Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH ADMINISTRASI PERADILAN

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setelah Indonesia merdeka, di awal kemerdekaan belum
terlihat

adanya

perubahan

terhadap

lembaga

pengadilan.

Berdasarkan pasal II aturan Peralihan Undang-Undang Dasar


1945, maka Susunan pengadilan masih menggunakan seperti
yang diatur di dalam Undang-Undang N0. 34 Tahun 1942
tersebut diatas. Perubahan mulai terjadi setelah dikeluarkannya
Undang-Undang

N0.

19

tahun

1948.

Undang-undang

ini

bermaksud melaksanakan Pasal 24 UUD 1945 tentang kekuasaan


kehakiman sekaligus juga mencabut Undang-Undang No. 7 Tahun
1947 tentang susunan dan kekuasaan Mahkamah Agung dan
Kejaksaan Agung Menurut pasal 6 Undang-Undang No. 19 tahun
1948 dalam Negara Republik Indonesia dikenal adanya 3
lingkungan peradilan, yaitu : Peradilan umum, Peradilan tata
usaha

pemerintahan;

dan

Peradilan

ketentaraan

Kemudian

sejalan jatuhnya pemrintahan Orde baru yang disertai dengan


tuntutan Reformasi di segala bidang termasuk hukum dan
peradilan, maka para Hakim yang tergabung dalam ikatan Hakim
Indonesia

(IKAHI)

mendesak

pemerintah

supaya

segera

mereformasi lembaga peradilan. Karena kekuasaan Pengadilan


yang ada saat itu masih belum bisa dipisahkan dari Eksekutif,
oleh karena untuk urusan administrasi dan finansial masih
dibawah

Menteri

Kehakiman

yang

merupakan

pembantu

presiden. Perjuangan menjadi kekuasaan yudikatif yang mandiri


dibawah Mahkamah agung itu itu berlangsung cukup lama
hingga

kemudian

mengalami

perkembangan

yang

cukup

mendasar, yakni setelah dikeluarkannya Undang-Undang No. 35


tahun 1999 tcntang Perubahan Atas Undang-Undang No. 4 Tahun
1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman.
Dari sinilah kemudian ke Empat lingkungan badan peradilan
dikembalikan menjadi yudikatif dibawah satu atap Mahkamah
Agung. Undang-undang itu sendiri kemudian dicabut dengan
berlakunya

Undang-Undang Nomor

tahun

2004

tantang

Kekuasaan Kehakiman untuk menyesuaikan dengan adanya


amandemen UUD 1945. Dengan berlakunya Undang-Undang No.
4 Tahun 2004, kembali terjadi perubahan yang mendasar
terhadap badan/lembaga peradilan di Indonesia.
Kekuasaan kehakiman ketentuannya di atur dalam UU
No.14 Tahun 1970.UU ini merupakan induk dan kerangka umum
yang meletakkan dasar serta azas-azas peradilan serta pedoman
bagi lingkungan peradilan umum, peradilan Tata Uasaha Negara,
peradilan militer dan peradilan Agama sedang masing-masing
peradilan masih diatur dalam UU tersendiri.
Untuk lebih jelasnya, pembahasan tentang Persamaan
dan Pebedaan Empat Lingkungan Badan Peradilan di Indonesia
akan kita paparkan lebih lanjut pada poin pembahasan.
B. Batasan Masalah
Dari beberapa uraian di atas kami membatasi pembahasan
kami pada lima linkungan badan Peradilan di Indonesia, antara
lain:
1. Bagaimana Kedudukan dan Peranan Peradilan Umum di
Indonesia?
2. Bagaimana Kedudukan dan Peranan Peradilan Tata Uasaha
Negara di Indonesia?

