Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Menjelang era pasar bebas atau dikenal AFTA (Asean Free Trade Assosiation)
diperlukan kesiapan yang mantap dari semua sektor, termasuk sektor kesehatan
khususnya rumah sakit. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan rumah sakit, diantaranya adalah akreditasi rumah sakit yang ada saat ini
mulai dituntut oleh masyarakat pengguna jasa pelayanan rumah sakit (Departemen
Kesehatan RI, 1990).
Hal ini ditegaskan pada Garis Besar Haluan Negara GBHN (1993) yang
menyatakan kualitas pelayanan harus ditingkatkan dan jangkauan serta kemampuannya
diperlukan agar masyarakat terutama yang berpenghasilan rendah dapat menikmati
pelayanan yang berkualitas dengan terus memperhatikan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi kedokteran secara serasi dan bertanggung jawab.
Pembangunan dibidang rumah sakit bertujuan untuk meningkatkan kualitas
dan efesiensi pelaksanaan rujukan kesehatan terpadu serta meningkatkan dan
memantapkan manajemen rumah sakit merupakan pelayanan yang menyeluruh dan
terpadu serta bersifat peningkatan kesehatan, pencegahan, pengendalian dan penilaian.
Pada dasarnya pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan pelayanan yang
menyeluruh dan terpadu, serta bersifat peningkatan kesehatan, pencegahan, pengobatan
dan pemulihan yang ditujukan kepada semua lapisan masyarakat.
Rumah sakit merupakan salah satu mata rantai didalam pemberian pelayanan
kesehatan serta suatu organisasi dengan sistem terbuka dan selalu berinteraksi dengan
lingkungannya untuk mencapai suatu keseimbangan yang dinamis mempunyai fungsi

utama melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan serta sebagai


tempat penelitian berdasarkan surat keputusan.
Dalam pemberian pelayanan kesehatan yang optimal di rumah sakit
diperlukan sumber daya yang berkualitas. Dengan menggunakan sumber daya yang ada
diharapkan rumah sakit dapat menghasilkan suatu out put yang maksimal berupa
produk atau jasa untuk meningkatkan pelayanan. Untuk masalah-maslaah tersebut
haruslah disadari bahwa keberhasilan rumah sakit antara lain disebabkan sumber daya
manusia, sehingga sumber daya manusia dipandang sebagai asset rumah sakit, bahkan
merupakan investasi rumah sakit apabila tenaga tersebut merupakan tenaga yang
terampil. Kebehasilan pelayanan kesehatan di rumah sakit tidak terlepas dari berbagai
faktor pelayanan keperawatan yang biasa disebut dengan asuhan keperawatan.
Tenaga perawat yang merupakan The caring profession mempunyai
kedudukan penting dalam menghasilkan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit,
karena pelayanan yang diberikannya berdasarkan pendekatan bio-psiko-sosial-spiritual
merupakan pelayanan yang unik dilaksanakan selama 24 jam dan berkesinambungan
merupakan kelebihan tersendiri dibanding pelayanan lainnya (Departemen Kesehatan
RI, 2001).
Asuhan keperawatan di rumah sakit dilaksanakan di ruang rawat jalan serta
ruang rawat inap. Asuhan keperawatan merupakan kegiatan pokok yang sering menjadi
barometer tentang baik atau buruknya suatu pelayanan kesehatan di rumah sakit, hal ini
disebabkan karena di ruang rawat inaplah terjadi kontak paling sering antara pasien
dengan pemakai jasa dengan perawat sebagai tenaga pelaksana dan sebagian besar
pelayanan di ruang rawat inap dilakukan oleh tenaga perawat.
Tuntutan dan kebutuhan asuhan keperawatan yang berkualitas di masa depan
merupakan tantangan yang harus dipersiapkan secara benar-benar dan ditangani secara

mendasar, terarah dan sungguh-sungguh dari rumah sakit. Tanggung jawab ini memang
berat mengingat bahwa keperawatan di Indonesia masih dalam tahap awal proses
professional.
Asuhan keperawatan merupakan sentral dari pelayanan kesehatan sangat penting
untuk ditingkatkan kualitasnya dalam menjawab keprofesian keperawatan sehingga
kualitas asuhan keperawatan dalam pelayanan kesehatan dapat berkembang. Agar
perawat dapat memberikan pelayanan yang berkualitas kepada pasien diperlukan
manajemen asuhan keperawatan yang profesional dan menggunakan suatu proses
berpikir yang disebut proses keperawatan yang terdiri dari tahap pengkajian, diagnosa,
perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Proses keperawatan ini membutuhkan keterampilan analisa dan komunikasi
yang baik. Pada proses keperawatan terutama pada tahap implementasi dari proses
keperawatan seseorang perawat harus mempunyai kemampuan interpersonal, teknis dan
kolaborasi dengan profesi lain. Langkah-langkah kegiatan pada proses keperawatan
yang di4gambarkan oleh Gillies dan Smith mirip dengan langkah-langkah yang
dilakukan pada proses manajemen dimana setiap pasien adalah unik dan memerlukan
penanganan yang berbeda-beda dengan demikian bila proses keperawatan dilakukan
dengan baik, maka akan mengatasi sebagian masalah manajemen pada ruang rawat
inap.
Kualitas pelayanan keperawatan suatu rumah sakit dinilai dari kepuasan
pasien yang sedang atau pernah dirawat yang merupakan ungkapan rasa lega atau
senang karena harapan tentang sesuatu kebutuhan pasien terpenuhi oleh pelayanan
keperawatan yang bila diuraikan berarti kepuasan terhadap kenyamanan, kecepatan,
pelayanan, keramahan dan perhatian. Sementara rasa puas sendiri mempunyai nilai
yang relative tergantung dari masing-masing individu (Wijono, 2003).

