Anda di halaman 1dari 16

PEMBERIAN BANTUAN HIBAH OLEH PEMERINTAH DAERAH

BERDASARKAN KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN

http://keuda.kemendagri.go,id

I.

Pendahuluan
Belanja bantuan hibah merupakan salah satu rekening belanja dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang menarik perhatian publik
dan seringkali menjadi tajuk utama pada media massa. Hal tersebut dikarenakan
banyak pihak yang membutuhkan bantuan hibah tersebut dan banyak kepentingan
yang dapat diakomodir, baik untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat
maupun kepentingan politik tertentu. Pemberian bantuan hibah oleh pemerintah
daerah menjadi rawan penyalahgunaan terutama menjelang adanya pemilihan
umum kepala daerah, dimana terdapat kecenderungan bantuan hibah digunakan
sebagai alatpolitik pencitraan oleh kepala daerah/wakilkepaladaerah,terutama
Kepala Daerah Incumbent yang mencalonkandirinya kembali dalam ajang
pemilihan umum kepala daerah untuk periode kedua. Bisa juga disalahgunakan
untuk para tim sukses yang dianggap telah berjasa dan dalam menggolkan kepala
daerah/wakil kepaladaerah yang sedang menjabat. Berbagai praktik modus yang
digunakan melalui penganggaran dalam APBD, sehingga peruntukannya banyak
yang kurang tepatsasaran. Walaupun sebenarnya banyak masyarakat dan

Tulisan Hukum_Subbagian Hukum_BPK Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur

organisasi kemasyarakatan yang memang sangat membutuhkan bantuan tersebut


secara riil dan rasional. 1
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bahkan telah melakukan kajian yang
menemukan adanya relasi dana bantuan sosial (bansos) dan hibah APBD terkait
pelaksanaan

pemilihan

umum

kepala

daerah.

KPK

juga

menemukan

kecenderungan dana hibah mengalami kenaikan menjelang pelaksanaan pemilihan


umum kepala daerahyang terjadi pada kurun 2011 sampai dengan 2013. Selain
itu, didapati juga fakta banyaknya tindak pidana korupsi yang diakibatkan
penyalahgunaan kedua anggaran tersebut.Sebelumnya, hasil kajian KPK
menunjukkan nominal dana hibah dalam APBD yang cenderung meningkat dalam
tiga tahun terakhir. Dari Rp15,9 triliun pada 2011, menjadi Rp37,9 triliun (2012)
dan Rp49 triliun (2013). Juga ditemukan adanya pergeseran tren penggunaan dana
bansos terhadap pemilihan umum kepala daerah, menjadi dana hibah yang
memiliki korelasi lebih kuat. Dari data APBD 2010 2013 dan pelaksanaan
pemilihan umum kepala daerah2011 2013, terjadi peningkatan persentase dana
hibah terhadap total belanja. Kenaikan juga terjadi pada dana hibah di daerah yang
melaksanakan pemilihan umum kepala daerahpada tahun pelaksanaandan satu
tahun menjelang pelaksanaan pemilihan umum kepala daerah. Kenaikan dana
hibah terhadap total belanja cukup fantastis. Ada daerah yang persentase
kenaikannya mencapai 117 kali lipat pada 2011 2012, dan 206 kali lipat pada
kurun 2012 2013. Sedangkan dana bansos, mencapai 5,8 kali lipat pada 2011
2012dan 4,2 kali lipat pada 2012 2013. Bila dilihat dari persentase dana hibah
terhadap total belanja, nilainya juga cukup signifikan. Terdapat sebuah daerah
yang anggaran dana hibahnya mencapai 37,07 persen dari total APBD. 2
Seharusnya

pemerintah

daerah

dalam

memberikan

bantuan

hibah

disesuaikan kepada kemampuan keuangan daerahnya sendiri dan harus tetap


memprioritaskan pemenuhan belanja urusan wajib terlebih dahulu. 3

http://keuda.kemendagri.go.id/artikel/detail/30-maksimalkan-dana-hibah-untuk-kepentingan-rakyat,
diunduh tanggal 16 Desember 2014.
2
http://www.kpk.go.id/id/berita/siaran-pers/1657-cegah-dana-bansos-dan-hibah-dari-penyalahgunaan,
diunduh tanggal 16 Desember 2014.
3
Permendagri Nomor 32 Tahun 2011 sebagaimana telah diubah dengan Permendagri Nomor 39 Tahun
2012, Pasal 4 ayat (1) dan ayat (2).

