Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

Identifikasi Ektoparasit Pada Udang Windu (Penaeus monodon fabricus) di Balai


Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas II Tanjung

Emas Semarang

Disusun oleh :

Anis Susilo

4411411056

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Udang windu (Penaeus monodon, Fab.) merupakan primadona komoditas non
migas dari sektor perikanan. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam
budidaya udang antara lain kualitas air, mutu benih, pakan, penerapan teknologi dan
penyakit. Sejalan dengan berkembangnya usaha budidaya udang tersebut, terdapat pula
beberapa masalah yang mengganggu, sehingga menghambat perkembangan usaha
budidaya, yaitu hama dan penyakit udang. Apabila keadaan tersebut tidak segera
ditanggulangi lebih awal, maka kegiatan budidaya udang akan terganggu, akibatnya
produksi udang akan menurun karena tingkat kematiannya tinggi. Adanya hama dan
penyakit di dalam tambak sangat merugikan bagi para pembudidaya. Untuk itu para
pembudidaya juga perlu memahami lebih dalam jenis-jenis hama dan penyebab
penyakit yang dapat mengganggu, merusak bahkan memangsa spesies yang di
budidayakan. Dengan di ketahuinya jenis-jenis hama tersebut maka pembudi daya dapat
mencegahnya atau memberantasnya dengan memberi obat sesuai dengan jenis hama
dan penyebab penyakit yang di ketahui.
Universitas Negeri Semarang sebagai salah satu perguruan tinggi di Indonesia
berusaha membekali mahasiswa agar dapat menghadapi tantangan yang lebih besar
dimasa yang akan datang dengan meningkatkan kualitas dan keahlian atau skill
mahasiswa. Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan suatu kegiatan yang dapat
meningkatkan keahlian. Dalam PKL mahasiswa dapat menambah pengalaman agar
lebih terampil dalam bekerja di suatu instansi. Selain itu, mahasiswa akan lebih
memahami kondisi di lapangan yang sesungguhnya dan merupkan bentuk nyata
pengintegrasian antara pendidikan di bangku kuliah dengan di lapangan, sehingga
diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan profesionalitas lulusannnya.
Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan salah satu kuliah yang wajib
diambil yang bertujuan untuk mengetahui dan memahami lapangan kerja yang
sesungguhnya, sehingga mahasiswa dapat memperoleh secara langsung hal-hal sebagai
berikut :
1. Mengetahui keadaan dan permasalahan yang sesungguhnya ada dalam suatu
proses industri, yang selama ini semuanya hanya dipelajari oleh mahasiswa
secara teoritis di bangku kuliah.

2. Melatih mahasiswa untuk berpikir secara komprehensif dan menyeluruh dalam


mengenali dan memecahkan permasalahan yang cukup kompleks dan dinamis
yang timbul di dunia saat ini.
3. Mahasiswa dapat menambah pengalaman dalam dunia kerja yang sebenarnya
sehingga setelah menyelesaikan studinya, mereka telah memiliki bekal
pengetahuan praktis yang cukup memadai bagi kesiapan mereka memasuki dunia
sesuai dengan disiplin ilmu yang dipelajari.
Dalam pelaksanaan kegiatan PKL, diperlukan ketertiban berbagai pihak
seperti pihak swasta, instansi pemerintah, maupun lembaga terkait yang sesuai dengan
bidang keilmuan masing-masing untuk bekerjasama memberikan kesempatan bagi
mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman kerja secara nyata, sehingga diharapkan
mahasiswa peka terhadap masalah yang ditemui di lapangan, menganalisa masalah,
membuat kesimpulan dan bisa mengambil keputusan dengan tepat.
Sehubungan dengan hal tersebut, mahasiswa Biologi Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang bermaksud mengadakan praktek
kerja lapangan di Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan Kelas II Tanjung Emas Semarang.
Balai Karantina Ikan Kelas II tanjung Emas Semarang sebagai Unit Pelaksana
Teknis Karantina Ikan yang mempunyai tugas melaksanakan pencegahan masuk dan
tersebarnya Hama dan Penyakit Ikan Karantina dari luar negeri dan dari suatu area ke
area lain di dalam negeri atau keluarnya dari dalam wilayah negara Republik Indonesia
berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku seperti yang tertuang dalam PP No.15
tahun 2002. Balai Karantina Ikan Kelas II Tanjung Emas Semarang melakukan kegiatan
pemantauan Hama dan Penyakit Ikan dan udang pada 7 (tujuh) kabupaten yang berada di
Provinsi Jawa Tengah. Tujuh Lokasi tersebut diambil dengan pertimbangan letak
geografis, jenis ikan dan udang yang dominan dan bernilai ekonomis.
Tujuan penyusunan proposal ini adalah mengidentifikasi jenis ektoparasit yang
menyerang udang windu (Penaeus monodon, Fab.). Ektoparasit yang menyerang pada
dasarnya menyerang bagian tubuh ikan yang berada di luar. Harapan kami proposal ini
dapat menjadi petunjuk yang bermanfaat bagi siapa saja yang bekerja di bidang
pengendalian penyakit pada budidaya ikan tawar maupun ikan laut.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada kegiatan ini adalah jenis-jenis ektoparasit apa yang terdapat
pada udang windu yang dijadikan penelitian?

C. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengidentifikasi berbagai jenis ektoparasit yang
terdapat pada udang windu yang dijadikan penelitian.
D. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti dan petambak dan dapat
dijadikan bahan informasi tentang ektoparasit yang ada pada udang windu.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistematika dan Morfologi


Klasifikasi Udang windu (Penaeus monodon), (Sunaryanto dan Pudjianto, 1987) :
Kelas

: Crustacea

Sub Kelas

: Malacostraca

Super Ordo

: Eucarida

Ordo

: Decapoda

Sub Ordo

: Natantia

Famili

: Penaeidae

Genus

: Penaeus

Spesies

: Penaeus monodon

Tubuh udang secara morfologi dapat dibedakan dalam dua bagian yaitu bagian
depan (anterior) dan bagian belakang (posterior). Bagian depan disebut bagian kepala
dan bagian dada yang menyatu (cephalotrax). Bagian perut (abdomen) terdapat ekor pada
bagian belakangnya, semua bagian badan beserta anggotanya terdiri dari ruas-ruas
(segmen). Kepala-dada terdiri dari 13 ruas yaitu kepala terdiri 5 ruas dan dadanya 8 ruas,
sedangkan bagian perut terdiri dari 6 ruas. Seluruh tubuh tertutup oleh kerangka luar yang
disebut eksoskeleton yang terbuat dari bahan kitin. Bagian kepala-dada tertutup oleh
sebuah kelopak kepala (karapaks). Dibagian bawah pangkal cucuk kepala terdapat mata
majemuk yang bertangkai dan dapat digerak-gerakan. Mulut terdapat dibagian bawah
kepala diantara mandibula serta terdapat insang disisi kanan kiri kepala yang tertutup oleh
kelopak kepala (Sunaryanto dan Pudjianto, 1987).
Siklus hidup udang windu melalui beberapa stadia pertumbuhan mulai dari telur,
nauplius, zoea, mysis, pascalarva, juvenile sampai udang dewasa (Susilowati, 1990).
Kelangsungan hidup merupakan komponen utama yang perlu diperhatikan dalam usaha
budidaya. Kelangsungan hidup udang ditentukan oleh dua faktor utama yaitu sifat genetik
dari udang itu sendiri sebagai faktor internal dan faktor lingkungan dimana udang itu
hidup sebagai faktor eksternal. Effendie (1997) menyatakan bahwa pertumbuhan dan
kelangsungan hidup dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dalam seperti keturunan,
seks dan umur serta faktor luar diantaranya lingkungan perairan, makanan, penyakit dan
parasit.
B. Karakteristik Parasit

