Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
GANGGUAN KECEMASAN
Disusun oleh :
JURUSAN KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MANDALA WALUYA KENDARI
2016
PENDAHULUAN
Mereka yang sedang menunggu suatu berita yang penting, atau mereka yang
hidup dalam situasi yang sulit untuk diperkirakan, seringkali merasakan suatu
kecemasan, suatu kondisi umum saat kita sedang berusaha mengantisipasi sesuatu,
atau ketegangan psikologis. Orang-orang yang berada pada suatu situasi berbahaya
atau situasi yang tak dikenal, seperrti terjuan paying untuk pertama kaliya atau
mendapati dirinya berhadapan dengan seekor ular, cenderung merasakan
ketakutan. Apabila berlangsung dalam situasi jagka pendek, emosi-emosi tersebut
akan bersifat adaptif, karena emosi tersebut memberikan kita tenaga untuk dapat
menghadapi situasi bahaya tersebut. Emosi-emosi tersebut akan memastikan kita
tidak akan melakukan terjunpayung tanpa memiliki pengetahuan mengenai
bagaimana menggunakan parasut, dan akan memastikan kita untuk menjauh pada
ular tersebut.
Namun banyak situasi tertentu, rasa takut akan menjadi tidak berhubung dari
bahaya yang sesungguhnya, atau sebaliknya, rasa takut tersebut akan tetap ada
pada meskipun situasi bahaya atau situasi ketidakpastian tersebut telah berlalu. Hal
tersebut
dapat
menyebabkan
kecemasan
kronik,
yang
ditandai
dengan
DAFTAR ISI
I.
II.
III.
IV.
Pendahuluan
.................................................................................
Daftar isi
.................................................................................
ii
Kasus
................................................................................
Resume
................................................................................
Pengertian dan faktor-faktor penyebab kecemasan ...........
4
Rekomendasi terapi ................................................................
10
Penutup
................................................................................
Daftar Pustaka
................................................................................
1
3
13
14
I.
KASUS
DATA SUBJEK
Inisial Nama
:M
Jenis kelamin
: Perempuan
Usia
: 21 tahun
Domisili
: Jakarta Utara
: Mahasiswa / Pelajar
Agama
: Kristen Protestan
Suku Bangsa
: WNI
Lewat proses wawancara yang dilakukan bersama subjek M dapat diketahui bahwa
subjek mengalami kecemasan yang tinggi terhadap tanggung jawab dan segala hal yang
memiliki tenggat waktu. Subjek menyadari dan mengakui bahwa dirinya mengalami
gangguan kecemasan yang berlebihan sejak masuk kuliah dan terus berlangsung
hinggah sekarang. Awalnya kecemasan subjek tersebut dipicu karena kewajiban dari
pihak universitas yang mengharuskannya menggunakan buku berbahasa inggris
sebagai buku pengantar pelajaran dan subjek merasa tidak mampu. Semakin
berjalannya waktu kecemasan subjek tidak kunjung juga menurun namun semakin
meningkat dengan munculnya tugas-tugas dan tanggung jawab baru, seperti membuat
laporan magang dan skripsi, yang harus diembannya sebagai syarat kelulusan.
Pada akhir wawancara subjek juga mengakui bahwa rasa cemas yang dirasakannya
dapat timbul kembali jika adanya masalah lain yang muncul seiring dengan masalah
awal yang belum selesai, dan hal tersebut mampu mempengaruhi mood-nya secara
langsung. Oleh sebab itu subjek memiliki harapan agar gangguan kecemasan ini dapat
berkurang dan subjek juga memiliki niat untuk menemui para ahli agar dapat
membantunya mengatasi gangguan yang dialaminya ini.
II.
