http://keuda.kemendagri.go,id
I.
Pendahuluan
Belanja bantuan hibah merupakan salah satu rekening belanja dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang menarik perhatian publik
dan seringkali menjadi tajuk utama pada media massa. Hal tersebut dikarenakan
banyak pihak yang membutuhkan bantuan hibah tersebut dan banyak kepentingan
yang dapat diakomodir, baik untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat
maupun kepentingan politik tertentu. Pemberian bantuan hibah oleh pemerintah
daerah menjadi rawan penyalahgunaan terutama menjelang adanya pemilihan
umum kepala daerah, dimana terdapat kecenderungan bantuan hibah digunakan
sebagai alatpolitik pencitraan oleh kepala daerah/wakilkepaladaerah,terutama
Kepala Daerah Incumbent yang mencalonkandirinya kembali dalam ajang
pemilihan umum kepala daerah untuk periode kedua. Bisa juga disalahgunakan
untuk para tim sukses yang dianggap telah berjasa dan dalam menggolkan kepala
daerah/wakil kepaladaerah yang sedang menjabat. Berbagai praktik modus yang
digunakan melalui penganggaran dalam APBD, sehingga peruntukannya banyak
yang kurang tepatsasaran. Walaupun sebenarnya banyak masyarakat dan
pemilihan
umum
kepala
daerah.
KPK
juga
menemukan
pemerintah
daerah
dalam
memberikan
bantuan
hibah
http://keuda.kemendagri.go.id/artikel/detail/30-maksimalkan-dana-hibah-untuk-kepentingan-rakyat,
diunduh tanggal 16 Desember 2014.
2
http://www.kpk.go.id/id/berita/siaran-pers/1657-cegah-dana-bansos-dan-hibah-dari-penyalahgunaan,
diunduh tanggal 16 Desember 2014.
3
Permendagri Nomor 32 Tahun 2011 sebagaimana telah diubah dengan Permendagri Nomor 39 Tahun
2012, Pasal 4 ayat (1) dan ayat (2).
Pasal 21 ayat (2) Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 2 tahun 2012 tentang
Hibah Daerah juga menyatakan bahwa Hibah dari Pemerintah Daerah dapat
dianggarkan apabila Pemerintah Daerah telah memenuhi seluruh kebutuhan
belanja urusan wajib guna memenuhi standar pelayanan minimum sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan, kecuali ditentukan lain dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pemberian bantuan hibah oleh pemerintah daerah itu sendiri diperbolehkan
berdasarkan PPNomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan
Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, yang telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Pemendagri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah. Namun, pengaturannya secara spesifik baru
ditetapkan melalui Permendagri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah, yang telah disempurnakan kembali dengan Permendagri
Nomor 39 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial
yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
Hibahdapatdiberikanberupauangmaupunbarangataujasa.Selanjutnya
pembahasan dalam tulisan hukum ini dibatasi hanya terhadap pemberian bantuan
hibah yang berbentuk uang dan bersumber dari APBD oleh pemerintah daerah
saja.
Tujuan Tulisan Hukum ini adalah untuk menjabarkan lebih lanjut mengenai
ketentuan-ketentuan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang dapat
menjadi pedoman dalam memberikan pembatasan-pembatasan yang jelas dan
tegas untuk pemberian bantuan hibahberbentuk uang yang bersumber dari APBD
oleh pemerintah daerah agar permasalahan-permasalahan hukum sebagai akibat
penyalahgunaan pemberian bantuan hibah dapat diminimalisasi dan ditiadakan,
sehingga bantuan hibah dapat tersalurkan dengan tepat waktu dan tepat sasaran.
II.
Permasalahan
1.
2.
III. Pembahasan
1.
Pengertian Hibah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hibah berarti pemberian
(dengan sukarela) dengan mengalihkan hak atas sesuatu kepada orang
lain. 4 Kata hibah memiliki 2 (dua) makna, yaitu hibah antar
personal sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (KUH Perdata) dan hibah terkait dengan keuangan daerah,
sesuai dengan objek tulisan hukum ini, sebagaimana diatur dalam
ketentuan perundang-undangan sebagai berikut:
1)
Pasal
1666
KUH Perdata,
menyatakanhibah/penghibahan
kembali,
menyerahkan/melepaskan
sesuatu
benda
http://kbbi.web.id.
3)
masyarakat,
kemasyarakatanyang
secara
dan
spesifik
telah
organisasi
ditetapkan
peruntukannya.
4)
yang
secara
spesifik
telah
ditetapkan
uang/barang
atau
jasa
kepada
pemerintah
atau
b.
daerah.
