Anda di halaman 1dari 32

TUGAS PERIODONSIA

Periodonsium Normal

Disusun oleh:
Merry
080600066
FKG Reguler

Fakultas Kedokteran Gigi


Universitas Sumatera Utara
Medan
2010
1

Gingiva
Gingiva merupakan salah satu komponen dari jaringan periodonsium, komponen
lainnya adalah sementum (lapisan terluar dari akar gigi), tulang alveolar dan ligamen
periodontal. Gingiva adalah bagian mukosa rongga mulut yang mengelilingi gigi dan
menutupi linggir (ridge) alveolar. Merupakan bagian dari aparatus pendukung gigi
periodonsium, dan membentuk hubungan dengan gigi. Hubungan gingiva dengan gigi
dan tulang melalui ligamen periodontal.
Gingiva berfungsi melindungi jaringan di bawah perlekatan gigi terhadap pengaruh
lingkungan rongga mulut. Gingiva tergantung pada gigi-geligi; bila ada gigi-geligi,
gingiva juga ada dan bila gigi dicabut gingiva akan hilang. Jaringan gingiva
normalnya berwarna merah jambu (coral pink), tergantung pada jumlah melanin pada
epitel dan disebabkan adanya pasokan darah pada gingiva.

Gambaran klinis
Gingiva secara anatomis dibagi atas:
1. Gingiva bebas atau gingiva tidak cekat (free gingiva atau unattached gingiva).
Yaitu gingiva yang mengelilingi gigi tapi tidak melekat ke permukaan gigi,
melainkan mengelilinginya seperti layaknya kerah baju. Bagian yang
berbatasan dengan gingiva cekat disebut alur gusi bebas (free gingiva groove).
Lebar gingiva bebas kurang lebih 1 mm, dan membentuk dinding jaringan
lunak pada sulkus gingiva. Gingiva bebas dapat dipisahkan dari permukaan
gigi dengan menggunakan alat periodontal probe atau sonde. Alur gusi bebas
hanya dijumpai pada 50% individu, dan ada atau tidaknya alur tersebut pada
individu tidak dapat dikaitan dengan terinflamasi atau tidaknya gingiva.

Sulkus gingiva (gingival sulcus) merupakan suatu celah dangkal di sekeliling


gigi. Pada sisi sebelah dalam dibatasi oleh permukaan gigi, pada sisi sebelah
luar dibatasi oleh epitel sebelah dalam dari gingiva bebas. Bentuk sulkus
seperti huruf V yang kedalamannya dapat diselipkan alat probe periodontal.
Secara eksperimental di mana gingiva normal dan bebas kuman, kedalaman
sulkus bisa 0 atau mendekati 0, namun secara klinis biasanya dijumpai sulkus
gingiva dengan kedalaman tertentu. Dengan pengamatan histologis kedalaman
sulkus antara 1,5 - 1,8 mm sedangkan pada pengukuran dengan alat
periodontal probe kedalamannya antara 2 3 mm.

2. Gingiva cekat (attached gingiva).


Yaitu bagian gusi yang meluas dari free gingiva groove ke pertautan
mukogingiva di mana akan bertemu dengan mukosa alveolar yang relatif
longgar (mucogingival junction). Gingiva ini padat, lenting, melekat erat ke
periosteal tulang alveolar yang berada di bawahnya. Pada permukaan lingual
mandibula, gingiva cekat berakhir pada perbatasannya dengan mukosa oral
sebelah lingual, yang akan berlanjut dengan membran mukosa yang membalut
dasar mulut. Pada permukaan palatal maksila, gingiva cekat berlanjut dengan
mukosa palatum yang tidak ada batas yang jelas antara gingiva cekat dan
mukosa mastikatori yang lain.
Lebar gingiva cekat bervariasi dari 0 - 9 mm. Perlekatan gingiva biasaya
terlebar pada regio insisivus (3,5 - 4,5 mm pada maksila dan 3,3 - 3,9 mm
pada mandibula) dan yang tersempit pada daerah kaninus dan premolar
pertama (1,9 mm pada maksila dan 1,8 pada mandibula). Lebar gingiva cekat
harus dibedakan dari lebar gingiva berkeratin, karena lebar gingiva berkeratin
adalah mencakup keseluruhan lebar gingiva cekat dan gingiva bebas. Secara
normal, gingiva cekat dilapisi oleh epitel berkeratin atau berparakeratin yang
3

mempunyai rete ridge yang meluas ke jaringan ikat. Tidak ada submukosa di
sini, dan gingiva cekat melekat erat pada gigi dan tulang di bawahnya. Jelas
terlihat bahwa bagian gusi ini didesain demikian rupa untuk menahan
kekuatan mastikasi, penyikatan gigi, dan stress fungsional.
3. Gingiva interdental (interdental gingiva)
Yaitu bagian gingiva yang mengisi embrasur gingiva (gingival embrasure),
merupakan ruang interproksimal di bawah area kontak gigi. Bentuknya bisa
berupa piramida seperti yang terlihat pada gigi anterior, atau berbentuk lembah
(col) terlihat seperti yang terlhat pada gigi posterior. Pada permukaan
labialnya seringkali mempunyai groove yang disebut sebagai sluice-way.

Pada gingiva interdental yang berbentuk piramida hanya ada satu papila tepat
di bawah titik kontak gigi, sedangkan pada papila interdental yang berbentuk
lembah terdapat dua papila (pada sisi vestibular dan oral) yang keduanya
dihubungkan oleh suatu daerah landai seperti lembah (interdental col) yang
mengikuti kontak proksimal. Apabila terdapat diastema diantara dua gigi yang
bertetangga, papila interdental tidak dijumpai.
4

Fig. 8: The gingiva that


occupies the interdental
spaces coronal to the
alveolar crest is the
interdental gingiva. It is
composed of a pyramidal
interdental papilla in the
incisor region (Fig. 8
A). In the posterior
region (Fig. 8 B) it is
composed of an oral and
a vestibular papilla (P)
joined by an interdental "col" (C). The interdental gingiva is attached to the tooth by
junctional epithelium (JE) coronally and by connective tissue fibers apically (not shown). The
most coronal portion of the interdental gingiva is lined with sulcular epithelium (SE)

Permukaan vestibular dari gingiva interdental meruncing ke daerah kontak


interproksimal, sedangkan permukaan mesial dan distal sedikit konkaf. Bagian
tepi dan puncak papila interdental dibentuk oleh perluasan gingiva bebas dari
daerah yang berbatasan, sedangkan bagian tengahnya dibentuk oleh gingiva
cekat.