Perawat tidak menyukai dokumentasi keperawatan secara historis meskipun


kualitas dokumentasi tidak mengalami peningkatan selama bertahun-tahun tetapi
kualitas informasi yang didokumentasikan belum baik.
Dokumentasi keperawatan beragam, unik dan memakan waktu. Penelitian
menunjukkan bahwa menghabiskan waktu 35-40 menit untuk pencatatan pasien shift.
Logisnya keparahan kondisi klien akan menentukan waktu pencatatan pada
kenyataannya bagaimanapun perawat menghabiskan paling banyak waktunya dalam
pencatatan duplikatif, pengulangan perawatan rutin dan obsrvasi sebagai akibat terlalu
sering. Observasi adalah dialog spesifik yang signifikan tidak dicatat karena ketebatasan
waktu. Lebih jauh lagi informasi signifikan mungkin terabaikan karena perawat dan
dokter tidak secara teratur membuat catatan kemajuan (Eapluyito, 1987).
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan berbagai macam faktor yang
mempengaruhinya yaitu tingkat pendidikan, pengetahuan, beban kerja, pelatihan dan
masa kerja.
Hal ini dikarenakan bahwa banyaknya perawat melaksanakan asuhan
keperawatan memiliki pendidikan, motivasi kerja, beban kerja dan pelatihan yang
mendukung terciptanya kinerja mengalami masalah dalam aplikasi di lapangan berupa
keterlambatan atau banyaknya proses pengisian asuhan keperawatan yang tidak sesuai
dengan apa yang diharapkan pihak rumah sakit.
Hasil penelitian yang dilaksanakan di RSUD Ambarawa tahun 2001
menunjukkan bahwa dari 59 responden sebanyak 50,85 % mempunyai pengetahuan
yang cukup, 30,51 keterampilan baik, 50,85 % motivasi cukup, 59,32 % pengawasan
kurang, 48,15 % supervise cukup dengan pengetahuan yang cukup dan pelaksana
perawatan yang mempunyai pelaksanaan standar asuhan keperawatan baik (55,93 %).
Pelaksana perawatan dengan pengetahuan cukup mempunyai pelaksanaan standar

asuhan keperawatan buruk (53,3 %), pelaksana perawatan dengan keterampilan baik
mempunyai pelaksanaan standar asuhan keperawatan baik (100 %), pelaksana
perawatan dengan motivasi cukup mempunyai pelaksanaan standar asuhan keperawatan
baik (82,1 %), sehingga disarankan agar mengadakan pelatihan mutu asuhan
keperawatan dan mengadakan pelatihan manajemen kepala ruang sedangkan
implementasinya agar lebih ditekankan pada peningkatan ketrampilan pelaksana
perawatan. Berdasarkan pengamatan awal di rumah sakit Umum Lasinrang, terdapat
pasien yang mengeluhkan pelayanan yang kurang memadai baik dari segi kapasitas alat
maupun tingkat keterampilan petugas dalam memberikan tindakan keperawatan pada
ruang rawat inap.
Bertitik berat pada uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengambil judul
studi tentang kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan di ruang rawat
inap Rumah Sakit Umum Lasinrang Kabupaten Pinrang.
<!--[if !supportLists]-->1.2. <!--[endif]-->Batasan

Masalah

Kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan di rumah sakit


mempengaruhi kualitas pelayanan yang diselenggarakan kepada pasien. Kinerja ini
berhubungan dengan kemampuan perawat untuk melaksanakan asuhan keperawatan
dalam rangka peningkatan dan perbaikan derajat kesehatan pasien. Rumah sakit
Lasinrang Kabupaten Pinrang sebagai rumah sakit tipe C Kabupaten Pinrang
diharapkan mampu menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang secara menyeluruh
dan memenuhi kepuasan masyarakat. Perawat merupakan salah satu penentu pelayanan
yang berkualitas tersebut dimana dengan kinerja yang cukup merupakan modal dasar
terhadap penyelenggaraan pelayanan yang berkualitas.
Banyak faktor yang berhubungan dengan kinerja perawat dalam melaksanakan
asuhan keperawatan di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Lasinrang Kabupaten

Pinrang. namun karena keterbatasan sumber daya dari peneliti maka hanya dibatasi
pada pengetahuan perawat, motivasi kerja perawat, beban kerja perawat, dan pelatihan
perawat.
<!--[if !supportLists]-->1.3. <!--[endif]-->Rumusan