RESUME
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dapat dilihat dengan jelas bahwa
Rasa cemas yang dialami pada awalnya hanya pada persyaratan akademis
universitasnya berkuliah yang mewajibkan setiap mahasiswanya harus menggunakan
bahasa inggris sebagai syarat perkuliahan dan kelulusan. Namun setelah beberapa
waktu lamanya, subjek yang tetap membiarkan rasa cemas tersebut tanpa melakukan
tindakan pencegahan apapun, seperti les bahasa inggris, mengalami rasa cemas yang
semakin berlebihan dan kini mulai mencakup kedalam beberapa hal lainnya. Setiap ada
masalah baru yang datang subjek mulai merasa bahwa dirinya tidak akan mampu dan
semuanya yang terjadi pasti buruk dan tidak terkendali. Oleh karena tidak adanya
tindakan pencegahan yang berarti terhadap rasa cemas tersebut, kini subjek menjadi
pribadi yang mudah cemas dalam menghadapi masalah yang hadir dalam hidupnya.
Gangguan kecemasan yang dialami subjek meski tidak dipaparkan dengan jelas hal
traumatis apa yang menyebabkannya, namun dari pernyataan subjek dapat diketahui
bahwa penyebab utama gangguan ini dapat terjadi adalah karena rendahnya tingkat
self-efficacy subjek, dimana dapat dilihat cara berpikir atau persepsi subjek tentang
kemampuan dirinya dalam menyelesaikan suatu masalah yang menurutnya berat. Lalu
ditambah dengan dirinya yang cenderung tertutup dengan keluarga dan tidak adanya
tindakan pencegahan yang nyata, makanya menyebabkan subjek mengalami gangguan
kecemasan yang cukup kronis.
III.
Kecemasan merupakan kekuatan yang besar untuk menggerakkan tingkah laku baik
tingkah laku normal maupun tingkah laku yang menyimpang, yang terganggu dan kedua-
A. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber
yang
dapat
digunakan
individu
untuk
mengatasi
stress
(Stuart
&
Laraia,
pengalaman
subyektif
mengenai
ketegangan
mental
yang
menguasai
pikiran
dan
pikiran
berkuasa
secara
mutlak
(Mc.Quade
and
Aikman,1987).
Freud (Hall dan Lindzay, 1995 ; Trismiati, 2004) menyatakan bahwa ego disebut
sebagai eksekutif kepribadian, karena ego mengontrol pintu-pintu ke arah tindakan,
memilih segi-segi lingkungan kemana ia akan memberikan respon, dan memutuskan
insting-insting manakah yang akan dipuaskan dan bagaimana caranya. Dalam
melaksanakan fungsi-fungsi eksekutif ini, ego harus berusaha mengintegrasikan
tuntutan id, superego, dan dunia luar yang sering bertentangan. Hal ini sering
menimbulkan tegangan berat pada ego dan menyebabkan timbulnya kecemasan.
Freud membagi teori kecemasan menjadi 3 yaitu :
angka ansietas disebabkan oleh perubahan gaya hidup serta kultur dan budaya yang
mengikuti perkembangan kota (dalam Agustarika, 2009). Namun demikian, factor
predisposisi di atas tidaklah cukup kuat menyebabkan sesorang mengalami ansietas
apabila tidak disertai factor presipitasi (pencetus).
B. Faktor presipitasi
Stresor presipitasi adalah stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai
tantangan, ancaman atau tuntutan yang membutuhkan energi ekstra untuk koping.
Faktor presipitasi dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yakni :
1). Biologi (fisik)
Salah satu penyebab biologis yang dapat menimbulkan ansietas yaitu gangguan
fisik (Fracchione, 2004; Agustarika, 2009). Kecemasan yang sudah mempengaruhi atau
terwujud pada gejala-gejala fisik, dapat mempengaruhi system syaraf , misalnya tidak
dapat tidur, jantung berdebar-debar, gemetar, perut mual, dan sebagainya (Bucklew,
1980).
