PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam era perdagangan bebas saat ini dimana setiap negara saling berlombalomba untuk meproduksi dan mendistribusikan produk negaranya ke negara lain,
sehingga semakin banyak tantangan yang dihadapi dalam dunia usaha, antara lain
persaingan usaha antar pengusaha baik pengusaha dalam negeri maupun dari luar
negeri. Persaingan usaha yang mengarah kepada persaingan produk atau komoditi
dan tarif akan mengacu pada liberalisasi perdagangan dunia yang bebas dan adil (free
trade and fair trade). Untuk itu hendaknya negara Indonesia mempersiapkan diri
baik dari segi pengusahaan oleh pelaku usaha, komoditas maupun perangkat hukum
atau perundang-undangan. Kondisi tersebut merupakan konsekuensi dan berpengaruh
bagi perekonomian Indonesia, terutama karena letak Indonesia yang strategis berada
diantara 2 benua yaitu benua Asia dan Australia serta negara kita memiliki jumlah
penduduk yang besar, sehingga menjadi pangsa pasar bagi perdagangan dunia.
Negara Indonesia sebagai negara berdasar atas hukum, demikian bunyi dari
perumusan Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar 1945 negara menegaskan sehingga
konsekuensinya segala aktvitas penyelenggaraan negara haruslah dilandasi dengan
hukum pula. Segala sesuatunya hendaknya dipandang dari segi filosofi negara hukum
tersebut untuk menjamin kesejahteraan bangsa Indonesia yang dicita-citakan para
founding fathers yang telah memasukkan konsep negara kesejahteraan dalam sistem
penyelenggaraan negara. Negara kesejahteraan yang berujung pada peningkatan
negara
untuk
memenuhi
kebutuhan
maka
terjadi
saling
ketergantungan antara satu negara dengan negara lainnya, salah satu cara dalam
kapal, pelayanan sandar dan tambat, pengangkutan dari dermaga ke gudang/ lapangan
penumpukan atau sebaliknya, pelayanan turun naik penumpang dan penyewaan
fasiltas-fasilitas lainnya seperti gudang, lahan untuk industri, perkantoran umum,
lapangan penumpukan dan masih banyak lagi kegiatan yang dapat diusahakan di
pelabuhan.
Kegiatan pengusahaan di pelabuhan harus dilakukan secara aman, efektif dan
efisien. Hal ini untuk menjamin pelayanan prima yang ke depannya diharapkan dapat
menarik lebih banyak investor untuk berinvestasi di Indonesia sehingga
perekonomian Indonesia dapat berkembang pesat. Pelabuhan sebagai pusat
perekonomian suatu negara tidak lepas dari persaingan usaha di antara para
pemangku kepentingan. Untuk menciptakan iklim usaha yang sehat, dalam
pengelolaan pelabuhan terdapat pemisahan yang tegas antara operator dan regulator.
Saat ini pengusahaan jasa kepelabuhanan pada pelabuhan yang diusahakan
secara komersil di seluruh Indonesia sebahagian besar di kelola dan dikuasai oleh
PT Pelindo I sampai IV (Persero), akibat dari pemberlakuan UU No. 21 Tahun 1999
yang telah dicabut. Komersialisasi PT Pelindo (Persero) berfokus kepada usaha
pokok yakni penyediaan prasarana pelabuhan dan penyediaan jasa terkait di
Suryo Bambang Sulisto, 2013, Kadin Desak Tata Ulang Bisnis BUMN Pelabuhan, di unduh dari
http://www.insa.or.id/en/news/d/kadin-desak-tata-ulang-bisnis-bumn-pelabuhan tanggal 5 Januari 2014
bongkar muat
bergerak dibidang
Budi Seno, 2013, Persaingan Usaha ITF: Upaya Monopoli akan Membentuk Kartel,
Poskotanews.com diunduh tanggal 3 Januari 2014
4
Ibid
Undang-undang dan diselenggarakan oleh Badan usaha Milik Negara (BUMN) dan
atau badan atau lembaga yang dibentuk atau ditunjuk oleh Pemerintah.
Sedangkan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (UU
Pelayaran) telah memisahkan fungsi regulator dan operator. Fungsi regulator oleh
Pemerintah baik Pemerintah Pusat maupun Daerah, sedangkan fungsi operator oleh
perusahaan termasuk swasta, BUMN dan BUMD. UU Pelayaran juga membuka
peluang sebesar-besarnya bagi perusahaan mana saja untuk melakukan usaha jasa
kepelabuhanan setelah memiliki ijin Badan Usaha Pelabuhan (BUP). Sejak tahun
2009 sampai sekarang ini (2014) sudah terbentuk 185 (seratus delapan puluh lima)
perusahaan yang sudah mendapatkan izin sebagai BUP dari Menteri Perhubungan.