Tulisan Hukum_Subbagian Hukum_BPK Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur

Pasal 21 ayat (2) Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 2 tahun 2012 tentang
Hibah Daerah juga menyatakan bahwa Hibah dari Pemerintah Daerah dapat
dianggarkan apabila Pemerintah Daerah telah memenuhi seluruh kebutuhan
belanja urusan wajib guna memenuhi standar pelayanan minimum sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan, kecuali ditentukan lain dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pemberian bantuan hibah oleh pemerintah daerah itu sendiri diperbolehkan
berdasarkan PPNomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan
Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, yang telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Pemendagri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah. Namun, pengaturannya secara spesifik baru
ditetapkan melalui Permendagri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah, yang telah disempurnakan kembali dengan Permendagri
Nomor 39 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial
yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
Hibahdapatdiberikanberupauangmaupunbarangataujasa.Selanjutnya
pembahasan dalam tulisan hukum ini dibatasi hanya terhadap pemberian bantuan
hibah yang berbentuk uang dan bersumber dari APBD oleh pemerintah daerah
saja.
Tujuan Tulisan Hukum ini adalah untuk menjabarkan lebih lanjut mengenai
ketentuan-ketentuan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang dapat
menjadi pedoman dalam memberikan pembatasan-pembatasan yang jelas dan
tegas untuk pemberian bantuan hibahberbentuk uang yang bersumber dari APBD
oleh pemerintah daerah agar permasalahan-permasalahan hukum sebagai akibat
penyalahgunaan pemberian bantuan hibah dapat diminimalisasi dan ditiadakan,
sehingga bantuan hibah dapat tersalurkan dengan tepat waktu dan tepat sasaran.

Tulisan Hukum_Subbagian Hukum_BPK Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur

II.

Permasalahan
1.

Apakah yang dimaksud dengan hibah?

2.

Bagaimanakah kriteria dan mekanisme pemberian hibah berbentuk uang


yang bersumber dari APBD oleh pemerintah daerah berdasarkan peraturan
perundang-undangan?

III. Pembahasan
1.

Pengertian, Tujuan, dan Bentuk Pemberian Hibah yang bersumber


dari APBD
a.

Pengertian Hibah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hibah berarti pemberian
(dengan sukarela) dengan mengalihkan hak atas sesuatu kepada orang
lain. 4 Kata hibah memiliki 2 (dua) makna, yaitu hibah antar
personal sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (KUH Perdata) dan hibah terkait dengan keuangan daerah,
sesuai dengan objek tulisan hukum ini, sebagaimana diatur dalam
ketentuan perundang-undangan sebagai berikut:
1)

Pasal

1666

KUH Perdata,

menyatakanhibah/penghibahan

(schenking) adalah suatu persetujuan/perjanjian (overeenkomst)


dengan/dalam mana pihak yang menghibahkan (schenker), pada
waktu ia masih hidup, secara cuma-cuma (om niet) dan tak dapat
ditarik

kembali,

menyerahkan/melepaskan

sesuatu

benda

kepada/demi keperluan penerima hibah (begiftigde) yang


menerima penyerahan/penghibahan itu.
2)

Penjelasan Pasal 27 ayat (7) huruf f PP Nomor 58 tahun 2005


tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, menyatakan bahwa
hibah digunakan untuk menganggarkan pemberian uang/barang
atau jasa kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya,
perusahaan daerah, masyarakat, dan organisasi kemasyarakatan,
yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, bersifat
tidak wajib dan tidak mengikat,serta tidak secara terus menerus.

http://kbbi.web.id.