Gangguan fisik dapat mengancam integritas diri seseorang. Ancaman tersebut
berupa ancaman eksternal dan internal. Ancaman eksternal yaitu masuknya kuman,
virus, polusi lingkungan, rumah yang tidak memadai, makanan, pakaian, atau trauma
injuri. Sedangkan ancaman internal yaitu kegagalan mekanisme fisiologis tubuh seperti
jantung, sistem kekebalan, pengaturan suhu, kehamilan (Stuart & Laraia, 2005;
Agistarika, 2009), dan kondisi patologis yang berkaitan dengan mentruasi (chandranita,
2009)
2). Psikologis
IV.
REKOMENDASI TERAPI
Terapi Kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok pasien
bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan
oleh seorang terapis atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih. Terapi kelompok
adalah terapi psikologi yang dilakukan secara kelompok untuk memberikan stimulasi
bagi klien dengan gangguan interpersonal. Keuntungan yang diperoleh individu melalui
terapi aktivitas kelompok ini adalah dukungan (support), pendidikan, meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah, meningkatkan kemampuan hubungan interpersonal
dan meningkatkan uji realitas sehingga terapi aktivitas kelompok ini dapat dilakukan
pada karakteristik gangguan seperti : gangguan konsep diri, harga diri rendah,
10
perubahan persepsi sensori halusinasi, klien dengan perilaku kekerasan atau agresif dan
amuk serta menarik diri/isolasi sosial. Selain itu, dapat mengobati klien dalam jumlah
banyak, dapat mendiskusikan masalah-masalah secara kelompok, menggali gaya
berkomunikasi, belajar bermacam cara dalam memecahkan masalah, dan belajar peran
di dalam kelompok. Namun, pada terapi ini juga terdapat kekurangan yaitu : kehidupan
pribadi klien tidak terlindungi, klien kesulitan mengungkapkan masalahnya, terapis harus
dalam jumlah banyak. Dengan sharing pengalaman pada klien dengan isolasi sosial
diharapkan klien mampu membuka dirinya untuk berinteraksi dengan orang lain
sehingga keterampilan hubungan sosial dapat ditingkatkan untuk diterapkan sehari-hari.
Munculnya Gangguan
Terapi kelompok digunakan apabila pasien yang mengalami karakteristik gangguan
seperti kebingungan konsep diri, harga diri rendah, perubahan persepsi sensori
halusinasi, kekerasan, atau menarik diri dari lingkungan social yang sudah tidak dapat
ditangani lagi oleh terapi yang bersifat individual.
Jenis dan Tujuan Terapi Kelompok menurut Rawlins, Wiliams dan Beck (1993) :
1. Kelompok terapeutik
Bertujuan
mencegah
masalah
kesehatan,
mendidik,
mengembangkan
potensi,
11
12
PENUTUP
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Aprianawati, B. 2009. Kecemasan Ibu Hamil.http://skripsistikes.files.wordpress.co
m/2009/08/56.pdf diakses tanggal 2 Maret 2013
2. Carpenito, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. EGC. Jakarta
3. Hidayat, A.Aziz Alimul. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data.
Salemba Medika. Jakarta
4. Leveno, J Kenneth. 2009. Obstetri Williams Edisi 21. EGC. Jakarta
5. Nanda Internasional. 2010. Diagnosis Keperawatan. EGC. Jakarta
6. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta. Ja
karta
7. Nursalam. 2011. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawata
n Edisi 2. Salemba Medika. Jakarta
8. Pantiawati, Ika. dan Saryono. 2010. Asuhan Kebidanan 1 Kehamilan. Nuha Medik
a. Yogyakarta
9. Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. PT Bina Pustaka Sarwono Prawir
ohardjo. Jakarta
10. Salmah, Rusmiati. Maryanah. dan Susanti. Asuhan Kebidanan Antenatal. EGC. J
akarta
11. Sudarti, Rodiyah. Judha Mohamad. dan Yongky. 2012. Asuhan Pertumbuhan Ke
hamilan, Persalinan, Neonatus, Bayi Dan Balita. Nuha Medika. Yogyakarta
12. Sulistyawati, Ari. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Salemba Medi
ka. Jakarta
14