Diagnosis Banding Radiografi pada Bronchopulmonary Disease (BPD)
Temuan radiologis pada BPD menyerupai pada keadaan:1,2
1. Edema pulmonal 2. Emfisema pulmonal intersisial Emfisema pulmonal intersisial merupakan keadaan dimana terjadi abnormalitas letak udara yang berada diantara intersisial pulmonal dan limfatik. Biasanya disebabkan oleh ruptur alveoli yang melebar diikuti barotrauma pada bayi yang memiliki penyakit membrane hialin atau hyaline membrane disease. Emfisema pulmonal intersisial selalu dihubungkan dengan pemakaian ventilasi mekanik atau continous positive airway pressure pada minggu awal kehidupan, diduga akibat terjadi peningkatan tekanan udara yang menyebabkan terjadi distensi dan trauma pada paru (ruptur pada hubungan antara bronkiolus dan alveolus). Gambaran radiologis tak jarang menyerupai aspirasi pneumonia, edema pulmonal, dan penyakit membrane hialin/ hyaline membrane disease. Terdapat 2 tipe pada emfisema pulmonal intersisial, yaitu akut dan persisten, dengan masing-masing tipe dibagi menjadi fokal dan difus. Gambaran radiografi pda tipe akut seperti tubular acak dengan lusen yang kistik, dimana dapat fokal maupun difus, sedangkan gambaran radiografi pada tipe persisten digambarkan dengan adanya garis diantara sel besar tidak berinti sebagai lesi kistik.
Gambar 1. Emfisema pulmonal intersisial akut difus (unilateral)
Gambar 2. Emfisema pulmonal intersisial akut fokal
Gambar 3. Emfisema pulmonal intersisial persisten difus
Gambar 4. Emfisema pulmonal intersisial persisten lokal
3. Sindrom aspirasi mekonium
Sindrom aspirasi mekonium merupakan penyebab umum terbanyak terjadinya
distress pernafasan pada neonatus yang post-term. Aspirasi mekonium biasanya terjadi saat persalinan. Secara klinis bayi dapat memiliki gejala seperti sianosis, takipneu, dan takikardi. Gejala distress pernafasan dapat muncul, seperti retraksi interkostal dan nafas cuping hidung. Temuan radiologi yang paling sering ditemukan adanya hiperinflasi pulmonal sekunder akibat mekanisme adanya udara yang terperangkap dalam alveolus. Udara yang terperangkap (air trapping), merupakan kombinasi dari pneumonitis kimia, yang memicu terjadinya barotrauma yang beresiko terjadinya pneumotoraks, pneumomediastinum, dan emfisema pulmonal intersisial. Temuan radiologis lain termasuk opasitas tebal pada perihiler dan adanya area atelektasis yang menyelingi. Efusi pleura dapat ditemukan namun jarang.
Gambar 1. Sindrom aspirasi mekonium dengan adanya
hiperinflasi dan pneumotoraks anteomedial kanan
4. Pneumonia (khususnya disebabkan oleh cytomegalovirus)
5. Limfangektasia pulmonal 6. Pneumonitis rekuren ( disebabkan oleh refluks gastroesofageal, fistula trakeoesofageal, fibrosis kistik) 7. Pneumonia aspirasi 8. Sindrom WilsonMikity, pertama kali diketahui pada tahun 1960 pada bayi prematur tanpa masalah respiratori awal dimana terjadi emfisema kistik pada bulan pertama kehidupan, apabila progresif dapat terjadi penyakit paru kronik. Diduga penyebab adanya bocornya udarapada alveoli Bagaimanapun, kombinasi data klinis dengan informasi radiografis sangat penting.
Komplikasi Bronchopulmonary Disease (BPD)2,3
Bronchopulmonary dysplasia (BPD) merupakan penyakit paru kronis yang biasanya terjadi pada bayi premature dengan cirri adanya gangguan perkembangan paru. Sekitar 1,5% total kelahiran di Amerika Serikat (64.000 kelahiran/tahun) diantaranya merupakan dengan berat badan lahir rendah, dengan 15.000 kelahiran diantaranya mengalami perburukan menjadi BPD. Penelitian oleh Bonikos dkk pada tahun 1976 menjelaskan tanda dan gejala dari adanya corpulmonale pada 6 dari 21 pasien BPD yang meninggal. Keaadan hipertensi pulmonal terjadi sebelum terjadinya cor-pulmonale, ditemukan pada banyak laporan kasus, serial kasus, dan penelitian retrospektif dan prospektif. Hipertensi pulmonal berkontribusi secara signifikan terhadap morbiditas dan mortalitas penyakit paru kronik pada bayi.
Sebagian besar neonates dengan BPD umumnya dapat bertahan hidup. Pada bayi, tinggi resiko untuk terjadi rekurensi dan infeksi pulmonal serius. Bayi dengan gejala BPD berat memiliki resiko tinggi terjadi morbiditas dan mortalitas pada paru selama dua tahun pertama kehidupan. Penelitian oleh Hakulin dkk. Menemukan bahwa adanya penurunan bertahap frekuensi gejala pada anak usia 6-9 tahun dibandingkan bayi usia 0-2 tahun. Pada bayi dengan gejala BPD berat mempunyai resiko tinggi sekuele jangka lama pada pulmonal dan fungsi neurologis. Penelitian di Northway pada follow up pasien anak yang mengalami BPD pada masa dewasa apabila dilakukan pemeriksaan radiografi dada ditemukan adanya tanda hiperaktifitas pernafasan, abnormalitas fungsi pulmonal, dan hiperinflasi paru. Prognosis buruk dikatakan apabila adanya hipertensi ventrikel kanan persisten atau hipertensi pulmonal menetap yang menunjukkan tidak adanya simpanan oksigen.