Parasit adalah hewan atau tumbuhan yang hidup di dalam tubuh atau pada tubuh
organisme lain (berbeda jenis), sehingga dapat memperoleh makanan dari inangnya tanpa
ada kompensasi apapun. Jadi parasit itu adalah organisme yang hidup atas jerih payah
organisme lain tanpa memberi imbalan apapun (Chadidjah, 2003).
Organisme parasit dapat dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu patogen asli
(true pathogen) dan patogen potensial (opportunistic pathogen). Patogen asli adalah
organisme parasit yang selalu menimbulkan penyakit khas apabila ada kontak dengan
ikan. Patogen potensial adalah organisme parasit yang dalam keadaan normal hidup
dengan ikan, akan tetapi jika kondisi lingkungan menunjang akan segera menjadi
patogen penyebab suatu penyakit (Shariff, 1984).
Umumnya parasit mendatangkan kerugian kepada inangnya dengan beberapa cara
antara lain menghisap cairan (darah, cairan limfa, dan eksudat), memakan jaringan padat
secara langsung, menyebabkan penyumbatan secara mekanis pada saluran tertentu (usus,
saluran empedu, dan pembuluh darah), menyebabkan tekanan atrofis, menghancurkan
sel-sel tubuh dengan berlangsungnya pertumbuhan di dalamnya, memproduksi substansi
beracun (hemolisin, histolisin, dan anti penjedalan), menyebabkan timbulnya reaksi
tertentu (alergi, pembengkakan, hipertrofi, hiperplasia), merangsang pertumbuhan
kanker, dan juga menurunkan daya tahan inangnya terhadap penyakit dan parasit lainnya
(Kardiman, 2006).
Menurut Irianto (2005); Handajani dan Samsundari (2005), beberapa jenis parasit
yang biasa menyerang organisme budidaya antara lain :
1. Protozoa
Protozoa merupakan kelompok mikroba yang memiliki keragaman yang tinggi baik
dari segi morfologi maupun ukuran. Secara keseluruhan protozoa merupakan organisme
eukariotik, uniseluler, dan beberapa spesies membentuk koloni. Sejumlah spesies
protozoa hidup bebas atau bersimbiosis mutualistik dengan bakteri, alga, atau organisme
tingkat tinggi, beberapa bersifat parasitik atau predatori. Beberapa protozoa pada kondisi
lingkungan yang tidak menguntungkan mampu membentuk kista, yaitu suatu kondisi
dorman.

Protozoa

dapat

dibedakan

dalam

fila

yaitu

Sarcomastigophora,

Labyrinthomorpha, Ciliophora, Apicomplexa, Microspora, Myxospora, dan Acetospora.


Sarcomastigophora terdiri dari 3 sub-fila yaitu :
a) Mastigophora yang ditandai dengan adanya flagellum, meskipun tidak pada seluruh
bagian siklus hidupnya

b) Opalinata merupakan kelompok organisme yang berflagella banyak pada permukaan


tubuhnya
c) Sarcodina merupakan kelompok organisme yang bergerak dengan pseudopodia.
Flagella mungkin dijumpai pada beberapa fase perkembangan awal siklus hidupnya.
2. Metazoa
Metazoa adalah hewan bersel banyak dengan berbagai struktur internal seperti saluran
pencernaan, gonad, dan organ yang melekat. Bentuk parasit ini bergantung pada siklus
hidup (dewasa atau larva). Ciri-ciri metazoa adalah adanya organ untuk melekat atau
menempel (pengisap atau pengait). Organ ini dapat merusak jaringan tubuh inang.
Jaringan yang rusak bisa menjadi pintu masuk bagi infeksi virus dan bakteri. Satu inang
perantara atau lebih dibutuhkan dalam siklus hidup metazoa yang bersifat parasit.
Metazoa dapat dibedakan dalam 4 fila yaitu Monogenea, Digenea, Cestoda, dan
Nematoda.

BAB III
METODOLOGI
A. Waktu Dan Tempat Pelaksanaan
a. Waktu Pelaksanaan : 4 Agustus s/d 29 Agustus 2014
b. Tempat Pelaksanaan :

Kampus Universitas Negeri Semarang, Sekaran Gunungpati.


Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan Kelas II Tanjung Emas Semarang.

B. Teknis Pelaksanaan Kegiatan


Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dijabarkan sebagai berikut :
No.
1.

Kegiatan
Kegiatan di Kampus Universitas Negeri

Waktu

Semarang, meliputi :
a. Pra PKL (Pengurusan
Administrasi)
b. Pembekalan (oleh UPT PKL dan
Prodi Biologi)
c. Menyusun laporan dan Ujian
Kegiatan di Lapangan :
2.

6 Agustus 2014 - 3
September 2014

a. Observasi, Orientasi, Manajerial,


dan Pengumpulan data.
b. Praktek kerja di bawah
pembimbing lapangan.
c. Penyusunan laporan harian.