Tulisan Hukum_Subbagian Hukum_BPK Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur

3)

Pasal 42 Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman


Pengelolaan Keuangan Daerah, yang telah diubah beberapa kali
terakhir dengan Pemendagri Nomor 21 Tahun 2011 tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah, yang menyatakan bahwa belanja hibah digunakan untuk
menganggarkan pemberianhibah dalam bentuk uang, barang
dan/atau jasa kepadapemerintah atau pemerintah daerah lainnya,
perusahaandaerah,

masyarakat,

kemasyarakatanyang

secara

dan

spesifik

telah

organisasi
ditetapkan

peruntukannya.
4)

Pasal 1 angka 14 Permendagri Nomor 32 Tahun 2011 tentang


Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, yang telah
diubah dengan Permendagri Nomor 39 Tahun 2012 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32
Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan
Sosial yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah, pengertian hibah adalah pemberian uang/barang atau
jasa dari pemerintah daerah kepada pemerintah atau pemerintah
daerah lainnya, perusahaan daerah, masyarakat dan organisasi
kemasyarakatan,

yang

secara

spesifik

telah

ditetapkan

peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, serta


tidak secara terus menerus yang bertujuan untuk menunjang
penyelenggaraan urusan pemerintah daerah.
5)

Buletin Teknis Nomor 4 Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)


tentang Penyajian dan Pengungkapan Belanja Pemerintah,
menyatakan bahwa hibah adalah pengeluaran pemerintah dalam
bentuk

uang/barang

atau

jasa

kepada

pemerintah

atau

pemerintah lainnya, perusahaan daerah, masyarakat, dan


organisasi kemasyarakatan, yang secara spesifik telah ditetapkan

Tulisan Hukum_Subbagian Hukum_BPK Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur

peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, serta


tidak secara terus menerus.
6)

Buletin Teknis Nomor 13 SAP tentang Akuntansi Hibah, yang


menyatakan bahwa belanja hibah adalah belanja pemerintah
dalam bentuk uang/barang atau jasa yang dapatdiberikan kepada
pemerintah negara lain, organisasi internasional, pemerintah
pusat/daerah, perusahaan negara/daerah, kelompok masyarakat,
atau organisasi kemasyarakatan yangsecara spesifik telah
ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak
mengikat, sertatidak secara terus menerus kecuali ditentukan
lain dalam peraturan perundang-undangan.

b.

Tujuan Pemberian Hibah


Sesuai dengen pengertian hibah, maka pemberian hibah oleh
pemerintah daerah bertujuan untuk menunjang penyelenggaran urusan
pemerintah

daerah.

Pemberian

hibah

ditujukanuntukmenunjangpencapaian sasaran program dan kegiatan


pemerintahdengan tetap memperhatikan asas keadilan, kepatutan,
rasionalitas, dan manfaat untuk masyarakat 5, serta sesuai dengan asas
pengelolaan

keuangan

daerah 6.

Asas-

asastersebutdapatdijelaskansebagaiberikut:
1)

Asaskeadilan yaitu terdapat keseimbangan dalam distribusi


kewenangan dan penyalurannya dan/atau keseimbangan
distribusi hak dan kewajiban berdasarkan pertimbangan
objektif;

2)

Asas kepatutanyaitu tindakan atau suatu sikap yang dilakukan


dengan wajar dan proporsional;

3)

Asas rasionalitas yaitu keputusan atas pemberian hibah


harustepat sasaran dan dapat dipertanggungjawabkan;

Permendagri Nomor 32 Tahun 2011 sebagaimana telah diubah dengan Permendagri Nomor 39 Tahun
2012, Pasal 4 ayat (3).
6
PP Nomor 2 Tahun 2012 tentang Hibah Daerah, Pasal 7.

Tulisan Hukum_Subbagian Hukum_BPK Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur

4)

Asas manfaat untuk masyarakatyaitubahwa keuangan daerah


harus diutamakan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat
dan bermanfaat;

5)

Asaspengelolaankeuangandaerahberartibahwakeuangandaerahdi
kelolasecaratertib,
efektif,

taatpadaperaturanperundang-undangan,

efisien,

ekonomis,

transparan,

danbertanggungjawabdenganmemperhatikanasaskeadilan,
kepatutan, danmanfaatuntukmasyarakat.

c.

Bentuk Hibah
Berdasarkan Pasal 3 ayat (1) Permendagri Nomor 32 Tahun 2011
tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, yang telah
diubah dengan Permendagri Nomor 39 Tahun 2012 tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang
Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, pemberian hibah dapat
berupa

uang,

barang,

atau

jasa.