Gambaran mikroskopis
Secara mikroskopis, gingiva terdiri dari bagian tengah berupa jaringan ikat yang
dibalut epitel gepeng berlapis (stratified squamous epithelium) yang berkeratin atau

berparakeratin, kecuali bagian yang melapisi sulkus gingiva. Jaringan ikat gingiva
secara khusus dinamakan lamina propria.
Fungsi utama epitel gingiva adalah untuk melindungi struktur yang berada di
bawahnya serta memungkinkan terjadinya perubahan selektif dengan lingkungan oral.
Perubahan tersebut dimungkinkan oleh adanya proses proliferasi dan diferensiasi.
Proliferasi dari keratinosit (sel utama pada epitel gingiva) berlangsung dengan proses
mitosis pada bagian basal atau kadang-kadang pada lapisan suprabasal, di mana
sebagian kecil sel-sel tetap menjadi bagian yang proliferatif sementara sebagian besar
mulai migrasi ke arah permukaan.
Diferensiasi mencakup proses keratinisasi, yang terdiri atas serangkaian proses
biokimiawi dan morfologis yang terjadi pada sel selama sel migrasi dari lapisan basal.
Perubahan morfologis yang utama adalah memicaknya sel disertai peningkatan
prevalensi tonofilamen dan intercellular junction berkaitan dengan diproduksinya
granul keratohialin dan hilangnya nukleus.
Epitel gingiva disatukan ke jaringan ikat di bawahnya oleh lamina basal. Lamina
basal terdiri dari lamina lusida dan lamina densa. Hemidesmosom dari sel-sel epitel
basal mengikat lamina lusida. Komposisi utama dari lamina lusida adalah berupa
laminin glikoprotein, sedangkan lamina densa adalah berupa kolagen tipe IV. Lamina
basal berhubungan dengan fibril-fibril jaringan ikat di bawahnya dengan bantuan
fibril-fibril penjangkar (anchoring fibrils).
Berdasarkan aspek morfologis dan fungsionalnya, epitel
gingiva dibagi atas tiga bagian :
1. Epitel oral atau epitel luar (oral/outer epithelium)
1
Epitel oral adalah epitel gepeng berlapis (stratified
squamous epithelium) yang berkeratin atau
berparakeratin (keratinized/parakeratinized) yang
melapisi permukaan vestibular dan oral gingiva.
Epitel ini meluas dari batas mukogingival
(mucogingival junction) ke krista tepi gingiva (crest
gingival margin), kecuali pada permukaan palatal di
mana epitel ini menyatu dengan epitel palatum.
Lamina basal yang menyatukan epitel gingiva ke
jaringan ikat gingiva bersifat permeable terhadap
cairan, namun dapat menjadi penghalang bagi bahan
partikel tertentu. Bagian epitel ini mempunyai rete peg yang menonjol ke bagian
lamina propria.

2. Epitel sulkular atau epitel krevikular (sulcular/crevicular epithelium)


Epitel sulkular berada pada dinding sulkus gingiva dan menghadap ke permukaan
gigi tanpa melekat padanya. Epitel ini merupakan epitel gepeng berlapis yang tipis
dan tidak berkeratin (stratified squamous non keratinized epithelium), tanpa rete
peg dan perluasannya mulai dari batas koronal epitel penyatu sampai ke krista tepi
gingiva. Epitel ini bertindak sebagai membran semipermeabel yang dapat
dirembesi oleh produk bakteri masuk ke gingiva, dan oleh cairan gingiva yang
keluar ke sulkus gingiva.

Fig. 9 (Section courtesy of Dr. H.E. Schroeder):


The gingival epithelium is subdivided into 3
sections, the oral epithelium (OE), the sulcular
epithelium (SE), and the junctional epithelium
(JE). The oral epithelium extends from the
mucogingival junction to the gingival margin. It
is continuous with the sulcular epithelium that
lines the lateral aspect of the gingival sulcus. The
junctional epithelium forms the 2dentoepithelial
junction apical to the sulcus. Its coronal end forms
the bottom of the gingival sulcus and is
overlapped by the sulcular epithelium. These
epithelia differ from one another in their function
and, therefore, in some of their histological
characteristics.

3. Epitel penyatu atau epitel jungsional (junctional epithelium)


Epitel penyatu membentuk perlekatan antara gingiva dengan permukaan gigi.
Epital ini berupa epitel gepeng berlapis yang tidak berkeratin (stratified squamous
non keratinized epithelium). Pada usia muda epitel penyatu terdiri atas 3-4 lapis,
namun dengan pertambahan usia lapisan epitel ini juga bertambah sampai 10
bahkan 20 lapis. Epitel penyatu melekat ke permukaan gigi dengan bantuan lamina
basal.
Panjang epitel penyatu bervariasi antara 0,25-1,35 mm yang merentang mulai dari
sulkus gingiva sampai sekitar 1,0 mm koronal dari batas semento-enamel
(cemento-enamel junction) pada gigi yang belum mengalami resesi. Bila gigi telah

mengalami resesi, epitel penyatu berada pada sementum.

Perlekatan epitel penyatu ke permukaan gigi diperkuat pula oleh serat-serat gingiva
yang mendukung gingiva bebas ke permukaan gigi. Oleh karena itu, epitel penyatu
dan serat-serat gingiva dianggap sebagai suatu unit fungsional yang dinamakan
unit dentogingival.

Gambar. 1: Gambar diagram struktur periodontal pada bagian servikal gigi mandibula. Berikut akan
dibahas
lebih
rinci
bagian-bagiannya.
AB, alveolar bone ; AC, alveolar crest ; AM, alveolar mucosa , CB, compact bone ; CEJ, cementoenamel junction ; CT, connective tissue; DEJ, dentoepithelial junction (syn. epithelial attachment); ES,
enamel space ; G, gingiva; GE, gingival epithelium ; GG, gingival groove ; GM, gingival margin ; GS,
gingival sulcus ; JE, junctional epithelium ; MGJ, mucogingival junction ; MS, marrow space; OE, oral
epithelium ; PDL, periodontal ligament ; RC, radicular (root) cementum ; SE, sulcular epithelium

Pembaharuan epitel gingiva


Epitel oral mengalami pembaharuan secara terus menerus. Ketebalan epitel
terpelihara oleh adanya keseimbangan antara pembentukan sel baru pada lapisan basal
dan lapisan spinosa dengan pengelupasan sel-sel tua pada permukaan. Laju aktivitas
mitotik tersebut paling tinggi pada pagi hari dan paling rendah pada sore hari.
Jaringan ikat gingiva
Jaringan ikat gingiva atau lamina propria terdiri atas dua bagian :
1. Lapisan papilari (papillary layer) yang berada langsung di bawah epitel, yang
terdiri atas proyeksi papilari (papaillary projection) diselang-selingi oleh rete peg
epitel.
2. Lapisan reticular (reticular layer) yang berlanjut ke periosteum tulang alveolar.
Jaringan ikat mempunyai bagian selular dan interselular yang dibentuk oleh seratserat dan substansi dasar (ground substance).
Substansi dasar jaringan ikat gingiva mengisi ruang antara serat-serat dan sel-sel,
amorf, mengandung banyak air. Komposisinya terdiri dari :
1. Proteo-glikans (proteoglikans), terutama asam hialuranat (hyaluronic acid).
2. Glikoprotein (glycoproteins), terutama fibronektin. Fibronektin inilah yang
mengikat fibroblas ke serat-serat dan komponen matriks interseluler lainnya dan
membantu adhesi dan migrasi sel. Glikoprotein lain yang dijumpai pada lamina
basal adalah laminin, yang berfungsi mengikat substansi dasar ke sel-sel epitel.
Serat-serat jaringan ikat terdiri atas tiga
tipe : serat kolagen, serat retikular, dan
serat elastik. Kolagen tipe I membentuk
inti dari lamina propria dan memberikan
kekenyalan pada jaringan gingiva.
Kolagen tipe IV bercabang diantara
ikatan/bundle kolagen tipe I dan menyatu
dengan serat-serat membran basal dan
dinding pembuluh darah. Sistem serat
elastik
dibentuk oleh serat-serat
oksitalan, elaunin, dan elastin yang
tersebar diantara serat-serat kolagen.
9

Serat-serat gingiva
Jarinan ikat gingiva bebas mengandung banyak kolagen tipe I yang tersusun dalam
suatu sistem bundel (ikatan) serta yang dinamakan serat-serat gingiva (gingival
fibres). Serat-serat gingiva mempunyai fungsi :
1. Mendukung gingiva bebas sehingga rapat bersandar ke permukaan gigi.
2. Menimbulkan kekakuan pada gingiva bebas sehingga tidak terkuak menjauhi gigi
bila terkena tekanan pengunyahan.
3. Menyatukan gingiva bebas dengan sementum akar gigi dan gingiva cekat yang
berbatasan.