3. Bagaimana Kedudukan dan Peranan Peradilan Militer di


Indonesia?
4. Bagaimana Kedudukan dan Peranan Peradilan Agama di
Indonesia?
5. Apa Persamaan dan Perbedaan dari Masing-masing Peradilan?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Peradilan Umum
Peradilan

Umum

merupakan

salah

satu

lingkungan

peradilan, di luar peradilan agama, tata usaha Negara dan


peradilan militer. Pada saat sekarang, selain Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 1970 yang menjadi landasan yang mengatur
susunan dan kekuasaan peradilan umum adalah Undang-undang
Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum.
Dalam operasionalnya kekuasaan kehakiman dilingkungan
peradilan umum ini dilaksanakan oleh pengadilan negeri dan
pengadilan umum ini dilaksanakan oleh pengadilan negeri dan
pengadilan tinggi dan berpuncak pada Mahkamah Agung sebagai
pengadilan Negeri tertinggi.
1. Pengadilan Negeri
a. Tempat Kedudukan dan Daerah Hukum
Menurut Undang-undang Nomor 2 Tahun1986, bahwa
pengadilan

negeri

merupakan

pengadilan

tingkat

pertama.Tempat kedudukan pengadilan ini berada di


setiap kotamadya atau Ibukota Kabupaten. Dengan
berkedudukan pada.
Kotamadya atau Ibukota Kabupaten, maka otomatis
daerah hukum pengadilan negeri adalah meliputi
wilayah kotamadya atau Kabupaten yang
bersangkutan.
b. Kekuasaan Pengadilan Tugas pokok dari pengadilan
negeri adalah menerima, memeriksa dan memutus
(mengadili) serta menyelesaikan setiapperkara
(perdata dan pidana) yang diajukan atau dilimpahkan.
Kekuasaan dankewenangan Ketua Pengadilan Negeri
dapat bersifat intern dan ekstern.
2. Pengadilan Tinggi
a. Tempat Kedudukan dan Daerah Hukum
Pengadilan tinggi berkedudukan di Ibukota propinsi
dengan daerah hukumnya meliputi wilayah propinsi
(vide pasal 4UU Nomor 2 / 1986).
b. Kekuasaan dan Kewenangan Pengadilan Tinggi
Menurut pasal 51 ayat (1) Undang-undang Nomor 2
Tahun

1986,

pengadilan

tinggi

bertugas

dan

berwenang mengadili perkara pidana dan perkara


perdata di tingkat banding.
B. Peradilan Agama
Peradilan Agama adalah peradilan bagi orang-orang yang
beragama Islam.Peradilan ini merupakan salah satupelaksanaan
kekuasaan

kehakiman

bagi

rakyat

pencari

keadilan

yang

beragamaIslam mengenai perkara perdata tertentu yang diatur

dalam Undang-undang Nomor 7ahun 1989.Demikian bunyi pasal


1 butir dan pasal 2 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989.
1. Pengadilan Agama
a. Tempat Kedudukan dan daerah Hukum
Ditentukan pasal 4 jo pasal 6 Undang-undang Nomor 7
Tahun 1989 bahwa pengadilan agama merupakan
pengadilan tingkat pertama yang berkedudukan di
Kotamadya atau Ibukota Kabupaten.
b. Kekuasaan dan Kewenangan Pengadilan Agama Titik
berat

kekuasaan

pengadilan

agama

adalah

sebagaimana dimaksud pasal 49 ayat (1) UU No. 7


atau 1989, yang menyatakan: Pengadilan Agama
bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan
menyelesaikan
antara

perkara-perkara

orang

yang

di

tingkatpertama

beragama

Islam

di

bidang:Perkawinan,Kewarisan, wasiat dan hibah, yang


dilakukan

berdasarkan

hukum

Islam,Wakaf

dan

sedekah.
2. Pengadilan Tinggia Agama
a. Tempat Kedudukan dan Daerah Hukum
Ada kesamaan tempat kedudukan dan daerah hukum
Pengadilan

Tinggi

(lingkungan

peradilan

umum)

dengan Pengadilan Tinggi Agama, yakni di Ibukota


propinsi

yang

daerah

hukumnya

adalah

meliputi

wilayah propinsi yang bersangkutan.bertugas dan


berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan
sengketa Tata Usaha Negara di tingkat pertama.
C. Peradilan Tata Usaha Negara
1. Pengadilan Tata Usaha Negara

Kedudukan Pengadilan Tata Usaha Negara adalah sebagai


pengadilan pertama bagi masyarakat pencari keadilan
terhadap sengketa Tata Usaha Negara.Mengenai tempat
kedudukan psl 6 Undang-Undang PTUN menyebutkan di
kotamadya atau ibukota kabupaten.
2. Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara
a.

