PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Menjelang era pasar bebas atau dikenal AFTA (Asean Free Trade Assosiation)
diperlukan kesiapan yang mantap dari semua sektor, termasuk sektor kesehatan
khususnya rumah sakit. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan rumah sakit, diantaranya adalah akreditasi rumah sakit yang ada saat ini
mulai dituntut oleh masyarakat pengguna jasa pelayanan rumah sakit (Departemen
Kesehatan RI, 1990).
Hal ini ditegaskan pada Garis Besar Haluan Negara GBHN (1993) yang
menyatakan kualitas pelayanan harus ditingkatkan dan jangkauan serta kemampuannya
diperlukan agar masyarakat terutama yang berpenghasilan rendah dapat menikmati
pelayanan yang berkualitas dengan terus memperhatikan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi kedokteran secara serasi dan bertanggung jawab.
Pembangunan dibidang rumah sakit bertujuan untuk meningkatkan kualitas
dan efesiensi pelaksanaan rujukan kesehatan terpadu serta meningkatkan dan
memantapkan manajemen rumah sakit merupakan pelayanan yang menyeluruh dan
terpadu serta bersifat peningkatan kesehatan, pencegahan, pengendalian dan penilaian.
Pada dasarnya pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan pelayanan yang
menyeluruh dan terpadu, serta bersifat peningkatan kesehatan, pencegahan, pengobatan
dan pemulihan yang ditujukan kepada semua lapisan masyarakat.
Rumah sakit merupakan salah satu mata rantai didalam pemberian pelayanan
kesehatan serta suatu organisasi dengan sistem terbuka dan selalu berinteraksi dengan
lingkungannya untuk mencapai suatu keseimbangan yang dinamis mempunyai fungsi
mendasar, terarah dan sungguh-sungguh dari rumah sakit. Tanggung jawab ini memang
berat mengingat bahwa keperawatan di Indonesia masih dalam tahap awal proses
professional.
Asuhan keperawatan merupakan sentral dari pelayanan kesehatan sangat penting
untuk ditingkatkan kualitasnya dalam menjawab keprofesian keperawatan sehingga
kualitas asuhan keperawatan dalam pelayanan kesehatan dapat berkembang. Agar
perawat dapat memberikan pelayanan yang berkualitas kepada pasien diperlukan
manajemen asuhan keperawatan yang profesional dan menggunakan suatu proses
berpikir yang disebut proses keperawatan yang terdiri dari tahap pengkajian, diagnosa,
perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Proses keperawatan ini membutuhkan keterampilan analisa dan komunikasi
yang baik. Pada proses keperawatan terutama pada tahap implementasi dari proses
keperawatan seseorang perawat harus mempunyai kemampuan interpersonal, teknis dan
kolaborasi dengan profesi lain. Langkah-langkah kegiatan pada proses keperawatan
yang di4gambarkan oleh Gillies dan Smith mirip dengan langkah-langkah yang
dilakukan pada proses manajemen dimana setiap pasien adalah unik dan memerlukan
penanganan yang berbeda-beda dengan demikian bila proses keperawatan dilakukan
dengan baik, maka akan mengatasi sebagian masalah manajemen pada ruang rawat
inap.
Kualitas pelayanan keperawatan suatu rumah sakit dinilai dari kepuasan
pasien yang sedang atau pernah dirawat yang merupakan ungkapan rasa lega atau
senang karena harapan tentang sesuatu kebutuhan pasien terpenuhi oleh pelayanan
keperawatan yang bila diuraikan berarti kepuasan terhadap kenyamanan, kecepatan,
pelayanan, keramahan dan perhatian. Sementara rasa puas sendiri mempunyai nilai
yang relative tergantung dari masing-masing individu (Wijono, 2003).
asuhan keperawatan buruk (53,3 %), pelaksana perawatan dengan keterampilan baik
mempunyai pelaksanaan standar asuhan keperawatan baik (100 %), pelaksana
perawatan dengan motivasi cukup mempunyai pelaksanaan standar asuhan keperawatan
baik (82,1 %), sehingga disarankan agar mengadakan pelatihan mutu asuhan
keperawatan dan mengadakan pelatihan manajemen kepala ruang sedangkan
implementasinya agar lebih ditekankan pada peningkatan ketrampilan pelaksana
perawatan. Berdasarkan pengamatan awal di rumah sakit Umum Lasinrang, terdapat
pasien yang mengeluhkan pelayanan yang kurang memadai baik dari segi kapasitas alat
maupun tingkat keterampilan petugas dalam memberikan tindakan keperawatan pada
ruang rawat inap.