Bentukhibahtersebutdapatdijabarkansebagaiberikut:
1)

Hibah berupa uang, dianggarkan dalam kelompok belanja tidak


langsung, jenis belanja hibah, obyek belanja hibah, dan rincian
obyek belanja hibah pada Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
(PPKD). 7 PPKD merupakan kepala Satuan Kerja Pengelola
Keuangan

Daerah

melaksanakan

(SKPKD)

pengelolaanAPBD

yang
dan

mempunyai
bertindak

tugas
sebagai

bendahara umum daerah. Hibah berupa uang dikelompokkan ke


dalam belanja tidak langsung yang merupakan belanja yang
tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan
kegiatan daerah. 9
7

PermendagriNomor 32 Tahun 2011 sebagaimanatelahdiubahdenganPermendagriNomor 39 Tahun 2012,


Pasal 11 ayat (1).
8
Permendagri Nomor 21 Tahun 2011, Pasal 1 angka 15.
9
Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana telah diubah dua kali, terakhir dengan Permendagri
Nomor 21 Tahun 2011, Pasal 36 ayat (2).

Tulisan Hukum_Subbagian Hukum_BPK Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur

2)

Hibah berupa pembelian barang dan/atau kegiatan berupa jasa,


dianggarkan

dalam

kelompok

belanja

langsung

yang

diformulasikan kedalam program dan kegiatan, yang diuraikan


kedalam jenis belanja barang dan jasa, obyek belanja hibah
barang atau jasa berkenaan kepada pihak ketiga/masyarakat, dan
rincian obyek belanja hibah barang atau jasa yang diserahkan
kepada kepada pihak ketiga/masyarakat pada Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD). 10 SKPD merupakan perangkat
daerah

pada

pemerintah

daerah

selaku

pengguna

anggaran/pengguna barang. 11Hibah berupa barang dan/atau jasa


dapat dikelompokkan ke dalam belanja langsung yang
merupakan belanja yang terkait secara langsung dengan
pelaksanaan program dan kegiatan daerah. 12

2.

Kriteria dan Mekanisme Pemberian Bantuan Hibah Berbentuk Uang


yang Bersumber dari APBD oleh Pemerintah Daerah Berdasarkan
Peraturan Perundang-Undangan
Sesuai dengan Pasal 42 ayat (4a) Permendagri Nomor 59 Tahun 2007
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, maka belanja hibah
diberikan secara selektif denganmempertimbangkan kemampuan keuangan
daerah,rasionalitas dan ditetapkan dengan keputusan kepaladaerah.
Dengan berlakunya Permendagri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah, yang kemudian disempurnakan kembali
dengan Permendagri Nomor 39 Tahun 2012 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah, maka pemberian hibah sejak tahun

10

Permendagri Nomor 32 Tahun 2011 sebagaimana telah diubah dengan Permendagri Nomor 39 Tahun
2012, Pasal 11 ayat (3).
11
Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana telah diubah dua kali, terakhir dengan Permendagri
Nomor 21 Tahun 2011, Pasal 1 angka 10.
12
Ibid,Pasal 36 ayat (2).

Tulisan Hukum_Subbagian Hukum_BPK Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur

anggaran 2012 menjadi semakin selektif dan ketat.Kriteria-kriteria sebagai


pembatasan pemberian hibah disyaratkan oleh Permendagri dan dapat
mengantisipasi terjadinya penyimpangan dalam mekanisme pemberian
hibah mulai dari proses pengajuan proposal atau permohonan hibah,
penganggaran oleh pemerintah daerah, penetapan dan penyaluran dana
hibah, sampai dengan pertanggungjawaban serta monitoring dan evaluasi
atas pemberian dana hibah tersebut.
Ditekankan pada Pasal 42 Permendagri tersebut, bahwa tata cara
penganggaran, pelaksanaan dan penatausahaan, pertanggungjawaban dan
pelaporan serta monitoring dan evaluasi hibah dan bantuan sosial harus
diatur lebih lanjut dengan peraturan kepala daerah. Pemerintah daerah baru
dapat menganggarkan belanja hibah setelah peraturan kepala daerah
dimaksud ditetapkan dan berlaku dengan menyesuaikan kepada ketentuan
Permendagri tersebut. Berarti selain kriteria minimal yang dipersayaratkan
oleh

Permendagri,

pemerintah

daerah

dapat

menambahkan

kriteria/persyaratan lain terkait hibah yang dinilai penting dan sesuai dengan
karakteristik daerahnya selama tidak bertentangan dengan Permendagri.
Berikutpenjelasankriteria/persyaratanterkaitpemberianhibah:
a.