C. Dasar Kegiatan
Dasar pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan :
1. Keputusan Rektor Nomor 45/O/2001, tentang penyelenggaraan pendidikan di
Universitas Negeri Semarang.
2. Keputusan rektor universitas negeri semarang nomor 45/O/2001, tentang pedoman
Praktek Kerja Lapangan Universitas Negeri Semarang.
D. Tujuan Kegiatan
1. Tujuan umum
Tujuan umum PKL adalah agar mahasiswa mendapatkan pengalaman kerja yang
relevan sehingga memiliki pengetahuan sikap dan ketrampilan di bidang biologi.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus dari pelaksanaan PKL ini adalah :

a. Memberikan wawasan bagi mahasiswa bahwa kondisi di instansi berbeda


dengan dunia pendidikan. Jadi, dengan PKL ini dapat memacu mahasiswa
untuk mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan dunia kerja.
b. Menambah pengetahuan bagi mahasiswa secara praktis tentang teori yang
diberikan di kampus.
c. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk dapat terjun langsung ke
lapangan.
E. Nama Kegiatan
Kegiatan ini bernama Praktek Kerja Lapangan (PKL) Mahasiswa Program
Studi Biologi, Identifikasi Ektoparasit Pada Udang Windu (Penaeus monodon
fabricus) di Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan
Kelas II Tanjung Emas Semarang.
F. Bentuk Kegiatan
1. Melakukan observasi di Balai Karantina Ikan Kelas II Tanjung Emas Semarang.
2. Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan dan aplikasi ilmu dibawah bimbingan
Pembimbing lapangan.
Menyusun laporan dan mempertanggungjawabkan laporan Praktek Kerja Lapangan
pada dosen pembimbing selaku penguji.
G. Penutup
Demikian proposal kegiatan Praktek Kerja Lapangan yang akan saya
laksanakan. Saya berharap ini dapat disetujui. Atas perhatian dan kebijaksanaannya
kami ucapkan terima kasih.
Semarang, Agustus 2014
Dosen Pembimbing

a,n. Mahasiswa PKL

Ir Nana Kariada Tri Martuti M.Si

Anis Susilo

NIP. 196603161993102001

NIM. 4411411056
Mengetahui,

Ketua Jurusan Biologi FMIPA UNNES

Andin Irsadi, S.Pd.M.S.i


NIP. 197403102000031001

DAFTAR PUSTAKA
Azis, Heppi Iromo dan Darto. 2010. Identifikasi Ektoparasit Pada Udang Windu (Penaeus
monodon fabricus) di Tambak Tradisional Kota Tarakan. FPIK Universitas Borneo
Tarakan.
Maharani, Gunanti, dkk. 2009. Kerusakan dan Jumlah Hemosit Udang Windu (Penaeus
monodon fab.) yang Mengalami Zoothamniosis. Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Airlangga
Maharani, Gunanti. 2005. Kemampuan Ikan Bandeng Sebagai Filter Biologis dalam
Menekan Munculnya Ciliata Patogen pada Budidaya Udang Windu ( Penaeus
Monodon Fab. Fab.) ) di Tambak. Surabaya: Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Airlangga
Maharani, Gunanti, dkk. 2008. Gambaran Patologi Insang dan Kulit Udang Windu (Penaeus
monodon fab.) yang Terserang Ciliata Patogen dari Famili Vorticellidae
(Zoothamnium sp.). Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga

Pangaribuan, Margaretha , Tyas Agung Pribadi, Dyah Rini Indriyanti. 2012. Uji Ekstrak
Daun Sirsak Terhadap Mortalitas Ektoparasit Benih Udang Windu Penaeus Monodon.
Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Rantetondok, A. 1986. Hama dan Penyakit Ikan. Lembaga penerbitan Universitas
Hasanuddin. Ujung Pandang
Sriwulan, dkk. 2012. Pengembangan Multipleks PCR (MPCR) untuk Mendeteksi Virus
Penyakit Kerdil Udang Windu di Tambak Pada musim berbeda. Jurusan Perikanan
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan UNHAS
Wardiatno, Yusli. 2004. Penempelan Musiman Parasit Bopyrid Pada Udang Lumpur,
Nihonotrypaea japonica (Ortmann, 1891) dan Efeknya Terhadap Keragaan
Reproduktif Betina. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Yanto, Hendry. 2006. Diagnosa dan Identifikasi Penyakit Udang Asal Tambak Intensif dan
Panti Benih di Kalimantan Barat. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Muhammadiyah Pontianak.

Anda mungkin juga menyukai