Masalah

Pada penelitian ini dapat di rumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :


<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Bagaimana

kinerja perawat dalam melaksanakan

asuhan keperawatan berdasarkan pengetahuan perawat di Rumah Sakit Umum


Lasinrang Kabupaten Pinrang ?
<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Bagaimana

kinerja perawat dalam melaksanakan

asuhan keperawatan berdasarkan motivasi kerja perawat di Rumah Sakit Umum


Lasinrang Kabupaten Pinrang ?
<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->Bagaimana

kinerja perawat dalam melaksanakan

asuhan keperawatan berdasarkan beban kerja perawat di Rumah Sakit Umum


Lasinrang Kabupaten Pinrang ?
<!--[if !supportLists]-->4. <!--[endif]-->Bagaimana

kinerja perawat dalam melaksanakan

asuhan keperawatan berdasarkan pelatihan perawat di Rumah Sakit Umum


Lasinrang Kabupaten Pinrang ?
1.4. Tujuan Penelitian
<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Tujuan

Umum

Mendapatkan gambaran tentang kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan


keperawatan di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Lasinrang Kabupaten
Pinrang.
<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Tujuan

Khusus

<!--[if !supportLists]-->2.1. <!--[endif]-->Untuk

mengetahui kinerja perawat dalam

melaksanakan asuhan keperawatan berdasarkan pengetahuan perawat di


Rumah Sakit Umum Lasinrang Kabupaten Pinrang.
<!--[if !supportLists]-->2.2. <!--[endif]-->Untuk

mengetahui kinerja perawat dalam

melaksanakan asuhan keperawatan berdasarkan motivasi kerja perawat di


Rumah Sakit Umum Lasinrang Kabupaten Pinrang.
<!--[if !supportLists]-->2.3. <!--[endif]-->Untuk

mengetahui kinerja perawat dalam

melaksanakan asuhan keperawatan berdasarkan beban kerja perawat di


Rumah Sakit Umum Lasinrang Kabupaten Pinrang.
<!--[if !supportLists]-->2.4. <!--[endif]-->Untuk

mengetahui kinerja perawat dalam

melaksanakan asuhan keperawatan berdasarkan pelatihan perawat di


Rumah Sakit Umum Lasinrang Kabupaten Pinrang.
1.5. Manfaat Penelitian
<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Manfaat Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi penting dalam


meningkatkan kualitas rumah sakit tempat penelitian.
<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Manfaat Ilmiah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pengalaman dan


cakrawala berpikir peneliti dalam melakukan penelitian selanjutnya.
<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->Manfaat Praktis

Dapat menambah pengetahuan pengalaman dan cakrawala berpikir peneliti dalam


melakukan penelitian selanjutnya.

BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

<!--[if !supportLists]-->2.1 <!--[endif]-->Keadaan

Umum

Rumah Sakit Umum Lasinrang Pinrang berdiri sejak tahun 1961 dengan
kapasitas sesuai kebutuhan saat itu. Sejalan dengan perkembangan dan kebutuhan
masyarakat akan pelayanan kesehatan sehingga dilakukan pembangunan secara
bertahap dengan luas tanah 30.006 M dan luas bangunannya 3.934.75 M.
Rumah Sakit Umum Lasinrang Pinrang adalah rumah sakit kelas C sesuai
keputusan menteri kesehatan RI No. 543/Menkes/Sk/VI/1996 dan struktur organisasi
dan tata kerja telah dilaksanakan berdasarkan PERDA No. 1 tahun 1997.
Dalam hal pelayanan rujukan kesehatan Rumah Sakit Umum Lasinrang
Pinrang melayani rujukan dari 12 Puskesmas dan 2 Rumah Sakit Swasta di wilayah
kabupaten Pinrang.
Rumah Sakit Umum Lasinrang Pinrang adalah unit pelaksanaan teknis dinas
kesehatan kabupaten Pinrang yang secara teknis fungsional bertanggung jawab kepada
dinas kesehatan dan teknis operasional bertanggung jawab kepada kepala daerah yang
mempunyai tugas melaksanakan upaya pelayanan kesehatan secara berdaya guna dan
berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan yang
dilaksanakan secara terpadu dalam rangka pelaksanaan meningkatkan pelayanan
kesehatan serta pencegahan penyakit dan melakukan upaya rujukan daerah kabupaten
Pinrang.
<!--[if !supportLists]-->2.2 <!--[endif]-->Tugas

Pokok dan Fungsi

1. Tugas Pokok
Melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan
mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan yang dilaksanakan secara serasi,
terpadu dengan upaya peningkatan serta pencegahan dan melaksanakan upaya
rujukan.

2. Fungsi :
<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Menyelenggarakan

Pelayanan medis.

<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Menyelenggarakan

Pelayanan Penunjang medis

dan non medis.


<!--[if

!supportLists]-->3. <!--[endif]-->Menyelenggarakan

Pelayanan dan Asuhan

Keperawatan.
<!--[if !supportLists]-->4. <!--[endif]-->Menyelenggarakan

Pelayanan Rujukan.