Serat kolagen gingiva tersusun dalam beberapa kelompok yaitu :


1. Kelompok utama yang terdiri dari kelompok dentogingival, alveologingival, dentoperiosteal, sirkular, dan transeptal.
Dentogingival (dari sementum merentang ke arah lateral ke lamina propria)
- Berfungsi memberi dukungan terhadap gingival.
Alveologingival (dari periosteum krista alveolar merentang ke arah koronal ke
lamina propria)
- Berfungsi melekatkan gingiva ke tulang alveolar.
Dentoperiosteal (dari sementum dekat ke batas sementum enamel merentang ke
periosteum krista alveolar)
- Berfungsi untuk menjangkarkan gigi ke tulang alveolar dan melindungi
ligamen periodontal.
Sirkular (merentang mengelilingi gigi koronal dari krista alveolar pada daerah
gingiva bebas dan gingiva cekat)
- Berfungsi memelihara kontur dan posisi tepi gingiva bebas.
Transeptal (dari sementum interproksimal koronal dari krista alveolar, merentang
pada daerah interdental ke arah mesial dan distal ke sementum dari gigi tetangga)
- Berfungsi memelihara hubungan antara gigi yang bertetangga dan melindungi
tulang interdental.
2. Kelompok sekunder yang terdiri dari periostogingival, interpapilari, transgingival,
intersirkular, intergingival, dan semisirkular.
Periostogingival (dari periosteum di sisi lateral tulang alveolar merentang ke
gingiva cekat)
- Berfungsi melekatkan gingiva ke tulang alveolar.
Interpapilari (di antara gingiva interdental merentang dalam arah oral-vestibular)
- Berfungsi memberikan dukungan terhadap gingiva interdental.
10

Transgingival (pada daerah gingiva cekat merentang sepanjang lengkung gigi di


antara dan sekeliling gigi)
- Berfungsi memelihara susunan gigi di dalam lengkung gigi.
Intersirkular (dari sementum pada sisi distal gigi merentang ke arah bukal dan
lingual sekeliling gigi tetangga dan insersi ke sementum sebelah mesial dari gigi
berikutnya)
- Berfungsi menstabilkan gigi di dalam lengkung gigi.
Intergingival (pada daerah cekat persis di bawah membran basal epitel,
merentang dalam arah mesial-distal)
- Berfungsi memberikan dukungan dan membentuk kontur gingiva cekat.
Semisirkular (dari sementum pada sisi mesial gigi merentang ke arah distal gigi
yang sama)
- Fungsinya belum diketahui.

11

Elemen seluler
Elemen selulur utama pada jaringan ikat gingiva adalah fibroblas, yang banyak
dijumpai di antara bundel serat-serat. Fibroblas berfungsi mensintesa serat-serat
kolagen dan serat-serat elastik, serta glikoprotein dan glikosaminoglikans pada
substansi interseluler, disamping berperan pula dalam pengaturan degradasi
(penghancuran) kolagen.

12

Hubungan gambaran klinis dan gambaran mikroskopis gingiva


Warna
Warna gingiva yang normal adalah merah jambu (coral pink). Warna gingiva
dipengaruhi oleh :
1.
Pasok darah
2.
Ketebalan dan derajat keratinisasi epitel
3. Keberadaan sel-sel yang mengandung pigmen (pigmen melanin)
Warna gingiva bervariasi antar individu, dan nampaknya berkolerasi dengan
pikmentasi pada tubuh. Artinya warna gingiva lebih gelap pada individu yang warna
kulitnya lebih gelap. Mukosa alveolar yang berbatasan dengan gingiva cekat berbeda
sekali warnanya dari warna gingiva karena warnanya lebih merah. Hal ini disebabkan
perbedaan
struktur

mikroskopisnya. Epitel mukosa alveolar lebih tipis, tidak berkeratin, dan tidak
mengandung rete-peg. Disamping itu jaringan ikat mukosa alveolar tersusun lebih
longgar dan mengandung lebih banyak pembuluh darah.
A

Gambar : A.gingiva pada individu berkulit terang ; B.gingiva pada individu berkulit gelap mengandung
pigmen melanin yang lebih banyak.

Besar
Besar gingiva tergantung pada banyaknya elemen sel dan interseluler serta pasok
vaskularnya. Bertambahnya besar gingiva akibat adanya perubahan jumlah elemen
dan interseluler maupun pasok vaskular merupakan gambaran yang umum dijumpai
pada gingiva yang terinflamasi atau merupakan tanda adanya penyakit periodontal.
Kontur

13

Kontur atau bentuk gingiva dipengaruhi oleh bentuk gigi geligi dan susunana gigi
geligi pada lengkung rahang, lokasi dan besar area kontak proksimal, dan dimensi
embrasur gingiva pada vestibular dan sisi oral.
Gingiva bebas mengelilingi gigi seperti kerah baju dengan mengukuti pola seperti
busur (arcuate/scalloped) pada permukaan vestibular dan oral. Polanya menjadi
seperti garis lurus apabila permukaan giginya relatif datar. Apabila gigi sangat
konveks dalam arah mesio-distal (misalnya kaninus maksila atau gigi yang posisinya
labio-versi) pola yang seperti busur akan menjadi semakin nyata dan posisi tepi
gingiva bebas berada lebih ke apikal. Sebaliknya bila posisi gigi linguo-versi, tepi
gingiva bebas menjadi datar dan menebal.
Bentuk gingiva interdental dipengaruhi oleh kontur permukaan proksimal gigi serta
lokasi dan bentuk embrasur gingiva. Bila permukaan proksimal mahkota relatif datar
dalam arah vestibular-oral, akar gigi rapat satu sama lain dan tulang interdental tipis
dalam arah mesio-distal. Sebaliknya, bila permukaan proksimal gigi cembung,
diameter gingiva interdental bertambah lebar. Tinggi gingiva interdental bervariasi
tergantung pada lokasi dari kontak proksimal.
Konsistensi
Konsistensi gingiva yang normal adalah kaku (firm) dan lenting (resilient).
Konsistensi gingiva cekat yang kaku adalah disebabkan oleh lamina proprianya yang
mengandung banyak serat kolagen dan melekat mukoperiosteum tulang alveolar.
Gingiva bebas meskipun tidak melekat ke tulang alveolar berkonsistensi kaku karena
mengandung serat-serat gingiva .
Tekstur permukaan
Tekstur permukaan (surface texture) gingiva cekat yang normal adalah seperti kulit
jeruk (stippled/stippling), sedangkan tekstur permukaan gingiva bebas adalah licin.
Bagian tengah dari gingiva interdental mempunyai tekstur seperti kulit jeruk,
sedangkan bagian tepinya licin. Pola dan perluasan stippling bervariasi antar individu,
dan antar sisi pada satu individu. Stippling tidak begitu jelas pada permukaan oral,
dan pada beberapa orang bisa tidak dijumpai. Stippling timbul sebagai akibat adaptasi
gingiva untuk menerima fungsi, yang secara mikroskopis disebabkan oleh adanya
protuberansia (penonjolan) dan depresi pada permukaan gingiva.
Kecenderungan perdarahan pada palpasi atau probing dengan tekanan lembut.
Gingiva yang sehat tidak akan berdarah pada saat sonde (probe) periodontal
dimasukkan ke dalam sulkus dengan hati-hati, atau bila gingiva bebas di palpasi
dengan jari.
Posisi
Dengan posisi gingiva dimaksudkan level di mana tepi gingiva menempel ke
permukaan gigi. Pada waktu gigi erupsi ke rongga mulut, tepi gingiva dan sulkus