Bertitik berat pada uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengambil judul
studi tentang kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan di ruang rawat
inap Rumah Sakit Umum Lasinrang Kabupaten Pinrang.
<!--[if !supportLists]-->1.2. <!--[endif]-->Batasan
Masalah
Pinrang. namun karena keterbatasan sumber daya dari peneliti maka hanya dibatasi
pada pengetahuan perawat, motivasi kerja perawat, beban kerja perawat, dan pelatihan
perawat.
<!--[if !supportLists]-->1.3. <!--[endif]-->Rumusan
Masalah
Umum
Khusus
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Umum
Rumah Sakit Umum Lasinrang Pinrang berdiri sejak tahun 1961 dengan
kapasitas sesuai kebutuhan saat itu. Sejalan dengan perkembangan dan kebutuhan
masyarakat akan pelayanan kesehatan sehingga dilakukan pembangunan secara
bertahap dengan luas tanah 30.006 M dan luas bangunannya 3.934.75 M.
Rumah Sakit Umum Lasinrang Pinrang adalah rumah sakit kelas C sesuai
keputusan menteri kesehatan RI No. 543/Menkes/Sk/VI/1996 dan struktur organisasi
dan tata kerja telah dilaksanakan berdasarkan PERDA No. 1 tahun 1997.
Dalam hal pelayanan rujukan kesehatan Rumah Sakit Umum Lasinrang
Pinrang melayani rujukan dari 12 Puskesmas dan 2 Rumah Sakit Swasta di wilayah
kabupaten Pinrang.
Rumah Sakit Umum Lasinrang Pinrang adalah unit pelaksanaan teknis dinas
kesehatan kabupaten Pinrang yang secara teknis fungsional bertanggung jawab kepada
dinas kesehatan dan teknis operasional bertanggung jawab kepada kepala daerah yang
mempunyai tugas melaksanakan upaya pelayanan kesehatan secara berdaya guna dan
berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan yang
dilaksanakan secara terpadu dalam rangka pelaksanaan meningkatkan pelayanan
kesehatan serta pencegahan penyakit dan melakukan upaya rujukan daerah kabupaten
Pinrang.
<!--[if !supportLists]-->2.2 <!--[endif]-->Tugas
1. Tugas Pokok
Melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan
mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan yang dilaksanakan secara serasi,
terpadu dengan upaya peningkatan serta pencegahan dan melaksanakan upaya
rujukan.
2. Fungsi :
<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Menyelenggarakan
Pelayanan medis.
!supportLists]-->3. <!--[endif]-->Menyelenggarakan
Keperawatan.
<!--[if !supportLists]-->4. <!--[endif]-->Menyelenggarakan
Pelayanan Rujukan.
Keuangan
<!--[if !supportLists]-->2.3 <!--[endif]-->Struktur Organisasi
Tenaga Medik
a.
Dokter Umum
b.
Dokter Ahli Bedah
c.
Dokter Ahli Penyakit Dalam
9 orang
1 orang
1 orang
2.
3.
4.
d.
Dokter Ahli Mata
e.
Dokter Ahli Kandungan
f.
Dokter Gigi
Tenaga Paramedis Keperawatan
a.
S1 Keperawatan
b.
AKPER
c.
AKBID
d.
SPK
e.
Perawat Bidan
f.
Perawat Gigi
g.
Pembantu Perawat
Tenaga Paramedis Non Keperawatan
a.
Apoteker
b.
FKM
c.
Perawat Anastesi
d.
AKFIS
e.
ATRO
f.
AIGI
g.
AKFAR
h.
ATEM
i.
APK/AKL
j.
Akademi Rekam Medik
k.
SPPH
l.
SMF
m. Pekarya Kesehatan
n.
Analis Kesehatan
Tenaga Non Medis
a.
S1 Adm & Lainnya
b.
D1 Informatika
c.
SMA
d.
SMEA
e.
STM
f.
Tenaga Komputer
g.
SMP
h.