<!--[if !supportLists]-->5. <!--[endif]-->Menyelenggarakan

Pendidikan dan latihan.

<!--[if !supportLists]-->6. <!--[endif]-->Menyelenggarakan

Penelitian dan Pengembangan.

<!--[if !supportLists]-->7. <!--[endif]-->Menyelenggarakan

Administrasi Umum dan

Keuangan
<!--[if !supportLists]-->2.3 <!--[endif]-->Struktur Organisasi

Berdasarkan Peraturan Daerah, Kabupaten Pinrang No. 1 tahun 1997 maka


struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Kelas C Lasinrang terdiri atas :
1. Direktur : 1 orang
2. Sekretaris : 1 orang
3. Kepala Bidang : 3 orang
4. Kepala Sub. Bagian : 2 orang
5. Kepala Sub. Bidang : 6 orang
<!--[if !supportLists]-->2.4 <!--[endif]-->Ketenagaan

Ketenagaan di rumah sakit merupakan modal utama terhadap penyelenggaraan


pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Ketenagaan yang dimiliki oleh Rumah Sakit
Lasinrang Pinrang berjumlah 313 orang yang dibedakan atas :
1.

Tenaga Medik
a.
Dokter Umum
b.
Dokter Ahli Bedah
c.
Dokter Ahli Penyakit Dalam

9 orang
1 orang
1 orang

2.

3.

4.

d.
Dokter Ahli Mata
e.
Dokter Ahli Kandungan
f.
Dokter Gigi
Tenaga Paramedis Keperawatan
a.
S1 Keperawatan
b.
AKPER
c.
AKBID
d.
SPK
e.
Perawat Bidan
f.
Perawat Gigi
g.
Pembantu Perawat
Tenaga Paramedis Non Keperawatan
a.
Apoteker
b.
FKM
c.
Perawat Anastesi
d.
AKFIS
e.
ATRO
f.
AIGI
g.
AKFAR
h.
ATEM
i.
APK/AKL
j.
Akademi Rekam Medik
k.
SPPH
l.
SMF
m. Pekarya Kesehatan
n.
Analis Kesehatan
Tenaga Non Medis
a.
S1 Adm & Lainnya
b.
D1 Informatika
c.
SMA
d.
SMEA
e.
STM
f.
Tenaga Komputer
g.
SMP
h.
Lain-lain

1 orang
1 orang
2 orang
57 orang
35 orang
7 orang
24 orang
23 orang
6 orang
4 orang
3 orang
10 orang
3 orang
6 orang
4 orang
3 orang
5 orang
3 orang
5 orang
4 orang
3 orang
7 orang
9 orang
7 orang
9 orang
2 orang
13 orang
2 orang
4 orang
1 orang
38 orang

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
<!--[if !supportLists]-->3.1 <!--[endif]-->Tinjauan Tentang

Kinerja

Kinerja adalah penampilan hasil kerja baik kuantitas maupun kualitas dalam
suatu unit pelayanan. Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun kelompok
kerja suatu tim. Penampilan suatu hasil karya tidak terbatas kepada personel yang

memangku jabatan fungsional maupun structural tetapi juga kepada seluruh jajaran
personil di dalam suatu organisasi.
Deskripsi dari kinerja menyangkut tiga komponen penting yaitu : tujuan,
ukuran dan penilaian. Penentuan tujuan dari setiap unit organisasi merupakan strategi
yang baik untuk meningkatkan kinerja. Tujuan ini akan memberikan arah dan
mempengaruhi bagaimana seharusnya prilaku kerja yang diharapkan organisasi
terhadap setiap personil. Walaupun demikian penentuan tujuan saja tidaklah cukup
sebab itu dibutuhkan ukuran apakah seorang pekerja telah mencapai kinerja yang baik
untuk setiap beban tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Untuk itu
kuantitatif dan kualitatif standar kinerja untuk setiap tugas dan jabatan perawat
memegang peranan penting.
Didalam suatu organisasi sejumlah orang harus memainkan peranan sebagai
pengikat. Hubungan antar individu dan kelompok dalam organisasi menghasilkan suatu
harapan terhadap prilaku kerja. Sedangkan kinerja organisasi merupakan hasil dari
interaksi yang kompleks dan kinerja sejumlah individu dalam organisasi.
Tenaga professional adalah sumber daya terbaik suatu organisasi sehingga
evaluasi kinerja menjadi salah satu variable yang penting bagi efektifitas organisasi.
Dalam organisasi sangatlah penting untuk memiliki instrument untuk meningkatkan
kinerja yang efektif. Proses evaluasi kinerja bagi professional menjadi bagian terpenting
dalam upaya manajemen untuk meningkatkan kinerja organisasi.
<!--[if !supportLists]-->3.2 <!--[endif]-->Tinjauan Tentang Tenaga

Kesehatan

Menurut PP no. 32 tentang tenaga kesehatan, bahwa tenaga kesehatan adalah


orang yang tergolong ke dalam 2 hal yaitu :
<!--[if !supportLists]-->3.2.1 <!--[endif]-->Tenaga