14

gingiva berada pada puncak mahkota gigi, namun dengan terus erupsinya gigi posisi
tepi gingiva dan sulkus gingiva semakin dekat ke akar gigi.
Erupsi gigi yang kontiniu.
Menurut konsep erupsi gigi yang kontiniu (continuous eruption) erupsi gigi tidak
berhenti setelah gigi berkontak dengan gigi antagonisnya, melainkan berlangsung
terus seumur hidup. Erupsi yang kontiniu terdiri atas erupsi aktif dan erupsi pasif.
Erupsi aktif adalah bergeraknya gigi ke arah dataran oklusal, sementara erupsi pasif
adalah terpaparnya gigi karena migrasi gingiva ke arah apikal.
Konsep ini akan membedakan antara mahkota anatomis (bagian gigi yang dibalut
enamel) dengan akar anatomis (bagian gigi yang dibalut sementum), dan antara
mahkota klinis (bagian gigi yang telah tersingkap tidak dibalut gingiva dan muncul ke
rongga mulut) dengan akar klinis (bagian gigi yang dibalut jaringan periodonsium).
Bila gigi telah mencapai antagonis fungsionalnya, sulkus gingiva dan epitel penyatu
masih berada pada enamel dan mahkota klinis hampir 2/3 dari mahkota anatomis.
Menurut Gottlieb erupsi aktif dan erupsi pasif berjalan secara simultan. Erupsi aktif
sejalan dengan proses atrisi gigi. Gigi atrisi guna mengimbangi substansi gigi yang
aus karena atrisi. Atrisi mengurangi mahkota klinis dan mencegah gigi tiak
proporsional dengan akar klinis sehingga dapat dihindari timbulnya tekanan yang
berlebihan pada periodonsium.
Pada waktu gigi erupsi, sementum dideposisikan pada bagian apeks dan furkasi akar,
dan tulang baru dibentuk sepanjang fundus tulang alveolar dan pada krista tulang
alveolar. Dengan cara demikian, bagian substansi gigi yang hilang karena atrisi
digantikan dengan cara bertambahnya panjang akar, dan kedalaman soket gigi tetap
dipertahankan dalam pendukung gigi.
Erupsi pasif yang mempengaruhi posisi gingiva berlangsung dalam empat tahap. Dulu
erupsi pasif dianggap sebagai proses fisiologis normal, namun sekarang proses ini
dianggap sebagai proses patologis.
Tahap pertama ---> gigi mencapai dataran oklusi; epitel penyatu dan dasar sulkus
berada pada enamel mahkota.
Tahap kedua ---> epitel penyatu telah proliferasi ke apikal sehingga sebagian berada
pada sementum; dasar sulkus masih berada pada enamel.
Tahap ketiga ---> keseluruhan epitel penyatu telah berada pada sementum; dasar
sulkus pada batas semento-enamel.
Tahap keempat ---> epitel penyatu telah proliferasi lebih ke apikal; dasar sulkus pada
sementum, dan sebagian sementum telah tersingkap.
Pasokan darah, limfe dan persarafan gingiva

15

Jaringan gingiva kaya akan pasokan


pembuluh darah yang terbentuk dari pleksus
arteriol, kapiler-kapiler dan vena kecil yang
meluas dari epitel sulkus ke arah permukaan
luar gingiva. Pasokan darah gingiva
terutama berasal dari cabang-cabang
supraperiosteal arteri maksilaris internal.
Pembuluh darah dari tulang alveolar dan
ligamen periodonsium bersatu dengan
pembuluh
supraperiosteal,
membentuk
pleksus gingiva.
Drainase pembuluh limfe gingiva dimulai
pada jaringan ikat dan berkembang menjadi
sebuah anyaman yang terletak di luar
periosteum prosesus alveolar. Pembuluh
limfe berdrainase ke nodul limfe regional,
khususnya
kelompok
submaksilaris.
Pembuluh limfe di bawah epitel juga meluas ke arah ligamen periodonsium dan
berjalan bersama-sama pembuluh darah. Persarafan gingiva berasal dari nervus
labialis, bukalis, dan palatal, serta serabut saraf pada ligamen periodonsium.

Fig. 34 (Section courtesy of Dr. D.W. Cohen): Bucco-lingual section through the gingiva and
adjacent structures on a monkey. The tissues were cleared and the vasculature perfused with
India-ink to reveal the distribution of the blood vessels. Note the major vessels originating
from the supraperiosteal region (SP) and the periodontal ligament space (PL) that supply the
capillary beds adjacent to the junctional epithelium (A) and the oral epithelium (B).

16

Cairan gingiva
Bila sepotong kertas filter dipasang di dalam leher gingiva akan merangsang aliran
keluar cairan. Keadaan ini juga berlangsung secara mastikasi, pada saat penyikatan
gigi dan pada saat stimulasi lain dari gingiva; aliran akan tertambah besar bila gingiva
terinflamasi. Hormon-hormon seks seperti estrogen dan progesteron dapat
memperbesar aliran, mungkin dengan cara meningkatkan permeabilitas pembuluh
darah gingiva. Faktor-faktor kemotaktik tertentu yang terdapat di dalam plak juga
dapat menimbulkan aliran. Cairan ini merupakan eksudat inflamasi dan mengandung
leukosit polimorfonuklear serta substansi antimikrobal lainnya. Hal ini itu mengambil
bagian dari mekanisme pertahanan daerah pertautan dentogingival. Bila pasien sedang
dalam perawatan tetrasiklin sistemik, obat akan masuk ke leher gingiva melalui
pembuluh darah gingiva, jaringan ikat dan epithelium jungsional. Ringkasnya, cairan
berfungsi sebagai berikut:
1 mencuci daerah leher gingiva, mengeluarkan sel-sel epithelial yang terlepas,
leukosit, bakteri, dan kotoran lainnya
2 protein plasma dapat mempengaruhi perlekatan epithelial ke gigi.
3 mengandung agen antimikrobal misalnya lisosim.
17

1. membawa leukosit polimorfonuklear dan makrofag yang dapat membunuh bakteri.


Juga menghantarkan immunoglobulin IgG, IgA, IgM dan faktor-faktor lain dari
sistem imun.
Jumlah cairan gingiva dapat diukur dan digunakan sebagai indeks dari inflamasi
gingiva.

Daftar pustaka
Avery, James K. 2008. Essentials of Oral Histology and Embriology A Clinical
Approach 3th Ed. Missouri: Mosby Elsevier.
Daliemunthe, Saidini Hamzah. 2008. Periodonsia edisi revisi. Medan: Departemen
Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Manson, J.D, B.M. Eley. 1993. Buku Ajar Periodonti Edisi 2. Jakarta : Hipokrates.
MacPhee, Torquil and Geoffrey Cowlay. 1981. Essentials of Periodontology and
Periodontics 3th ed. London: William Clows (Beccles) Limited.
Fedi, Peter F., Arthur R. Vernino, John L.Gray. 2005. Silabus Periodonti Edisi 4.
Jakarta: EGC.