Kriteria atau Syarat Minimal Pemberian Hibah


1)

Peruntukannya secara spesifik telah ditetapkan;


Hibah berupa uang harus dicantumkan secara lengkap dan jelas
ke dalam dokumen Rencana Kerja dan Anggaran PPKD (RKAPPKD) mulai dari jenis belanja hibah, obyek, dan rincian obyek
belanja. 13 Artinya, dalam menyusun RKA-PPKD tersebut sudah
harus dipastikan dan ditetapkan nama penerima, jumlah/besaran
nilai, dan peruntukan hibah tersebut. Anggaran belanja hibah,
baik

sebagian

maupun

keseluruhan,

tidak

dapat

lagi

dicantumkan secara gelondongan atau hanya sampai jenis


belanja hibah saja. Peruntukan penggunaan hibah juga secara
spesifik dicantumkan dalam peraturan kepala daerah, keputusan
kepala daerah, dan Naskah Perjanjian Hibah Daerah (NPHD).
13

Permendagri Nomor 32 Tahun 2011 sebagaimana telah diubah dengan Permendagri Nomor 39 Tahun
2012, Pasal 10 dan Pasal 11.

Tulisan Hukum_Subbagian Hukum_BPK Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur

2)

Tidak wajib, tidak mengikat dan tidak terus menerus setiap


tahun anggaran, kecuali ditentukan lain oleh peraturan
perundang-undangan;
Kriteria ini berarti pemerintah daerah tidak memiliki kewajiban
untuk mengabulkan semua proposal/permohonan bantuan hibah
yang diajukan oleh calon penerima hibah, dana hibah diberikan
sebagai bantuan kegiatan, bukan digunakan untuk dana
operasional yang selalu diberikan setiap tahun anggaran, dengan
pengecualian yang juga ditentukan dalam peraturan perundangundangan, misalnya hibah untuk organisasi semi pemerintah
seperti Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga
(TP-PKK), Palang Merah Indonesia, Komite Olahraga Nasional
Indonesia

(KONI),

Pramuka,

maupun

organisasi

semi

pemerintah lainnya.
3)

Memenuhi persyaratan penerima hibah;


Penerima hibah dapat dijelaskan sebagai berikut 14:
(a)

Pemerintah,

yaitu

satuan

kerja

dari

kementerian

kementerian/lembaga pemerintah non kementerian yang


wilayah kerjanya berada dalam daerah yang bersangkutan,
atau sering disebut sebagai hibah kepada instansi vertikal;
(b)

Pemerintah daerah lainnya, yaitu hibah kepada daerah


otonom baru

hasil

pemekaran

daerah

sebagaimana

diamanatkan peraturan perundang-undangan;


(c)

Perusahaan daerah, yaitu Badan Usaha Milik Daerah


(BUMD) dalam rangka penerusan hibah yang diterima
pemerintah daerah dari Pemerintah Pusat sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;

(d)

Masyarakat, yaitu kelompok orang yang memiliki


kegiatan tertentu dalam bidang perekonomian, pendidikan,
kesehatan, keagamaan, kesenian, adat istiadat, dan
keolahragaan non-profesional. Hibah kepada masyarakat

14

Permendagri Nomor 32 Tahun 2011 sebagaimana telah diubah dengan Permendagri Nomor 39 Tahun
2012, Pasal 5 dan Pasal 6.