Paramedis

Adalah tenaga dengan memiliki latar belakang medis seperti: dokter, perawat
dan bidan
<!--[if !supportLists]-->3.2.2 <!--[endif]-->Tenaga

Non Paramedis

Adalah tenaga dengan memiliki latar belakang pendidikan kesehatan dengan


basic kesehatan non paramedis seperti : tenaga administrasi kesehatan, tenaga
kesling, tenaga gizi dan epidemiologi.
3.3 Tinjauan Tentang Perawat
Tenaga perawat adalah tenaga kesehatan yang berijazah keperawatan yang
diberi tugas secara penuh oleh pejabat yang berwenang, untuk melakukan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat dan pada unit kesehatan pelayanan lainnya.
<!--[if !supportLists]-->3.3.1 <!--[endif]-->Peran

dan Fungsi Perawat

Berdasarkan SK Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara No


94/MEMPEN/1998 tanggal 4 November 1986, peran perawat adalah tingkah
laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang dengan kedudukan
dalam suatu system, peran atau tingkah laku seorang perawat adalah :
<!--[if

!supportLists]-->- <!--[endif]-->memahami

motivasi pasien menjalani

rehabilitasi
<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->sebagai pelaksana pelayanan
<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->sebagai penyuluh
<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->sebagai

kesehatan

tenaga kesehatan

pengelola dalam bidang pelayanan

keperawatan dan institusi keperawatan


<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->sebagai

peneliti dan pengembangan ilmu

pengetahuan (Depkes RI, 2001)


<!--[if !supportLists]-->3.3.2 <!--[endif]-->Fungsi Perawat

Menurut WHO 1956, perawat berfungsi (Aditama, 2000) :

<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->memberikan

pelayanan kesehatan yang

terampil kepada orang sakit yang tidak mampu sesuai dengan kebutuhan
fisik, emosional dan spiritual pasien, di Rumah Sakit atau di pabrik.
<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Melakukan

pekerjaan penyuluhan kesehatan

terhadap pasien dan keluarganya di rumah, di Rumah Sakit atau di pabrik.


<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Membuat

pengamatan yang tepat tentang

situasi dan kondisi fisik, serta emosional yang berpengaruh terhadap


masalah kesehatan dan meneruskan pengamatan inti kepada anggota
lainnya dalam tim kesehatan yang bertanggung jawab terhadap situasi
khusus ini.
<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Menyeleksi,

melatih dan memberi tuntutan

kepada para petugas pembantu yang dipersiapkan untuk memenuhi


kebutuhan bagian perawatan di Rumah Sakit atau dinas kesehatan umum.
<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Ikut

serta para anggota lain dalam kesehatan

menganalisa kebutuhan kesehatan, menetapkan kebutuhan pelayanan dan


merencanakan konstruksi fasilitas kesehatan, serta perlengkapan yang
dibutuhkan agar penyelenggara pelayanan kesehatan berhasil.
Perawat harus mengetahui tentang apa yang dimaksud dengan Asuhan
Keperawatan. Asuhan keperawatan adalah cerminan kinerja perawat. (Azrul Aswar,
1996)
3.4 Tinjauan Tentang Asuhan Keperawatan
Asuhan Keperawatan adalah faktor penting dalam survival pasien dan dalam
aspek-aspek pemeliharaan, rehabilitatif dan preventif perawatan kesehatan. Untuk
sampai pada hal ini, profesi keperawatan telah mengidentifikasi proses pemecahan
masalah yang menggabungkan elemen yang paling diinginkan dari seni keperawatan

dengan elemen yang paling relevan dari system teori, dengan menggunakan metode
ilmiah.
Proses keperawatan ini diperkenalkan pada tahun 1950-an sebagai proses yang
terdiri atas 3 tahap: pengkajian, perencanaan dan evaluasi yang didasarkan pada metode
ilmiah pengamatan, pengukuran, pengumpulan data dan penganalisaan temuan. Kajian
selama bertahun-tahun penggunaan dan perbaikan telah mengarahkan perawat pada
pengembangan proses keperawatan menjadi 5 langkah yang kongkrit yaitu :
<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Pengkajian

Adalah pendekatan sistematis untuk meningkatkan data dan menganalisanya


sehingga dapat diketahui kebutuhan perawatan bagi klien. Tujuan pengkajian adalah
untuk memberikan suatu gambaran yang terus menerus menangani kesehatan klien
yang memungkinkan tim keperawatan merencanakan asuhan keperawatan pada
klien secara perorangan. Langkah-langkah pengkajian adalah sebagai berikut :
pengumpulan data, klasifikasi data dan analisa data
<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Perumusan

Diagnosa Keperawatan

Adalah keputusan atau kesimpulan yang terjadi akibat hasil dari pengkajian
keperawatan berupa pernyataan gangguan status kesehatan klien baik actual maupun
potensial yang mana hasil dari pengkajian keperawatan dan membutuhkan
intervensi dari bidang keperawatan.
<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->Perencanaan

Adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk


menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditentukan
dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien.Tujuan dari perencanaan adalah :
<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->Sebagai

tenaga kesehatan lain.