Lain-lain
1 orang
1 orang
2 orang
57 orang
35 orang
7 orang
24 orang
23 orang
6 orang
4 orang
3 orang
10 orang
3 orang
6 orang
4 orang
3 orang
5 orang
3 orang
5 orang
4 orang
3 orang
7 orang
9 orang
7 orang
9 orang
2 orang
13 orang
2 orang
4 orang
1 orang
38 orang
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
<!--[if !supportLists]-->3.1 <!--[endif]-->Tinjauan Tentang
Kinerja
Kinerja adalah penampilan hasil kerja baik kuantitas maupun kualitas dalam
suatu unit pelayanan. Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun kelompok
kerja suatu tim. Penampilan suatu hasil karya tidak terbatas kepada personel yang
memangku jabatan fungsional maupun structural tetapi juga kepada seluruh jajaran
personil di dalam suatu organisasi.
Deskripsi dari kinerja menyangkut tiga komponen penting yaitu : tujuan,
ukuran dan penilaian. Penentuan tujuan dari setiap unit organisasi merupakan strategi
yang baik untuk meningkatkan kinerja. Tujuan ini akan memberikan arah dan
mempengaruhi bagaimana seharusnya prilaku kerja yang diharapkan organisasi
terhadap setiap personil. Walaupun demikian penentuan tujuan saja tidaklah cukup
sebab itu dibutuhkan ukuran apakah seorang pekerja telah mencapai kinerja yang baik
untuk setiap beban tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Untuk itu
kuantitatif dan kualitatif standar kinerja untuk setiap tugas dan jabatan perawat
memegang peranan penting.
Didalam suatu organisasi sejumlah orang harus memainkan peranan sebagai
pengikat. Hubungan antar individu dan kelompok dalam organisasi menghasilkan suatu
harapan terhadap prilaku kerja. Sedangkan kinerja organisasi merupakan hasil dari
interaksi yang kompleks dan kinerja sejumlah individu dalam organisasi.
Tenaga professional adalah sumber daya terbaik suatu organisasi sehingga
evaluasi kinerja menjadi salah satu variable yang penting bagi efektifitas organisasi.
Dalam organisasi sangatlah penting untuk memiliki instrument untuk meningkatkan
kinerja yang efektif. Proses evaluasi kinerja bagi professional menjadi bagian terpenting
dalam upaya manajemen untuk meningkatkan kinerja organisasi.
<!--[if !supportLists]-->3.2 <!--[endif]-->Tinjauan Tentang Tenaga
Kesehatan
Paramedis
Adalah tenaga dengan memiliki latar belakang medis seperti: dokter, perawat
dan bidan
<!--[if !supportLists]-->3.2.2 <!--[endif]-->Tenaga
Non Paramedis
!supportLists]-->- <!--[endif]-->memahami
rehabilitasi
<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->sebagai pelaksana pelayanan
<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->sebagai penyuluh
<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->sebagai
kesehatan
tenaga kesehatan
terampil kepada orang sakit yang tidak mampu sesuai dengan kebutuhan
fisik, emosional dan spiritual pasien, di Rumah Sakit atau di pabrik.
<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Melakukan
dengan elemen yang paling relevan dari system teori, dengan menggunakan metode
ilmiah.
Proses keperawatan ini diperkenalkan pada tahun 1950-an sebagai proses yang
terdiri atas 3 tahap: pengkajian, perencanaan dan evaluasi yang didasarkan pada metode
ilmiah pengamatan, pengukuran, pengumpulan data dan penganalisaan temuan. Kajian
selama bertahun-tahun penggunaan dan perbaikan telah mengarahkan perawat pada
pengembangan proses keperawatan menjadi 5 langkah yang kongkrit yaitu :
<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Pengkajian
Diagnosa Keperawatan
Adalah keputusan atau kesimpulan yang terjadi akibat hasil dari pengkajian
keperawatan berupa pernyataan gangguan status kesehatan klien baik actual maupun
potensial yang mana hasil dari pengkajian keperawatan dan membutuhkan
intervensi dari bidang keperawatan.
<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->Perencanaan
Langkah-langkah penyusunan :
<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Menetapkan
ditetapkan
<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->Menentukan
Adalah tahap akhir kegiatan. Pada tahap ini perawat menilai hasil dari tindakan
yang telah dilakukan dan sejauh mana tujuan telah dicapai.