Pemberian
hibah
keuangan
daerah 6.
Asas-
asastersebutdapatdijelaskansebagaiberikut:
1)
2)
3)
Permendagri Nomor 32 Tahun 2011 sebagaimana telah diubah dengan Permendagri Nomor 39 Tahun
2012, Pasal 4 ayat (3).
6
PP Nomor 2 Tahun 2012 tentang Hibah Daerah, Pasal 7.
4)
5)
Asaspengelolaankeuangandaerahberartibahwakeuangandaerahdi
kelolasecaratertib,
efektif,
taatpadaperaturanperundang-undangan,
efisien,
ekonomis,
transparan,
danbertanggungjawabdenganmemperhatikanasaskeadilan,
kepatutan, danmanfaatuntukmasyarakat.
c.
Bentuk Hibah
Berdasarkan Pasal 3 ayat (1) Permendagri Nomor 32 Tahun 2011
tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, yang telah
diubah dengan Permendagri Nomor 39 Tahun 2012 tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang
Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, pemberian hibah dapat
berupa
uang,
barang,
atau
jasa.
Bentukhibahtersebutdapatdijabarkansebagaiberikut:
1)
Daerah
melaksanakan
(SKPKD)
pengelolaanAPBD
yang
dan
mempunyai
bertindak
tugas
sebagai
2)
dalam
kelompok
belanja
langsung
yang
pada
pemerintah
daerah
selaku
pengguna
2.
10
Permendagri Nomor 32 Tahun 2011 sebagaimana telah diubah dengan Permendagri Nomor 39 Tahun
2012, Pasal 11 ayat (3).
11
Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana telah diubah dua kali, terakhir dengan Permendagri
Nomor 21 Tahun 2011, Pasal 1 angka 10.
12
Ibid,Pasal 36 ayat (2).
Permendagri,
pemerintah
daerah
dapat
menambahkan
kriteria/persyaratan lain terkait hibah yang dinilai penting dan sesuai dengan
karakteristik daerahnya selama tidak bertentangan dengan Permendagri.
Berikutpenjelasankriteria/persyaratanterkaitpemberianhibah:
a.
sebagian
maupun
keseluruhan,
tidak
dapat
lagi
Permendagri Nomor 32 Tahun 2011 sebagaimana telah diubah dengan Permendagri Nomor 39 Tahun
2012, Pasal 10 dan Pasal 11.
2)
(KONI),
Pramuka,
maupun
organisasi
semi
pemerintah lainnya.
3)
Pemerintah,
yaitu
satuan
kerja
dari
kementerian
hasil
pemekaran
daerah
sebagaimana
(d)
14
Permendagri Nomor 32 Tahun 2011 sebagaimana telah diubah dengan Permendagri Nomor 39 Tahun
2012, Pasal 5 dan Pasal 6.
10
berkedudukan
dalam
wilayah
b.
Persyaratan
pada
Mekanisme
Pengajuan
Proposal/Permohonan
2)
3)
15
11
evaluasi
Pemerintah
Daerah
(TAPD).
melalui
TAPD
Tim
lalu
Anggaran
memberikan
Rancangan
KUA-PPAS
itu
6)
21
yaitu
dokumen
pelaksanaan
anggaran
18
Ibid, Pasal 8.
Ibid, Pasal 9.
20
Ibid,Pasal 10 dan Pasal 11.
21
Ibid,Pasal 11A.
22
Ibid,Pasal 12.
19
12
8)
c.
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
(b)
(c)
NPHD;
23
Ibid,Pasal 14.
Ibid, Pasal 13 dan Pasal 14 ayat (3).
25
Ibid, Pasal 18.
24
13
(d)
(e)
2)
laporan
penggunaan
hibah,
disampaikan
kepada
(c)
26
dengan
berakhirnya
tahun
anggaran
yang
14
3)
IV.
Penutup
Penetapan Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah melalui Permendagri Nomor 32
Tahun 2011 yang telah diubah dengan Permendagri Nomor 39 Tahun 2012 telah
memberikan tolok ukur yang jelas dan kriteria minimal dalam penganggaran dan
pemberian hibah. Ketentuan dalam Pasal 43 Permendagri Nomor 39 Tahun 2012
27
15
pelaksanaan
dan
penatausahaan,
pelaporan
dan
28
http://www.kpk.go.id/id/berita/siaran-pers/1657-cegah-dana-bansos-dan-hibah-dari-penyalahgunaan,
diunduh tanggal 16 Desember 2014.
16