alat komunikasi antar teman sejawat dan

<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->Meningkatkan

keseimbangan asuhan keperawatan

Langkah-langkah penyusunan :
<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Menetapkan

urutan prioritas masalah

<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Merumuskan

tujuan keperawatan yang akan

ditetapkan
<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->Menentukan

rencana tindakan keperawatan

<!--[if !supportLists]-->4. <!--[endif]-->Implementasi

Adalah pelaksanaan rencana keperawatan yang meliputi persiapan, pelaksanaan


instruksi keperawatan dan pasca pelaksanaan.
<!--[if !supportLists]-->5. <!--[endif]-->Evaluasi

Adalah tahap akhir kegiatan. Pada tahap ini perawat menilai hasil dari tindakan
yang telah dilakukan dan sejauh mana tujuan telah dicapai.
3.5 Tinjauan tentang Pengetahuan Perawat
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek atau peristiwa tertentu. Pengetahuan perawat yaitu
kemampuan suatu perawat dalam mengaplikasikan ilmunya dalm tugasnya sebagai
petugas pelayanan kesehatan. Pengetahuan perawat merupakan faktor utama
mempengaruhi prilaku dan kinerja perawat (Notoadmojo, 1997).
Manusia akan menjadi tau jika ingin mengetahui sebuah kejadian di setiap apa
yang dilihat tanpa adanya bantuan atau dengan bantuan orang lain (Ilyas, 1999).
Secara rinci untuk mengukur pengetahuan seseorang Bloom mengemukakan
cognitive domain terdiri dari enam tingkat (Rusli Ngatimin, 1996) :
<!--[if !supportLists]-->3.5.1 <!--[endif]-->Tahu

(Know)

Dimana seseorang hanya mampu menjelaskan secara garis besar apa yang telah
dipelajarinya.

<!--[if !supportLists]-->3.5.2 <!--[endif]-->Perbandingan

Menyeluruh (Comprehensive)

Pada tingkat seseorang berada pada tingkat pengetahuan dasar. Ia dapat


menerangkan

kembali

secara

mendasar

ilmu

pengetahuan

yang

telah

dipelajarinya.
<!--[if !supportLists]-->3.5.3 <!--[endif]-->Penerapan

(Aplication)

Seseorang telah ada kemapuan untuk menggunakan apa yang telah dipelajarinya
untuk sesuatu situasi yang baru dan nyata.
<!--[if !supportLists]-->3.5.4 <!--[endif]-->Analisis

(Analysis)

Seseorang telah mampu menganalisa hubungan antar satu bagian dengan yang
lainnya dan mampu menguasai maupun bentuk struktural dari apa yang
dipelajarinya.
<!--[if !supportLists]-->3.5.5 <!--[endif]-->Sintesis

(Syntehesis)

Pada tingkat ini disamping kemampuan untuk menganalisa juga mampu untuk
menyusun kembali baik ke bentuk semula maupun ke bentuk yang lain.
<!--[if !supportLists]-->3.5.6 <!--[endif]-->Evaluasi (Evaluation)

Pada tingkat ini merupakan tingkat pengetahuan tertinggi. Telah ada kemampuan
untuk mengetahui secara menyeluruh dari semua bahan yang telah dipelajarinya
juga kemampuan untuk mengevaluasi sesuatu dengan kriteria yang telah
ditentukan.
3.6 Tinjauan Tentang Motivasi Perawat
Motivasi adalah proses kejiwaan yang mendasar terdiri dari kebutuhankebutuhan, dorongan-dorongan dan tujuan. Memotivasi personel perawat rumah sakit
harus dilakukan sejak dini untuk menjaga semagat kerja yang dapat menurun akibat
kegiatan rutin dan monoton. Oleh karena itu mengamati motivasi kerja setiap personel
perawat dilaksanakan secara terus menerus. Hal ini penting dilakukan untuk

mengidentifikasi personel perawat yang memiliki potensi besar untuk berkembang di


masa depan.
Motivasi sering juga dikaitkan dengan semangat atau etos kerja dalam sebuah
perbendarahaan kata (Ilyas, 1999).
Kadang motivasi sangat sulit untuk ditingkatkan tanpa adanya perlakuan yang
serius pada diri dari pelaku tersebut, karena motivasi merupakan hal yang tidak bisa
diukur dengan melihat hasil kerja tapi ketika hasil kerja itu mengalami peningkatan
(Azwar, 1996).
Bernard Berebson dan Gary A. Steiner mendefenisikan motivasi sebagai All
those inner striving conditions variously described as wishes, desire need, drives dan
the like, yang dapat diartikan sebagai kondisi internal, kejiwaan dan mental manusia
seperti aneka keinginan, harapan, kebutuhan, dorongan dan kesukaan yang mendukung
individu untuk berprilaku kerja untuk mencapai kepuasan atau mengurangi
ketidakseimbangan (Noer Bahry Noor, 1995).
3.7 Tinjauan Tentang Beban Kerja Perawat
Beban kerja adalah suatu kegiatan yang diberikan kepada seseorang agar
melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu dengan harapan akan mendapat
imbalan atau jasa. Pada hakekatnya kemampuan seseorang dalam melakukan sesuatu
pekerjaan disamping beban yang lainnya sangat erat atau mempengaruhi aktivitas kerja
terutama bila beban yang dipikulnya berlangsung lama akan menurunkan semangat
kerja atau kegairahan dalam bekerja (Safitri, 1997).
Banyak perawat atau petugas kesehatan terlihat mempersoalkan beban kerja
terhadap apa yang akan dikerjakan dalam bidangnya (Sugiyono, 2000).