18

Ligamen periodontal
1. Gambarkan dan jelaskan serat-serat utama ligamen periodontal!
Jb.
No Kelompok
serabut
1
Krista
alveolar
2

Horizontal

Oblik/serong

Arah rentangan

Fungsi

Dari sementum dekat kebatas


sementum-enamel merentang ke
krista alveolar
Dari sementum yang berada pada
10-15% paling koronal dari
permukaan akar gigi merentang
kearah lateral dinding alveolus
Dari sementum yang berada pada

Mempertahankan
didalam soket
Menahan
lateral

gigi

gigi
kearah

Menahan tekanan kearah


19

Periapikal

Interradikular

80-85% tengah dari permukaan aksial


akar gigi merentang kearah lateral
kedinding alveolus
Dari sementum pada apeks akar a.mencegah gigi menjadi
gigi merentang kearah lateral
miring
kedinding alveolus
b.
mence
gah luksasi gigi
c.melindungi pembuluh
darah, limfe, dan saraf
yang mensuplai gigi
Dari sementum pada daerah a.
membantu
bifurkasi atau trifukasi merentang
menahan gigi agar tidak
kearah apikal ke tulang furkasi
miring atau berputar
b. mencegah luksasi gigi

2. Jelaskan elemen seluler utama ligamen periodontal dan alasan kenapa sel tersebut
merupakan elemen seluler utama!
Jb.Pada ligamen periodontal ditemukan empat tipe sel, yaitu:
sel-sel jaringan ikat
Terdiri dari fibroblas, sementoblas, dan osteoblas. Diantara ketiga sel tersebut,
fibroblas merupakan elemen seluler utama yang paling banyak dijumpai, sebab
sel tersebut mempunyai fungsi mensintesa kolagen disamping memiliki
kemampuan memfagositosis serat-serat kolagen yang sudah tua dan
menghancurkannya dengan bantuan enzim hidrolisis.
Osteoblas, osteoklas, sementoblas, dan sementokias dijumpai pada bagian
ligamen periodontal yang menghadap ke tulang alveolar dan sementum.
sisa-sisa sel epitel
Sisa-sisa sel epitel merupakan sisa-sisa epitel Malassez, dan berada dekat ke
sementum.
sel-sel sistem imun
Sel imunitas yang dijumpai pada ligamen periodontal mencakup neutrofil,
limfosit, makrofag, sel-sel mast, dan eosinofil.
sel-sel yang berkaitan dengan sistem neurovaskular
sel-sel yang berkaitan dengan sistem neurovaskular yang dijumpai pada ligamen
periodontal adalah sama dengan yang dijumpai pada jaringan ikat lain.
3. Jelaskan fungsi-fungsi ligamen periodontal!
Jb. Ligamen periodontal mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut :
1) Fungsi fisikal atau suportif, yang merupakan fungsi utama:
Sebagai wadah jaringan lunak yang melindungi pembuluh darah dan saraf
dan cedera akibat tekanan mekanis.
20

Menghantarkan tekanan oklusal ke tulang alveolar


Melekatkan gigi ke tulang alveolar
Mempertahankan hubungan jaringan gingiva dengan gigi
Menahan dampak tekanan oklusal (shock absorption)
Dalam menjelaskan shock absorption terdapat beberapa teori, yaitu:
Teori tensional (tensional theory)
Teori ini menyatakan bahwa yang paling berperan dalam menahan dampak
tekanan oklusal adalah serat utama ligamen periodontal. Bila gigi terkena
tekanan oklusal, serat-serat utama terurai bundelnya dan berubah bentuk
dan bergelombang menjadi lurus, lalu menghantarkan tekanan ke tulang
alveolar sehingga tulang soket gigi mengalami deformasi elastis yang
memungkinkan gigi menghindar menjauhi tekanan. Akhirnya bila tekanan
yang diterima telah mencapai batas maksimal, tekanan disalurkan ke
tulang basal.

Teori viskoelastik (viscoelastic theory).


Menurut teori ini bukan serabut ligamen periodontal yang berperan
melainkan gerakan cairanlah yang mengatur gigi dapat menghindar
menjauhi tekanan yang meningkat, sedangkan serat-serat utama hanya
berperan sekunder. Bila tekanan mengenai gigi, cairan ekstraseluler
mengalir dari ligamen periodontal ke sumsum tulang melalui foramina
yang terdapat pada cribriform plate.
2) Fungsi formatif atau remodeling
Sel-sel ligamen periodontal berperan dalam pembentukan dan resorpsi
sementum dan tulang alveolar. Proses resorpsi dan pembentukan sementum dan
tulang alveolar tersebut terjadi pada proses:

Pergerakan gigi secara fisiologis

Pengakomodasian periodonsium terhadap tekanan oklusal

Perbaikan jaringan yang cedera


Ligamen periodontal senantiasa mengalami pengubahan bentuk (remodeling).
Sel-sel dan serat-serat yang tua mengalami penghancuran dan digantikan oleh
sel dan serat baru. Aktivitas mitotik tersebut terlihat pada fibroblas dan sel-sel
endothel. Fibroblas akan membentuk serat-serat kolagen dari jaringan ikat,
sedangkan sel-sel mesenkimal residu yang tidak berdiferensiasi berkembang
menjadi osteoblas yang membentuk tulang, dan sementoblas yang membentuk
sementum sedangkan sel-sel multinukleus yang berasal dari makrofag darah
akan menjadi osteoklas (sel-sel peresorbsi tulang) dan odontoklas (sel-sel
peresorbsi gigi).
3) Fungsi nutritif atau nutrisionaI
Ligamen periodontal mengandung sistem vaskularisasi yang balk sehingga
dapat memasok nutrien ke sementum, tulang alveolar dan gingiva melalui
pembuluh darah dan menyediakan drainase limfatik.
4) Fungsi sensori
21