Tulisan Hukum_Subbagian Hukum_BPK Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur

10

ini diberikan dengan persyaratan minimal memiliki


kepengurusan yang jelas dan berkedudukan dalam wilayah
administrasi pemerintah daerah yang bersangkutan 15;
(e)

Organisasi kemasyarakatan yang dibentuk berdasarkan


peraturan perundang-undangan. Hibah kepada organisasi
kemasyarakatan ini diberikan dengan persyaratan minimal
telah terdaftar pada pemerintah daerah setempat sekurangkurangnya 3 tahun (kecuali ditentukan lain oleh peraturan
perundang-undangan),

berkedudukan

dalam

wilayah

administrasi pemerintah daerah yang bersangkutan, dan


memiliki sekretariat tetap. 16

b.

Persyaratan

pada

Mekanisme

Pengajuan

Proposal/Permohonan

Bantuan Hibah dan Penganggaran, Penetapan, serta Penyaluran Dana


Hibah oleh Pemerintah Daerah
1)

Setelah persyaratan awal sebagai calon penerima hibah seperti


yang sudah dijabarkan di atas terpenuhi, maka calon penerima
hibah menyampaikan usulan/proposal/permohonan hibah secara
tertulis kepada kepala daerah. 17

2)

Muatan usulan/proposal/permohonan hibah tersebut dapat


ditentukan lebih lanjut dengan peraturan kepala daerah. Namun
setidaknya harus memuat latar belakang diajukannya usulan
tersebut, maksud, tujuan, dan uraian kegiatan beserta rencana
kebutuhan anggaran/rencana anggaran biaya, serta kelengkapan
administrasi seperti susunan kepengurusan untuk organisasi
kemasyarakatan, akta pendirian, dan keterangan/pernyataandari
Kesbangpol dan pihak berwenang setempat.

3)

Kepala daerah lalu menunjuk SKPD terkait untuk melakukan


evaluasi atas usulan/proposal/permohonan hibah tersebut,
kepala SKPD lalu menyampaikan rekomendasi sebagai hasil

15

Ibid, Pasal 7 ayat (1).


Ibid, Pasal 7 ayat (2).
17
Ibid, Pasal 8 ayat (1).
16

Tulisan Hukum_Subbagian Hukum_BPK Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur

11

evaluasi

kepada kepala daerah

Pemerintah

Daerah

(TAPD).

melalui
TAPD

Tim

lalu

Anggaran

memberikan

pertimbangan atas rekomendasi tersebut sesuai dengan prioritas


dan kemampuan keuangan daerah. 18 TAPD dibentuk dengan
keputusan kepala daerah dan dipimpin oleh sekretaris daerah
yang mempunyai tugas menyiapkan serta melaksanakan
kebijakan kepala daerah dalam rangka penyusunan APBD yang
anggotanya terdiri dari pejabat perencana daerah, PPKD dan
pejabat lainnya sesuai dengan kebutuhan.
4)

Rekomendasi kepala SKPD dan pertimbangan TAPD dijadikan


dasar pencantuman alokasi anggaran hibah dalam rancangan
Kebijakan Umum Anggaran dan Prioritas dan Plafon Anggaran
Sementara(KUA-PPAS). 19

Rancangan

KUA-PPAS

itu

selanjutnya akan dibahas dan disepakati oleh TAPD dengan


Panitia Anggaran DPRD dan menjadi pedoman bagi PPKD
untuk menetapkan RKA-PPKD.
5)

Hibah berupa uang dicantumkan dalam RKA-PPKD mulai dari


jenis belanja hibah, obyek, dan rincian obyek belanja. RKAPPKD menjadi dasar penganggaran hibah dalam APBD sesuai
peraturan perundang-undangan. 20 APBD selanjutnya ditetapkan
melalui peraturan daerah (perda) dan penjabaran APBD
ditetapkan melalui peraturan kepala daerah (perkada).Daftar
nama penerima, alamat penerima, dan besaran hibah juga
dicantumkan dalam Lampiran III
APBD.