Kedudukan, Tempat Kedudukan dan daerah Hukum


Kedudukan Pengadilan Tinggi Usaha Negara (PT-TUN)
adalah sebagai pengadilan tingkat banding bagi rakyat
pencari keadilan terhadap sengleta tata usaha Negara
(TUN).Seperti termaktub dalam pasal 6 ayat (2) UUPTUN
ditetapkan PT-TUN berkedudukan di Ibukota propinsi dan
daerah hukumnya meliputi wilayah propinsi.

b.

Kekuasaan dan Kewenangan


PT-TUN sebagai pengadilan tingkat banding, tentu saja
mempunyai

kewenangan

memberikan

dan

memutus

sengketa TUN di tingkat banding. Berpijak kepada redaksi


pasal 51 UUPTUN dapat disimpulkan minimal terdapat 3
(tiga) kewenangan dari PT-TUN, bertugas dan berwenang
memriksa dan memeutus sengketa tata usaha Negara
ditingkat banding;bertugas dan berwenang memeriksa
dan memutus di tingkat pertama dan terakhir sengketa
kewenangan mengadili antara Pengadilan TUN di dalam
daerah hukumnya;bertugas dan berwenang memeriksa,
memutus dan menyelesaikan di tingkat pertama sengketa
tata usaha Negara sebagaimana di maksud dalam pasal
48 UU PTUN.
D. Peradilan Militer

Peradilan militer merupakan salah satu pilar kekuasaan


kehakiman di samping lingkungan peradilan sebagaimana di
maksud pasal 10 ayat (1) Undang-undang Nomor 14 tahun
1970.Keberadaan peradilan militer merupakan konsekuensi logis
adanya

status

subyek

tindak

pidana

itu

yakni seseorang

berstatus militer.
1. Kekuasaan Peradilan Militer.
Untuk mengetahui kekuasaan pengadilan di lingkungan
peradilan militer perlu kita teliti Undang-Undang Nomor
5

Tahun

1950.

Dinyatakan dalam pasal

bahwa

kekuasaan kehakiman dalam peradilan ketentaraan


dilakukan oleh pengadilan ketentaraan, yaitu;
a. Pengadilan Tentara
b. Pengadilan Tentara Tinggi
c. Mahkamah Tentara Agung.
Pada kenyataannya nama pengadilan di lingkungan
peradilan militer menggunakan nama Mahkamah bukan
pengadilan seperti termaktub pasal-pasal UndangUndang Nomor 5 Tahun 1950. Nama pengadilan di
lingkungan peradilan militer tersebut adalah:
a. Mahkamah Militer, lazim di singkat MAMIL;
b. Mahkamah Militer Tinggi, disingkat MAHMILTI;
c. Mahkamah Militer Agung, disingkat MAHMILGUNG.
E. Persamaan dan Perbedaan Dari Masing-masing
Peradilan
1. Peradilan Umum adalah salah satu pelaksana kekuasaan
kehakiman

bagi

rakyat

pencari

keadilan

pada

umumnya.Peradilan umum juga merupakan salah satu


lingkungan peradilan di luar peradilan agama, tata usaha

negara dan peradilan militer.Landasan yang mengatur


susunan dan kekuasaan peradilan umum adalah Undangundang Nomor 8 tahun 2004.disebutkan dalam undangundang tersebut bahwa peradilan umum adalah salah satu
pelaksana

kekuasaan

kehakiman

bagi

rakyat

pencari

keadilan pada umumnya (pasal 2).


2. Peradilan Agama sebagaimana yang terdapat dalam UU
No. 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang dulu hanya
berwenang memeriksa dan memutus perkara-perkara di
tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam di
bidang Perkawinan, Kewarisan, Wasiat, dan Hibah yang
dilakukan berdasarkan hukum Islam, serta Wakaf dan
Shodaqoh, tetapi sekarang wewenangnya diperluas lagi
setelah diundangkannya UU No. 3 tahun 2006 tentang
Perubahan Atas undang-undang No. 7 tahun 1989 tentang
Peradilan

Agama,

sehingga

wewenangnya

diperluas

meliputi: perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat,


infaq, shadaqah; dan ekonomi syari'ah. UU No. 3 tahun 2006
itu muncul dalam rangka penegakkan dari undang undang
No. 7 tahun 1992 jo. Undang undang No. 10 tahun 1998 dan
undang

undang

No.