Ligamen periodontal mengandung banyak serat-serat saraf sensoris yang dapat


menyalurkan sensasi taktil, tekanan, dan nyeri melalui jalur trigeminus. Bundel
saraf masuk ke ligamen periodontal melalui daerah periapikal dan kanal-kanal
tulang alveolar dengan mengikuti jalur pembuluh darah. Bundel saraf akan
terurai menjadi serat-serat tunggal bermielin (single myelinated fibers), yang
akhirnya akan kehilangan selubung mielinnya (myelin sheath) dan berakhir
menjadi salah satu dari keempat terminal saraf berikut:
1. Ujung saraf bebas (free endings), yang konfigurasinya seperti pohon kayu
dan fungsinya menyalurkan sensasi nyeri.
2. Reseptor mekanis (mechanoreceptor) berupa Ruffini-like mechanoreceptors,
yang berada terutama pada bagian apikal.
3. Meissners corpuscles berbentuk spiral, reseptor mekanis yang dijumpai
terutama pada bagian tengah akar.
4. Ujung saraf pesensasi tekanan (pressure endings), yang menyalurkan sensasi
tekanan, dan ujung saraf pesensasi vibrasi (vibration endings) yang
menyalurkan sensasi vibrasi. Kedua ujung saraf yang berbentuk elips ini
dikelilingi oleh kapsul fibrous dan berada terutama pada bagian apeks.
4. Jelaskan perubahan-perubahan yang terjadi pada ligamen periodontal sebagai
respon terhadap perubahan tekanan pengunyahan!
Jb.1.Bila tekanan aksial mengenai gigi, selalu timbul kecenderungan tertekannya akar
gigi ke dalam alveolus. Bagian terbesar dari tekanan aksial ini diterima oleh
kelompok serat oblik, dimana serat tersebut akan berubah dan bergelombang
menjadi lurus dan meregang sampai panjang yang maksimal.
2.Bila yang mengenai gigi tekanan horizontal atau tipping terjadi gerakan gigi
dalam dua tahap. Tahap pertama adalah pergerakan gigi sebatas ligamen
periodontal, sedangkan tahap kedua disertai pengembangan plat tulang sebelah
oral dan vestibular.
Bagian apikal dan akar gigi bergerak dalam arah yang berlawanan dengan bagian
koronalnya. Pada daerah-daerah yang mendapat tarikan bundel serat-serat utama
meregang. Pada daerah-daerah yang mendapat tekanan serat-serat ligamen
periodontal akan terkompresi (penyet), gigi berubah posisi dan tenjadi distorsi
tulang searah dengan pergerakan akar gigi.
Pada gigi berakar tunggal, poros rotasi berada pada daerah diantara sepertiga
apikal dengan sepertiga tengah dan akar. Ligamen periodontal yang bentuknya
seperti gelas jam (hour glass) adalah paling sempit pada daerah poros rotasi.
Pada gigi berakar banyak, poros rotasi berada pada tulang diantara akar-akar gigi.
Sejalan dengan adanya migrasi fisiologis ke arah mesial, ligamen periodontal
lebih tipis pada permukaan mesial akar dibandingkan dengan permukaan distal.
Bila tekanan oklusal meningkat (tetapi masih dalam batas fisiologis) maka dapat
diadaptasi oleh ligamen periodontal berupa:
Bertambah lebarnya ruang ligamen periodontal

Menebalnya ikatan serabut

Bertambanya diameter dan jumlah serat Sharpey


Bila tekanan oklusal telah melebihi kemampuan adaptasi ligamen periodontal,
terjadilah cedera yang dinamakan trauma oklusi (trauma from occlusion).
Apabila tekanan oklusal berkurang atau hilang maka:
Ligamen periodontal atrofi
22

Ruang ligamen periodontal mengecil


Jumlah dan kepadatan serabut berkurang
Serabutnya terentang sejajar dengan permukaan akar gigi

Sementum
1. Jelaskan tipe-tipe sementum dan lokasi masing-masing!
Jb. - Sementum aseluler, afibrial
Tipe sementum ini tidak mengandung serat kolagen baik ekstrinsik maupun
intrinsik, dan dijumpai diatas enamel dekat batas semento-enamel. Sementum
ini merupakan produk sementoblas dengan ketebalan 1-15 m.
- Sementum aseluler, serabut ekstrinsik
Sementum ini dibentuk terutama oleh bundle serat-serat Sharpey tanpa adanya
sel. Tipe sementum ini merupakan produk fibroblast dan sementoblas, dan
dijumpai pada dua pertiga koronal dari permukaan akar gigi dengan ketebalan
30-230 m. Tipe ini paling berperan dalam penjangkaran gigi.
- Sementum seluler, serabut bercampur
Tipe sementum ini terdiri atas serat-serat ekstrinsik (serat Sharpey) dan seratserat intrinsik dan mengandung sel, dengan serat intrinsik lebih dominan.
Sementum ini merupakan ko-produk fibroblast dan sementoblas, dan dijumpai

23

pada sepertiga apikal akar, apeks, dan daerah furksasi dengan ketebalan 1001000 m.
- Sementum seluler, serabut intrinsik
Sementum ini mengandung sel-sel tetapi tidak mengandung serat kolagen
ekstrinsik. Tipe sementum ini dibentuk oleh sementoblas, dan dijumpai pada
daerah perbaikan dimana sementum ini akan mengisi lakuna yang teresopsi.
2. Gambarkan dan jelaskan tiga tipe batas sementum enamel, serta alasan kenapa hal
tersebut perlu dipahami!
Jb.

1)
2)
3)

Sementum menindih enamel, dengan insidens 60-65%.


Ujung sementum bertemu dengan ujung enamel, dengan insidens 30%.
Ujung sementum tidak bertemu dengan ujung enamel, dengan insidens 10%.
Di sini ada dentin yang tidak ditutupi sementum.
Batasbatas
sementum
enamel ini
perlu

diperhatikan pada waktu melakukan prosedur penskeleren (scalling) dan


pengerutan akar (root planing).

24

Pada batas sementum enamel yang ketiga,


meskipun insidensnya relatif rendah, namun
apabila terdapat resesi gingiva bisa timbul
hipersensitivitas dentin akibat tersingkapnya dentin
yang tidak ditutup sementum. Di samping daerah
itu, daerah perbatasan tersebut apabila ditumpuki
oleh kalkulus sukar dideteksi sehingga besar
kemungkinan tertinggal partikel kalkulus pada
waktu penskeleran.
3. Jelaskan mengenai predisposisi sementum secara
terus-menerus!
Jb.Deposisi sementum terus berlangsung setelah gigi erupsi dan berkontak dengan
gigi antagonisnya. Suatu lapisan presementum tidak terkalsifikasi yang menjadi
bagian dari deposisi sementum secara kontiniu, oleh Gottlieb dinyatakan sebagai
penghalang alamiah bagi migrasinya epitel penyatu secara berlebihan ke arah
apikal. Gangguan pembentukan sementum (Cementopathia) diduga sebagai
penyebab pembentukan saku periodontal karena mengurangi hambatan terhadap
migrasi epitel.
4. Jelaskan dan gambarkan anomali-aniomali pada sementum!
Mutiara enamel
Mutiara enamel adalah masa enamel yang terlokalisir berbentuk seperti mutiara
yang berkembang secara ektopikal (tumbuh ke
arah luar) pada permukaan akar gigi dekat ke batas
semento-enamel.

Projeksi enamel
Projeksi enamel adalah penonjolan enamel ke arah furkasi gigi berakar banyak.
Projeksi enamel terbentuk karena proses amelogenesis tidak berhenti setelah
25

enamel mahkota selesai dibentuk. Sebagai akibatnya organ enamel secara kontiniu
membentuk enamel di atas dentin akar. Keberadaan projeksi enamel
mempermudah terjadinya lesi periodontal pada daerah furkasi.

Hipersementosis
Hipersementosis adalah deposisi sementum seluler yang sangat banyak pada
sepertiga apikal dari satu atau lebih akar gigi. Deposit tersebut membentuk
pembesaran bulbous pada akar gigi yang bisa menyebabkan kesukaran pada waktu
pencabutan akar gigi. Penyebab anomaly ini belum jelas diketahui.

Sementikel
Sementikel adalah partikel sementum yang kecil
berbentuk cakram. Ada beberapa bentuk
sementikel :
1) Sementikel bebas (free cementicles), yang
berada bebas pada ligamen periodontal
berdekatan dengan permukaan sementum.
2) Sementikel cekat (attached/sessile cementicles), yang melekat ke permukaan
sementum.
3) Sementikel terpendam (imbedded cementicles),
yang tertanam dalam lapisan sementum.