6)

Perkada tentang Penjabaran

21

Pelaksanaan anggaran hibah berupa uang berdasarkan atas apa


yang ditetapkan dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran PPKD
(DPA-PPKD) 22,

yaitu

dokumen

pelaksanaan

anggaran

18

Ibid, Pasal 8.
Ibid, Pasal 9.
20
Ibid,Pasal 10 dan Pasal 11.
21
Ibid,Pasal 11A.
22
Ibid,Pasal 12.
19

Tulisan Hukum_Subbagian Hukum_BPK Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur

12

badan/dinas/biro keuangan/bagian keuangan selaku Bendahara


Umum Daerah.
7)

Berdasarkan Perda APBD dan Perkada Penjabaran APBD,


kepala daerah lalu menetapkan daftar penerima hibah beserta
besaran uang hibah melalui keputusan kepala daerah. Daftar
penerima hibah tersebut menjadi dasar penyaluran/penyerahan
hibah.Pencairan/penyaluran hibah dilakukan dengan mekanisme
pembayaran langsung dari rekening Kas Daerah ke rekening
penerima hibah. 23

8)

Penyaluran/penyerahan hibah dari pemerintah daerah kepada


penerima hibah dilakukan setelah penandatanganan NPHD
bersama antara penerima hibah dengan kepala daerah atau
pejabat yang diberinya wewenang untuk menandatangani
NPHD.
NPHD paling sedikit harus memuat: 24

c.

(a)

pemberi dan penerima hibah;

(b)

tujuan pemberian hibah;

(c)

besaran/rincian penggunaan hibah yang akan diterima;

(d)

hak dan kewajiban;

(e)

tata cara penyaluran/penyerahan hibah; dan

(f)

tata cara pelaporan hibah.

Pertanggungjawabandan Monitoring Serta Evaluasi atas Pemberian


Hibah Berupa Uang
1)

Pertanggungjawaban pemerintah daerah atas pemberian hibah,


meliputi: 25
(a)

Usulan dari calon penerima hibah kepada kepala daerah;

(b)

Keputusan kepala daerah tentang penetapan daftar


penerima hibah;

(c)

NPHD;

23

Ibid,Pasal 14.
Ibid, Pasal 13 dan Pasal 14 ayat (3).
25
Ibid, Pasal 18.
24

Tulisan Hukum_Subbagian Hukum_BPK Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur

13

(d)

Pakta integritas dari penerima hibah yang menyatakan


bahwa hibah yang diterima akandigunakan sesuai dengan
NPHD; dan

(e)

Bukti transfer uang dari rekening Kas Daerah ke rekening


penerima hibah.

2)

Pertanggungjawaban oleh Penerima Hibah 26


Penerima hibah bertanggung jawab secara formal dan material
atas penggunaan dana hibah yang diterimanya. Dengan
menerima bantuan hibah berupa uang dari pemerintah daerah
yang bersumber dari APBD maka penerima hibah juga harus
menyadari kewajibannya selaku obyek pemeriksaan, khususnya
pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa Keuangan.
Pertanggungjawaban penerima hibah disampaikan kepada
kepala daerah paling lambat tanggal 10 Januari tahun anggaran
berikutnya, meliputi:
(a)

laporan

penggunaan

hibah,

disampaikan

kepada

kepaladaerah melalui PPKD dengan tembusan SKPD


terkait;
(b)

surat pernyataan tanggung jawab yang menyatakan bahwa


hibah yang diterima telah digunakan sesuai NPHD.
Penggunaan/peruntukan hibah yang diterima harus sesuai
dengan tujuan atau rencana kegiatan yang diajukan dalam
usulan/proposal/permohonan hibah;

(c)

bukti-bukti pengeluaran yang lengkap dan sah sesuai


peraturan perundang-undangan. Bukti-bukti pengeluaran
harus sesuai dengan nilai yang tercantum dalam laporan
pertanggungjawaban. Dalam prakteknya, terutama untuk
kegiatan kepanitiaan yang bersifat sementara atau ad-hoc,
jika ada sisa dana hibah yang masih tidak digunakan
sampai

26

dengan

berakhirnya

tahun

anggaran

yang

Ibid, Pasal 16 dan Pasal 19.

Tulisan Hukum_Subbagian Hukum_BPK Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur

14

bersangkutan maka sisa dana hibah tersebut harus


dikembalikan ke rekening Kas Daerah. Ketentuan
tambahan seperti ini dapat mencegah penyimpangan
dalam penggunaan dana hibah dan perlu ditetapkan ke
dalam peraturan kepala daerah atau keputusan kepala
daerah.