3.5 Tinjauan tentang Pengetahuan Perawat
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek atau peristiwa tertentu. Pengetahuan perawat yaitu
kemampuan suatu perawat dalam mengaplikasikan ilmunya dalm tugasnya sebagai
petugas pelayanan kesehatan. Pengetahuan perawat merupakan faktor utama
mempengaruhi prilaku dan kinerja perawat (Notoadmojo, 1997).
Manusia akan menjadi tau jika ingin mengetahui sebuah kejadian di setiap apa
yang dilihat tanpa adanya bantuan atau dengan bantuan orang lain (Ilyas, 1999).
Secara rinci untuk mengukur pengetahuan seseorang Bloom mengemukakan
cognitive domain terdiri dari enam tingkat (Rusli Ngatimin, 1996) :
<!--[if !supportLists]-->3.5.1 <!--[endif]-->Tahu
(Know)
Dimana seseorang hanya mampu menjelaskan secara garis besar apa yang telah
dipelajarinya.
Menyeluruh (Comprehensive)
kembali
secara
mendasar
ilmu
pengetahuan
yang
telah
dipelajarinya.
<!--[if !supportLists]-->3.5.3 <!--[endif]-->Penerapan
(Aplication)
Seseorang telah ada kemapuan untuk menggunakan apa yang telah dipelajarinya
untuk sesuatu situasi yang baru dan nyata.
<!--[if !supportLists]-->3.5.4 <!--[endif]-->Analisis
(Analysis)
Seseorang telah mampu menganalisa hubungan antar satu bagian dengan yang
lainnya dan mampu menguasai maupun bentuk struktural dari apa yang
dipelajarinya.
<!--[if !supportLists]-->3.5.5 <!--[endif]-->Sintesis
(Syntehesis)
Pada tingkat ini disamping kemampuan untuk menganalisa juga mampu untuk
menyusun kembali baik ke bentuk semula maupun ke bentuk yang lain.
<!--[if !supportLists]-->3.5.6 <!--[endif]-->Evaluasi (Evaluation)
Pada tingkat ini merupakan tingkat pengetahuan tertinggi. Telah ada kemampuan
untuk mengetahui secara menyeluruh dari semua bahan yang telah dipelajarinya
juga kemampuan untuk mengevaluasi sesuatu dengan kriteria yang telah
ditentukan.
3.6 Tinjauan Tentang Motivasi Perawat
Motivasi adalah proses kejiwaan yang mendasar terdiri dari kebutuhankebutuhan, dorongan-dorongan dan tujuan. Memotivasi personel perawat rumah sakit
harus dilakukan sejak dini untuk menjaga semagat kerja yang dapat menurun akibat
kegiatan rutin dan monoton. Oleh karena itu mengamati motivasi kerja setiap personel
perawat dilaksanakan secara terus menerus. Hal ini penting dilakukan untuk
bahwa
pelatihan
dimaksudkan
disini
adalah
untuk
meningkatkan
BAB IV
KERANGKA KONSEP
4.1 Dasar Pemikiran
Untuk menjawab pertanyaan penelitian dan agar tujuan penelitian tercapai
berdasarkan tinjauan pustaka, maka dengan mengacu pada proses manajerial pemberian
asuhan keperawatan dapat disebutkan bahwa kualitas asuhan keperawatan merupakan
salah satu out put dari penerapan asuhan keperawatan yang dinilai melalui kepuasan
pasien, keluarga dan masyarakat atas asuhan keperawatan yang menyangkut aspek
keterampilan perawat, sikap dan prilaku perawat, serta dengan cara observasi
pelaksanaan asuhan keperawatan dan audit dokumentasi keperawatan.
Keterlibatan petugas kesehatan Rumah Sakit Umum Lasinrang Kabupaten
Pinrang terhadap pasien rawat inap diharapkan mempunyai hubungan interaktif. Sebab
peranan rumah sakit sebagai tempat terakhir seseorang mendapatkan perawatan secara
intensif setelah mendapat pelayanan pengobatan di puskesmas atau di tempat praktek
swasta lainnya.
Terlaksananya asuhan keperawatan pada unit rawat inap suatu rumah sakit
sangat bergantung dari interaksi beberapa factor-faktor yaitu manajemen, peralatan,
motivasi kerja petugas, pelatihan-pelatihan, kebijaksanaan oragnisasi dan lain-lain.