Tulang Alveolar
1. Gambarkan dan jelaskan bagian-bagian tulang
alveolar!
Jb.
1.
2.
3.
4.
5.

Tulang alveolar utama


Tulang alveolar pendukung
Plat tulang vestibular
Septum interdental
Tulang interradikular

26

Tulang alveolar terdiri atas:


a. Plat eksternal dari tulang kortikal (cortical bone) yang dibentuk oleh tulang
haversian dan lamella tulang yang kompak.
b. Dinding soket sebelah dalam yang berupa tulang kompak (compact bone)
yang tipis, yang dinamakan tulang alveolar utama (alveolar bone proper).
Pada gambar foto ronsen bagian tulang ini sebagai lamina dura. Secara
histologis bagian tulang ini mengandung lubang- lubang seperti tapisan
(crbriform plate) melalui mana bundle bundle neurovascular manghubungkan
ligament periodontal dengan tulang kanselous (cancellous) yang merupakan
bagian tengah tulang alveolar.
c. Trabekula kanselous, yang berada diantara kedua lapisan tulang kompak
tersebut diatas, yang berperan sebagai tulang alveolar pendukung (supporting
alveolar bone). Septum interdental terdiri atas tulang kanselous pendukung
yang dikelilingi oleh tulang kompak.
Tulang rahang juga mencakup tulang basal , yaitu bagian tulang rahang yang berada
di bagian apikal tetapi tidak berhubungan dengan gigi.
2. Jelaskan septum interdental (disertai gambar) mengenai
a. Bagian yang membentuknya
b. Angulasi dalam arah mesial distal
Jb.

a. Septum interdental terdiri dari tulang kanselous yang dibatasi oleh dinding soket
gigi atau tulang alveolar utama dari gigi yang bertetangga serta lempeng kortikal,
vestibular, dan oral. Apabila ruang interdenatalnya sempit, septum interdental
hanya terdiri dari tulang alveolar utama saja. Sebagai contoh, ruang interdental
antara premolar kedua dan molar pertama mandibula terdiri dari tulang alveolar
utama dan tulang kanselous pada 85% kasus, dan hanya tulang alveolar utama saja
pada 15% kasus. Apabila akar gigi yang bertetangga terlalu rapat, bisa dijumpai
jendela antara kedua akar tersebut. Pada molar maksila, septum interdeatal terdiri
dari tulang alveolar utama dan tulang kanselous pada 66.6% kasus, terdiri dari
tulang alveolar utama saja pada 20.8% kasus, dan terjadi pembentukan jendela
pada 12.5 % kasus.

27

b. Angulasi mesial distal dari krista septum interdental biasanya sejajar dengan
garis khayal yang ditarik dari batas semento-enamel dua gigi yang bertetangga.
Jarak antara krista tulang alveolar dengan batas sementum-enamel pada dewasa
muda bervariasi antara 0.75 1.49 mm ( rata-rata 1.08 mm). Jarak tersebut
meningkat dengan bertambahnya umur menjadi rata rata 2.81 mm.
Dimensi mesial-distal dan vestibular oral serta bentuk septum interdental adalah
tergantung pada ukuran dan konveksitas mahkota dari dua gigi yang bertetangga,
begitu pula oleh posisi dari gigi pada tulang rahang dan derajat erupsinya.

3. Jelaskan topografi tulang dan dua kelainan yang bisa ditemukan!


Jb. Kontur tulang yang normal menyesuaikan dengan prominensia akar gigi geligi,
yang diperantarai oleh depresi (lekukan) vertikal yang melandai ke arah tepi
tulang.
Anatomi tulang alveolar bervariasi antar individu, dan mempunyai implikasi klinis
yang penting. Tinggi dan tebal lempeng tulang vestibular dan oral adalah
dipengaruhi oleh susunan gigi geligi, oleh angulasi akar gigi terhadap tulang, dan
oleh tekanan oklusal.
Pada gigi yang erupsi labio versi, tepi tulang labial terletak lebih ke apikal
dibanding tepi tulang pada gigi yang susunannya teratur. Tepi tulang melancip
kearah marginal seperti ujung pisau, dan dalam arah mesial distal terlihat
berbentuk seperti busur yang mengarah ke apikal.
Sebaliknya, pada gigi yang erupsi linguo-versi, lempeng tulang labial lebih tebal
daripada yang normal, tepi tulang tumpul dan membulat, serta horizontal tidak
lagi membentuk busur.
Pengaruh angulasi akar gigi-tulang terhadap tinggi tulang alveolar lebih nyata
terlihat pada akar palatinal molar maksila. Tepi tulang barada lebih apikal pada
akar, yang membentuk sudut lancip terhadap tulang palatinal. Bagian servikal

28

tulang alveolar kadang-kadang menebal pada permukaan vestibular, keadaan


mana merupakan usaha memperkuat diri melawan tekanan oklusal.
4. Jelaskan keterlibatan tulang alveolar dalam migrasi gigi fisiologis ke arah mesial!
Jb.Pergerakan gigi tidak berakhir pada saat erupsi aktif selesai dan gigi telah
mencapai oklusi fungsional. Akibat keausan, daerah kontak proksimal gigi menjadi
datar dan gigi cenderung bergerak ke arah mesial. Keadaan ini dinamakan sebagai
migrasi fisiologis ke mesial (physiologic mesial migration). Pada usia 40 tahun,
akibat migrasi fisiologis tersebut panjang lengkung gigi dari garis tengah ke molar
ketiga berkurang sekitar 0,5 cm. Tulang alveolar direkonstruksi sejalan dengan
migrasi fisiologis ke mesial. Resorpsi tulang meningkat pada sisi mesial yang
mengalami tekanan, dan lapisan tulang pautan yang baru dibentuk pada sisi distal
yang mendapat tarikan.
5. Jelaskan perubahan pada tulang alveolar sebagai respon terhadap perubahan
tekanan oklusal!
Jb.Tulang alveolar mengalami ubah bentuk fisiologis yang kontiniu sebagai
responnya terhadap tekanan oklusal. Tulang akan disingkirkan dari sisi dimana
tidak lagi dibutuhkan dan dideposisiskan ke sisi yang kebutuhannya meningkat.
Respon tulang alveolar terhadap tekanan oklusal terrefleksi pada dinding soket.
Osteoblas dan osteoid yang baru terbentuk menjadi pinggir soket pada sisi yang
mendapat tarikan; osteoklas dan resorpsi tulang terjadi pada sisi yang mendapat
tekanan. Tekanan oklusal juga mempengaruhi jumlah, kepadatan, dan susunan
trabekula kanselous. Trabekula tulang tersusun sedemikian pada jalur stress tensil
dan stress kompresif untuk mendapatkan resistensi yang maksimal terhadap
tekanan oklusal dengan substansi tulang yang minimal. Apabila tekanan oklusal
meningkat, trabekula kanselous meningkat jumlah dan ketebalannya, dan tulang
baru bisa ditambahkan ke permukaan eksternal dari lempeng vestibular dan oral.
Sebagaimana sudah diutarakan sebelumnya, pada ligamen periodontal pun terjadi
ubah bentuk berkaitan dengan perubahan tekanan oklusal. Apabila tekanan oklusal
telah melampaui kemampuan adaptasi periodonsium, akan terjadi cedera berupa
trauma karena oklusi.
Apabila tekanan oklusal berkurang, jumlah dan ketebalan trabekula berkurang.
Demikian pula pada ligamen periodontal terjadi perubahan sebagaimana yang telah
dijelaskan sebelumnya. Keadaan yang demikian dinamakan sebagai atrofi
afungsional (disuse / afunctional atrophy). Pada kondisi tersebut sementum bisa
tidak terpengaruh tetapi bisa juga mengalami penebalan, dan jarak antara batas
sementum enamel ke krista tulang alveolar bertambah besar.