3)

Monitoring dan Evaluasi atas Pemberian Hibah


Terhadap realisasi pencairan dan penyaluran dana hibah,
pemerintah daerah, khususnya SKPD terkait, tetap harus
melakukan proses monitoring dan evaluasi atas penggunaan
dana hibah tersebut, misalnya dengan melakukan cek fisik
maupun meminta adanya laporan berkala (triwulan atau
semesteran) dalam tahun anggaran berjalan terkait sejauh mana
penggunaan dana hibah. Hasil monitoring dan evaluasi tersebut
disampaikan kepada kepala daerah dengan tembusan kepada
SKPD yang mempunyai tugas dan fungsi pengawasan. 27
Apabila dari hasil monitoring dan evaluasi ditemukan adanya
ketidaksesuaian antara realisasi penggunaan hibah dengan
peruntukan/tujuan pada usulan/proposal/permohonan bantuan
hibah yang telah disetujui sebelumnya, maka pemerintah daerah
selaku pemberi hibah berhak mengenakan sanksi sesuai
peraturan perundang-undangan atau NPHD terhadap penerima
hibah tersebut.

IV.

Penutup
Penetapan Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah melalui Permendagri Nomor 32
Tahun 2011 yang telah diubah dengan Permendagri Nomor 39 Tahun 2012 telah
memberikan tolok ukur yang jelas dan kriteria minimal dalam penganggaran dan
pemberian hibah. Ketentuan dalam Pasal 43 Permendagri Nomor 39 Tahun 2012

27

Ibid, Pasal 40.

Tulisan Hukum_Subbagian Hukum_BPK Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur

15

yang menyatakan bahwa dengan berlakunya Permendagri tersebut maka


penganggaran,

pelaksanaan

dan

penatausahaan,

pelaporan

dan

pertanggungjawaban serta monitoring dan evaluasi pemberian hibah dan bantuan


sosial mulai tahun anggaran 2013 harus berpedoman pada Permendagri tersebut,
dan pasal-pasal dalam Permendagri Nomor 32 Tahun 2011 yang tidak diubah,
tidak lagi memberikan alasan kepada pemerintah daerah untuk menyalurkan hibah
dengan tidak terencana. Penganggaran dan pemberian hibah juga harus tetap
memperhatikan ketentuan Permendagri tentang Pedoman Penyusunan Anggaran
Pendapatan Dan Belanja Daerah yang terbit untuk tiap tahun anggaran.
Lebih lanjut lagi, sebagai salah satu bentuk keseriusan dalam melakukan
upaya-upaya pencegahan korupsi khususnya yang berkaitan dengan agenda
politik, KPK mengawali tahun 2014 ini dengan meminta kepada jajaran kepala
daerah untuk mengelola secara sungguh-sungguh dana bantuan sosial dan hibah
agar terhindar dari penyalahgunaan. Hal itu tertuang dalam surat himbauan
bernomor B-14/01-15/01/2014 tertanggal 6 Januari 2014 yang dikirimkan kepada
seluruh gubernur dan ditembuskan kepada Menteri Dalam Negeri. KPK meminta
kepada para kepala daerah agar pengelolaan dana hibah dan bansos mengacu pada
Permendagri 32/2011 yang telah diubah menjadi Permendagri 39/2012.
Pemberian dana hibah dan bansos harus berpegang pada asas keadilan, kepatutan,
rasionalitas dan manfaat yang luas bagi masyarakat, sehingga jauh dari
kepentingan pribadi dan kelompok serta kepentingan politik dari unsur
pemerintah daerah. Karena itu, para kepala daerah agar memperhatikan waktu
pemberian dana bansos dan hibah, agar tidak terkesan dilaksanakan terkait dengan
pelaksanaan Pemilukada. Selain itu, KPK juga meminta agar aparat pengawasan
internal pemerintah daerah dapat berperan secara optimal dalam mengawasi
pengelolaan dan pemberian dana bansos dan hibah tersebut. 28

28

http://www.kpk.go.id/id/berita/siaran-pers/1657-cegah-dana-bansos-dan-hibah-dari-penyalahgunaan,
diunduh tanggal 16 Desember 2014.

Tulisan Hukum_Subbagian Hukum_BPK Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur

16

Anda mungkin juga menyukai