Hal ini membuktikan bahwa setelah berlakunya UU Pelayaran Tahun 2008 telah
memberikan peluang dan kesempatan kepada BUP untuk melakukan usaha di
pelabuhan.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah yang akan diteliti dalam
penelitian ini yaitu:
1.
10
2.
3.
C.
Tujuan Penelitian
1. Tujuan Subjektif:
a. Untuk menambah pengetahuan dan pemahaman penulis terutama mengenai
teori-teori yang telah penulis peroleh dalam perkuliahan.
b. Untuk memperoleh data dan pengetahuan sebagai hasil penelitian untuk
menjawab permasalahan yang ada dalam rangka memudahkan penyusunan
penulisan hukum untuk memenuhi persyaratan dalam meraih gelar Magister
Hukum, serta untuk memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu
pengetahuan khususnya dalam bidang ilmu hukum.
2. Tujuan Objektif:
a.
Untuk
dapat
mengetahui
pengusahaan
jasa
kepelabuhanan
oleh
11
b.
c.
D.
Manfaat Penelitian
Dalam membahas tesis ini, diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis
dan praktis.
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi perkembangan ilmu hukum bisnis
yang berkaitan dengan pengusahaan jasa kepelabuhanan ditinjau dari UU Praktik
Monopoli.
2. Manfaat Praktis
Dari segi praktis, diharapkan melalui penelitian ini akan memberikan sumbangan
informasi bagi praktisi dan pengusaha tentang pengusahaan jasa kepelabuhanan
dan kemungkinan adanya praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.
Selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi pemerintah
sebagai regulator dalam membuat peraturan perundang-undangan dalam
menentukan kebijakan di bidang pengusahaan jasa kepelabuhanan. Disamping
12
itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi kalangan perguruan
tinggi, peneliti, instansi dan lembaga yang terkait dengan hukum bisnis
khususnya dibidang kepelabuhanan.
E.
Keaslian Penelitian
Terkait
dengan
judul
tesis
Pengusahaan
Jasa
Kepelabuhanan
oleh
PT Pelindo II Pada Pelabuhan Tanjung Priok Ditinjau Dari UU No. 5 Tahun 1999
tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat sejauh
pengamatan penulis belum pernah dilakukan.
Pelabuhan
Dalam
Pelayanan
Jasa
Kepelabuhanan
dan
Terhadap
Amelinda Surjanto, 2014, Keberadaan Otoritas Pelabuhan Dalam Pelayanan Jasa Kepelabuhanan
dan Terhadap Kewenangan PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Dalam Pengelolaan Asetnya Dihubungkan
dengan Undang-undang No. 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran dan Undang-undang No. 5 Tahun 1999
Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Jurnal Fakultas Hukum Universitas
Padjajaran, Bandung, diunduh dari http://fh.unpad.ac.id/ tanggal 10 Februari 2014
13
Muhammad Fikry Yonesyahardi, 2014, Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi
Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran (Studi Kasus: PT
Pelabuhan Indonesia II (Persero), Fakultatas Hukum Universitas Indonesia, 2012 diunduh dari
http://lontar.ui.ac.id / tanggal 11 Februari 2014
14
yang dikelola sepenuhnya oleh PT Pelindo II. Penelitian ini menggunakan metode
yuridis normatif dengan menggunakan sebagian besar dari studi kepustakaan. Hasil
penelitian menyatakan bahwa liberalisasi pelabuhan memiliki dampak yang
signifikan terhadap penyelenggaraan kepelabuhanan dan persaingan usaha tidak
sehat.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang penulis lakukan adalah objek
penelitian yaitu PT Pelindo II sedangkan perbedaannya adalah data yang digunakan
oleh Fikry Yonesyahardi hanya menggunakan data kepustakaan sedangkan data yang
digunakan penulis merupakan data kepustakaan dan data primer yaitu berupa
wawancara dan observasi. Sedangkan perbedaan selanjutnya adalah pada pokok
permasalahan yang lebih sederhana tanpa memberikan solusi untuk mengatasi
keadaan yang terjadi pada PT Pelindo II.
Sedangkan penulis ingin meneliti sejauh mana PT Pelindo II dapat dikatakan
monopoli menurut UU Praktik Monopoli dan pengecualian dalam UU Praktik
Monopoli yang diberikan kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) serta mencoba
memberikan masukan tentang persaingan yang sehat pada pengusahaan jasa
kepelabuhanan.
15