29

Pasok darah, limfe, dan saraf ke periodonsium


1. Jelaskan pasok darah ke periodonsium!
Jb.Sumber utama pasok darah ke periodonsium di rahang atas maupun rahang bawah
adalah arteri maksilaris, yang merupakan cabang dari arteri karotid eksternal.
Darah ke peridonsium di rahang atas dipasok oleh arteri alveolaris superior dan
arteri infraorbitalis, yang kemudian bercabang menjadi arteri alveolaris superior
mediana dan arteri alveolaris superior anterior. Untuk periodonsium di rahang
bawah darah dipasok oleh arteri alveolaris inferior.
Sebelum memasuki soket gigi, arteri alveolaris superior dan arteri alveolaris
inferior bercabang menjadi arteri arteri intraseptalis yang memasok darah ke
septum interdental. Setelah masuk ke soket gigi dan sebelum memasuki pulpa,
arteri alveolaris superior dan inferior bercabang lagi dan memasuki ruang ligamen
periodontal untuk memasok ligamen periodontal. Ujung cabang arteri interseptalis
beranastomosa dengan cabang-cabang arteri yang ada di dalam ligamen
periodontal dan dengan arteri supraperiosteum yang ada di dalam gingiva. Arteri

30

yang berada dalam ligamen periodontal bercabang dan beranastomosa satu sama
lain membentuk anyaman yang mengelilingi gigi.
Pasok darah ke gingiva berasal dari arteri supraperiosteum yang merupakan cabang
dari arteri sublingualis, arteri mentalis, arteri bukalis, arteri fasialis, arteri
palatinalis mayor, arteri infraorbitalis, dan arteri alveolaris superior posterior.di
dalam gingival bebas, semua cabang pembuluh darah yang berasal dari arteri
supraperiosteum, arteri-arteri dari ligamen periodontal, arteri septum interdentalis
beranastomosa satu sama lainnya.
2. Jelaskan pasok limfe ke periodonsium!
Jb.Sebelum memasuki pembuluh darah, drainase limfatik pada periodonsium terlebih
dahulu melalui nodus-nodus limfe (lymph nodes) di daerah leher dan kepala, pada
tempat mana berlangsung penapisan limfe. Drainase dari gingiva palatal rahang
atas akan menuju ke nodus limfe servikal, sedangkan drainase dari gingiva bukal
rahang atas, gingiva bukal dan lingual region premolar dan molar rahang bawah
menuju ke nodus limfe submandibula. Drainase dari daerah molar ketiga secara
khusus akan menuju ke nodus limfe jugulogdigastrik.
3. Jelaskan pasok saraf ke periodonsium!
Jb.Pada semua jaringan periodonsium terdapat reseptor saraf untuk nyeri sakit,
sentuhan dan tekanan (taktil), namun hanya pada ligamen periodontal yang
dijumpai reseptor proprioseptik. Semua reseptor tersebut berasal dari nervus
trigeminus.
Cabang-cabang nervus trigeminus yang mensarafi bagian-bagian gingiva adalah:
1) Nervus infraorbitalis, mensarafi gingiva pada sisi labial insisivus, kaninus dan
premolar rahang atas.
2) Nervus alveolaris superior posterior, mensarafi gingiva pada sisi bukal gigi
molar rahang atas.
3) Nervus palatinalis mayor, mensarafi gingiva pada sisi palatal semua gigi rahang
atas kecuali insisivus.
4) Nervus spenopalatinus panjang, mensarafi gingiva pada sisi palatal insisivus
rahang atas.
5) Nervus sublingualis, mensarafi gingiva pada sisi lingual rahang bawah.
6) Nervus mentalis, mensarafi gingiva pada sisi labial insisivus dan kaninus rahang
bawah.
7) Nervus bukalis, mensarafi gingiva pada sisi bukal molar rahang bawah.
4. Jelaskan perubahan akibat aging pada :
a) Gingiva
b) Ligamen periodontal
c) Tulang alveolar
31

d) Permukaan gigi (atrisi)


Jb. - Gingiva
Akibat proses penuaan pada gingiva, bisa terjadi : hilangnya keratinisasi;
hilangnya stippling, tetapi bisa juga tetap ada; bertambahnya lebar gingiva
cekat, dengan lokasi batas mukosa-gingiva tetap; berkurangnya seluler jaringan
ikat; berkurangnya konsumsi oksigen dan aktivitas metabolisme.
- Ligamen periodontal
Pada ligamen periodontal, proses penuaan disertai perubahan berupa :
bertambahnya jumlah serabut elastik; berkurangnya vaskularisasi; aktivitas
mitotik, dan jumlah serabut kolagen serta mukopolisakarida; meningkatnya
perubahan arteriosklerotik; lebar ruang ligamen periodontal bisa berkurang
akibat berkurangnya fungsi karena kekuatan otot pengunyahan yang menurun,
tetapi bisa juga bertambah karena berkurangnya jumlah gigi yang mendukung
tekanan oklusal.
- Tulang alveolar
Perubahan pada tulang alveolar akibat proses penuaan mirip dengan yang terjadi
pada sistem skeletal pada umumnya, yaitu berupa osteoporosis, berkurangnya
vaskularisasi, dan berkurangnya aktivitas metabolisme dan kemampuan
penyembuahan. Resorpsi tulang bisa meningkat atau berkurang begitu pula
kepadatan tulang bisa meningkat atau berkurang tergantung lokasinya.
- Permukaan gigi (atrisi)
Perubahan paling nyata pada gigi akibat penuaan adalah hilangnya substansi
gigi akibat atrisi. Keausan oklusal akan mengurangi tinggi dan inklinasi tonjol
(cusp) gigi, dengan akibat bertambahnya dataran pengunyahan dan
berkurangnya sluiceways. Derajat atrisi dipengaruhi oleh kekuatan otot,
konsistensi makanan, kekerasan gigi, faktor okupasi (pekerjaan), dan kebiasaan
seperti bruksim.
Laju atrisi berkoordinasi juga dengan perubahan-perubahan yang berkaitan
dengan penuaan seperti erupsi gigi secara kontiniu dan resesi gingiva. Atrisi
oklusal ternyata menjaga keseimbangan antara gigi dengan tulang
pendukungnya. Bila tinggi tulang berkurang, mahkota klinis tidak seimbang lagi
dengan akar klinis sehingga menimbulkan daya ungkit yang merugikan bagi
tulang alveolar. Dengan adanya pengurangan tinggi mahkota gigi akibat atrisi,
keseimbangan antara gigi dengan dukungan tulang akan terpertahankan.
Keausan gigi tejadi juga pada permukaan proksimal, yang disertai dengan
migrasi gigi ke arah mesial. Atrisi proksimal menyebabkan berkurangnya
lengkung gigi sebesar 0,5 cm pada usia 40 tahun. Bila atrisi proksimal
berlangsung terlalu progresif, terjadi pengurangan overjet maksila-mandibula di
daerah molar dan gigitan edge-to-edge pada gigi anterior.
32

Anda mungkin juga menyukai