4.2 Pola Pikir
<!--[if
!vml]-->
<!--[endif]--><!--[if
!vml]-->
<!--[if !vml]-->
<!--[endif]--><!--[if !mso]->
<!--[endif]-->
Pengetahuan Perawat
<!--[if !mso]-->
<!--[endif]--><!--[if !mso
& !vml]--> <!--[endif]-><!--[if !vml]-->
<!--[endif]-->
Motivasi Kerja Perawat
Beban Kerja Perawat
Kinerja Perawat
<!--[endif]-->
<!--[if !vml]-->
<!--[endif]-->
4.3 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
4.3.1 Kinerja
Kinerja adalah penampilan hasil kerja perawat baik kualitas maupun kuantitas
dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Kinerja perawat diukur berdasarkan
pengetahuan, motivasi kerja, beban kerja dan pelatihan yang telah diperoleh di
rumah sakit.
Cukup : apabila jawaban responden nilai median 62,5% dari total skor
pertanyaan.
Kurang : apabila jawaban responden <>
<!--[if !supportLists]-->4.3.2 <!--[endif]-->Pengetahuan
Cukup : apabila jawaban responden nilai median 62,5% dari total skor
pertanyaan.
Kurang : apabila jawaban responden <>
<!--[if !supportLists]-->4.3.3 <!--[endif]-->Motivasi
Kerja
Motivasi kerja perawat adalah sesuatu hal yang berasal dari internal perawat
yang menimbulkan dorongan atau semangat untuk melaksanakan aktivitas
keperawatan.
Cukup : apabila jawaban responden nilai median 62,5% dari total skor
pertanyaan.
Kurang : apabila jawaban responden <>
<!--[if !supportLists]-->4.3.4 <!--[endif]-->Beban
Kerja
Beban kerja adalah tanggapan perawat terhadap lamanya dan beratnya pekerjaan
serta banyaknya tugas yang diberikan dalam membuat asuhan keperawatan.
Cukup : apabila jawaban responden nilai median 62,5% dari total skor
pertanyaan.
Kurang : apabila jawaban responden <>
<!--[if !supportLists]-->4.3.5 <!--[endif]-->Pelatihan
serta
keterampilan
perawat
dalam
melaksanakan
asuhan
keperawatan.
Cukup : apabila jawaban responden nilai median 62,5% dari total skor
pertanyaan.
Kurang : apabila jawaban responden <>
BAB V
METODE PENELITIAN
<!--[if !supportLists]-->5.1 <!--[endif]-->Jenis
Penelitian
Penelitian
Penelitian
Sampel
Dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang jumlahnya 88 orang (honor
maupun PNS) di ruang rawat inap di Rumah Sakit Umum Lasinrang Kabupaten
Pinrang.
<!--[if !supportLists]-->5.3.2 <!--[endif]-->Sampel
Cara pengambilan sample dalam penelitian ini adalah Exhausive Sampling atau
Sampel Jenuh adalah metode pengambilan sampel dengan menjadikan seluruh
populasi menjadi sampel penelitian yaitu perawat pada ruang rawat inap Rumah
Sakit Umum Lasinrang Kabupaten Pinrang.
<!--[if !supportLists]-->5.4 <!--[endif]-->Pengumpulan
<!--[if !supportLists]-->5.4.1 <!--[endif]-->Data
Data
Primer
Data yang di kumpulkan dari responden dengan cara wawancara langsung dan
menggunakan kuesioner sebagai alat bantu.
Sekunder
Data
yang diperoleh merupakan informasi yang benar. Pada tahap ini dilakukan
dengan memperhatikan kelengkapan jawaban dan jelas tidaknya jawabannya.
<!--[if !supportLists]-->5.5.2 <!--[endif]-->Pengkodean
dengan komputer disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan tabel
silang.
<!--[if !supportLists]-->5.6 <!--[endif]-->Penyajian
Data
Data yang telah diolah kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi dan tabel silang antara variabel penelitian disertai penjelasan.
Diposkan oleh taslim di 04:34 0 komentar
Beranda
Langgan: Entri (Atom)
Tampilan slide
Pengikut
Arsip Blog
2009 (1)
o Desember (1)
Mengenai Saya
taslim
Lihat profil lengkapku