Online:
laut
dan
Air
sungai.
Online:
22