Sehubungan dengan produktivitas kerja adalah perbandingan antara hasil kerja


berupa barang/jasa dengan sumber-sumber atau tenaga yang dipakai dalam proses
produksi itu.
3.8 Tinjauan Tentang Pelatihan Perawat
Pelatihan adalah proses belajar mengajar dengan menggunakan teknik dan
metode menyeluruh. Lebih lanjut lagi dapat diuraikan bahwa secara konsepsional dapat
dikatakan

bahwa

pelatihan

dimaksudkan

disini

adalah

untuk

meningkatkan

keterampilan dan kemampuan kerja seseorang atau sekelompok orang. Biasanya


sasarannya adalah seseorang atau sekelompok orang yang sudah bekerja pada suatu
organisasi yang efektif dan produktivitas kerjanya dirasakan perlu dan dapat
ditingkatkan secara terarah.
Pelatihan merupakan suatu upaya sistimatis untuk mengembangkan sumber
daya manusia baik perorangan dan juga kemampuan keorganisasian yang diperlukan
untuk mengurus tugas-tugas keadaan sekarang juga untuk memasuki masa depan.
Untuk mempertinggi mutu perawat baik pengetahuan keterampilan bakat
maupun mentalnya kepada para perawat perlu diberikan berbagai macam latihan dan
pelatihan. Pelatihan disini adalah suatu proses mengembangkan kinerja perawat baik
dalam bidang pengetahuan, keterampilan, keahlian maupun sikap dan tingkah laku
perawat.

BAB IV
KERANGKA KONSEP
4.1 Dasar Pemikiran
Untuk menjawab pertanyaan penelitian dan agar tujuan penelitian tercapai
berdasarkan tinjauan pustaka, maka dengan mengacu pada proses manajerial pemberian
asuhan keperawatan dapat disebutkan bahwa kualitas asuhan keperawatan merupakan

salah satu out put dari penerapan asuhan keperawatan yang dinilai melalui kepuasan
pasien, keluarga dan masyarakat atas asuhan keperawatan yang menyangkut aspek
keterampilan perawat, sikap dan prilaku perawat, serta dengan cara observasi
pelaksanaan asuhan keperawatan dan audit dokumentasi keperawatan.
Keterlibatan petugas kesehatan Rumah Sakit Umum Lasinrang Kabupaten
Pinrang terhadap pasien rawat inap diharapkan mempunyai hubungan interaktif. Sebab
peranan rumah sakit sebagai tempat terakhir seseorang mendapatkan perawatan secara
intensif setelah mendapat pelayanan pengobatan di puskesmas atau di tempat praktek
swasta lainnya.
Terlaksananya asuhan keperawatan pada unit rawat inap suatu rumah sakit
sangat bergantung dari interaksi beberapa factor-faktor yaitu manajemen, peralatan,
motivasi kerja petugas, pelatihan-pelatihan, kebijaksanaan oragnisasi dan lain-lain.
4.2 Pola Pikir
<!--[if

!vml]-->

<!--[endif]--><!--[if

!vml]-->

<!--[if !vml]-->

<!--[endif]--><!--[if !mso]->
<!--[endif]-->
Pengetahuan Perawat
<!--[if !mso]-->
<!--[endif]--><!--[if !mso
& !vml]--> <!--[endif]-><!--[if !vml]-->
<!--[endif]-->
Motivasi Kerja Perawat
Beban Kerja Perawat
Kinerja Perawat

<!--[endif]-->

Dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan


Pelatihan Perawat

<!--[if !vml]-->

<!--[endif]-->
4.3 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
4.3.1 Kinerja
Kinerja adalah penampilan hasil kerja perawat baik kualitas maupun kuantitas
dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Kinerja perawat diukur berdasarkan
pengetahuan, motivasi kerja, beban kerja dan pelatihan yang telah diperoleh di
rumah sakit.
Cukup : apabila jawaban responden nilai median 62,5% dari total skor
pertanyaan.
Kurang : apabila jawaban responden <>
<!--[if !supportLists]-->4.3.2 <!--[endif]-->Pengetahuan

Pengetahuan adalah kemampuan perawat untuk mengetahui segala sesuatu yang


berhubungan dengan pelaksanaan keperawatan sebagai profesi di Rumah Sakit
Umum Lasinrang Kabupaten Pinrang.