23

tahun

1999

tentang

Sistem

Perbankan Nasional yang mengizinkan beroperasinya Sistem


Perbankan Syari'ah.
3. Pengadilan Militer Utama merupakan badan pelaksana
kekuasaan

peradilan

di

bawah

Mahkamah

Agung

di

lingkungan militer yang bertugas untuk memeriksa dan


memutus

pada

tingkat

banding

perkara

pidana

dan

sengketa Tata Usaha Angkatan Bersenjata yang telah


diputus pada tingkat pertama oleh Pengadilan Militer Tinggi
yang dimintakan banding.

4. Peradilan

Tata

Usaha

Negara

merupakan

lingkungan

peradilan di bawah Mahkamah Agung sebagai pelaku


kekuasaan

kehakiman

yang

merdeka,

untuk

menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan


keadilan.Peradilan Tata Usaha Negara adalah salah satu
pelaku kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan
terhadap sengketa Tata Usaha Negara. Pengadilan Tata
Usaha Negara merupakan pengadilan tingkat pertama yang
berkedudukan

di

ibukota

Kabupaten/Kota,

hukumnya.adalah

meliputi

kabupaten /kota.

dan

daerah

Sementara

Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara adalah peradilan


tingkat banding yangberkedudukan di ibukota Provinsi, dan
daerah hukumnya meliputi wilayah Provinsi.
5. Pengadilan Negara Tertinggi, Mahkamah Agung merupakan
pengadilan kasasi yang bertugas membina keseragaman
dalam

penerapan

hukum

melalui

putusan

kasasi

dan

peninjauan kembali menjaga agar semua hukum dan


undang-undang diseluruh wilayah negara RI diterapkan
secara adil, tepat dan benar. Mahkama Agung selain tugas
pokok untuk menerima, memeriksa dan mengadili serta
menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya,
berdasar Pasal 2 ayat (2) Undang-undang Nomor 14 Tahun
1970 serta Pasal 38 Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985,
Mahkamah Agung dapat diserahi tugas dan kewenangan lain
berdasarkan Undang-undang.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Peradilan Umum yaitu, merupakan salah satu pelaksana
kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan pada
umumnya
2. Peradilan Agama, yaitu merupakan salah satupelaksanaan
kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang
beragamaIslam mengenai perkara perdata tertentu
3. Peradilan Militer, yaitu sebagai pengadilan pertama bagi
masyarakat pencari keadilan terhadap sengketa Tata Usaha
Negara
4. Peradilan Tata Usaha Negara, yaitu Peradilan militer
merupakan

salah

satu

pilar

kekuasaan

kehakiman

di

samping lingkungan peradilan dan keberadaan peradilan


militer merupakan konsekuensi logis adanya status subyek
tindak pidana itu yakni seseorang berstatus militer.
5. Peradilan Mahkam Agung, yaitu merupakan Peradilan
tertinggi yang menaungi Peradilan-Peradilan yang ada di

bawahnya, diantaranya: Peradilan Umum, Perdilan Agama,


Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha Nergara.
6. Perbedaan

dari

Masing-masing

Peradilan,

yaitu

berdasarkan proses penyelesaian perkaranya tidak jauh


berbeda akan tetapi obek perkaranya yang berbeda.
B. Saran
Dalam makalah ini penulis menyadari bahwasanya banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh karena itu kami
harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan
serta kritikan yang dapat menyempurnakan makalah ini hingga
jauh lebih

baik

demi kesempurnaan penyusunan makalah

selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Waluyo, Bambang, Implementasi Kekuasaan Kehakima, Jakarta:
Sinar Grafika, 1992.
M. Hadjon, Philipus et al, Pengantar Hukum Adminisrasi di
Indonesia,

Cet.

VIII;

Yogyakarta:

GADJA

MADA

UNIVERSITY PRESS, 2002


Mahkamah Agung RI, Pedoman Teknis Administrasi dan Teknis
Peradilan Agama, Buku II, Edisi Revisi 2009.
Adi sulistiono, 1987. Sejarah lembaga peradilan di Indonesia
(online) http://www.malang.ac.id, diakses 20 April 2010.
Disriani Lathifah,2009. Sejarah terbentuknya perdilan negeri di
Indonesia, (online) http://www. Lathifah blog, sejarah
terbentuknya peradilan negeri di Indonesia.com.
http://zanikhan.multiply.com/journal/item/4042

Anda mungkin juga menyukai