Cukup : apabila jawaban responden nilai median 62,5% dari total skor
pertanyaan.
Kurang : apabila jawaban responden <>
<!--[if !supportLists]-->4.3.3 <!--[endif]-->Motivasi

Kerja

Motivasi kerja perawat adalah sesuatu hal yang berasal dari internal perawat
yang menimbulkan dorongan atau semangat untuk melaksanakan aktivitas
keperawatan.
Cukup : apabila jawaban responden nilai median 62,5% dari total skor
pertanyaan.
Kurang : apabila jawaban responden <>
<!--[if !supportLists]-->4.3.4 <!--[endif]-->Beban

Kerja

Beban kerja adalah tanggapan perawat terhadap lamanya dan beratnya pekerjaan
serta banyaknya tugas yang diberikan dalam membuat asuhan keperawatan.
Cukup : apabila jawaban responden nilai median 62,5% dari total skor
pertanyaan.
Kurang : apabila jawaban responden <>
<!--[if !supportLists]-->4.3.5 <!--[endif]-->Pelatihan

Pelatihan adalah proses belajar mengajar tambahan yang dilakukan oleh


seseorang berupa pelatihan yang bertujuan meningkatkan kemampuan
intelektual

serta

keterampilan

perawat

dalam

melaksanakan

asuhan

keperawatan.
Cukup : apabila jawaban responden nilai median 62,5% dari total skor
pertanyaan.
Kurang : apabila jawaban responden <>

BAB V

METODE PENELITIAN
<!--[if !supportLists]-->5.1 <!--[endif]-->Jenis

Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Observasional dengan menggunakan pendekatan


deskriptif yaitu gambaran tentang kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan
keperawatan di ruang rawat inap.
<!--[if !supportLists]-->5.2 <!--[endif]-->Lokasi Dan Waktu

Penelitian

<!--[if !supportLists]-->5.2.1 <!--[endif]-->Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di ruang rawat inap RSUD Lasinrang Kabupaten


Pinrang.
<!--[if !supportLists]-->5.2.2 <!--[endif]-->Waktu

Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan bulan Juli Agustus 2006.


<!--[if !supportLists]-->5.3 <!--[endif]-->Populasi dan

Sampel

<!--[if !supportLists]-->5.3.1 <!--[endif]-->Populasi

Dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang jumlahnya 88 orang (honor
maupun PNS) di ruang rawat inap di Rumah Sakit Umum Lasinrang Kabupaten
Pinrang.
<!--[if !supportLists]-->5.3.2 <!--[endif]-->Sampel

Cara pengambilan sample dalam penelitian ini adalah Exhausive Sampling atau
Sampel Jenuh adalah metode pengambilan sampel dengan menjadikan seluruh
populasi menjadi sampel penelitian yaitu perawat pada ruang rawat inap Rumah
Sakit Umum Lasinrang Kabupaten Pinrang.
<!--[if !supportLists]-->5.4 <!--[endif]-->Pengumpulan
<!--[if !supportLists]-->5.4.1 <!--[endif]-->Data

Data

Primer

Data yang di kumpulkan dari responden dengan cara wawancara langsung dan
menggunakan kuesioner sebagai alat bantu.

<!--[if !supportLists]-->5.4.2 <!--[endif]-->Data

Sekunder

Diperoleh dari instansi yang terkait dengan penelitian. Data sekunder


dikumpulkan dengan menghubungi unit-unit atau bagian yang dianggap
mempunyai hubungan dengan penelitian ini yaitu : Ruang Cempaka (Perawatan
Dalam), Ruang Anggrek (Vip Room), Ruang Melati (Bedah), Ruang Asoka
(Bangsal Nifas) dan bagian pelayanan Rumah Sakit Umum Lasinrang
Kabupaten Pinrang.
<!--[if !supportLists]-->5.5 <!--[endif]-->Pengolahan

Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan menggunakan komputer


program Microsoft Excel 2003 dan SPSS for Windows versi 12.0. Adapun langkah
langkah pengolahan data dilakukan sebagai berikut :
<!--[if !supportLists]-->5.5.1 <!--[endif]-->Tahap

editing dilakukan dengan tujuan agar data

yang diperoleh merupakan informasi yang benar. Pada tahap ini dilakukan
dengan memperhatikan kelengkapan jawaban dan jelas tidaknya jawabannya.
<!--[if !supportLists]-->5.5.2 <!--[endif]-->Pengkodean

dimaksudkan untuk menyingkat data

yang diperoleh agar memudahkan mengolah dan manganalisis data dengan


memberikan kode kode dalam bentuk angka.
<!--[if !supportLists]-->5.5.3 <!--[endif]-->Pembuatan/pemindahan

hasil koding kuesioner ke

daftar koding (master tabel)


<!--[if !supportLists]-->5.5.4 <!--[endif]-->Tabulasi.

Pada tahap ini data yang sudah diolah

dengan komputer disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan tabel
silang.
<!--[if !supportLists]-->5.6 <!--[endif]-->Penyajian

Data

Data yang telah diolah kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi dan tabel silang antara variabel penelitian disertai penjelasan.
Diposkan oleh taslim di 04:34 0 komentar
Beranda
Langgan: Entri (Atom)

Tampilan slide

Pengikut
Arsip Blog

2009 (1)
o Desember (1)

faktor yang berhubungan dengan kinerja perawat dal...

Mengenai Saya

taslim
Lihat profil lengkapku

Anda mungkin juga menyukai